Anda di halaman 1dari 77

PENGARUH LITERASI INFORMASI DAN KEMAMPUANBERPIKIR

KREATIF TERHADAP KOMPETENSI MENULIS SISWA SEKOLAH


DASAR DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI

(Survei Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Se-Kabupaten Sragen Tahun


Pelajaran 2017/2018)

PROPOSAL TESIS

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat magister


Progaram Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

RUKSAH NUR KHOLISIYAH


NIM. S0316080014

PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2017

i
PENGARUH LITERASI INFORMASI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR
KREATIF TERHADAP KOMPETENSI MENULIS SISWA SEKOLAH
DASAR DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI

(Survei pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Se-Kabupaten Sragen


Tahun Pelajaran 2017/2018

PROPOSAL TESIS

Oleh:
RUKSAH NUR KHOLISIYAH
NIM. S0316080014

Komisi Nama Tanda Tangan Tanggal


Pembimbing

Pembimbing I Dr. Rukayah, M.Hum ........................... ......................


NIP. 195708271982032002

Pembimbing II Dr. Mintasih Indriayu, M.Pd ........................... ......................


NIP. 196611081992032001

Telah dinyatakan memenuhi syarat


Pada tanggal ....................... 2017

Kepala Program Studi Magister Pendidikan Guru Sekolah Dasar


Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

Dr. Riyadi, M.Si.


NIP. 196701161994021001

ii
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS ..................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................v
DAFTAR TABEL ................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 8
C. Pembatasan Masalah .....................................................................................9
D. Rumusan Masalah ........................................................................................9
E. Tujuan Penelitian .........................................................................................10
F. Manfaat Penelitian ......................................................................................10
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Kajian Pustaka ..............................................................................................12
1. Kompetensi Menulis Siswa Sekolah Dasar ...........................................12
a. Pengertian Kompetensi Menulis ...................................................12
b. Jenis-jenis Tulisan .........................................................................13
c. Pengertian Teks Eksplanasi .............................................................
d. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Menulis di Kelas V .......14
e. Pengukuran Kompetensi Menulis Siswa Sekolah Dasar ..............16
2. Literasi Informasi ..................................................................................17
a. Pengertian Literasi Informasi .........................................................17
b. Pentingnya Literasi Informasi .......................................................19
c. Standar Literasi Informasi di Sekolah ...........................................20

iii
3. Kemampuan Bepikir Kreatif ...................................................................... 24
a. Pengertian Berpikir Kreatif ..............................................................24
b. Pengukuran Berpikir Kreatif ............................................................25
4. Motivasi Berprestasi.....................................................................................27
a. Pengertian Motivasi Berprestasi .......................................................27
b. Fungsi Motivasi Berprestasi .............................................................29
c. Karakteristik Individu yang Memiliki Motivasi Berprestasi ...........29
B. Kajian Penelitian yang Relevan ...................................................................30
C. Kerangka Berpikir ........................................................................................40
D. Hipotesis ......................................................................................................41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................................46
B. Rancangan/ Desain Penelitian ......................................................................47
C. Populasi, Sampel dan Sampling ..................................................................50
D. Teknik Pengumpulan Data ..........................................................................52
E. Teknik Analisis Data ...................................................................................57
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................65

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Road Map Penelitia .....................................................................39


Gambar 2.2Kerangka Berpikir .........................................................................44
Gambar 3.1 . Model Pengaruh Antar Variabel ...............................................61

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Aspek penilain Tes Kompetensi Menulis siswa ...........................16


Tabel. 2.2 Dua Jenis Pola Pikir ........................................................................25
Tabel 2.3 Aspek-Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif menurut Munandar ...27
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ..............................................................46
Tabel 3.2 Sampel Penelitian .............................................................................52
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ..........................................................54
Tabel 3.4 Kriteria pengujian keselarasan model persamaan struktural.............63

v
1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan Permendikbud Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi


pada satuan atau tingkat sekolah dasar yang menegaskan bahwa salah satu
kompetensi yang harus dicapai peserta didik adalah menunjukkan keterampilan
berfikir dan bertindak secara kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, dan
komunikatif, dalam bahasa yang jelas, sistematis, logis dan kritis, dalam karya
yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan tindakan yang
mencerminkan perilaku anak sesuai dengan tahap perkembangannya.
Bahasa merupakan instrumen terpenting dalam kehidupan sehari-hari.
Manusia tidak dapat hidup tanpa menggunakan bahasa, baik lisan maupun
tulisan. Bahasa adalah simbol-simbol yang digunakan untuk menyatakan ide,
gagasan dan perasaan kepada orang lain. Bertolak hal itu, Kurikulum 2013
menjelaskan bahwa bahasa adalah penghela ilmu pengetahuan. Artinya, bahasa
adalah sarana penyampai ilmu pengetahuan. Semua siswa akan membutuhkan
kemampuan berbahasa sebagai alat belajar untuk menguasai berbagai mata
pelajaran lain. Dapat dikatakan bahwa keberhasilan belajar siswa sangat
dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa. Hal ini karena setiap mata
pelajaran pada dasarnya bertujuan menanamkan informasi kepada siswa, dan
informasi itu berupa bahasa.
Salah satu aspek kompetensi berbahasa adalah menulis, sebagai suatu
ketrampilan berbahasa, menulis merupakan kegiatan yang kompleks karena
penulis dituntut untuk dapat menyusun dan mengorganisasikan isi tulisannya
serta menuangkannya dalam ragam bahasa tulis yang sesuai dengan aturan
penulisan yang baik dan benar. Salah satu mitos atau pendapat tentang menulis
adalah bahwa menulis itu mudah, sekilas tampaknya benar, teori tentang menulis
atau mengarang memang mudah, gampang dihafal, tetapi menulis bukanlah
sekedar teori, melainkan ketrampilan. Bahkan ada seni di dalamnya. Teori
hanyalah alat untuk mempercepat pemikiran kemampuan seseorang dalam
2

menulis. Tanpa dilibatkan langsung dalam kegiatan dan latihan menulis,


seseorang tidak akan mampu menulis dengan baik. Dia harus mencoba dan
berlatih berulang kali dalam memilih topik, menentukan tujuan, mengenali
pembaca dan mencari informasi pendukung.
Sebagai salah satu aspek kompetensi berbahasa, menulis sangat penting
diajarkan kepada siswa. Hal ini disebabkan menulis merupakan keperluan yang
tidak dapat dihindari dalam pembelajaran untuk menginformasikan pikiran,
perasaan, dan gagasan. Siswa tidak bisa lepas dari aktivitas yang berkaitan
dengan kegiatan tulis-menulis baik di sekolah maupun di masyarakat seperti
menulis surat pribadi, menulis laporan, meringkas teks, maupun dalam
menyampaikan informasi lain. Dengan demikian, pengajaran menulis perlu
mendapat perhatian yang serius.
Dalam Kurikulum 2013, mata pelajaran bahasa Indonesia berubah
menjadi pembelajaran berbasis teks. Pada pembelajaran berbasis teks ini,
berbagai jenis teks tidak hanya dipelajari berdasarkan struktur fisiknya,
melainkan juga dipelajari berdasarkan konteks sosialnya. Berbagai jenis teks
yang harus dikuasai siswa diantaranya adalah teks faktual (deskriptif,
petunjuk/arahan, laporan sederhana), teks tanggapan (ucapan terima kasih,
permintaan maaf, diagram/tabel), teks cerita (narasi sederhana, puisi) teks cerita
nonnaratif (cerita diri/personal, buku harian), teks genre faktual (teks laporan
informatif hasil observasi, teks arahan/petunjuk, teks instruksi, teks surat
tanggapan pribadi), genre cerita (cerita petualangan, genre tanggapan, teks
dongeng, teks permainan/dolanan daerah (teks wawancara, ulasan buku). Bentuk
dan ciri teks genre faktual (teks laporan buku, laporan investigasi, teks
penjelasan tentang proses, teks paparan iklan), genre cerita (teks narasi sejarah,
teks pantun dan syair), dan genre tanggapan (pidato persuasif, ulasan buku, teks
paparan, teks penjelasan).
Bila dicermati dalam kegiatan tulis-menulis yang dilakukan oleh siswa
terdapat sejumlah faktor yang menjadi penyebab maupun pendukung terhadap
hasil kualitas tulisan siswa. Faktor-faktor tersebut, di antaranya ada pada pihak
guru, optimalnya proses belajar mengajar menulis yang diselenggarakan;
3

pemilihan metode dan strategi pengajaran yang kurang tepat, dan kurangnya
kesempatan yang diberikan guru pada siswa untuk banyak berlatih secara
intensif. Selain itu, umpan balik yang diberikan guru kepada siswa yang
berbentuk hasil koreksi atas tugas-tugas menulis yang diperintahkan guru jarang
dilakukan sehingga siswa merasa bahwa tulisan yang pernah dibuatnya sudah
baik atau belum tidak dipahaminya secara pasti.
Pada umumnya faktor penyebab dari siswa adalah belum tumbuhnya
minat membaca dan menulis di kalangan siswa, sehingga siswa kurang
termotivasi untuk menulis. Hal ini juga sangat berkaitan dengan motivasi
berprestasi pada siswa, siswa yang memiliki motivasi berprestasi akan
cendereng lebih tertarik untuk mengikuti pembelajaran menulis karena memiliki
semangat untuk berprestasi. Selain hal tersebut faktor lain antara lain adalah
kurangnya pengetahuan penggunaan kaidah ketatabahasaan secara baik dan
benar, minimnya penguasaan kosa kata yang mengakibatnya kesulitan dalam
mengungkapkan gagasanya secara utuh dan runtut, kurangnya kesempatan untuk
berlatih, menjadikan siswa kurang termotivasi.
Selain faktor di atas, literasi informasi siswa dapat juga menjadi
penyebab kualitas tulisan siswa. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Chen et al. (2014) yang meneliti efek mengintegrasikan keterampilan
literasi informasi dalam pembelajaran ilmu pengetahuan di sekolah SMP di
Taiwan, siswa dibagi menjadi kelompok eksperimen dan kontrol. Kelompok
eksperimen menerima kurikulum berbasis ilmu pengetahuan dengan
mengintegrasikan keterampilan literasi informasi sedangkan kelompok kontrol
menerima pembelajaran tradisional. Kedua kelompok diajarkan oleh guru yang
sama. Siswa dalam kelompok eksperimen secara signifikan lebih baik dari pada
siswa dalam kelompok kontrol pada pemahaman membaca dan pemecahan
masalah. dalam hal ini pemahaman membaca sangat erat kaitannya dengan
kompetensi menulis siswa, siswa yang pemahaman membacanya baik maka
kompetensi menulisnya tentu menjadi lebih baik. Sedangkan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Shaoa, X dan Purpurb, G. (2016), bahwa ketrampilan
4

literasi informasi berkorelasi positif dengan nilai tulisan siswa dan nilai tugas
akhir.
Literasi informasi merupakan keterampilan penunjang dalam
pembelajaran sepanjang hayat. Utamanya lagi keterampilan ini dapat membantu
seseorang mencari informasi yang tepat dan sesuai secara efektif dan efisien di
belantara informasi (Ganggi, 2017). Final Report of the American Library
Association (ALA) tahun 1989 menyatakan bahwa literasi informasi adalah
serangkaian kemampuan yang dibutuhkan seseorang untuk menyadari kapan
informasi dibutuhkan dan memiliki kemampuan untuk menemukan,
mengevaluasi dan menggunakan informasi yang dibutuhkan secara efektif.
Dalam laporan tersebut menjelaskan bahwa untuk dapat menciptakan
masyarakat yang literate terhadap informasi, hal yang dapat dilakukan adalah
mengintegrasikan konsep literasi informasi sebagai satu program dalam kegiatan
belajar mengajar di sekolah dan perguruan tinggi. Bahkan Departemen
Pendidikan di Singapura telah memperkenalkan aspek literasi informasi di
sekolah-sekolah melalui menggabungkan komponen ke dalam silabus dari
berbagai mata pelajaran (Majid, et al. 2016).
Information literacy and its importance related to the success of students
around the world was recently reconfirmed in the 2015 New Media
Consortium Horizons Report on Libraries. An expert panel from the
Consortium stated, “While libraries have always supported academic
institutions, there is a mounting case that librarians should play a more
significant role in the development of information literacy
skills”(Johnson, et al, 2015).

Bahwa pentingnya melek informasi terkait dengan keberhasilan siswa di


seluruh dunia baru-baru ini, ditegaskan kembali pada tahun 2015 oleh New
Media Consortium Horizons Report on Libraries. Sebuah panel ahli dari
Konsorsium menyatakan, “Selama perpustakaan selalu mendukung lembaga
akademis, ada hal yang meningkat sehingga pustakawan harus memainkan peran
yang lebih penting dalam pengembangan keterampilan literasi informasi”.
Dalam lingkup bidang perpustakaan dan informasi khususnya,
literacy informasi atau keberaksaraan informasi ini terkait dengan kemampuan
5

mengakses dan memanfaatkan secara besar informasi yang tersedia di internet


(Pendit, 2008:119). Meskipun tidak secara mutlak bahwa informasi itu pasti
berada atau dapat ditemukan hanya di internet. Banyak sumber-sumber lain yang
berisi informasi penting seperti perpustakaan, lembaga arsip, direktori,
bibliografi, almanak, indeks, surat kabar majalah dan lainnya, yang dapat
dimanfaatkan dalam rangka tujuan keberaksaraan informasi, namun internet
memang telah benar-benar mewakili hampir keseluruhan informasi yang telah
membooming. Oleh sebab itu, pengetahuan tentang literasi informasi sangat
identik dengan penguasaan teknologi informasi dan komunikasi.
Perpustakaan merupakan satu unit kerja yang menyediakan sumber-
sumber informasi sebagai bahan kegiatan proses belajar mengajar. Tanpa
kehadiran perpustakaan, maka kegiatan proses belajar mengajar tidak akan
efektif, karena tanpa adanya perpustakaan baik guru maupan siswa yang terlibat
dalam proses belajar mengajar tidak memiliki akses yang mudah, cepat, dan luas
pada sumber-sumber informasi. Sedemikian pentingnya keberadaan
perpustakaan di satu lingkungan pendidikan atau sekolah, sehingga sering
dikatakan bahwa perpustakaan merupakan jantungnya pendidikan.
Namun pada kenyataannya kita sering menjumpai suatu sekolah yang
tidak memiliki perpustakaan yang memadai, atau perpustakaan yang kurang
terawat karena tidak dimanfaatkan sebagai sumber informsi atau bahkan tidak
memiliki perpustakaan sama sekali. Sudah bisa dibayangkan bahwa proses
belajar mengajar di sekolah tersebut tidak akan berjalan dengan optimal, karena
baik guru maupun siswa tidak memiliki akses yang luas pada sumber-sumber
informasi. Urgensinya adalah, dengan memanfaatkan perpustakaan sekolah,
siswa akan belajar untuk mampu mengidentifikasi kebutuhan informasinya, lalu
mencari dan menemukan sendiri sumber informasi yang relevan, kemudian dia
akan menemukan informasi yang dibutuhkannya serta memanfaatkan informasi
tersebut sesuai dengan kebutuhannya. Dengan demikian siswa akan memiliki
literasi informasi yang baik.
Selain literasi informasi, kreativitas siswa juga menjadi salah satu faktor
yang mempengaruhi kompetensi menulis siswa. Beberapa peneliti (McVey,
6

2008; Sturgell 2008 ), telah menganjurkan ide bahwa kreativitas dapat didorong
melalui kegiatan belajar, terutama membaca dan atau menulis. Kreativitas secara
konsisten dikaitkan dengan kemampuan yang diperlukan untuk membaca dan
penulisan (McVey, 2008; Sturgell 2008 ). Penelitian lain yang dilakukan oleh
Wang (2012) yang meneliti hubungan pemikiran kreatif untuk membaca dan
menulis. Hasil dalam penelitiannya adalah bahwa siswa yang menghabiskan
lebih banyak waktu membaca dan menulis tampil secara signifikan pada tes
kreativitas. Kreativitas secara signifikan berkorelasi terhadap kompetensi
membaca dan menulis.
Berdasarkan studi pendahuluan penulis dalam penelitian ini, yang
dilaksanakan melalui wawancara, observasi dan angket kepada guru dan siswa di
beberapa sekolah dasar negeri di kabupaten Sragen. Program literasi sudah
menjadi bagian dari kurikulum pembelajaran/adanya kebijakan dari sekolahan
terhadap program literasi tersebut. Hal ini terlihat dari beberapa program literasi
yang telah dihimbau dari dinas pendidikan dan kebudayaan kabupaten Sragen.
Program tersebut diantaranya adalah melaksanakan kegiatan membaca buku
bacaan selama 15 menit sebelum pembelajaran dimulai, membuat sudut baca di
kelas-kelas, siswa membuat ringkasan dari buku bacaan yang telah dibaca
selama satu minggu. Program tersebut telah dilaksanakan dengan baik di
beberapa sekolah di kabupaten Sragen, ada pula beberapa sekolah dasar yang
belum melaksanakan program tersebut dengan baik. Seperti beberapa sekolah di
kecamatan Sukodono SDN Majenang 2, SDN Majenang 3, SDN Bendo 2 dan
SDN Karanganom 1 sudah menerapkan program tersebut secara rutin. Selain
kegiatan tersebut program literasi dari pemerintah daerah yaitu perpustakaan
keliling sudah berjalan sampai sekarang.
Dalam studi pendahuluan ini penulis menggunakan sepuluh sekolah
dasar negeri di kabupaten Sragen. Berkaitan dengan literasi informasi, sepuluh
sekolah tersebut mempunyai perpustakaan dalam kondisi baik dan
menggunakan perpustakaan sekolah sebagai sumber akses informasi dalam
kegiatan pembelajaran. Akan tetapi dalam kegiatan pembelajaran menulis
kesepuluh sekolah tersebut belum maksimal dalam memanfaatkan
7

perpustakaan, sumber informasi masih terbatas pada buku pelajaran, seperti LKS
dan buku paket. Berdasarkan hasil angket oleh penulis pada 100 siswa kelas V
sekolah dasar negeri berkaitan dengan literasi informasi, 78 siswa mengenal
internet, menggunakan google dalam pencarian informasi dan menggunakannya
sebagai sumber akses informasi untuk belajar, akan tetapi ada 22 siswa di
sekolah tertentu tidak mengenal penggunaan internet. Hal ini sangat tergantung
dengan guru kelas, beberapa guru mengenalkan akses informasi melalui internet,
tetapi ada beberapa guru di kabupaten Sragen yang belum mengenalkan akses
internet dalam kegiatan pembelajaran, terutama dalam pembelajarn menulis, hal
ini di sebabkan tidak tersediannya sarana prasarana seperti lap komputer.
Beberapa guru mengaku menggunakan laptop untuk mengenalk\an pengoprasian
komputer, dalam pembelajaran komputer.
Berdasarkan wawancara dengan 10 guru di kabupaten Sragen pada
pembelajaran kompetensi menulis siswa sekolah dasar, guru lebih sering
menggunakan buku paket (buku guru dan buku siswa) dan LKS untuk
membelajarkan kepada siswa,banyak sumber informasi yang dapat diperoleh
dari perpustakaan, akan tetapi guru jarang memanfaatkannya, sehingga
kemampuan berpikir kreatif siswa kurang terasah, dan kompetensi menulis siswa
dirasa belum maksimal hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman dan perhatian
guru terhadap konsep berpikir kreatif itu sendiri. Guru lebih sering
mengandalkan berpikir konvergen, dan jarang memberi kesempatan siswa untuk
mengembangkan berpikir divergen. Dalam pembelajaran menulis guru hanya
memberi tugas menulis atau mengarang tentang pengalaman atau topik tertentu.
Hasil tulisan siswa dinilai tanpa melibatkan siswa sehingga siswa tidak
mengetahui kesalahan pada tulisannya.
Pernyataan-pernyataan yang dipaparkan di atas memperlihatkan
kompleksitas permasalahan dalam pengajaran keterampilan menulis. Penting
sekali penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh literasi informasi,
kemampuan berpikir kreatif dan motivasi berprestssi terhadap kompetensi
menulis siswa. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber
informasi yang baik kepada tenaga pendidik, untuk lebih memperhatikan
8

pentingnya literasi informasi, kemampuan berpikir kreatif dan motivasi


berprestasi dalam mengembangkan kompetensi menulis siswa sekolah dasar
khususnya dan mengembangkan prestasi siswa pada umumnya.Oleh sebab itu,
penelitian ini akan mengetahui pengaruh literasi informasi dan kemampuan
berpikir kreatif terhadap kompetensi menulis siswa sekolah dasar ditinjau dari
motivasi berprestasi.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan
berbagai masalah yang lebih kompleks lagi yaitu sebagai berikut:
1. Kompetensi menulis siswa sekolah dasar negeri di kabupaten Sragen
masih tergolong kurang baik, hal ini berdasarkan pada keluahan pengajar
di kabupaten Sragen
2. Siswa rata-rata malas menulis ketika pembelajaran, terutama menulis
teks yang membutuhkan pemikiran secara mandiri, siswa lebih senang
menulis teks yang sudah ada di buku, tanpa harus meringkas atau
menulis informasi penting dari suatu teks tertentu.
3. Kurangnya kemampuan kebahasaan yang dimiliki siswa, seperti:
pemahaman tentang kaidah atau aturan- aturan bahasa, baik yang
mencakup masalah ejaan, pemilihan kosa kata, pembentukan kata,
maupun penyusunan kalimat dan paragraf, serta kurangnya pemahaman
siswa pada struktur teks.
4. Lemahnya minat belajar bahasa Indonesia di kalangan siswa, yang
menjadikan mereka kurang gemar membaca buku-buku bahasa Indonesia
sehingga berdampak pada kompetensi menulis siswa.
5. Kurangnya kesempatan siswa untuk berlatih secara terus-menerus
melakukan kegiatan menulis.
6. Pentingnya literasi informasi dalam kegiatan pembelajaran, dan
perpustakaan sekolah sebagai penunjang literasi informasi siswa.
9

7. Pendidikan di sekolah lebih berorientasi pada pengembangan kecerdasan


siswa daripada pengembangan kemampuan berpikir kreatif siswa,
sedangkan keduanya sama pentingnya untuk mencapai keberhasilan
dalam belajar.
8. Kemampuan berpikir kreatif siswa belum terasah sehingga kompetensi
menulis siswa dirasa belum maksimal hal ini dikarenakan kurangnya
pemahaman dan perhatian guru terhadap konsep berpikir kreatif itu
sendiri.

C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah, terfokus, dan tidak meluas, penulis
membatasi penelitian pada pengaruh literasi informasi dan kemampuan berpikir
kreatif terhadap kemampuan menulis siswa sekolah dasar ditinjau dari motivasi
berprestasi. Adapun untuk mengukur literasi informasi, kemampuan berpikir
kreatif dan motivasi berprestasi menggunakan angket atau kuesioner sedangakan
kompetensi menulis siswa sekolah dasar diukur dengan menggunakan tes tertulis
dengan beberapa kriteria penilaian yang disesuaikan dengan beberapa teori
menurut para ahli. Penelitian ini difokuskan pada siswa kelas V Sekolah Dasar
Negeri sekabupaten Sragen.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di
atas, masalah penilitian ini dapat dirumuskan sebagi berikut:
1. Apakah ada pengaruh literasi informasi terhadap motivasi berprestasi?
2. Apakah ada pengaruh kemampuan berpikir kreatif terhadap motivasi
berprestasi?
3. Apakah ada pengaruh literasi informasi terhadap kompetensi menulis
siswa sekolah dasar?
4. Apakah ada pengaruh antara literasi informasi terhadap kompetensi
menulis siswa sekolah dasar dengan motivasi berprestasi sebagai variabel
intervening?
10

5. Apakah ada pengaruh kemampuan berpikir kreatif terhadap kompetensi


menulis siswa sekolah dasar?
6. Apakah ada pengaruh antara kemampuan berpikir kreatif terhadap
kompetensi menulis siswa sekolah dasar dengan motivasi berprestasi
sebagai variabel intervening?
7. Apakah ada pengaruh motivasi berprestasi terhadap kompetensi menulis
siswa sekolah dasar?

E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini secara khusus adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh literasi informasi terhadap motivasi
berprestasi.
2. Untuk mengetahui pengaruh kemampuan berpikir kreatif terhadap
motivasi berprestasi.
3. Untuk mengetahui pengaruh literasi informasi terhadap kompetensi
menulis siswa sekolah dasar.
4. Untuk mengetahui pengaruh antara literasi informasi terhadap
kompetensi menulis siswa sekolah dasar dengan motivasi berprestasi
sebagai variabel intervening.
5. Untuk mengetahui pengaruh kemampuan berpikir kreatif terhadap
kompetensi menulis siswa sekolah dasar.
6. Untuk mengetahui pengaruh antara kemampuan berpikir kreatif terhadap
kompetensi menulis siswa sekolah dasar dengan motivasi berprestasi
sebagai variabel intervening.
7. Untuk mengetahui pengaruh motivasi berprestasi terhadap kompetensi
menulis siswa sekolah dasar.

F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kelengkapan
khazanah teori yang berkaitan dengan literasi informasi, kemampuan
11

berpikir kreatif dan motivasi berprestasi serta pengaruhnya terhadap


kompetensi menulis siswa sekolah dasar. Dengan mengetahui pengaruh
tersebut diharapkan dapat menunjukkan pentingnya variabel ketrampilan
literasi informasi, kemampuan berpikir kreatif dan motivasi berprestasi
terhadap keterampilan menulis siswa sekolah dasar.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Studi ini, sangat bermanfaat untuk mengetahui seberapa
baik kompetensi menulis siswa sekolah dasar di kabupaten Sragen
ditinjau dari literasi informasi, kemampuan berpikir kreatif dan
motivasi berprestasi mereka. Selain itu, menambah pengalaman
siswa dalam menulis ketika mengikuti proses pembelajaran
menulis yang dilaksanakan guru.
b. Bagi Guru
Manfaat yang dapat dipetik melalui penelitian ini adalah
agar para guru, khususnya guru kelas di tempat penelitian dapat
mengembangkan kompetensi menulissiswa melalui peningkatan
literasi informasi, kemampuan berpikir kreatif dengan
memanfaatkan semua fasilitas sekolah dan memotivasi siswa untuk
terus berprestasi.
c. Bagi Kepala Sekolah
Manfaat yang dapat diambil oleh kepala sekolah melalui
penelitian ini adalah sebagai masukan dalam rangka
mengefektifkan pembinaan pada guru agar dapat meningkatkan
profesionalismenya melalui peningkatan kualitas kegiatan belajar-
mengajar yang dilakukan dengan jalan melakukan penelitian
semacam ini.
12

BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka
1. Kompetensi Menulis Siswa Sekolah Dasar
a. Pengertian Kompetensi Menulis
Menulis merupakan kegiatan yang paling sering dilakukan oleh
setiap orang. Menulis membutuhkan ketrampilan khusus yang harus
dipelajari dan senantiasa dilatih. Tarigan (2013:22) mengemukakan
bahwa menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang
grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang,
sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut
kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Susanto
(2015:248) selanjutnya menambahkan bahwa menulis adalah suatu cara
mengoperasikan otak secara totalitas yang juga menyertakan raga, jari
dan tangan. Sejalan dengan pendapat di atas, Dalman (2014:3)
berpendapat bahwa menulis merupakan suatu kegiatan komunikasi
berupa penyampaian pesan atau informasi secara tertulis kepada pihak
lain dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya.
Menurut Rahardi (dalam Dewi Kusumaningsih, dkk, 2013:65)
menulis adalah kegiatan menyampaikan sesuatu menggunakan bahasa
tulis, dengan maksud tertentu untuk mencapai suatu tujuan yang
diinginkan. Sedangkan Nurjamal (2011:69) berpendapat bahwa menulis
merupakan sebuah proses kreatif menuangkan gagasan dalam bentuk
bahasa tulis untuk tujuan, misalnya, memberi tahu, meyakinkan,
menghibur.Menulis merupakan kegiatan seseorang untuk menyampaikan
gagasan kepada pembaca dalam bahasa tulis agar bisa dipahami oleh
pembaca. Seorang penulis harus memperhatikan kemampuan dan
kebutuhan pembaca. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rosidi (2009: 3)
bahwa menulis merupakan sebuah kegiatan menuangkan pikiran,
gagasan, dan perasaan seseorang yang diungkapkan dalam bahasa tulis.
13

Agar komunikasi lewat lambang tulis dapat seperti yang


diharapkan, penulis harus menuangkan gagasannya ke dalam bahasa
yang tepat, teratur, dan lengkap. Kelancaran komunikasi dalam menulis
tergantung pada bahasa yang dilambangkan. Dalam hal ini bahasa yang
teratur merupakan gambaran pikiran seseorang yang teratur pula.
Berdasarkan beberapa pengertian menulis di atas, dapat
disintesiskan bahwa menulis merupakan suatu proses pengungkapan
pikiran, gagasan dan perasaan dengan cara mengorganisasikan lambang
bahasa menjadi satuan bahasa yang teratur lewat tulisan dengan
memperhatikan aspek-aspek kebahasaan yang baik dan benar sehinga
dapat dengan mudah dipahami oleh pembaca.
Menurut Mulyasa (2010: 16) bahwa kompetensi adalah
perpaduan sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
direfleksikan dalam kebiasan berpikir dan bertindak, serta dapat
menyebabkan atau memprediksi perubahan tingkah laku, dan kinerja
yang dapat diukur. Sejalan dengan pendapat di atas, Sanjaya (2011: 70)
menyatakan bahwa dalam konteks pengembangan kurikulum,
kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai,
dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.
Dalam kurikulum 2013, kompetensi dideskripsikan secara
eksplisit sehingga dijadikan standar dalam pencapaian tujuan kurikulum.
Kompetensi dalam kurikulum 2013 dijabarkan menjadi kompetensi inti
dan kompetensi dasar. Dalam kompetensi inti dijabarkan menjadi empat
kompetensi yaitu ranah religius, sikap sosial, pengetahuan dan
ketrampilan yang mengacu pada pendidikan moral. Baik guru maupun
siswa perlu memahami kompetansi yang harus dicapai dalam pendidikan
dan pembelajaran untuk memudahkan dalam merancang strategi dan
indikator keberhasilan. Dengan kata lain bahwa kompetensi merupakan
kecakapan yang berupa perpaduan pengetahuan, keterampilan, nilai,
sikap individu yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak
14

yang dapat diukur dengan standar. Kompetensi berpengaruh terhadap


peran, perbuatan, prestasi seseorang.
Kompetensi menurut Nurgiyantoro (2014:311) merupakan acuan
dan tujuan yang ingin dicapai dalam keseluruhan proses pembelajaran.
Jika menulis dikaitkan dengan kompetensi, kompetensi menulis
merupakan kecakapan berbahasa berupa aktivitas menulis untuk
menyampaikan maksud dan tujuan penulis agar dapat dimengerti dan
dipahami oleh pembaca. Menurut Nurhadi (2005:243) menyatakan
bahwa kompetensi menulis merupakan kegiatan menuangkan ide,
gagasan, pikiran, dan pengetahuan yang bermanfaat. Dengan kata lain,
keterampilan menulis adalah suatu aktivitas atau proses penuangan ide
atau gagasan yang berupa rangkaian beberapa kalimat dan paragraf
sehingga membentuk sebuah wacana dalam bentuk paparan bahasa tulis.
Sedangkan Suriamiharja (2011:1) menyatakan bahwa kompetensi
menulis adalah kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan.
Oleh karena itu kompetensi menulis diartikan sebagai kegiatan
menjelmakan bahasa lisan, melahirkan pikiran atau perasaan seperti
mengarang, membuat surat, membuat makalah, dan kegiatan menulis
lainnya.
Kompetensi menulis merupakan kompetensi yang masih
dianggap paling sukar untuk dikuasai oleh mahasiswa bila dibandingkan
dengan tiga kompetensi berbahasa yang lainnya, seperti kompetensi
menyimak atau mendengarkan, kompetensi berbicara, dan kompetensi
membaca. Hal tersebut dikuatkan oleh pendapat Nurgiyantoro
(2014:422) yang menyatakan bahwa kompetensi menulis lebih sulit
dikuasai, bahkan oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan sekalipun.
Kesulitan tersebut disebabkan karena kompetensi menulis menghendaki
atau mensyaratkan pemahaman berbagai unsur, baik unsur di luar
kebahasaan maupun unsur kebahasaan.
Berdasarkan beberapa pengertian kompetensi menulis yang
diungkapkan oleh para ahli di atas, dapat disintesiskan bahwa
15

Kompetensi menulis adalah kecakapan atau kemahiran seseorang dalam


menuangkan pikiran, ide atau gagasan dan perasaan dalam bahasa tulisan
dengan memperhatikan aspek-aspek kebahasaan yang baik dan benar.
b. Jenis-jenis Tulisan
Berdasarkan bentuknya jenis- jenis tulisan menurut Weaver
dalam Tarigan (2008:28) ada empat yaitu 1) eksposisi, 2) deskripsi, 3)
narasi, dan 4) argumentasi. Sedangkan Brooks dan Warren dalam
Tarigan (2008: 29 juga membuat klasifikasi jenis tulisan sebagai berikut
1) eksposisi, 2) persuasi, 3) argumentasi, 4) deskripsi. Penjelasan dari
jenis-jenis tulisan tersebut adalah sebagai berikut:
Pertama, deskripsi. Deskripsimerupakan tulisanyang melukiskan
atau menggambarkan suatu objek atau peristiwa tertentu dengan kata-
kata yang jelas dan terperinci sehingga si pembaca seolah-olah turut
merasakan atau mengalami langsung apa yang dideskrpsikan penulisnya
(Dalman, 2014: 94) .Kedua, argumentasi. Argumentasi adalah tulisan
yang bertujuan meyakinkan atau membuktikan kepada pembaca agar
menerima sesuatu kebenaran sehingga pembaca meyakini kebenaran
(Dalman, 2014: 138). Ketiga, eksposisi. Eksposisi adalah tulisan yang
menjelaskan atau memaparkan pendapat, gaagsan, keyakinan yang
memerlukan fakta yang diperkuat dengan angka, statistik, peta, grafik
tetaoi tidak bersifat mempengaruhi pembaca (Dalman, 2014: 120).
Keempat, narasi. Narasi adalah karangan yang berusaha menciptakan,
mengisahkan, dan merangkaikan tindak-tanduk manusia alam sebuah
peristiwa atau pengalaman manusia dari waktu ke waktu, juga di
dalamnya terdapat tokoh yang menghadapi suatu konflik yang disusun
secara sistematis (Dalman, 2014: 106). Kelima, karangan persuasi.
Karangan persuasi adalah karangan yang bertujuan untuk mempengaruhi
perasaan pembaca agar pembaca yakin dan percaya tentang isi karangan
tersebut dan mengikuti keinginan penulisnya (Dalman, 2014: 146).
Pada kurikulum 2013 untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia
menggunakan teks sebagai sarana pembelajaran. Oleh karena itu, dapat
16

dinyatakan bahwa kurikulum 2013 untuk mata pelajaran bahasa


Indonesia berbasis teks. Teks dapat dikelompokkan menjadi dua kategori
besar (genre), yaitu genre sastra dan genre faktual (Priyatni, 2014: 66).
Genre sastra dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu teks naratif,
puitik dan dramatik, sedangkan dalam kategori genre faktual, antara lain
teks eksplanasi eksposisi, prosedur, deskripsi, diskusi, dan laporan hasil
observasi.
Pada jenjang Sekolah Dasar terdapat beberapa jenis teks, yaitu
teks faktual (deskriptif, petunjuk/arahan,laporan sederhana), teks
tanggapan (ucapan terima kasih,permintaan maaf,diagram/tabel), teks
cerita (narasi sederhana, puisi) , teks cerita non-naratif (cerita
diri/personal, buku harian), teks genre faktual (teks laporan informatif,
hasil observasi, teks arahan/petunjuk, teks instruksi, teks surat tanggapan
pribadi, teks laporan buku, laporan investigasi, teks penjelasan tentang
proses, teks paparan iklan), teks genre cerita (cerita petualangan,genre
tanggapan, teks dongeng, teks narasi sejarah, teks pantun dan syair, teks
permainan/dolanan daerah (teks wawancara, ulasan buku), dan teks genre
tanggapan (pidato persuasif, ulasan buku, teks paparan, teks
penjelasan/eksplanasi) (Permendikbud, No. 21 Tahun 2016).
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa jenis-jenis tulisan terdiri atas deskripsi, narasi, eksposisi,
argumentasi, dan persuasi, sedangkan teks dapat dikelompokkan menjadi
dua kategori besar (genre), yaitu genre sastra dan genre faktual. Jenis teks
yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah teks eksplanasi.
c. Pengertian Teks Eksplanasi
Teks eksplanasi adalah teks yang menjelaskan tentang proses
terjadinya atau terbentuknya suatu fenomena alam atau sosial (Isnatun
dan Farida, 2013: 80). Sependapat dengan Isnatun dan Farida, Kosasih
(2013: 85) mengatakan bahwa teks eksplanasi adalah teks yang
menerangkan atau menjelaskan mengenai proses atau fenomena alam
maupun sosial. Teks eksplanasi bertujuan untuk menjelaskan proses
17

pembentukan atau kegiatan yang terkait dengan fenomena fenomena


alam, sosial, ilmu pengetahuan, atau budaya (Priyatni, 2014: 82).
Isnatun dan Farida (2013: 80) menyatakan bahwa teks eksplanasi
disusun dengan struktur yang terdiri atas bagian pernyataan umum,
deretan penjelas, dan penutup.
1) Pernyataan umum, pada bagian ini berisi informasi singkat tentang
suatu topik yang dibicarakan.
2) Penjelasan, pada bagian ini berisi tentang penjelasan secara detail
mengenai proses atau peristiwa yang terjadi.
3) Penutup, perisi kesimpulan atau pendapat penulis tentang peristiwa
yang terjadi. Bagian ini boleh ada atau tidak ada (opsional).
Teks eksplanasi memiliki struktur isi yang umum, judul,
pembuka, inti, dan penutup. Pembuka teks eksplanasi berupa pernyataan
umum definisi fenomena yang dijelaskan, konteks, atau karakteristik
umum. Pada bagian inti, teks eksplanasi menjelaskan proses terjadinya
sesuatu atau menjawab mengapa sesuatu terjadi. Bagian penutup teks
eksplanasi dapat berupa simpulan atau opini penulis terkait dengan
fenomena yang dijelaskan (Priyatni, 2014: 82).
Berdasarkan pendapat beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa
teks eksplanasi adalah teks yang menjelaskan dan menerangkan tentang
proses terjadinya suatu fenomena alam maupun sosial. Teks eksplanasi
harus menjawab mengapa dan bagaimana suatu fenomena bisa terjadi.
d. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Menulis di Kelas V
Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi inti, yaitu 1)
kompetensi sikap spiritual; 2) sikap sosial; 3) pengetahuan; dan 4)
keterampilan. Kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial dicapai melalui
pembelajaran tidak langsung (indirect teaching), yaitu keteladanan,
pembiasaan, dan budaya sekolah, sedangkan kompetensi pengetahuan
dan kompetensi keterampilan dirumuskan sebagai berikut: 3) memahami
pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara mengamati, menanya
dan mencoba berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk
18

ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di


rumah, di sekolah dan tempat bermain; 4) menyajikan pengetahuan
faktual dan konseptual dalam bahasa yang jelas, sistematis, logis dan
kritis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman
dan berakhlak mulia.
Salah satu kompetensi dasar menulis di kelas V sekolah dasar
adalah Meringkas teks penjelasan (eksplanasi) dari media cetak atau
elektronik (KD 3.3) dan Menyajikan ringkasan teks penjelasan
(eksplanasi) dari media cetak atau elektronik dengan menggunakan
kosakata baku dan kalimat efektif secara lisan, tulis, dan visual (KD 4.3)
(Kemendikbud, 2017:244). Berdasarkan kompetensi dasar tersebut,
diuraikan secara spesifik indikator yang dijadikan ukuran untuk menilai
kompetensi dasar ini. Adapun indikator sehubungan dengan kompetensi
dasar ini adalah dengan membaca dan diskusi tentang sebuah teks
eksplanasi siswa dapat meringkas teks eksplanasi dengan kosa kata baku
dan kalimat efektif secara baik dan benar.
e. Pengukuran Kompetensi Menulis Siswa Sekolah Dasar
Kompetensi menulis siswa dalam penelitian ini diukur dengan tes
menulis. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Nurgiyantoro (2014:117)
menyatakan bahwa tes tertulis yang baik haruslah memungkinkan
terlibatnya unsur linguistik dan ekstralinguistik yang memberi
kesempatan kepada siswa untuk tidak hanya berpikir menghasilkan
bahasa secara tepat, tetapi juga berpikir tentang gagasan yang akan
dikemukakan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Nurgiyantoro, maka
kompetensi menulis siswa ini dapat diukur dengan menggunakan tes
menulis. Tes menulis yang paling sesuai adalah tes berbentuk esai.
Indikator untuk mengukur kompetensi menulis ini sesuai dengan
pendapat Nurgiyantoro (2014:279) menyatakan bahwa dalam melakukan
penilaian terhadap tulisan siswa, hendaknya dilakukan dengan
pendekatan holistis dan analitis. Model analitis unsur-unsur karangan
19

seperti yang diungkapkan oleh Nurgiyantoro (2014:440) bahwa


komponen yang dinilai dalam tes kompetensi menulis adalah isi gagasan
yang dikemukakan, organisasi isi, tata bahasa, gaya: pilihan struktur dan
kosakata, ejaan dan tata tulis.
Berdasarkan pada uraian di atas, penilaian tes kompetensi menulis
teks eksplanasi dalam penelitian ini didasarkan pada beberapa indikator
menurut Nurgiyantoro, yaitu: 1) isi gagasan yang dikemukakan;2)
organisasi isi;3) tata bahasa;4) gaya penulisan (pilihan struktur dan
kosakata);5) ejaan dan tanda baca. Berikut tabel indikator penilaian tes
kompetensi menulis karya ilmiah untuk memudahkan dalam penilaian.

Tabel 1.1 Aspek penilain Tes Kompetensi Menulis siswa


Variabel Aspek
Kompetensi 1) Isi gagasan yang dikemukakan
Menulis Teks 2) Organisasi isi
Eksplanasi 3) Tata bahasa
4) Gaya penulisan
5) Ejaan

Berdasarkan beberapa uraian dan penjelasan terkait dengan


kompetensi menulis siswa sekolah dasar, dari pengertian hingga
perumusan indikator penilaian sebagaimana telah disebutkan di atas,
dapat disintesiskan hakikat kompetensi menulis siswa sekolah dasar
sebagai berikut. Kompetensi menulis siswa sekolah dasar adalah
kecakapan atau kemahiran siswa sekolah dasar dalam menuangkan
pikiran, ide atau gagasan dan perasaan dalam bahasa tulisan dengan
memperhatikan aspek-aspek kebahasaan yang baik dan benar, yang
diindikatori melalui kesanggupan mereka dalam 1) menuangkan isi
gagasan sesuai dengan masalah yang dibahas; 2) menunangkan isi
gagasan atau pemikirannya dalam bahasa yang terorganisasi secara
runtut, teratur, dan jelas (koheren dan koherensif); 3) menuangkan isi
gagasan atau pemikirannya tersebut dengan struktur atau pola kalimat
yang benar; 4) menuangkan ide gagasan atau pemikirannya tersebut
20

dengan penggunaan diksi atau pilihan kata yang tepat, dan 5)


menuangkan isi gagasan atau pemikirannya tersebut dengan
memperhatikan ketepatan ejaan dan pungtuasi.

2. Literasi Informasi
a. Pengertian Literasi Informasi
Pada tahun 1972 Paul Zurkowski (The President of Information
Industry Association of United States) menciptakan istilah ‘melek
informasi’ dan sebuah disiplin baru tentang pendidikan pemakai yang
muncul jauh lebih luas daripada pengajaran perpustakaan tradisional
(Majid et al 2016). Zurkowski dalam Rindyasari (2008: 11) mengatakan
bahwa seseorang yang terlatih dalam menggunakan sumber-sumber
informasi dalam menyelesaikan tugas mereka disebut orang-orangyang
melek informasi karenamereka telah belajar teknik menggunakan
informasi dengan baik dan keterampilan dalam menggunakan beragam alat
informasi. Menurut Webber dan Johnston (dalam Hasugian, 2008)
mengungkapkan bahwa sesorang yang dianggap memiliki kemampuan
literasi informasi mampu menjelajahi lautan dan belantara informasi yang
semakin lama semakin luas dan rumit baik saat menggunakan sumber-
sumber informasi tercatak maupun sumber informasi berbasis elektronik
melalui internet.Lebih rinci, Hancock dalam Andayani (2008: 3)
menyatakan:
Literasi informasi dapat didefinisikan sebagai kemampuan
individu untuk: 1) mengenali kebutuhan informasi;2)
mengidentifikasi dan mencari sumber-sumber informasi yang
tepat;3) mengetahui cara memperoleh informasi yang terkandung
dalam sumber yang ditemukan;4) mengevaluasi kualitas
informasi yang diperoleh;5) mengorganisasikan informasi, dan 6)
menggunakan informasi yang telah diperoleh secara efektif.

Final Report of the American Library Association (ALA) tahun


1989dinyatakan bahwa literasi informasi adalah serangkaian kemampuan
yang dibutuhkan seseorang untuk menyadari kapan informasi dibutuhkan
21

dan memiliki kemampuan untuk menemukan, mengevaluasi dan


menggunakan informasi yang dibutuhkan secara efektif (Hasugian, 2008).
Dalam laporan tersebut menjelaskan bahwa untuk dapat menciptakan
masyarakat yang literate terhadap informasi, hal yang dapat dilakukan
adalah mengintegrasikan konsep literasi informasi sebagai satu program
dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah dan perguruan tinggi.
Menurut Pattah (2014) literasi informasi adalah kemampuan dalam
menemukan informasi yang dibutuhkan, mengerti bagaimana diorganisir,
familiar terhadap sumber daya yang tersedia (termasuk format informasi
dan sarana penelusuran digital) pengetahuan dan teknik yang biasa
digunakan dalam pencarian informasi. Literasi informasi merupakan
keterampilan penunjang dalam pembelajaran sepanjang hayat. Utamanya
lagi keterampilan ini dapat membantu seseorang mencari informasi yang
tepat dan sesuai secara efektif dan efisien di belantara informasi (Ganggi,
2017).
Berdasarkan definisi-definisi informasi literasi yang telah diuraikan
maka dapat disintesiskanbahwa literasi informasi adalah serangkaian
kemampuan yang dibutuhkan individu (siswa) untuk menyadari kapan dan
mengapa informasi dibutuhkan dan memiliki kemampuan untuk mencari,
megevaluasi, menggunakan, dan mengkomunikasikan informasi secara
efektif. Literasi informasi juga merupakan kunci utama dari pembelajaran
sepanjang hayat yang akan menjadi bekal seseorang untuk menemukan
informasi sesuai dengan kebutuhannya.
b. Pentingnya Literasi Informasi
Ketrampilan literasi informasi selalu dianggap penting dalam
proses pembelajaran, ketersediaan informasi digital yang sangat besar
melalui berbagai media telah semakin meningkatkan pentingnya (Chan et
al.2014). Tanpa keterampilan yang diperlukan untuk mencari,
menemukan, memproses, mengevaluasi, dan menggunakan informasi,
orang mungkin mengalami berbagai masalah yang berkaitan dengan
informasi, seperti menggunakan informasi lowquality, mengalami
22

informasi yang berlebihan, ketidakmampuan untuk menemukan informasi


yang dibutuhkan, dan keterampilan untuk menghindari penggunaan
informasi yang salah dan disinformasi (Majid, et al.2013; Miller dan
Bartlett, 2012).
Penguasaan literasi informasi dipandang sangat penting
dalam proses pembelajaran, karena dalam proses pembelajaran siswa
bersentuhan langsung dengan kebutuhan informasi sebagai penunjang
dalam pengetahuan mereka, kemampuan literasi informasi yang dimiliki
seorang siswa dapat membantu mereka dalam kegiatan belajar. Hal ini
dikarenakan literasi informasi dikaitkan dengan konsep pembelajaran
bagaimana cara belajar (learning how to learn), yaitu bagaimana caranya
agar siswa dapat mengembangkan materi secara mandiri melalui diskusi,
observasi, studi pustaka dan mendorong siswa untuk belajar lebih jauh dan
lebih mendalam. Dengan konsep tersebut siswa akan lebih aktif untuk
mencari informasi dari berbagai sumber yang ada.
c. Standar Literasi Informasi di Sekolah
American Association of School Librarians dan Association for
Educational Communications and Technology (1998) membuat suatu
standar kompetensi literasi informasi untuk tingkatan sekolah yaitu
Information Literacy Standards for Student Learning: Standards and
Indicators. Standar literasi informasi ini memberikan sebuah konsep untuk
mendeskripsikan siswa yang menguasai informasi. Standar ini terdiri dari
3 kategori, 9 standar, dan 29 indikator. Hasil pembelajaran yang
berhubungan dengan jasa yang disediakan oleh perpustakaan sekolah
dapat ditemukan dalam kategori “information category”. Dua kategori
lainnya adalah “independent learning” dan “social responsibility”, yang
mendeskripsikan aspek-aspek yang lebih umum dimana perpustakaan
sekolah juga ikut berkontribusi di dalam semua kategori. Standar dan
indikator tersebut mendeskripsikan isi dan proses informasi yang harus
dikuasai siswa untuk dapat masuk kategori orang yang berliterasi
23

informasi. Dalam standar kompetensi literasi informasi ini, siswa yang


disebut berliterasi informasi jika memiliki kemampuan sebagai berikut:
1) Standar Penguasaan Literasi Informasi
(a) Siswa yang berliterasi informasi dapat mengakses informasi
secara efisien dan efektif.
Indikator penguasaan terhadap standar pertama adalah:
Indikator 1. Mampu mengenali kebutuhan akan informasi.
Indikator 2. Mampu mengenali bahwa informasi yang akurat
dan komprehensif adalah dasar pengambilan
keputusan yang baik.
Indikator 3. Mampu menyusun pertanyaan berdasarkan
kebutuhan informasi.
Indikator 4. Mampu mengidentifikasi berbagai macam sumber
informasi yang potensial.
Indikator 5. Mampu mengembangkan dan menggunakan
strategi yang baik untuk mencari informasi.
(b) Siswa yang berliterasi informasi dapat mengevaluasi
informasi secara kritis dan keseluruhan.
Indikator penguasaan terhadap standar kedua adalah:
Indikator 1. Mampu menentukan akurasi, relevansi, dan
komprehensif.
Indikator 2. Mampu membedakan antara fakta, pandangan, dan
opini.
Indikator 3. Mampu mengidentifikasi informasi yang tidak akurat
dan menyesatkan.
Indikator 4. Mampu memilih informasi yang sesuai untuk masalah
atau pertanyaan.
(c) Siswa yang berliterasi informasi dapat menggunakan
informasi secara akurat dan kreatif.
Indikator penguasaan terhadap standar ketiga adalah:
24

Indikator 1. Mampu mengorganisasikan informasi untuk


diaplikasikan secara praktis.
Indikator 2. Mampu mengintegrasikan informasi baru ke dalam
pengetahuan seseorang.
Indikator 3. Mampu mengaplikasikan informasi ke dalam pemikiran
kritis dan pemecahan masalah.
Indikator 4. Mampu menghasilkan dan mengomunikasikan
informasi dan ide dalam format yang sesuai.
2) Standar Belajar Mandiri
(d) Siswa yang merupakan siswa mandiri harus bisa menguasai
dan mencari informasi yang berkaitan dengan ketertarikan
personal.
Indikator penguasaan terhadap standar keempat adalah:.
Indikator 1. Mampu mencari informasi dalam berbagai dimensi yaitu
karir, keterlibatan dalam komunitas, kesehatan dan
rekreasional.
Indikator 2. Mampu mendesain, mengembangkan dan mengevaluasi
produk informasi serta solusi yang berkaitan dengan
ketertarikan pribadi.

(e) Siswa sebagai siswa yang mandiri harus mampu mengolah


informasi dan menghargai literatur dan informasi lain.
Indikator 1. Pembaca yang kompeten dan self motivated.
Indikator 2. Dapat mengetahui arti dari informasi yang
direpresentasikan secara kreatif dalam berbagai format.
Indikator 3. Mampu mengembangkan produk kreatif dalam berbagai
format.
(f) Siswa sebagai siswa mandiri harus mampu mengolah
informasi dan berjuang agar berhasil dalam mencari
informasi dan membangun pengetahuan.
Indikator 1. Mampu meneliti kualitas dari proses dan produk
25

pencarian informasi pribadi.


Indikator 2. Mampu mengembangkan strategi untuk merevisi,
mengembangkan dan update pengetahuan yang dimiliki
siswa.
3) Standar Tanggung Jawab Sosial
(g) Siswa memberikan kontribusi positif kepada komunitas
belajar dan masyarakat. Siswa yang memberikan kontribusi
ini dikatakan berliterasi informasi dan mengetahui
pentingnya informasi bagi masyarakat demokratis.
Indikator 1. Mampu mencari informasi dari berbagai sumber,
konteks, aliran dan kebudayaan.
Indikator 2. Menghargai prinsip akses ke informasi yang memadai.
(h) Siswa yang berliterasi informasi memberikan kontribusi
positif kepada komunitas belajar dan masyarakat dan
mempraktekan tingkah laku etis mengenai informasi dan
teknologi informasi.
Indikator 1. Mampu menghargai prinsip kebebasan intelektual.
Indikator 2. Mampu menghargai hak produk intelektual.
Indikator 3. Mampu menggunakan teknologi informasi secara
bertanggung jawab.
(i) Siswa yang berliterasi informasi memberikan kontribusi
positif kepada komunitas belajar dan masyarakat dan
berpartisipasi secara efektif dalam kelompok untuk
membangun informasi. Siswa
Indikator 1. Mampu membagi pengetahuan dan informasi
dengan orang lain.
Indikator 2. Mampu menghargai ide, latar belakang orang lain
dan mengakui kontribusi mereka.
Indikator 3. Mampu bekerjasama dengan orang lain, secara
personal maupun melalui teknologi, untuk
26

mengidentifikasi masalah informasi dan mencari


Indikator 4. solusi.
Mampu bekerjasama dengan orang lain baik secara
personal maupun melalui teks, untuk mendesain,
mengembangkan dan mengevaluasi produk
informasi dan solusinya.
Dalam penelitian ini, untuk mengetahui literasi informasi siswa
penulis menggunakan standar literasi literasi informasi untuk tingkat
sekolah yaitu Information Literacy Standards for Student Learning:
Standards and Indicators yang dibuat oleh American Association of
School Librarians (AASL) dan Association for Educational
Communications and Technology (1998) yang terdiri dari 3 kategori 9
standar dan 29 Indikator. Dalam penelitian ini mengambil sepuluh
indikator dari ASSL yang disesuaikan dengan penelitian.Sepuluh
indikator tersebut antara lain (1) kemampuan mengenali kebutuhan
informasi; (2) kemampu menyusun pertanyaan berdasarkan kebutuhan
informasi; (3) kemampuan mengidentifkasi berbagai macam sumber
informasi yang potensial; (4) kemampu mengembangkan dan
menggunakan strategi yang baik untuk mencari informasi; (5)
kemampuan memilih informasi yang sesuai untuk masalah atau
pertanyaan; (6) kemampuan mengaplikasikan informasi kedalam
pemikiran kritis dan pemecahan masalah; (7) kemampuan mendesain,
mengembangkan dan mengevaluasi produk informasi serta solusi yang
berkaitan dengan ketertarikan pribadi; (8) kemampuan mengembangkan
strategi untuk merevisi, mengembangkan dan update pengetahuan yang
dimiliki siswa; (9) kemampuan menggunakan teknologi informasi secara
tanggung jawab; (10) kemampuan membagi pengetahuan dan informasi
dengan orang lain.

3. Kemampuan Bepikir Kreatif


a. Pengertian Berpikir Kreatif
27

Berdasarkan kurikulum 2013, siswa diberikan kesempatan untuk


mengembangkan kreativitasnya, melalui pembelajaran yang
menyenangkan akan membuat siswa bebas menuangkan ide dan
gagasannya pada pembelajaran dengan pangawasan guru. Pembelajaran
yang menyenangkan dirancang sesuai dengan kebutuhan siswa, baik
kebutuhan bakat, minat dan motivasi belajar siswa maupun kebutuhan
intelektualnya. Sehingga pembelajaran yang yang menyenangkan
menyebabkan proses belajar mengajar lebih efektif, dan siswa lebih
mudah memahami materi pelajaran.
Dalam kehidupan, terdapat dua jenis berpikir dalam
menyelesaikan masalah yaitu berpikir analitis dan berpikir kreatif yang
umumnya kita jumpai dalam kegidupan sehari-hari. Menurut Soesilo
(2014: 65) menyatakan bahwa berpikir berpikir analitis disebut juga
berpikir konvergen (memusat). Sedangkan berpikir kreatif disebut juga
berpikir divergen (menyebar) atau berpikir lateral (melebar/meluas).
Sejalan dengan pendapat di atas, Guilford (dalam Soesilo, 2014:21)
mengatakan berpikit divergen sebagai bentuk pemikiran terbuka, yang
menjajagi macam-macam kemungkinan jawaban terhadap suatu
persoalan atau masalah. Sebaliknya, berpikir konvergen berfokus pada
tercapainya satu jawaban yang paling tepat terhadap suatu persoalan.
Perbedaan dari cara berpikir analitis dengan cara berpikir kreatif dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel. 2.2 Dua Jenis Pola Pikir


Berpikir Analitis Berpikir Kreatif
Logis Imajinatif
Dapat Diramalkan Tidak Dapat Diramalkan
Konvergen-Vertikal Divergenn- Lateral
Jawaban Tunggal Jawaban Banyak
Sumber: Soesilo (2014: 66)
28

Torrance (dalam Wang, 2012) mendifinisikan berpikir kreatif


sebagai kemampuan untuk mengidentifikasi masalah, membuat tebakan,
menghasilkan ide-ide baru, dan mengkomunikasikan hasil. Sedangkan
menurut Duffy (dalam Wang, 2012) menyatakan bahwa berpikir kreatif
adalah kemampuan untuk melihat hal-hal dengan cara-cara baru dan asli,
belajar dari pengalaman dan menghubungkannya dengan situasi baru,
untuk berpikir konvensional dan cara yang unik, menggunakan
pendekatan non-tradisional untuk memecahkan masalah, dan
menciptakan sesuatu yang unik dan asli. Sudarman (2013 : 18-20)
mengatakan bahwa pemaknaan kreativitas terdapat empat aspek yaitu :
1) Kreativitas dimaknai sebagai sebuah kekuatan atau energy
(power) yang ada dalam diri individu.
2) Kreativitas dimaknai sebagai sebuah proses. Proses mengelola
informasi, melakukan sesuatu atau membuat sesuatu.
3) Kreativitas adalah sebuah produk. Berupa pemikiran (ide) karya
tulis, atau prodeuk dalam pengertian barang.
4) Kreativitas dimaknai sebagai sebuah proses Person
Berpikir kreatif merupakan ketrampilan atau kemampuan berpikir
yang bisa menghasilkan jawaban bervariasi dan berbeda dengan yang
telah ada sebelumnya. Berpikir kreatif adalah suatu aktivitas mental
untuk membuat hubungan-hubungan yang terus menerus, sehingga
ditemukan kondisi yang “benar” atau sampe seseorang itu menyerah.
Dalam berpikir kreatif, seseorang cenderung mempunyai gagasan-
gagasan baru. Gagasan-gagasan tersebut dituangkan dalam ide-ide kreatif
untuk menyelesaikan sebuah hal persoalan atau masalah.
Rogers (dalam Munandar, 2009 : 34) tiga kondisi internal dari
pribadi kreatif adalah: 1) keterbukaan terhadap pengalaman; 2)
kemampuan untuk menilai situasi sesuai dengan patokan pribadi
seseorang (Internal locus of evaluation); 3) kemampuan untuk
bereksperimen, untuk “bermain” dengan konsep-konsep. Berdasarkan
pandangan Rogers di atas bahwa dalam pembelajaran perlu memberi
29

kesempatan kepada siswa untuk berani menghadapi pengalaman-


pengalaman baru, beradaptasi pada kondisi yang beragam dan perlu
dorongan untuk mencoba sesuatu yang baru.
Berdasarkan uraian pendapat-pendapat di atas dapat disintesiskan
bahwa kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan siswa dalam
memahami masalah-maslaah dan menemukan penyelesaian dengan
strategi atau metode bervariasi (divergen). Dengan berpikir divergen
pemikiran peserta didik seakan-akan dibentangkan sehingga terbuka
kemungkinan macam-macam jawaban terhadap suatu persoalan.
b. Pengukuran Berpikir Kreatif
Untuk menilai kemampuan berpikir kreatif menggunakan acuan,
Munandar (2009 : 192) mengemukakan bahwa kemampuan berpikir
kreatif dirumuskan sebagai kemampuan yang mencerminkan aspek-aspek
sebagai berikut:

Tabel 2.3 Aspek-Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif menurut


Munandar
Aspek Contoh Sikap Kemampuan Berpikir
Kreatif
Berpikir Lancar (Fluent Thinking) - Menjawab pertanyaan.
Kelancaran yang menyebabkan - Lancar mengungkapkan gagasan-
seseorang mampu mencetuskan gagasannya.
banyak - Dapat dengan cepat melihat suatu
gagasan, jawaban, penyelesaian kelemahan dari suatu obyek atau situasi.
masalah atau pertanyaan.
Berpikir Luwes (Flexible - Memberikan berbgai penafsiran terhadap
Thinking) Kelenturan yang suatu gambar, cerita, atau masalah.
menyebabkan sesorang mampu - Jika diberi suatu masalah biasanya
menghasilkan gagasan, jawaban, memikirkan berbagai macam cara yang
atau pertanyaan yang bervariasi berbeda untuk menyelesaikannya.
Berpikir - Menggolongkan hal-hal menurut
pembagian (kategori) yang berbeda.
Berpikir Orisinil (Original - Setelah membaca atau mendengarkan
Thinking) Menyebabkan gagasan, bekerja untuk menyelesaikan
seseorang mampu melahirkan yang baru.
ungkapan-ungkapan yang baru
danunikatau mampu
30

menemukan kombinasi-kombinasi
yang tidak biasa dari unsur-unsur
yang biasa
Berpikir Elaboratif (Elaboration - Mencari arti yang lebih mendalam
ability) Menyebabkan seseorang terhadap jawaban atau pemecahan
mampu memperkaya dan masalah-masalah dengan melakukan
mengemabangkan suatu gagasan langkah-langkah yang terperinci.
- Mencoba atau menguji detail-detail
untuk melihat arah yang akan ditempuh.
Sumber : Munandar (2009 : 192)

d. Motivasi Berprestasi
d. Pengertian Motivasi Berprestasi
Menurut Sardiman (2014:73) motivasi berasal dari kata motif,
bahwa motivasi adalah daya pengerak yang telah menjadi aktif.
Selanjutnya dikatakan bahwa motivasi adalah serangkaian usaha untuk
menyediakan kondisi tertentu sehingga seseorang mau dan ingin
melakukan sesuatu. Bila ia tidak suka, maka ia berusaha untuk
meniadakan rasa tidak suka itu. Motivasi menurut Suryabrata dalam
Djaali (2013:101) adalah “keadaan yang terdapat dalam diri seseorang
yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna pencapaian
suatu tujuan”. Dari beberapa penjelasan di atas dapat penulis sintesiskan
bahwa motivasi adalah suatu usaha dan dorongan seseorang untuk
melakukan aktivitas tertentu guna mencapai tujuan atau suatu keinginan.
Pengertian motivasi berprestasi sendiri menurut Mc Clelland
dalam Djaali (2013:133), motivasi berprestasi merupakan “motivasi yang
berhubungan dengan pencapaian beberapa standar kepandaian atau
standar keahlian”. Sementara itu menurut Atkinson dalam Djaali
(2013:106), berpendapat:
Seseorang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi pada
umumnya harapan akan suksesnya selalu mengalahkan rasa takut
akan mengalami kegagalan. Ia selalu merasa optimis dalam
mengerjakan setiap apa yangdihadapinya, sehingga setiap saat
selalu termotivasi untuk mencapai tujuan.
31

Motivasi berprestasi sangat diperlukan oleh siswa karena siswa


yang memiliki motivasi berprestasi akan memiliki kemauan yang tinggi
untuk belajar, rajin, dan tekun dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
sehingga mereka menjadi siswa yang berprestasi. Individu yang
mempunyai motivasi berprestasi biasanya lebih menyukai tugas yang
menuntut tanggung jawab. Hal ini berarti keberhasilan yang dicapai
bukan karena bantuan orang lain atau karena fakor keberuntungan,
melainkan karena hasil kerja keras dirinya sendiri.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat penulis simpulkan
bawa motivasi berprestasi adalah suatu dorongan atau usaha keras pada
diri seseorang untuk memenuhi kebutuhan mencapai sasaran/ tujuan,
dengan menggunakan standar keunggulan sebagai pembanding. Dengan
demikian, siswa yang belajar dengan cepat dan lebih baik apabila mereka
sangat termotivasi untuk mencapai tujuannya, siswa juga mempunyai
usaha yang kuat untuk segera mengetahui hasil nyata dari tindakannya,
karena hal itu dapat digunakan sebagai umpan balik. Selanjutnya, dari
hasil evaluasi tersebut individu dapat memperbaiki kesalahannya dan
mendorong untuk berprestasi lebih baik dengan menggunakan cara-cara
baru.

e. Fungsi Motivasi Berprestasi


Sardiman (2014) menjelaskan tiga fungsi motivasi, yaitu: 1)
mendorong manusia untuk berbuat atau penggerak dari setiap kegiatan
yang akan dikerjakan; 2) menentukan arah perbuatan, yaitu ke arah
tujuan yang hendak dicapai; dan 3) menyeleksi perbuatan, yakni
menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi
guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang
tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Demikian juga pada diri siswa, Sardiman (2014) mengatakan
bahwa hasil belajar siswa akan menjadi optimal apabila pada diri mereka
ada motivasi. Motivasi ini akan bertalian erat dengan tujuan yang
32

selanjutnya akan mempengaruhi adanya kegiatan. Dapat dikatakan


bahwa fungsi motivasi dalam belajar ini karena dapat mendorong siswa
untuk mencapai prestasi. Seorang siswa akan melakukan suatu usaha
karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang tinggi dalam belajar akan
menunjukan hasil belajar yang baik pula.
Bertumpu pada uraian di atas, dapat disintesiskan bahwa fungsi
motivasi berprestasi adalah bagi pelajar dapat mengembangkan aktifitas
dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam
melakukan kegiatan belajar, dengan adanya usaha yang sungguh-sunguh
dan didasari adanya motivasi, pembelajaran itu akan dapat melahirkan
prestasi yang baik.
f. Karakteristik Individu yang Memiliki Motivasi Berprestasi
Menurut Sardiman (2014) mengungkapkan bahwa ciri-ciri
seseorang yang memiliki motivasi berprestasi, yakni 1) tekun
menghadapi tugas; 2) ulet menghadapi kesulitan; (3) menunjukkan minat
terhadap bermacam-macam masalah; 4) lebih senang belajar mandiri; 5)
cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin; 6) dapat mempertahankan
pendapat; 7) tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu; dan 8)
senang mencari dan memecahkan berbagai masalah. Agar dapat mencari
dan memecahkan berbagai masalah, seseorang memiliki motivasi
berprestasi sering mempelajari hal-hal baru, membaca berbagai buku,
dan aktif bertanya mengenai hal-hal yang berkaitan dengan bidangnya.
Berdasarkan temuan dari Heackhausen dalam Mulyani (2006:15-
16) yaitu mengenai karakteristik individu yang mempunyai motivasi
berprestasi, seperti :
1) Berorientasi Sukses
Jika individu diharapkan pada situasi berprestasi ia akan merasa
optimis dengan kesuksesan yang akan diraihnya, dan dalam
mengerjakan tugas seseorang lebih terdorong oleh harapan untuk
sukses daripada menghindar tetapi gagal.
2) Berorientasi Ke Depan
Bahwa seseorang mempunyai kehendak dan tujuan di masa
mendatang dengan memperhatikan waktu. Seseorang cenderung
33

memikirkan tujuan yang hendak dicapainya dalam waktu yang


akan datang, tidak cepat puas terhadap apa yang dia peroleh
sekarang, lebih menghargai dan memanfaatkan waktu luang, serta
ia lebih dapat menangguhkan pemuasan untuk mendapatkan
penghargaan di masa mendatang.
3) Suka Tantangan
Seseorang lebih suka jenis tugas yang cukup rawan antara sukses
dan gagal. Hal itu menjadikan pendorong baginya untuk
melaksanakan tugas dengan sungguh-sungguh, suka situasi
prestasi yang mengandung risiko yang cukup untuk gagal, dan
suka akanperbedaan dan kekhasan tersendiri sesuai dengan
kompetensi profesional yang dimiliki, dengan demikian secara
tidak langsung akan mempengaruhi kualitas dan pencapaian
prestasi siswa.
4) Ulet dan Tangguh
Seseorang bila dihadapkan pada suatu tugas yang berat sekalipun
tidak mudah menyerah, tetap bekerja dengan baik untuk mencapai
prestasi terbaiknya dibanding dengan orang lain, dalam
melakukan tugas-tugasnya menunjukkan keuletannya, ketepatan
waktu, dan tidak mudah putus asa serta berusaha sesuai dengan
kemampuannya.

Dengan demikian, dari uraian di atas dapat disintesiskan bahwa


hakikat motivasi berprestasi dalam penelitian ini adalah tenaga
pendorong untuk berprestasi dengan mengerjakan segenap
kemampuannya guna mencapai tujuan yang dicitakan atau yang
diinginkan. Dengan demikian, siswa yang mempunyai motivasi
berprestasi tinggi memiliki sikap positif terhadap tugas-tugas yang
menjadi kewajibannya sehingga meraih prestasi tinggi. Berdasarkan
penjelasan-penjelasan di atas, maka dapat diketahui indikator-indikator
motivasi berprestasi yang digunakan untuk mengumpulkan data
penelitian. Indikator-indikator motivasi berprestasi siswa ini bertujuan
untuk mengetahui ada tidaknya motivasi berprestasi dalam diri seorang
siswa agar dapat mencapai prestasi belajar yang maksimal, dijabarkan
indikator motivasi berprestasi, yaitu: 1) menyukai tantangan; 2) ulet dan
tangguh; 3) berorientasi pada tujuan dan 4) dorongan untuk sukses; 5)
melakukan umpan balik.
34

B. Kajian Penelitian yang Relevan


Penelitian yang relevan merupakan penelaahan dari hasil penelitian
tedahulu yang diperlukan untuk mempertajam penelitian yang akan dilaksanakan.
Beberapa penelitian yang relevan terhadap judul reset:
Chen, et al. (2014)melakukan penelitian yang berjudul: Effects of
integrated information literacy on science learning and problem-solving among
seventh-grade students, yaitu meneliti efek mengintegrasikan keterampilan literasi
informasi dalam pembelajaran ilmu pengetahuan. Di sekolah SMP Taiwan, siswa
dibagi menjadi kelompok eksperimen dan kontrol. Kelompok eksperimen
menerima kurikulum berbasis ilmu pengetahuan dengan mengintegrasikan
keterampilan literasi informasi sedangkan kelompok kontrol menerima
pembelajaran tradisional. Kedua kelompok diajarkan oleh guru yang sama. Hasil
dari penelitian ini adalah siswa dalam kelompok eksperimen secara signifikan
lebih baik daripada siswa dalam kelompok kontrol pada pemahaman membaca
dan pemecahan masalah. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Chen et al.
adalah sama-sama meneliti variabel literasi informasi dalam pembelajaran.
Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Chen et al. adalah menggunakan
penelitian eksperimen sedangkan yang akan dilakukan oleh penelitian adalah
menggunakan jenis penelitian survei.
Boger, Dybvik dan Norheim. (2015) melakukan penelitian dengan judul:
The impact of librar yinformation literacy classes on first-year undergraduate
students’ search behaviour.Journal of Information Literacy. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menyelidiki apakah kursus perpustakaan dalam literasi
informasi yang diajarkan di universitas berdampak pada perilaku pencarian siswa.
Hasil dari penelitian ini adalah bahwa hanya ada sedikit perbedaan dalam perilaku
pencarian antara mereka yang telah menghadiri kursus perpustakaan dalam literasi
informasi dan mereka yang tidak. Banyak siswa yang menggunakan Google
sebagai titik awal mereka untuk mencari informasi. Persamaan penelitian yang
dilakukan adalah sama-sama meneliti variabel literasi informasi. Perbedaan
penelitian yang dilakukan oleh adalah menghubungkan pengaruh literasi
informasi pada pencarian siswa sedangkan yang akan dilakukan oleh peneliti
35

adalah menghubungkan pengaruh literasi informasi pada kompetensi menulis teks


eksplanasi.
Majid, et al. (2016) melakukan penelitian dengan judul Auditing
information literacy skills of secondary schoolstudents in Singapor. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menilai literasi informasi (IL) pada siswa usia 14-15
tahun, di Singapura. Hasil penelitian ini adalah ditemukan bahwa penggunaan
perpustakaan sekolah dan sumber daya mereka pada tingkat yang sangat rendah.
Sebagian besar siswa mendekati teman sekelas dan teman-teman untuk membantu
dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan informasi mereka. Hanya
sebagian kecil berkonsultasi perpustakaan sekolah mereka. Persamaan penelitian
yang dilakukan adalah sama-sama meneliti variabel literasi informasi pada siswa.
Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh adalah hanya meneliti tingkat literasi
informasi siswa, sedangkan yang akan dilakukan oleh peneliti adalah
menghubungkan pengaruh literasi informasi pada kompetensi menulis teks
eksplanasi.
Kirkpatrick dan Klein. (2016) melakukan penelitian dengan judul High-
achieving high school students’ strategies for writing from Internet. Tujuan
penelitian ini adalah untukmenyelidiki strategi global dan lokal pada siswa kelas
12 untuk menulis dari internet. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa
menggunakan internet juga menghasilkan strategi menulis yang baru. Persamaan
penelitian yang dilakukan adalah sama-sama meneliti variabel menulis pada
siswa. Perbedaan penelitian yang dilakukan adalah menyelidiki strategi menulis
melalui internet, sedangkan yang akan dilakukan oleh peneliti adalah
menghubungkan pengaruh literasi informasi pada kompetensi menulis teks
eksplanasi.
Wang. (2012) melakukan penelitian yang berjudul Exploring the
relationship of creative thinking to reading and writing. Tujuan penelitian ini
adalah meneliti hubungan berpikir kreatif terhadap membaca dan menulis. Hasil
dalam penelitiannya adalah bahwa siswa yang menghabiskan lebih banyak
waktu membaca dan menulis tampil lebih baik secara signifikan pada tes
kreativitas. Persamaan penelitian yang dilakukan adalah sama-sama meneliti
36

variabel kreativitas atau berpikir kreatif terhadap menulis. Perbedaan penelitian


yang dilakukan adalah meneliti variabel kreativitas atau berpikir kreatif terhadap
menulis dan membaca, sedangkan yang akan dilakukan oleh peneliti adalah
menghubungkan pengaruh kreativitas siswa terhadap kompetensi menulis teks
eksplanasi.
Tok. (2015) melakukan penelitian yang berjudul Effects of creative
writing activities on students’ achievement in writing, writing dispositions and
attitude to English. Tujuan penelitian ini adalah meneliti dampak kegiatan
menulis kreatif terhadap prestasi siswa kelas 7, prestasi dalam keterampilan
menulis, menulis disposisi dan sikap mereka terhadap bahasa Inggris. Hasil
penelitian ini adalah menggunakan latihan menulis kreatif memiliki efek positif
terhadap prestasi menulis dan menulis disposisi di kelas 7 di sekolah dasar.
Persamaan penelitian yang dilakukan adalah sama-sama meneliti variabel
kreativitas atau berpikir kreatif dan variabel menulis. Perbedaan penelitian yang
dilakukan adalah meneliti variabel menulis kreatif terhadap prestasi ketrampilan
menulis, sedangkan yang akan dilakukan oleh peneliti adalah menghubungkan
pengaruh kreativitas siswa terhadap kompetensi menulis teks eksplanasi.
Nosratinia dan Adibifar. (2014) melakukan penelitian yang berjudul The
Effect of Teaching Metacognitive Strategies on Field- dependent and Independent
Learners’ Writing. Tujuan penelitian ini adalah menyelidiki pengaruh strategi
pembelajaran metakognitif terhadap prestasi menulis pembelajar yang tergantung
pada lapangan dan pembelajar mandiri di lapangan. Hasil penelitian ini adalah
strategi pembelajaran metakognitif mempengaruhi prestasi menulis kelompok
eksperimen dalam post-test mereka. Selain itu, peserta didik mandiri lapangan
mengungguli orang-orang yang bergantung pada lapangan dalam post-test
mereka. Persamaan penelitian yang dilakukan adalah sama-sama meneliti variabel
variabel menulis. Perbedaan penelitian yang dilakukan adalah meneliti variabel
strategi embelajaran menulis terhadap prestasi menulis, sedangkan yang akan
dilakukan oleh peneliti adalah menghubungkan pengaruh literasi informasi,
kreativitas siswa terhadap kompetensi menulis teks eksplanasi.
37

Moghaddam dan Malekzadeh. (2011) melakukan penelitian dengan


judul: Improving L2 Writing Ability in the Light of Critical Thinking. Penelitian
ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis peserta didik dengan CT.
Peserta disuruh menulis komposisi dengan tema yang unik dan yang belum
pernah mereka kerjakan sebelumnya. Kelas dibagi menjadi dua kelompok untuk
mengetahui apakah ada variasi. Hasil analisis menunjukkan tulisan-tulisan peserta
didik pada kedua kelompok yang ditingkatkan secara kualitatif dan kuantitatif
menghasilkan kelompok kurang mahir memiliki efek yang lebih baik pada peserta
didik mahir. Latar belakang pengetahuan juga dipertimbangkan. Sehingga bisa
dikatakan bahwa siswa yang memiliki pengetahuan awal yang baik akan mampu
menulis dengan baik pula. Namun bagi siswa yang memiliki pengetahuan yang
kurang, digunakanlah metode berpikir kritis, di antaranya imajinasi, sportif,
disiplin, maka wawasan mereka meningkat. Persamaan penelitian yang dilakukan
adalah sama-sama meneliti variabel menulis. Perbedaan penelitian yang dilakukan
adalah meneliti variabel kemampuan menulis dan CT, sedangkan yang akan
dilakukan oleh peneliti adalah menghubungkan pengaruh literasi informasi,
kemampuan berpikir kreatif dan motivasi berprestasi terhadap kompetensi
menulis teks eksplanasi.
Ranjit Singh dan Rajalingan. (2012) melakukan penelitian yang
berjudul: The Relationship of Writing Apprehension Level and Self-efficacy
Beliefs on Writing Proficiency Level among Pre-university Student. Penelitian
tersebut bertujuan menentukan seberapa berpengaruhnya keterampilan menulis
karya ilmiah siswa prakuliah dibidik dari keyakinan mengontrol diri yang kuat
dan kecakapan menulis mereka. Hasil penelitian menunjukkan hubungan antara
menulis karya ilmiah ditinjau dari tingkat kepandian menulis dan kecakapan
menulis mengindikasikan bahwa memiliki tingkat kepandian menulis dan
kecakapan menulis yang tinggi menunjukkan unjuk kerja responden yang baik.
Metode yang digunakan adalah literatur dan diskusi. Hal ini menunjukkan bahwa
ada hubungan positif antarvariabel yang diukur, yakni tingkatan kepandaian
menulis, keahlian menulis yang mengindikasikan bahwa tingkatan kepandaian
yang lebih baik.Persamaan penelitian yang dilakukan adalah sama-sama meneliti
38

variabel menulis. Perbedaan penelitian yang dilakukan adalah meneliti variabel


kemampuan menulis dan Self-efficacy Beliefs, sedangkan yang akan dilakukan
oleh peneliti adalah menghubungkan pengaruh literasi informasi, kemampuan
berpikir kreatif dan motivasi berprestasi terhadap kompetensi menulis teks
eksplanasi.
Javed. (2013) yang melakukan penelitiandengan judul: A Study of
Students’ Assessment in Writing Skills of the English Language. Penelitian ini
bertujuan untuk mengevaluasi dan menilai kompetensi siswa dalam keterampilan
menulis di tingkat sekolah menengah dalam bahasa Inggris berfokus lima besar
bidang isi: kata akhiran, membuat kalimat / sintaks, pemahaman, tenses / tata
bahasa dan ejaan. Persamaan penelitian yang dilakukan adalah sama-sama
meneliti variabel menulis. Perbedaan penelitian yang dilakukan adalah meneliti
variabel kemampuan menulis dalam bahasa Inggris, sedangkan yang akan
dilakukan oleh peneliti adalah menghubungkan pengaruh literasi informasi,
kemampuan berpikir kreatif dan motivasi berprestasi terhadap kompetensi
menulis teks eksplanasi.
Moussa Ahmadian, Hooshang Yazdani, dan Sabriyeh Ebadi. (2013)
melakukan penelitiandengan judul: On The Effects Of Peer Feedback And
Teacher Feedback On Iranian English Language Learners, Writing Ability.
Artikel penelitian tersebut berisi tentang bagaimana pengaruh kritik guru dan
kritik teman sebaya terhadap kemampuan menulis mahasiswa sarjana jurusan
sastra Inggris. Hasil menunjukkan bahwa umpan balik teman sejawat tidak lebih
efektif daripada umpan balik guru dalam membantu peserta didik meningkatkan
kemampuan menulis mereka, terutama menulis esai. Persamaan penelitian yang
dilakukan adalah sama-sama meneliti variabel menulis. Perbedaan penelitian yang
dilakukan adalah meneliti pengaruh kritik guru dan kritik teman sebaya terhadap
kemampuan menulis mahasiswa sarjana jurusan sastra Inggris, sedangkan yang
akan dilakukan oleh peneliti adalah menghubungkan pengaruh literasi informasi,
kemampuan berpikir kreatif dan motivasi berprestasi terhadap kompetensi
menulis teks eksplanasi pada siswa sekolah dasar.
39

Jahin. (2012) melakukan penelitian dengan judul: The Effect of Peer


Reviewing on Writing Apprehension and Essay Writing Ability of Prospective
EFL Teachers. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui tingkat
kemampuan menulis esai pada calon guru EFL. Hasil analisis data menunjukkan
dampak positif dari tinjauan rekan sejawat dalam kelompok peserta eksperimen
terhadap kepandaian menulis dan kemampuan menulis esai.Persamaan penelitian
yang dilakukan adalah sama-sama meneliti variabel menulis. Perbedaan penelitian
yang dilakukan adalah meneliti tingkat kemampuan menulis esai pada calon guru
EFL, sedangkan yang akan dilakukan oleh peneliti adalah menghubungkan
pengaruh literasi informasi, kemampuan berpikir kreatif dan motivasi berprestasi
terhadap kompetensi menulis teks eksplanasi pada siswa sekolah dasar.
Kai, S., Chu, W.(2012) melakukan penelitian dengan judul: Assessing
Information Literacy: A Case Study of Primary 5 Students in Hong Kong, tujuan
penelitian ini adalah menyelidiki tingkat literasi informasi pada siswa kelas 5 di
Hong Kong dengan memperhatikan faktor-faktor seperti jenis kelamin dan
kemampuan membaca. Hasil penelitian ini adalah siswa perempuan menunjukkan
hasil lebih tinggi pada ILA daripada rekan pria mereka. Siswa perempuan juga
memiliki nilai yang lebih tinggi dalam CRC jika dibandingkan dengan siswa laki-
laki, hal ini menunjukkan tingkat kemampuan membaca yang lebih tinggi.
Asosiasi positif yang signifikan juga ditemukan antara IL dan kemampuan
membaca. Persamaan penelitian yang dilakukan adalah sama-sama meneliti
variabel literasi informasi. Perbedaan penelitian yang dilakukan adalah meneliti
tingkat literasi informasi dengan memperhatikan faktor-faktor seperti jenis
kelamin dan kemampuan membaca, sedangkan yang akan dilakukan oleh peneliti
adalah menghubungkan pengaruh literasi informasi, kemampuan berpikir kreatif
dan motivasi berprestasi terhadap kompetensi menulis teks eksplanasi pada siswa
sekolah dasar.
Yusuf, M. (2011) melakukan penelitian dengan judul: The impact of self-
efficacy , achievement motivation , and self- regulated learning strategies on
students ’ academic achievement. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh percaya diri, motivasi berprestasi dan kemandirian belajar terhadap
40

prestasi akademik. Hasil penelitian ini adalah percaya diri, motivasi berprestasi
dan kemandirian belajar berpengaruh terhadap prestasi akademik. Persamaan
penelitian yang dilakukan adalah sama-sama meneliti variabel achievement
motivation. Perbedaan penelitian yang dilakukan adalah meneliti pengaruh self-
efficacy , achievement motivation , and self- regulated learning strategies on
students ’ academic achievement, sedangkan yang akan dilakukan oleh peneliti
adalah menghubungkan pengaruh literasi informasi, kemampuan berpikir kreatif
dan motivasi berprestasi terhadap kompetensi menulis teks eksplanasi pada siswa
sekolah dasar.
Chen, C. et al. (2016) melakukan penelitian dengan judul: The effect of
online summary assessment and feedback system on the summary writing on 6th
graders: The LSA- based techniqu. Penelitian tersebut bertujuan untuk
mengetahui penilaian ringkasan dan umpan balik sistem otomatis berdasarkan
Latent Semantic Analysis (LSA) untuk memberikan nilai, konsep dan umpan balik
semantik, dan kemudian meneliti efek dari konsep dan umpan balik semantik pada
penulisan ringkasan oleh siswa di kelas enam. Hasil keseluruhan menunjukkan
efektivitas dari sistem yang diusulkan dalam meningkatkan keterampilan menulis
ringkasan siswa. Efek umpan balik semantik dan umpan balik konsep juga
dibahas. Persamaan penelitian yang dilakukan adalah sama-sama meneliti variabel
menulis. Perbedaan penelitian yang dilakukan menilai ringkaan siswa berdasarkan
Semantic Analysis (LSA), sedangkan yang akan dilakukan oleh peneliti adalah
menghubungkan pengaruh literasi informasi, kemampuan berpikir kreatif dan
motivasi berprestasi terhadap kompetensi menulis teks eksplanasi pada siswa
sekolah dasar.
Deepti Gupta and Getachew Seyoum Woldemariam. (2011) melakukan
penelitian yang berjudul The Influence of Motivation and Attitude on Writing
Strategy Use of Undergraduate ELF Student, bertujuanuntuk menguji pengaruh
motivasi dan sikap pada penggunaan strategi penulisan siswa EFL sarjana di
Universitas Jimma, Etiopia. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa mahasiswa
sarjana dengan motivasi yang kuat menunjukkan tingkat tinggi kenikmatan,
41

kepercayaan diri, kemampuan, dan sikap positif terhadap metode pengajaran


menulis yang efektif, dan mereka ternyata memiliki strategi menulis.
Lama Majed Al-Qaisy dan Jihad Turki, (2011), melakukan penelitian
yang berjudul: Adolescents Creativity, Self-Concept and Achievement Motivation.
Dalam penelitiannya tersebut, peneliti mengukur tingkat dan hubungan
kreativitas, konsep diri, dan motivasi berprestasi remaja pada remaja di sekolah
menengah di kota Amman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi
berprestasi dan konsep diri pada remaja pria dan wanita yang memiliki kreativitas
tinggi lebih kecil dari remaja pria dan wanita yang memiliki kreativitas rendah,
adanya pengaruh yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan konsep diri
dan kreativitas. Persamaan penelitian yang dilakukan adalah sama-sama meneliti
variabel achievement motivation dan creativity. Perbedaan penelitian yang
dilakukan adalah meneliti tingkat dan hubungan kreativitas, konsep diri, dan
motivasi berprestasi remaja, sedangkan yang akan dilakukan oleh peneliti adalah
meneliti pengaruh literasi informasi, kemampuan berpikir kreatif dan motivasi
berprestasi terhadap kompetensi menulis teks eksplanasi pada siswa sekolah
dasar.
Road map penelitian membimbing peneliti untuk selalu berada pada jalur
yang benar. Road map penelitian bukan hanya mengakomodasi penelitian yang
akan dilakukan, tetapi harus pula mencerminkan penelitian yang telah dan sedang
dikerjakan. Pengembangan road map penelitian sangat diperlukan untuk
membantu dan mengarahkan peneliti mencapai tujuan penelitian yang diinginkan.
Road map penelitian memberikan gambaran yang jelas tentang status penelitian
yang diusulkan, terhadap hasil penelitian sebelumnya (dari pustaka dan karya
sendiri) dan terhadap kemungkinan perkembangan penelitian tersebut di masa
depan. Berdasarkan penelitian terdahulu dapat dibuat road map penelitian sebagai
berikut.
42

Deepti Gupta and


Getachew Seyoum
Woldemariam:
Motivation and
writing

LamaMajed Al-
Qaisy&Jihad
Turki: Creativity,
Self-Concept and Javed:
Achievement Writing Skills Boger,
Motivation Dybvik&Norhei
m: information
literacy
Moghaddam
&Malekzadeh: Moussa Ahmadian,
Writing Ability, Hooshang Yazdani
Critical Thinking &Sabriyeh Ebadi: Tok: creative
Writing Ability writing,
achievement in
Yusuf, M: writing
achievement
motivation

2011 2013 2015


2012 2014 2016
Kai, S., Chu,
W: Information Nosratinia&Adi Majid et al:
Literacy bifar: Writing information
literacy

Jahin:
Writing Ability Kirkpatrick dan
Klein: writing
from Internet
Chen:
Ranjit Singh Information
&Rajalingan: Literacy
Chen, C. et al:
Writing summary
writing

Wang: creative
thinking and
writing

Gambar 2.1 Road Map Penelitian


43

C. Kerangka Berpikir
1. Pengaruh literasi informasi terhadap motivasi berprestasi.
Kemampuan literasi informasi setiap orang berbeda tergantung dari
pengalaman dan pemikiran orang tersebut. Literasi informasi akan
membantu siswa dalam menambah pengetahuan, dengan memiliki literasi
informasi yang baik maka siswa akan mengetahui kapan informasi
dibutuhkan, sadar akan kebutuhan informasi sebagai penunjang
kebutuhannya sebagai seorang pembelajar, tahu bagaimana cara mengakses
atau menemukan informasi, mampu mengevaluasi dan mengolah informasi,
mampu memanfaatkan informasisesuai dengan etika maupun hukum yang
berlaku. Kemampuan literasi informasi tersebut dapat menumbuhkan
kecintaan dan keinginan siswa pada ilmu pengetahuan serta membantu
siswa dalam pemahaman pembelajaran di sekolah.
Keinginan dan kecintaan siswa pada ilmu pengetahuan tersebut bisa
disamakan dengan motivasi. Dalam hal ini motivasi berprestasi merupakan
dorongan atau motif dalam diri individu untuk mencapai tujuan yang ingin
dicapai sesuai dengan kebutuhannya. Siswa yang mempunyai motivasi
berprestasi cenderung menganggap prestasi adalah sebuah kebutuhan yang
dalam mewujudkannya harus memiliki dan mengarahkan semua
kompetensinya. Siswa yang mempunyai motivasi berprestasi sangat tertarik
pada tugas yang cukup rawan antara sukses dan gagal, siswa tidak takut
untuk mencoba hal-hal yang baru untuk mencari informasi di
sekitarnyamelalui membaca buku, membaca koran, mendengarkan berita,
menonton video dan lainnya serta aktif bertanya mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan bidangnya, siswa cenderung lebih sungguh-sungguh
dalam mengerjakan tugas, sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi
kualitas dalam pencapaian prestasi belajar siswa. Siswa yang memiliki
literasi informasi yang baik maka akan menumbuhkan motivasi berprestasi
yang lebih baik. Berdasarkan uraian di atas, maka diduga bahwa literasi
informasi berpengaruh terhadap motivasi berprestasi.
44

2. Pengaruh kemampuan berpikir kreatif terhadap motivasi berprestasi.


Kemampuan berpikir kreatif yang disebut juga ketrampilan berfikir
divergen yaitu kemampuan siswa dalam memahami masalah-maslaah dan
menemukan penyelesaian dengan strategi atau metode bervariasi. Dengan
berpikir divergen pemikiran peserta didik seakan-akan dibentangkan
sehingga terbuka kemungkinan macam-macam jawaban terhadap suatu
persoalan. Kemampuan berpikir kreatif juga sebagai salah satu faktor yang
mendorong siswa untuk lebih bebas mempelajari makna yang dipelajari.
Motivasi berprestasi merupakan suatu dorongan atau usaha
seseorang dalam mencapai tujuan atau kesuksesan, dalam mencapai tujuan
tersebut membutuhkan kemampuan. Kemampuan tersebut sebagai kekuatan
untuk bertindak yang dicapai oleh siswamelalui latihan belajar, dalam hal
ini adalah kemampuan berpikir kreatif. Motivasi berprestasi siswa akan
tumbuh baik bila ditunjang oleh kemampuan berpikir kreatif. Individu yang
mempunyai kemampuan berpikir kreatif yang baik biasanya juga
mempunyai motivasi berprestasi yang baik pula. Berdasarkan uraian di atas,
maka diduga bahwa kemampuan berpikir kreatif berpengaruh terhadap
motivasi berprestasi.
3. Pengaruh literasi informasi terhadap kompetensi menulis siswa sekolah
dasar.
Siswa yang memiliki literasi informasi yang baik maka akam
menyadari kapan informasi dibutuhkan dan memiliki kemampuan untuk
mencari, megevaluasi, menggunakan sumber-sumber informasi dan
mengkomunikasikan informasi secara efektif. Mencari informasi dapat
dilakukan di perpustakaan melalui buku, majalah, koran maupun melalui
internet. Untuk dapat menulis dengan baik, seseorang membutuhkan
pengetahuan yang luas salah satunya adalah pengetahuan kebahasaan, serta
memiliki informasi yang cukup. Siswa yang mengenali kebutuhan informasi
maka akan terdorong untuk mencari tahu tentang informasi yang dibutuhkan
dengan cara membaca, melalui membaca dari berbagai sumber maka akan
menumbuhkan pengetahuan siswa.
45

Meningkatnya minat membaca dan pengetahuan siswa maka akan


berpengaruh terhadap kemampuan menulis siswa. Ketrampilan membaca
dan menulis sangat berkaitan, untuk bisa menulis dengan baik maka siswa
harus memiliki pengetahuan yang baik dan pengetahuan itu di dapat melalui
literasi informasi. Berdasarkan uraian di atas, maka diduga bahwa literasi
informasi berpengaruh terhadap kompetensi menulis siswa sekolah dasar.
4. Pengaruh literasi informasi terhadap kompetensi menulis siswa sekolah
dasar dengan motivasi berprestasi sebagai variabel intervening.
Literasi informasi yang baik akan membekali siswa untuk menjadi
pembelajar seumur hidup, mendorong atau menumbuhkan kecintaan pada
ilmu pengetahuan yang akan menjadikan siswa menjadi pembelajar mandiri.
Dorongan dalam hal ini diartikan sebagai motivasi berprestasi, literasi
informasi yang baik akan mendorong motivasi siswa dalam berprestasi
sehingga dapat meningkatkan kompetensi menulis siswa sekolah dasar.
Dengan demikian dapat diduga bahwa literasi informasi berpengaruh
terhadap kompetensi menulis siswa sekolah dasar dengan motivasi
berprestasi sebagai variabel intervening.
5. Pengaruh kemampuan berpikir kreatif terhadap kompetensi menulis
siswa sekolah dasar.
Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan yang
mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berfikir serta
kemampuan untuk mengelaborasi suatu gagasan dan menekankan bahwa
kreativitas sebagai keseluruhan kepribadian yang merupakan hasil interaksi
dengan lingkungannya. Dalam berpikir kreatif, seseorang cenderung
mempunyai gagasan-gagasan baru. Gagasan-gagasan tersebut dituangkan
dalam ide-ide kreatif untuk menyelesaikan sebuah masalah atau persoalan.
Menulis merupakan kegiatan menyampaikan ide, gagasan dan
perasaan seseorang yang diungkapkan dalam bahasa tulis. Dalam hal ini
menulis merupakan hasil dari kemampuan berpikir kreatif siswa yang
dibuat oleh siswa untuk mengekpresikan ide, gagasan dan perasaannya.
Dalam kegiatan menulis siswa membutuhkan kemampuan berpikir kreatif
46

untuk mengekpresikan ide dan gagasan-gagasan yang baru. Individu yang


memiliki kemampuan berpikir kreatif yang baik akan mampu menulis
dengan baik. Dengan demikian, diduga bahwa kemampuan berpikir kreatif
berpengaruh terhadap kompetensi menulis siswa sekolah dasar.
6. Pengaruh kemampuan berpikir kreatif terhadap kompetensi menulis
siswa sekolah dasar dengan motivasi berprestasi sebagai variabel
intervening.
Kemampuan berpikir kreatif mendorong siswa untuk bertindak
sesuai dengan kecenderungannya untuk mengaktualisasikan diri dan untuk
mewujudkan potensi yang dimiliki. Kecenderungan inilah yang menjadi
motivasi utama siswa membentuk produk kreatif, termasuk didalamnya
motivasi berprestasi. Kemampuan berpikir kreatif yang baik, akan
mendasari motivasi berprestasi siswa menjadi lebih baik, sehingga akan
meningkatkan kompetensi menulis siswa sekolah dasar. Dengan demikian
dapat diduga bahwa kemampuan berpikir kreatif berpengaruh terhadap
kompetensi menulis siswa sekolah dasar dengan motivasi berprestasi
sebagai variabel intervening.
7. Pengaruh motivasi berprestasi terhadap kompetensi menulis siswa
sekolah dasar.
Dalam hal ini motivasi berprestasi sangat diperlukan oleh siswa
karena siswa yang memiliki motivasi berprestasi akan memiliki kemauan
yang tinggi untuk belajar, rajin, dan tekun dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran sehingga mendorong mereka menjadi siswa yang berprestasi.
Motivasi berprestasi yang rendah menyebabkan siswa kurang antusias
dalam mengikuti pembelajaran, sehingga kegiatan dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran dirasa berat dan membosankan.
Kompetensi menulis siswa sekolah dasar dipengaruhi oleh banyak
faktor yang salah satunya adalah faktor dalam diri siswa itu sendiri yaitu
motivasi berprestasi. Salah satu ciri siswa yang memiliki motivasi
berprestasi adalah memiliki kemauan yang tinggi untuk belajar, rajin, dan
tekun dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Siswa yang memiliki
47

motivasi berprestasi yang baik maka akan mendorong untuk memiliki


kompetensi menulisyang baik. Dengan demikian, diduga motivasi
berprestasi berpengaruh terhadap kompetensi menulis siswa sekolah dasar.
Dari uraian diatas, dapat dikatakan bahwa literasi informasi,
kemampuan berpikir kreatif berpengaruh secara langsung maupun tidak
langsung terhadap kompetensi menulis teks eksplanasi dengan motivasi
berprestasi sebagai variabel intervening.

6
Literasi
7 Informasi
(X1)
8
1
9
2 Kompetensi
10 Motivasi
Menulis Siswa
3 Berprestasi
(Z) Sekolah Dasar
4 (Y)

Berpikir
2
kreatif
(X2)
3

4
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
48

D. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan penyusunan kerangka berpikir
sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, hipotesis dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh literasi informasi terhadap motivasi berprestasi.
2. Terdapat pengaruh kemampuan berpikir kreatif terhadap motivasi
berprestasi.
3. Terdapat pengaruh secara langsung literasi informasi terhadap kompetensi
menulis teks eksplanasi.
4. Terdapat pengaruh secara tidak langsung antara literasi informasi terhadap
kompetensi menulis teks eksplanasi dengan motivasi berprestasi sebagai
variabel intervening.
5. Terdapat pengaruh secara langsung kreatifitas siswa terhadap kompetensi
menulis teks eksplanasi.
6. Terdapat pengaruh secara tidak langsung antara kreativitas terhadap
kompetensi menulis teks eksplanasi dengan motivasi berprestasi sebagai
variabel intervening.
7. Terdapat pengaruh motivasi berprestasi terhadap kompetensi menulis teks
eksplanasi.
49

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VSDN di Kabupaten Sragen
tahun pelajaran 2017/2018 dengan alasan kabupaten Sragen merupakan salah
satu dari tiga kabupaten di Jawa Tengah yang menerima anugerah literasi
yang diberikan sebagai apresiasi Kemendikbud kepada kabupaten/kota mitra
United States Agency for International Development Prioritizing Reformn,
Innovation, Opportunities for Reaching Indonesian’s Teacher,
Administrators, and Students (USAID PRIORITAS).

2. Waktu Penelitian
Rencananya dilaksanakan mulai September 2017 sampai dengan
Februari 2018. Adapun tahapan pelaksanaan kegiatan penelitian secara umum
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian
Sept Okt Nov Des Jan Feb
No Kegiatan 2017 2017 2017 2017 2018 2018
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Perbaikan
1
Proposal x x Xx
Pengembang
2
an Instrumen Xx X
Perijinan
3
Penelitian XX X X
Ujicoba
4
Instrumen X X X
Pengumpulan
5
Data X X X X
Pengolahan
6 atau Analisis
Data X Xx Xx x
Penyusunan
Laporan
7
Hasil
Penelitian Xx x x x x X x X
50

B. Rancangan/Desain Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif,
karena dalam penelitian ini mendeskrepsikan keadaan yang terjadi pada saat
sekarang secara sistematis dan faktual dengan tujuan untuk memaparkan serta
penyelesaian dari masalah yang diteliti. Metode penelitian kuantitatif,
sebagaimana dikemukakan oleh Sugiyono (2012:8) yaitu,”Metode penelitian
yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada
populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk
menguji hipotesis yang telah ditetapkan”.
Menurut Sugiyono (2012:13) berpendapat,“Penelitian deskriptif yaitu
penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu
variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan atau
menghubungkan dengan variabel yang lain”.Jika dilihat dari segi metode
penelitian maka penelitian ini menggunakan metode survey. Sugiyono
(2012:11) yang dimaksud metode survey yaitu metode yang digunakan untuk
mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi
peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya dengan
mengedarkan kuesioner, test, wawancara terstruktur, dan lain sebagainya.
2. Variabel Penelitian dan Definisi Oprasional
a. Variabel Penelitian
Identifikasi variabel penelitian bertujuan untuk menghindari
makna ganda dan berguna untuk mencari data dalam penelitian sebab
dengan mengidentifikasi variabel secara jelas akan mempermudah dalam
mendapatkan data. Sugiyono (2012:85) mengatakan bahwa variabel
penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian
ada 4 variabel, yaitu :
51

1) Variabel Independen atau Variabel Bebas (X)


Variabel bebas merupakan variabel yang memengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen
(terikat) (Sugiyono, 2012:59). Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah literasi informasi (X1) dan kemampuan berpikir kreatif
(X2).
2) Variabel Intervening (Z)
Menurut Sugiyono (2012:61):
Variabel intervening adalah variabel yang secara teoritis
mempengaruhi hubungan antara variabel independen
dengan dependen, tetapi tidak dapat diamati dan diukur.
Variabel ini merupakan variabel penyela/antara yang
terletak di antara variabel independen dan dependen,
sehingga variabel independen tidak langsung
mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel
dependen.

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel intervening(Z)


adalah motivasi berprestasi. Dalam penelitian ini variabel
motivasi berprestasi bisa memperkuat atau memperlemah
hubungan antara variabel independen dan variabel dependen.
3) Variabel Dependen atau Variabel Terikat (Y)
Variabel Dependen merupakan variabel yang dipengaruhi
atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas
(Sugiyono, 2012:59). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
kompetensi menulis siswa sekolah dasar.
b. Definisi Oprasional
Variabel penelitian bisa diukur jika peneliti dapat
mengoperasikanvariabel menjadi sebuah konsep. Definisi operasional
merupakan elemen yang penting dalam sebuah penelitian. Variabel
didefinisi menjadi konsep sehingga tetap dalam pengukurannya.
1) Literasi Informasi
Literasi informasi adalah serangkaian kemampuan yang
dibutuhkan seseorang untuk menyadari kapan informasi
52

dibutuhkan dan memiliki kemampuan untuk mencari,


megevaluasi, menggunakan, dan mengkomunikasikan informasi
secara efektif. Dalam penelitian ini, untuk mengetahui literasi
informasi siswa penulis menggunakan standar literasi literasi
informasi untuk tingkat sekolah yaitu Information Literacy
Standards for Student Learning: Standards and Indicators yang
dibuat oleh American Association of School Librarians (AASL)
dan Association for Educational Communications and
Technology (1998) yang terdiri dari 3kategori 9 standar dan 29
Indikator. Dalam penelitian ini mengambil sepuluh indikator dari
ASSL yang disesuaikan dengan penelitian.Sepuluh indikator
tersebut antara lain (1) kemampuan mengenali kebutuhan
informasi, (2) kemampu menyusun pertanyaan berdasarkan
kebutuhan informasi, (3) kemampuan mengidentifkasi berbagai
macam sumber informasi yang potensial, (4) kemampu
mengembangkan dan menggunakan strategi yang baik untuk
mencari informasi, (5) kemampuan memilih informasi yang
sesuai untuk masalah atau pertanyaan, (6) kemampuan
mengaplikasikan informasi kedalam pemikiran kritis dan
pemecahan masalah, (7) kemampuan mendesain,
mengembangkan dan mengevaluasi produk informasi serta solusi
yang berkaitan dengan ketertarikan pribadi, (8) kemampuan
mengembangkan strategi untuk merevisi, mengembangkan dan
update pengetahuan yang dimiliki siswa, (9) kemampuan
menggunakan teknologi informasi secara tanggung jawab, (10)
kemampuan membagi pengetahuan dan informasi dengan orang
lain.
2) Kemampuan Berpikir Kreatif
Berpikir kreatif adalah kemampuan siswa dalam
memahami masalah-maslaah dan menemukan penyelesaian
dengan strategi atau metode bervariasi (divergen).Untuk menilai
53

kemampuan berpikir kreatif menggunakan acuanMunandar (2009


: 192) mengemukakan bahwa kemampuan berpikir kreatif
dirumuskan sebagai kemampuan yang mencerminkan aspek-
aspek sebagai berikut: (1) berpikir lancar (fluent thinking), (2)
berpikir luwes (flexible thinking) (3)berpikir orisinil
(originalthinking), (4)berpikir Elaboratif (elaboration ability).
3) Motivasi Berprestasi
Motivasi berprestasi adalah suatu usaha keras pada diri
seseorang untuk memenuhi kebutuhan mencapai sasaran/ tujuan,
dengan menggunakan standar keunggulan sebagai pembanding.
Untuk mengukur motivasi berprestasi siswa, dijabarkan indikator
motivasi berprestasi, yaitu: (1) menyukai tantangan (2) ulet dan
tangguh (3) berorientasi pada tujuan dan (4) dorongan untuk
sukses (5) melakukan umpan balik
4) Kompetensi Menulis Siswa Sekolah Dasar
Kompetensi menulis siswa sekolah dasaradalah kecakapan
atau kemahiran siswa dalam menuangkan pikiran, ide atau
gagasan dan perasaan dalam bahasa tulisan dengan
memperhatikan aspek-aspek kebahasaan yang baik dan benar.
Penilaian kompetensi menulis siswa sekolah dasar dalam
penelitian ini didasarkan pada beberapa indikator menurut
Nurgiyantoro (2014), yaitu: (1) isi gagasan yang dikemukakan,
(2) organisasi isi, (3) tata bahasa, (4) gaya penulisan (pilihan
struktur dan kosakata), (5) ejaan dan tanda baca.

C. Populasi, Sampel, dan Sampling


Pengertian populasi menurut Sugiyono (2012:215) adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik
kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V
54

Sekolah Dasar Negeri sekabupaten Sragen tahun pelajaran 2017/2018. Kabupaten


Sragen terdiri dari 20 Kecamatan, 544 Sekolah Dasar Negeri.
Sampel penelitian terdiri dari 211 siswa siswi Sekolah Dasar Negeri
sekabupaten Sragen. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu dengan
menggunakan multistage clusterrandom sampling. Menurut Purwanto (2008:254)
sampling acak bertingkat (multistage random sampling) adalahsampling yang
dilakukan atas populasi yang mempunyai karakter berstrata dan berkluster.
Multistage karena pengambilan sampelnya dilakukan dengan beberapa tahap,
cluster karena sampel berbasis kelompok kelas, dan random karena masing-
masing penarikan sampel dilakukan secara acak. Penarikan sampel dilakukan
dengan beberapa tahap, yaitu pada tahap pertama peneliti mengambil secara acak
kecamatan di kabupaten Sragen sebagai populasi induk, dalam hal ini terpilih tiga
kecamatan yaitu 1) kecamatan Sukodono, 3) kecamatan Plupuh, 4) kecamatan
Tanon, sebagai populasi induk. Tahap kedua mengambil secara acak tigadesa dari
masing-masing kecamatan yang terpilih sebagai populasi induk,dalam penelitian
ini terpilih sembilan desa sebagai sampel yaitu kecamatan sukodono diwakili oleh
desa Majenang, desa Bendo, kecamatan Plupuh diwakili desa Karanganom, desa
Gentanbanaran, desa Pungsari, dan desa Karanganyar, kecamatan Tanon diwakili
oleh desa Karangasem, desa Sambiduwur, dan desa Bonagung, semuanya dengan
sampling acak berkluster (cluster random sampling). Tahap ketigamenentukan
Sekolah Dasar Negeri dari masing-masing desa yang terpilih sebagai sampel,
dengan beberapa pertimbangan yaitu memilih secara acak Sekolah Dasar Negeri
yang telah menerapkan kurikulum 2013 dan Sekolah Dasar Negeri yang
mempunyai perpustakaan yang memadai yaitu sebagai berikut: kecamatan
Sukodono diwakili oleh SDN Karanganom 1, SDN Majenang 2, SDN Bendo 2,
kecamatan Plupuh diwakili oleh SDN Gentanbanaran 1, SDN Pungsari 1, SDN
Karanganyar 2, dan kecamatan Tanon diwakili oleh SDN Karangasem 2, SDN
Sambiduwur 1, dan SDN Bonagung 2, untuk memperjelas sampel penelitian
disajikan tabel sebagai berikut:
55

Tabel 3.2Sampel Penelitian


No Kecamatan Kelurahan/ Nama Sekolah Dasar Jumlah
desa Siswa
1. Sukodono Karanganom SD Negeri Karanganom 1 32
Majenang SD Negeri Majenang 2 27
Bendo SD Negeri -Bendo 2 30

2. Plupuh Gentanbanaran SD Negeri Getanbanaran 1 13


Pungsari SD Negeri Pungsari 1 24
Karanganyar SD Negeri Karanganyar 2 25

3. Tanon Karangasem SD Negeri Karangasem 2 14


Sambiduwur SD Negeri Sambiduwur 1 17
Bonagung SD Negeri Bonagung 2 29
Jumlah 211

Dari perhitungan sampel di atas maka jumlah sampel yang akan digunakan
berjumlah 211 siswa. Diharapkan dari jumlah sampel tersebut dapat mewakili
keseluruhan populasi dan dapat menghasilkan hasil yang relevan.

D. Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini diperlukan sejumlah data yang relevan dengan
masalah penelitian. Ada dua jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
Kedua jenis data tersebut adalah:
a. Data primer
Data primer adalah data yang berasal dari sumber data yang
dikumpulkan secara khusus dan berhubungan langsung dengan masalah
penelitian yang akan diteliti. Sumber data primer pada penelitian ini
diperoleh dari penyebaran angket atau kuesioner kepada siswa SD Negeri
di Kabupaten Sragen yang dijadikan sampel penelitian, untuk memperoleh
data mengenai literasi informasi, kemampuan berpikir kreatif dan hasil tes
untuk mengetahui kompetensi menulis siswa sekolah dasar.
b. Data sekunder
56

Semua data yang tidak langsung diperoleh dari sumber pertama


penelitian didefinisikan sebagai data sekunder. Data ini kaitannya dengan
masalah yang diteliti. Sumber data sekunder dalam penelitian ini berupa
data siswa ( Jumlah siswa dan asal sekolah).
Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan dua teknik, yaitu
menggunakan tes dan angket (kuesioner). Tes digunakan untuk mengukur
kompetensi menulis siswa sedangkan angket (kuesioner) digunakan peneliti untuk
mengetahui literasi informasi, berpikir kreatif dan motivasi berprestasi. Sugiyono
(2012:199) menyatakan bahwa kuesioner merupakan teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan
diukur.
Tahapan dalam penyusunan instrumen yakni variabel-variabel penelitian
yang ditetapkan untuk diteliti. Kegiatan selanjutnya pemberian definisi
operasionalnya dari variabel tersebut dan ditentukan indikator yang akan diukur.
Berdasarkan indikator tersebut dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau
pernyataan. Untuk memudahkan penyusunan instrumen, maka perlu digunakan
kisi-kisi instrume, sebelum digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data
terlebih dahulu dilakukan uji validasi konten yang di verifikasi oleh ahli serta
validasi empirik dengan uji statistik product moment. Dalam penelitian uji
validasi empirik dilakukan dengan analisis faktor.
Instrumen penelitian akan digunakan untuk melakukan pengukuran
dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat, maka setiap instrumen
harus mempunyai skala. Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini
adalah skala Likert, yaitu skala untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial yang disebut dengan
variabel penelitian.
Skala likert yang digunakan menjadikan variabel yang akan diukur
dijabarkan menjadi indikator variabel, kemudian indikator tersebut dijadikan
sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa
57

pernyataan atau pertanyaan. Jawaban dari setiap item tersebut mempunyai gradasi
dari sangat positif sampai sangat negatif seperti berikut ini :
Sangat setuju dengan skor 5
Setuju dengan skor 4
Netral dengan skor 3
Tidak setuju dengan skor 2
Sangat tidak setuju dengan skor 1
Instrumen untuk masing-masing variabel penelitian dikembangkan
dari indikator variabel yang pengembangannya didasarkan pada hasil kajian
teoretis, kerangka pikir dan definisi operasional yang dianggap memadai
sesuai dengan konteks pada penelitian ini. Pengembangan instrumen
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dijabarkan dalam tabel berikut

Tabel 3.3Kisi-kisi Instrumen Penelitian


No Variabel Indikator Item
Pertanyaan
1 Literasi 1. Kemampuan mengenali kebutuhan informasi 1
Informasi 2. Kemampu menyusun pertanyaan berdasarkan 2
kebutuhan informasi
3. Kemampuan mengidentifkasi berbagai 3,4
macam sumberinformasi yang potensial
4. Kemampu mengembangkan dan 5,6,7,8
menggunakan strategi yang baik untuk
mencari informasi
5. Kemampuan memilih informasi yang sesuai 9,10,11
untuk masalah atau pertanyaan
6. Kemampuan mengaplikasikan informasi 12,13,14
kedalam pemikiran kritis dan pemecahan
masalah
7. Kemampuan mendesain, mengembangkan 15,16
dan mengevaluasi produk informasi serta
solusi yang berkaitan dengan ketertarikan
pribadi
8. Kemampuan mengembangkan strategi untuk 17,18
merevisi, mengembangkan dan update
pengetahuan yang dimiliki siswa
9. Kemampuan menggunakan teknologi 19, 20
informasi secara tanggung jawab
10. Kemampuan membagi pengetahuan dan 21,22,23
58

informasi dengan orang lain


2 Berpikir 1. Berpikir lancar (fluent thinking)
Kreatif 2. Berpikir luwes (flexible thinking)
3. Berpikir orisinil (originalthinking)
4. Berpikir Elaboratif (elaboration ability)
3 Motivasi 1. Menyukai tantangan
Berprestasi 2. Ulet dan tangguh
3. Berorientasi pada tujuan
4. Dorongan untuk sukses
5. Melakukan umpan balik

3. Uji Validitas dan Reliabilitas


a. Uji Validitas
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan data (mengukur) itu valid. Metode yang sering digunakan
untuk memberikan penilaian terhadap validitas kuesioner adalah korelasi
produk moment (Moment Product Correlation/Pearson Correlation)
antara skor setiap butir pertanyaan dengan skor total. Cara menguji
validitas adalah dengan menggunakan bantuan software olah data Amos
21.
Peneliti menyusun soal pertanyaan untuk angket. Peneliti
melakukan uji coba instrumen dengan menyebar tes dan angket kepada
responden di luar sampel. Dalam pengujian instrumen peneliti membawa
kisi-kisi dan instrumen penelitian yang telah dibuat kemudian dimintakan
pendapat kepada para ahli. Para ahli akan memberikan komentar
terhadap kisi-kisi dan butir-butir instrumen yang telah dibuat baik dari
segi teori yang digunakan maupun keterbacaannya. Berdasarkan
komentar dan saran para ahli selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk
memperbaiki instrumen. Instrumen yang telah diperbaiki dicobakan dan
di analisis.
Adapun cara pengukuran validitas angket dengan menggunakan
analisis korelasi yaitu mengkorelasikan total skor variable X dengan total
skor kemudian total variable Y dengan skor total dan dalam hal ini
menggunakan rumus product moment,yaitu:
59

N∑XY−(∑X)(∑Y)
rxy =
√(N∑X2 −(∑X)2 (N∑Y2 −(∑Y)2 )

(Budiyono, 2016)
Keterangan :
rxy : Koefisien korelasi
N : Jumlah subjek atau responden
X : Skor butir
Y : Skor total

Suatu kuesioner dinyatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner


mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner
tersebut. Dasar pengambilan keputusan validitas instrumen adalah :
1) Jika r hasil positif, serta r hasil > r tabel, maka butir atau variabel
tersebut valid.
2) Jika r hasil tidak positif, dan r hasil < r tabel, maka butir atau
variabel tersebut tidak valid.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan ukuran yang menunjukkan kestabilan
dalam mengukur. Kestabilan disini berarti kuesioner tersebut konsisten
jika digunakan untuk mengukur konsep atau konstruk dari suatu kondisi
ke kondisi yang lain.
Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan pada responden di luar
sampel yang akan diteliti. Proses pengujian validitas dan reliabilitas
adalah proses menguji butir-butir pertanyaan yang ada dalam sebuah
angket, apakah isi dari butir-butir pertanyaan tersebut sudah valid dan
reliabel. Analisis dimulai dengan menguji validitas terlebih dahulu, baru
diikuti oleh uji reliabilitas. Jadi jika sebuah butir tidak valid, maka butir
pertanyaan dibuang. Butir-butir yang sudah valid kemudian secara
bersama diukur reliabilitasnya. Pengukuran reliabilitas dengan
60

cronbach‟s alpha yakni mengukur keandalan indikator-indikator yang


digunakan dalam kuesioner penelitian.
Dalam penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan dengan
menggunakan tekhnik Formula Alpha Cronbach.
Rumus :

2
𝑘 ∑𝑆 𝑗
𝛼= ( )
𝑘 − 1 𝑆 2𝑥

Keterangan :
α = koefisien reliabilitas alpha
k = jumlah item
Sj = varians responden untuk item
Sx = jumlah varians skor total

Menurut Asnawi & Masyhuri (2009:171) “apabila variabel yang


diteliti mempunyai cronbach‟s alpha (α) > 60% (0,60) maka variabel
tersebut dikatakan reliable sebaliknya cronbach‟s alpha (α)< 60% (0,60)
maka variabel tersebut dikatakan tidak reliable”.
Dasar pengambilan keputusan apakah suatu item atau variabel
reliable atau tidak adalah α lebih dari atau sama dengan 0,6 atau lebih.
Suatu instrumen dapat dikatakan reliable apabila memiliki koefisien
keandalan (reliabilitas) sebesar 0,6 (α ≥ 0,6). Untuk mengetahui tingkat
reliabilitas dari instrumen penelitian maka dilakukan dengan
menggunakan bantuan software olah data.

E. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang
telah dijabarkan kemudian menguji hipotesis penelitian. Proses analisis data
penting dilakukan karena proses ini akan membuat data menjadi lebih akurat dan
61

tepat. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan bantuan perangkat
lunak software olah data Amos versi 21.
a. Analisis Statistik Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan karakteristik
jawaban responden terhadap variabel penelitian baik variabel eksogen maupun
endogen dan untuk memudahkan menghitung dan persentase jawaban
responden, dilakukan klasifikasi kategori jawaban dalam lima interval, dengan
menggunakan rumus statistik sebagai berikut :
Skor tertinggi − skor terendah
𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 =
Jumlah kelas interval

Persentase diperoleh dari jumlah frekuensi dibandingkan dengan


jumlah sampel. Frekuensi dan persentase dalam analisis deskripsi ini
digunakan untuk menentukan apakah variabel penelitian tersebut termasuk
dalam kategori sangat tinggi, tinggi, cukup tinggi, kurang, sangat kurang.
Analisis deskriptif juga dibahas berdasarkan hasil distribusi frekuensi jawaban
responden dan persentase kategori di setiap indikator dan variabel.
b. Analisis Statistik Structural Equation Modelling (SEM)
Sesuai dengan rumusan masalah serta hipotesis yang diuji dalam
penelitian ini, maka teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian
ini adalah Structural Equation Modelling (SEM), teknik analisis gabungan
antara analisis faktor dan analisis regresi dan penerapannya dilakukan secara
simultan. Secara teknis pertimbangan penggunaan Structural Equation
Modelling (SEM) dalam penelitian ini adalah :
1) Structural Equation Modelling (SEM) memberikan metode langsung
berkaitan dengan hubungan ganda secara simultan sekaligus
memberikan efisiensi dalam analisis statistika.
2) Kemampuannya untuk menguji hubungan secara komprehensif dan
memberikan suatu bentuk analisis exploratory menuju analisis
konfirmatori
62

Structural Equation Modelling (SEM) merupakan analisis yang tepat


digunakan untuk analisis multivariat dalam penelitian sosial dan variabel yang
digunakan menggunakan skala nominal/rasio, karena dalam beberapa kasus,
peneliti harus menggunakan variabel laten (variabel yang tidak dapat diukur
secara langsung), misalnya literasi informasi, kreativitas siswa dan motivasi
berprestasi. Variabel tersebut tidak dapat diukur secara langsung sehingga
peneliti harus menggunakan beberapa indikator atau pertanyaan kuesioner.
Berbeda dengan variabel yang terukur langsung seperti kompetensi menulis
siswa. Jika kita menggunakan analisa regresi, maka setiap variabel tersebut
diasumsikan dapat diukur secara langsung sehingga kita menggunakan skor
rata-rata atau total dari item-item tersebut. Namun, metode ini mengabaikan
adanya kesalahan pengukuran (measurement error). Jika kita tidak
memperhitungkan kesalahan pengukuran tersebut maka koefisien jalur dapat
menjadi bias. Selain itu Structural Equation Modelling (SEM) mampu menguji
penelitian yang kompleks dan banyak variabel secara simultan. Structural
Equation Modelling (SEM) dapat menyelesaikan analisis dengan satu kali
estimasi dimana yang lain diselesaikan dengan beberapa persamaan regresi.
Structural Equation Modelling (SEM) dapat melakukan analisis faktor, regresi
dan jalur sekaligus. Software Structural Equation Modelling (SEM) yang
digunakan dalam penelitian ini adalah AMOS versi 21.
a) Uji Undimensionalitas
Konstruk Sebelum dilakukan analisis data dengan
mempergunakan model persamaan struktural Structural Equation
Modelling (SEM) yang pembuktian tingkat pengaruh antar variabelnya
didasarkan variabel laten, maka diperlukan pengujian undimensionalitas
konstruk atas masing-masing variabel yang diteliti. Pengujian yang
demikian untuk memastikan bahwa setiap variabel manifest memiliki
validitas konvergen dan reliabilitas konstruk sesuai dengan apa yang
dipersyaratkan. Analisis dilakukan dengan mempergunakan analisis
faktor konfirmatori (confirmatory factor analysis). Reliabilitas konstruk
63

dan ekstrak varian diperoleh dengan mempergunakan formula menurut


Fornel (dalam Wijayanto 2008:66) sebagai berikut :

(∑𝑠𝑡𝑑. 𝑙𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔)
C𝑜𝑛𝑠𝑡𝑟𝑢𝑐𝑡𝑅𝑒𝑙𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦 =
(∑𝑠𝑡𝑑. 𝑙𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔2 + (∑𝑒)
Dimana :
Construct Reliability = Reliabilitas Konstruk
Std loading = Lamda atau loading factor
E = error
𝑠𝑡𝑑. 𝑙𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔2
V𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑐𝑒𝐸𝑥𝑡𝑟𝑎𝑐𝑡𝑒𝑑 =
𝑠𝑡𝑑. 𝑙𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔2 + ∑𝑒𝑗
Dimana :
Variance Extracted = ekstrack varian
Std loading = loading faktor
𝑒𝑗 = error
Kuat lemahnya dimensi-dimensi untuk membentuk faktor laten
dapat dianalisis dengan melihat faktor loading masing-masing dimensi
tersebut. Dalam penelitian ini digunakan tingkat cut off untuk validitas
konstruk 0,40, reliabilitas konstruk/construct reliability 0,60 dan ekstrak
varian/variance extracted 0,50.
c. Tahapan dalam SEM
Menurut Bollen (dalam Wijayanto (2008:99), prosedur SEM
secaraumum akan mengandung tahap-tahap sebagai berikut :
1) Spesifikasi model (model specification)
Tahap ini berkaitan dengan pembentukan model awal persamaan
struktural sebelum dilakukan estimasi. Model awal diformulasikan
berdasarkan suatu teori atau penelitian sebelumnya. Model pengaruh
antar variabel penelitian dapat digambarkan dalam bentuk model
struktural sebagai berikut
64

E1 1

E2 2

E3 3

E4 4

E5 5
X1
E6 6

E7 7

E8 8

E9 9

E10 10
0
E1 1

E2 2
Y
E3 3
Z
E4 4

E5 5

E2 1

E3 2

E4 3
X2
E5 4

Gambar 3.1 . Model Pengaruh Antar Variabel


65

Keterangan:
: latent variabel

: variabel observed

: error / kesalahan pengukuran

2) Identifikasi (identification)
Problem identifikasi pada prinsipnya adalah problem ketidakmampuan
dari model yang dikembangkan untuk menghasilkan estimasi. Problem
dapat diidentifikasi dengan melihat gejala-gejala sebagai berikut :
a) Standart error untuk satu atau lebih koefisien
b) Munculnya varians error negative
c) Korelasi yang tinggi (lebih besar atau sama dengan 0,9) antar
koefisien estimasi yang diperoleh
d) Program tidak mampu menghasilkan matrik informasi yang
seharusnya disajikan
Dalam hal tersebut di atas, program AMOS 21 akan menghasilkan
beberapa solusi atas sistem persamaan yang menghubungkan varians
dan kovarians manifest terhadap parameter modelnya. Hal ini
dimaksudkan, untuk dapat menfitkan setiap angka dalam matrik
kovarians ke suatu model.
3) Estimasi (Estimation)
Tahap ini berkaitan dengan menggunakan salah satu metode estimasi
yang sudah digunakan seringkali ditentukan berdasarkan karakteristik
dari variabel-variabel yang dianalisis. Program SEM AMOS 21 yang
digunakan untuk mengestimasi model penelitian ini adalah teknik
estimasi Maksimum Likelihood Estimation.
4) Uji Kecocokan (testing fit)
66

Tahap ini berkaitan dengan pengujian kecocokan antara model dengan


data. Beberapa ukuran kriteria kecocokan dapat digunakan untuk
melaksanakan langkah ini. Pengujian terhadap model dilakukan dengan
tingkat keselarasan (goodness of fit). Untuk nilai probabilitas (p)
digunakan 0,01; 0,05 dan 0,10. Kriteria pengujian keselarasan model
persamaan struktural dapat ditabulasikan sebagai berikut :

Tabel 3.4Kriteria pengujian keselarasan model persamaan


struktural
GOF Index Tingkat kecocokan yang
diterima
Chi-square Diharapkan kecil
P-Value >0,05
GFI GFI>0,90 good fit
0,80<GFI<90 marginal
RMR (standardized) RMR Stand <0,05
RMSEA RMSEA<0,08 good fit
RMSEA<0,08 close fit
TLI atau NNFI NNFI>0,90 good fit
0,80< NNFI<90 marginal
NFI NFI>0,90 good fit
0,80<NFI<90 margina
AGFI AGFI>0,90 good fit
0,80<AGFI<90 marginal
RFI RFI>0,90 good fit
0,80<RFI<90 marginal
IFI IFI>0,90 good fit
0,80<IFI<90 marginal
CFI CFI>0,90 good fit
0,80<CFI<90 marginal
Normed Chi-Square Batas bawah 1,0
Batas atas 2,0/3,0
(Sumber Wijayanto, 2008)

Kriteria uji keselarasan model persamaan struktural seperti yang


disajikan pada tabel di atas, dipergunakan sebagai landasan untuk
menentukan model persamaan struktural hasil pengukuran mana yang
67

paling baik dan ditetapkan sebagai model persamaan struktural empiris


hasil temuan penelitian.
5) Respeksifikasi (respecification)
Tahap ini berkaitan dengan respeksifikasi model berdasarkan atas hasil
ujian kecocokan tahap sebelumnya. Apabila model yang dihipotesiskan
belum mencapai model fit, maka peneliti bisa melakukan respeksifikasi
model untuk mencapai nilai fit yang baik. Respeksifikasi dilakukan
dengan menghapus koefisien jalur yang tidak signifikan.
68

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadian, M., Yazdani, H., & Ebadi, S. (2013). On The Effects of peer feedback
and teacher feedback on iranian english language learners, writing ability.
International Journal of English Language and Literature Studies, 2(4),
220–238.

Al-qaisy, L. M., & Turki, J. (2011). Adolescents Creativity , Self-Concept and


Achievement Motivation. Journal of Arts and Social Sciences, 2(2), 88–101.

Andayani, Sri. (2008). Information Literacy: Kunci Sukses Pembelajaran Di Era


Informasi. Makalah Seminar Nasional Penelitian Pendidikan dan Penerapan
MIPA, FMIPA UNY.

American Association of School Librarians and Association for Educational


Communications and Technology. (1998). Information Literacy Standards
for Student Learning: Standards and Indicators. 30 September 2017, dari
https://www.ala.org/ala/aasl/aaslproftools/informationpower/InformationLite
racyStandardsfinal.pdf.

American Library Association. (1989). Information Literacy.30 September 2017,


http://www.ala.org/acrl/sites/ala.org.acrl/files/content/standards/standards.pdf

Chen, LC, Chen, YH and Ma, WI. (2014). Effects of integrated information
literacy on science learning and problem-solving among seventh-grade
students. Malaysian Journal of Library and Information Science 19(2), pp.
35-51.

H. Dalman, (2014). Keterampilan Menulis. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Dewi Kusumaningsih, dkk . (2013). Terampil Berbahasa Indonesia. Yogyakarta:


Andi Offset.

Djaali. (2013). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Boger, T.S., Dybvik H., Eng, A. and Norheim, E. H. (2015). The impact of library
information literacy classes on first-year undergraduate students’ search
behaviour.Journal of Information Literacy, 9(1), pp. 34-46.
http://dx.doi.org/10.11645/9.1.197.

E. Mulyasa. (2010). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja


Rosda Karya.
69

Hasugian, J. (2008). Urgensi Literasi Informasi dalam Kurikulum Berbasis


Kompetensi di Perguruan Tinggi. Pustaka: Jurnal Studi Perpustakaan Dan
Informasi, vol.4(2), 34–44.

Tarigan, H.G. (2008). Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:


Angkasa

Tarigan, H.G. (2013). Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa edisi


revisi. Bandung: Angkasa.

Isnatun, Siti dan Umi Farida. (2013). Mahir Berbahasa Indonesia. Bogor:
Yudhistira.

Javed, M., & Juan, W. X. (2013). A Study of Students’ Assessment in Writing


Skills of the English Language. International Journal of Instruction, vol.
6(2). 129-144.

Jahin, J. H. (2012). The Effect of Peer Reviewing on Writing Apprehension and


Essay Writing Ability of Prospective EFL Teachers. Australian Journal of
Teacher Educations. 37(11).60-84.

Johnson, L., Adams Becker, S., Estrada, V., and Freeman, A. (2015). Horizon
Report: 2015 Library Edition. Austin, Texas: The New Media Consortium.
Cover.

Kaur, T., Singh, R., & Rajalingam, S. K. (2012). The Relationship of Writing
Apprehension Level and Self-efficacy Beliefs on Writing Proficiency Level
among Pre-university Students. English Language Teaching.5(7), 42–52.
https://doi.org/10.5539/elt.v5n7p42.

Kai, S., Chu, W. (2012). Assessing Information Literacy : A Case Study of


Primary 5 Students in Hong Kong. Jounal of American Asosiationoof School
Librarians Research. 15, 1–24.

Kirkpatrick, L.C., & Klein, P.D. (2016). High-achieving higi h school students’
strategies for writing from Internet-based sources of information. Journal of
Writing Research, 8(1), 1-46. https://doi:10.17239//jowr-2016.08.01.01.

Kosasih, Engkos et al. (2013). Mandiri Mengasah Kemampuan Diri Bahasa


Indonesia untuk SMP/MTS Kelas VII. Jakarta: Erlangga.

Kemendikbud. (2017). Materi Pokok Sekolah Dasar. Jakarta: Kemendikbud.

Permendikbud. (2016). Undang-undang Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar


Isi pada satuan atau tingkat Sekolah Dasar.
70

Majid, S. et al. (2013). Strengthening information literacy competencies through


incorporating personal information management skills. In Worldwide
Commonalities and Challenges in Information Literacy Research and
Practice. European Conference on Information Literacy (ECIL), 22-25
October 2013, Istanbul, Turkey, pp 331-337. http://dx.doi.org/10.1007/978-
3-319-03919-043

Majid, S., Chang, Y., & Scubert, F. (2016). Auditing information literacy skills of
secondary school students in Singapore. Journal of Information iLteracy,
10(1), 44–66.

McVey, D. (2008). Why all writing is creative writing. Innovations in Education


& Teaching International, 45(3), 289–294

Miller,C. and Bartlett, J. (2012). Digital fluency: towards young people’s critical
use of internet. Journal of Information Literacy 6(2), pp. 97-109
https://dx.doi.org/10.11645/6.2.1718

Moghaddam, M. M&Malekzadeh, S. (2014). Improving L2 Writing Ability in the


Light of Critical Thinking. Theory and Practice in Language Studies, 1(7),
pp. 789-797. https://doi:10.4304/tpls.1.7.789-797.

Munandar, Utami. (2009). Pengembangan Kreativitas anak berbakat. Jakarta:


Rineka

Nosratinia, M., & Adibifar, S. (2014). The Effect of Teaching Metacognitive


Strategies on Field- dependent and Independent Learners’ Writing. Procedia-
Social and Behavioral Sciences, 98, 1390–1399.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.03.557.

Nurgiyantoro, Burhan. 2014. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra


Indonesia. Yogyakarta: YPFE

Nurjamal, dkk. (2011). Terampil Berbahasa. Bandung: Alfabeta

Permata Ganggi, R. I. (2017). Pendidikan pemakai di perpustakaan sebagai upaya


pembentukan pemustaka yang literasi informasi. Khizanah al-Hikmah :
Jurnal Ilmu Perpustakaan,Informasi, dan Kearsipan, 5(1), 121-128.

Priyatni, Endah Tri. (2014). Desain Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam


Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara.

Rosidi, Imron. (2009). Menulis...Siapa Takut ?: Panduan bagi Penulis Pemula.


Yogyakarta: Kanisius.
71

Sadiman. (2014). Interaksi dan Motivasi Berprestasi Mengajar. Jakarta: Raja


Grafido.

Shao, X., & Purpur, G. (2016). Effects of information literacy skills on student
writing and course performance. The Journal of Academic Librarianship,
42(6), 670-678. http://dx.doi.org/10.1016/j.acalib.2016.08.006

Sitti Husaebah. P. (2014). Literasi informasi: peningkatan kompetensi informasi


dalam proses pembelajaran. Jurnal Ilmu Perpustakaan & Kearsipan
Khizanah Al- Hikmah, 2(2), 117-128.

Soesilo. T.D. (2014). Pengembangan Kreativitas Melalui Pembelajaran.


Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Sturgell, I. (2008). Touchstone texts: Fertile ground for creativity. Reading


Teacher, 61(5), 411–414

Sudarman, Momon. (2013). Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kreatif.


Bandung: PT Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatiff, R&D. Bandung: Alfabeta.

Sung, Y., Liao, C., Chang, T., & Chen, C. (2016). The effect of online summary
assessment and feedback system on the summary writing on 6th graders :
The LSA- based technique. Computers & Education, 95, 1–18.

Susanto, Ahmad. (2015). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.


Jakarta: Prenadamedia Group.

Tok, S. (2015). Effects of creative writing activities on students ’achievement in


writing, writing dispositions and attitude to English. Procedia- Social and
Behavioral Sciences, 174, 1635–1642.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.01.815.

Wang, A. Y. (2012). Exploring the relationship of creative thinking to reading and


writing. Thinking Skills and Creativity, 7(1), 38–47.
https://doi.org/10.1016/j.tsc.2011.09.001.

Wijayanto, Setyo Hari. (2008). Structural Equation Modelling. Yogyakarta:


Graha Ilmu.

Wina Sanjaya.(2011). Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
72

Yusuf, M. (2010). The impact of self-efficacy , achievement motivation , and self-


regulated learning strategies on students ’ academic achievement. Procedia -
Social and Behavioral Sciences, 15, 2623–2626.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2011.04.158.

Raeis, A. R., Bahrami, S., & Yousefi, M. (2013). Relationship Between


Information Literacy and Creativity : A Study of Students at the Isfahan
University of Medical Sciences, 28–31.
https://doi.org/10.5455/msm.2013.25.28-31

Anda mungkin juga menyukai