Anda di halaman 1dari 45

BIDANG PENDIDIKAN

LOMBA KARYA TULIS KREATIF MAHASISWA TINGKAT


NASIONAL DI UNS SURAKARTA

JUDUL PROGRAM

MODEL PEMBELAJARAN CINTAMU RASA TAHU SEBAGAI


TINJAUAN APLIKATIF PEMBELAJARAN BERBASIS KARAKTER
PADA SEKOLAH DASAR KELAS IV
MATERI KERAGAMAN SUKU BANGSA

Disusun oleh :

1. Dwi Utomo Nova Nugroho (09120252) Tahun Angkatan 2009

2. Mohammad Khoirul Umam (11120057) Tahun Angkatan 2011

3. Niken Hestining Servanda (11120056) Tahun Angkatan 2011

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PGRI SEMARANG

2012

i
HALAMAN PENGESAHAN

LKTK TINGKAT NASIONAL UNS SURAKARTA

Judul Kegiatan :

“MODEL PEMBELAJARAN CINTAMU RASA TAHU SEBAGAI


TINJAUAN APLIKATIF PEMBELAJARAN BERBASIS KARAKTER
PADA SEKOLAH DASAR KELAS IV MATERI KERAGAMAN SUKU
BANGSA”

A. Nama Penulis :
1. Dwi Utomo Nova Nugroho (09120252) Tahun Angkatan 2009

2. Mohammad Khoirul Umam (11120057) Tahun Angkatan 2011

3. Niken Hestining Servanda (11120056) Tahun Angkatan 2011

B. Prodi/Fakultas/PT : PGSD/FIP/IKIP PGRI SMG

Semarang, 16 April 2012

Wakil Rektor III Dosen Pembimbing

IKIP PGRI Semarang

Drs.Supriyono P.S.,M.Hum Rustantiningsih, S.Pd

NIP.196005221988031001 NIP:197510252005012012

ii
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat karunia-Nya kepada saya, sehingga dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Model Pembelajaran Cintamu Rasa Tahu
Sebagai Tinjauan Aplikatif Pembelajaran Berbasis Karakter pada Sekolah
Dasar Kelas IV Semester I Materi Keragaman Suku Bangsa ”
Adapun tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai salah satu
syarat dalam rangka Lomba Karya Tulis Kreatif Mahasiswa Tingkat Nasional
yang diadakan UKM Studi Ilmiah Mahasiswa (SIM) UNS Surakarta.
Saya Mengucapkan ucapan terima kasi kepada yang terhormat :
1. Rektor IKIP PGRI Semarang Drs. Muhdi, S.H, M.Hum. yang telah
mengijinkan penulis untuk mengikuti kegiatan ini
2. Wakil Rektor III IKIP PGRI Semarang Drs. Supriyono P.S., M.Hum.
yang telah memberikan bantuan kepada penulis berupa materiil
3. Rustantiningsih, S.Pd., dosen pembimbing yang dengan penuh
kesabaran dan keuletan memberikan bimbingan dan arahan dalam
penyelesaian Karya Tulis Ilmiah.
4. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini yang tidak bisa saya
sebutkan satu per satu.
Penulis sangat menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih belum
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi penyempurnaan di waktu yang akan datang.

Semarang, 16 April 2012

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. ii
KATA PENGANTAR .......................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL .................................................... v
RINGKASAN........................................................................................ vi
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah........................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan ...................................................................... 5
D. Manfaat Penulisan .................................................................... 5
BAB II. KAJIAN PUSTAKA .............................................................. 6
A. Kajian Teori ............................................................................. 6
1. Pendidikan Karakter di Indonesia ........................................ 5
2. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar ..................................... 12
a. Pengertian ........................................................................ 12
b. Model Pembelajaran IPS ................................................. 13
B. Penelitian Terdahulu ................................................................ 14
C. KerangkaBerpikir ..................................................................... 18
D. Faktor Pendukung dan Penghambat ......................................... 19
BAB III METODE PENULISAN ....................................................... 20
BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................... 21
A. Analisis Permasalahan ........................................................................ 21

B. Pembahasan ....................................................................................... 21

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 30


A. Simpulan .................................................................................. 30
B. Saran ......................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................

iv
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

Gambar Halaman
1: Pengembangan Nilai-nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa 11
2: Pengembangan Nilai Budaya dan Karakter Bangsa...................... ............ 11

3: Diagram Kerangka Berpikir……………………………………............... 18

4: Denah permainan di luar ruangan………………………………………. 23

5: Denah permainan di dalam ruangan…………………………….............. 26

6: Model Permainan Cintamu Rasa Tahu yang (peragaan)……………….... 28

7: Aplikasi Permainan Cintamu Rasa Tahu Dalam Teknologi Informasi… 29

Tabel Halaman
1: Penilaian permainan cintamu rasa tahu .............................................. 25
2: Penilaian permainan cintamu rasa tahu .............................................. 27
3: Penilaian budaya karakter .................................................................. 28

v
Model Pembelajaran Cintamu Rasa Tahu sebagai Tinjauan Aplikatif

Pembelajaran Berbasis Karakter pada Sekolah Dasar Kelas IV Materi

Keragaman Suku Bangsa

Dwi Utomo Nova N., Niken Hestining S., dan M. Khoirul Umam
RINGKASAN

Kondisi moral yang sungguh memprihatinkan membutuhkan pengentasan dan


penyelesaian masalah secara tepat dan efektif. Kemendiknas memberikan target
sebesar 100% untuk pemerataan kualitas pembelajaran dan pendidikan karakter
merata pada semua daerah dan lapisan masyarakat. Peran dan fungsi masyarakat
sangat diperlukan dalam kerja sama yang sinergis untuk mencapai hasil yang
diinginkan, maka dari itu tidak hanya menjadi tugas Kemendiknas semata untuk
menyelesaikan tanggung besar ini, karena keadaan di lapangan sangat kurang
mendukung untuk pembentukan karakter secara optimal. Pada dasarnya tidak mudah
untuk membentuk karakter pada manusia. Dibutuhkan waktu yang cukup dan proses
secara berkelanjutan dan terarah.
Karakter merupakan sebuah kebutuhan utama bagi bangsa Indonesia melihat
kondisi bangsa yang semakin memprihatinkan. Karakter mampu membawa bangsa
ini menemukan jatidirinya sebagai bangsa yang unggul dan mempunyai integritas
yang tinggi dikancah dunia dan tidak dipandang sebelah mata oleh bangsa lain. Selain
itu karakter dapat menuntun pemuda-pemuda bangsa untuk membekali dirinya
dengan baik guna meneruskan pewarisan bangsa yang sesungguhnya. Membentuk
bangsa dengan identitas yang kuat dan solid agar tidak mudah terpecah oleh faksi-
faksi yang berusaha menggoyahkan keutuhan negara kesatuan republik Indonesia.
Indonesia memiliki karakter kuat sebelum zaman kemerdekaan, tatkala mencapai
kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan. Sekarang, karakter masyarakat
Indonesia tidak sekuat pada masa lalu, sangat rapuh. Pemimpin saat ini juga tidak
menjaga pembangunan karakter dan budaya bangsa yang akhirnya berimbas pada
pemerintahan dan masyarakat secara luas.
Terjadinya berbagai kasus di luar akal sehat manusia dan budaya yang ada di
Indonesia. Degradasi moral yang mengakibatkan kerugian bagi individu-individu
yang menjadi tunas bangsa saat ini. Antara lain ; (1) krisis keteladanan atau
kepemimpinan, hal ini terjadi karena sulit mencari teladan yang baik dalam
menjalankan, membawa, dan membangun bangsa. (2) merebaknya kasus korupsi
hampir di semua lapisan pejabat, kebocoran anggaran pelaksanaan dan pelaksanaan
pembangunan lebih parah dari masa orde baru. (3) kasus asusila dan penyalahgunaan
narkoba di kalangan pemuda dan tidak sedikit pada anak di bawah umur.
Sehebat apapun bangsa ini, jika belum tertanam karakter dalam jiwa dan
raganya maka akan menjadi suatu hal yang akan merugikan. Tanggung jawab
masyarakat dan rasa cinta tanah air yang mulai luntur, mengakibatkan terjadinya
degradasi moral dan kehilangan jatidiri bangsa. Komunikasi yang baik sulit
ditemukan yang mengakibatkan terjadinya berbagai kesahalahpahaman antar
masyarakat, yang tidak jarang memicu konflik. Kreativitas dan rasa ingin tahu akan

vi
ilmu terus dikekang, mengakibatkan bangsa ini pasif dan menjadi konsumen abadi
dalam percaturan persaingan global. Beberapa kejadian ini dapat dianalisis bahwa
karakter merupakan hal yang sangat vital dalam pembangunan negara, mulai dari
aspek politik, ekonomi, keuangan, kesehatan, pertahanan dan keamanan, kejaksaan,
pengadilan semuanya membutuhkan benteng, yaitu karakter yang berkualitas.
Sekolah-sekolah kita sendiri banyak mengalami alih fungsi dari tempat belajar
menjadi tempat utama terjadinya ketidakadilan dan kekerasan, baik karena intervensi
dari pihak luar maupun dari kalangan insan pendidikan sendiri. Akibatnya para siswa,
guru, dan insan pendidikan sendiri yang menjadi korban. Banyak peristiwa
mengkhawatirkan terjadi di lingkungan pendidikan kita yang membuat dunia
pendidikan semakin merosot dan jauh dari kata baik ataupun layak. Hal ini berimbas
pada kualitas peserta didik, karena mereka yang menjadi objek pendidikan secara
langsung. Untuk membentuk kembali karakter-karakter penyangga bangsa diperlukan
sebuah wadah yang sesuai dengan keadaan dan kebutuhan peserta didik. Karya tulis
ini menawarkan sebuah wadah yang berupa permainan yang bernama cintamu rasa
tahu.
Karakter cinta tanah air, tanggung jawab, komunikatif, dan rasa ingin tahu
masih belum terbentuk secara baik dan menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia.
Implementasi karakter tersebut membutuhkan seperangkat aktivitas yang dilakukan
dengan tulus ikhlas, bukan saja mengawasi tetapi juga mengarahkan, menghibur,
memberi semangat dan memotivasi. Cintamu rasa tahu diharapkan dapat membentuk
nilai-nilai karakter kepada peserta didik seperti halnya nilai-nilai karkater yang kuat
untuk membentengi anak-anak dan generasi penerus bangsa untuk berbangsa dan
bertanah air dengan semangat nasionalisme. Karya tulis ini memfokuskan penanaman
nilai karakter pada peserta didik kelas IV Sekolah Dasar. Karena pada usia ini peserta
didik masuk dalam usia operasional konkret, mengalami perubahan kognisi dan
penyesuaian dengan lingkungan. Melalui pembelajaran cintamu rasa tahu ini peserta
didik mendapatkan pengalaman belajar yang beragam. Cintamu rasa tahu merupakan
sebuah pembelajaran yang terinpirasi oleh permainan cek-cek mek, kemudian penulis
memodifikasi dan mengemasnya kembali memjadi sebuah rangkaian pembelajaran
penuh dengan permainan yang menyenangkan. Pembelajaran ini dapat diterapkan di
dalam dan di luar ruangan.

Kata Kunci: Model pembelajaran cintamu rasa tahu, karakter cinta tanah air tanggung
jawab, komunikatif, dan rasa ingin tahu.

vii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Instruksi Pemerintah Nomor 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan
Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010 menekankan prioritas pada program:
penguatan metodologi dan kurikulum yang dilaksanakan dengan tindakan
penyempurnaan kurikulum dan metode pembelajaran aktif berdasarkan nilai-nilai
budaya untuk membentuk daya saing dan karakter bangsa. Melalui implementasi
dan uji coba kurikulum dan metode pembelajaran aktif berdasarkan nilai-nilai
budaya bangsa untuk membentuk daya saing dan karakter bangsa sebesar 100%.
Target dan sasaran yang ingin dicapai oleh Kemendiknas merata pada semua
pemerintah daerah terkait.

Pengentasan dan penyelesaian masalah pendidikan tidak hanya menjadi


tugas Kemendiknas semata untuk menyelesaikan tanggung jawab ini sendiri,
melainkan harus bekerja sama dengan semua pihak guna mencapai hasil yang
ingin dicapai. Keadaan di lapangan sangat kurang mendukung untuk pembentukan
karakter secara optimal, karena tidak mudah untuk membentuk karakter pada
manusia. Dibutuhkan waktu yang cukup dan proses pembentukan secara
berkelanjutan dan terarah.

Karakter merupakan sebuah keperluan yang bersifat sangat perlu melihat


kondisi bangsa yang semakin memprihatinkan. Terjadinya berbagai kasus di luar
akal sehat manusia dan budaya yang ada di Indonesia. Degradasi moral yang
mengakibatkan kerugian bagi individu-individu yang menjadi tunas bangsa saat
ini. Antara lain ; (1) krisis keteladanan atau kepemimpinan, hal ini terjadi karena
sulit mencari teladan yang baik dalam menjalankan, membawa, dan membangun
bangsa. Krisis ini jauh lebih dahsyat dari krisis energi, kesehatan, pangan,
transportasi, dan air. Karena dengan absennya pemimpin yang visioner, kompeten,
dan memiliki integritas tinggi maka masalah pendidikan, kesehatan, politik, sistem

viii
2

peradilan, dan tranportasi akan semakin parah. (2) merebaknya kasus korupsi
hampir di semua lapisan pejabat, kebocoran anggaran pelaksanaan dan
pelaksanaan pembangunan lebih parah dari masa orde baru. Jika dahulu korupsi
hanya terkonsentrasi di pemerintah pusat, kini menjadi tersebar di semua lapisan
birokrasi, baik dalam tugasnya melaksanakan pembangunan berbasis
APBN/APBD demikian juga dalam hubungannya dengan pengusaha swasta. (3)
kasus asusila dan penyalahgunaan narkoba di kalangan pemuda dan tidak sedikit
pada anak di bawah umur. masalah penjualan VCD-DVD hardcore yang dapat
dibeli oleh anak SD dan pada masalah narkoba Indonesia tidak hanya menjadi
negara tujuan pemakai, tetapi telah masuk menjadi mata rantai jaringan
pendistribusian narkoba. Ketiga masalah ini yang menjadi masalah moral utama
bangsa ini mengalami stagnasi atau mandeg dalam kemajuan.

Indonesia dikenal memiliki karakter kuat sebelum zaman kemerdekaan,


tatkala mencapai kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan.
Sekarang, karakter masyarakat Indonesia tidak sekuat pada masa lalu,
sangat rapuh. Pemimpin saat ini juga tidak menjaga pembangunan karakter
dan budaya bangsa. (Muhaimin dalam Kholiq, 2010: 1).
Sekolah-sekolah kita sendiri banyak menyemai perilaku tidak adil dan
kekerasan, baik karena intervensi dari pihak luar maupun dari kalangan
insan pendidikan sendiri. Akibatnya para siswa, guru, dan insan pendidikan
sendiri yang menjadi korban. Banyak peristiwa mengkhawatirkan terjadi di
lingkungan pendidikan kita yang membuat dunia pendidikan semakin
lumpuh. (Koesoema, 2010: 114)
Indonesia merindukan suri tauladan leadhership yang meyakini bahwa
jabatan adalah tanggung jawab dunia akhirat dan bukan kemegahan serta
peluang (opportunity) untuk menambah kekayaan semata dengan cara
apapun. Kemudian korupsi yang lebih parah dilakukan oleh oknum
penegak keadilan yang sebenarnya bertugas memberantas korupsi seperti
kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan. Ditambah kasus asusila yang
merebak di kalangan yang usianya produktif. (Antonio, 2010)

Pembelajaran karakter lebih dekat bilamana diterapkan dengan mata


pelajaran PKn dan IPS. Penulis mencoba mengintegrasikan pembelajaran karakter
pada mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar kelas IV. Dalam pikiran kebanyakan
praktisi pendidikan, makna dan hakikat belajar seringkali hanya diartikan sebagai

ix
3

penerimaan informasi dari sumber informasi (guru dan buku pelajaran). Akibatnya
guru masih memaknai kegiatan mengajar sebagai kegiatan transfer informasi dari
guru ke peserta ddidik. Ilmu pengetahuan sosial merupakan salah satu mata
pelajaran yang diberikan dari SD sampai dengan SMP. IPS mengkaji seperangkat
peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada
jenjang Sekolah Dasar mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah,
Sosiologi dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS peserta didik diarahkan untuk
dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab
serta warga dunia yang cinta damai. Di masa yang akan datang peserta didik akan
menghadapi tantangan yang berat karena kehidupan masyarakat global selalu
mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang
untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis
terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan masyarakat yang
dinamis.

Peserta didik merupakan seorang yang bertindak sebagai pencari,


penerima, dan menyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan
sedangkan guru merupakan seorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan
belajar-mengajar, dan peranan lain yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan
belajar-mengajar yang efektif. Namun, realitas di lapangan Pada umumnya proses
kegiatan belajar yang disajikan oleh guru IPS terkesan kaku dan cenderung
membosankan. Guru hanya menyampaikan informasi yang dibacanya dari buku,
sementara peserta didik diminta mendengarkan atau mencatat, tanpa ada interaksi
dan pembelajaran yang aktif. Selama proses belajar, guru memberdayakan seluruh
potensi dirinya sehingga sebagian besar peserta didik belum mampu mencapai
kompetensi individal yang diperlukan untuk mengikuti pelajaran lanjutan. Peserta
didik baru mampu mempelajari (baca: menghafal) fakta, konsep, hukum, teori, dan
gagasan inovatif lainnya pada tingkat ingatan, mereka belum dapat menggunakan
dan menerapkan secara efektif dalam kehidupan pemecahan yang kontekstual.

Penulis meyakini bahwa karakter cinta tanah air, tanggung jawab,


komunikatif, dan rasa ingin tahu masih belum terbentuk secara baik dan menjadi

x
44

kebiasaan masyarakat Indonesia. Implementasi karakter tersebut membutuhkan


seperangkat aktivitas yang dilakukan dengan tulus ikhlas, bukan saja mengawasi
tetapi juga mengarahkan, menghibur, memberi semangat dan memotivasi.
Cintamu rasa tahu diharapkan dapat membentuk nilai-nilai karakter kepada
peserta didik seperti halnya nilai-nilai karkater yang kuat untuk membentengi
anak-anak dan generasi penerus bangsa untuk berbangsa dan bertanah air dengan
semangat nasionalisme. Karya tulis ini memfokuskan penanaman nilai karakter
pada peserta didik kelas IV Sekolah Dasar. Karena pada usia ini peserta didik
masuk dalam usia operasional konkret, mengalami perubahan kognisi dan
penyesuaian dengan lingkungan. Melalui pembelajaran cintamu rasa tahu ini
peserta didik mendapatkan pengalaman belajar yang beragam.

Cintamu rasa tahu merupakan sebuah pembelajaran yang terinpirasi oleh


permainan cek-cek mek, kemudian penulis memodifikasi dan mengemasnya
kembali memjadi sebuah rangkaian pembelajaran penuh dengan permainan yang
menyenangkan. Pembelajaran ini dapat diterapkan di dalam dan di luar ruangan.
Di dalam ruangan bilamana diterapkan dengan laptop atau perangkat computer
dan model tata meja bangku, kemudian apabila dimainkan di luar ruangan dengan
tempat berbentuk lingkaran yang berukuran diameter 6 meter.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut penulis mengambil rumusan
masalah yang terkait dengan gagasan konseptual pentingnnya pendesainan proses
pembelajaran yang bermakna, maka permasalahan yang akan dikaji adalah:
1. Bagaimana langkah-langkah pelaksanaan model Pembelajaran Cintamu Rasa
Tahu (cinta tanah air, tanggung jawab, komunikatif, dan rasa ingin tahu) dalam
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Sekolah Dasar kelas IV?
2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat model pembelajaran cintamu rasa
tahu (cinta tanah air, tanggung jawab, komunikatif, dan rasa ingin tahu) dalam
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Sekolah Dasar kelas IV?

xi
5

C. Tujuan Penulisan
1. Mendeskripsikan langkah-langkah penerapan model pembelajaran cintamu rasa
tahu (cinta tanah air, tanggung jawab, komunikatif, dan rasa ingin tahu) dalam
mata pelajaran IPS.

2. Mengkaji secara mendalam faktor pendukung dan penghambat model


pembelajaran cintamu rasa tahu (cinta tanah air, tanggung jawab, komunikatif,
dan rasa ingin tahu) dalam mata pelajaran IPS Sekolah Dasar kelas IV.

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi mahasiswa:
sebagai calon guru untuk menambah pengetahuan tentang model
pembelajaran IPS.
2. Bagi guru, sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat
digunakan dalam kegiatan belajar-mengajar IPS SD kelas IV.
3. Peserta didik, memudahkan dalam menerima materi IPS yang diberikan dan
menumbuhkan rasa cinta tanah air, komunikatif, dan rasa ingin tahu.

xii
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Pendidikan Karakter di Indonesia
Acuan teori dan konsep pendidikan menurut Widodo (2007) dalam
karya ilmiah ini adalah teori perkembangan kognitif dari Piaget. Pengertian
kognisi sebenarnya meliputi aspek-aspek struktur intelek yang digunakan untuk
mengetahui sesuatu. Piaget menyatakan bahwa perkembangan kognitif bukan
hanya hasil kematangan organisme, bukan pula pengaruh lingkungan semata,
melainkan hasil interaksi diantara keduanya. Menurut Piaget, perkembangan
kognitif mempunyai empat aspek, yaitu (1) kematangan, sebagai hasil
perkembangan susunan syaraf; (2) pengalaman, yaitu hubungan timbal balik
antara organisme dengan dunianya; (3) interaksi sosial, yaitu pengaruh-
pengaruh yang diperoleh dalam hubungannya dengan lingkungan sosial, dan (4)
ekullibrasi, yaitu adanya kemampuan atau sistem mengatur dalam diri
organisme agar dia selalu mampu mempertahankan keseimbangan dan
penyesuaian diri terhadap lingkungannya.
Sistem yang mengatur dari dalam mempunyai dua faktor, yaitu skema
dan adaptasi. Skema berhubungan dengan pola tingkah laku yang teratur yang
diperhatikan oleh organisme yang merupakan akumulasi dari tingkah laku yang
sederhana hingga yang kompleks. Sedangkan adaptasi adalah fungsi
penyesuaian terhadap lingkungan yang terdiri atas proses asimilasi dan
akomodasi. Piaget mengemukakan tahapan dalam perkembangan intelektual
anak yang dibagi ke dalam empat periode, yaitu:
a. Periode sensori-motor ( 0 – 2,0 tahun )
b. Periode pra-operasional (2,0 – 7,0 tahun )
c. Periode operasional konkret ( 7,0 – 11,0 tahun )
d. Periode opersional formal ( 11,0 – dewasa )

xiii
7

Piaget mengatakan bahwa anak usia sekolah dasar atau peserta didik
berada pada tingkat operasional konkret. Pada tingkat operasional konkret
peserta didik umur (7-10 tahun) mulai mengembangkan kemampuan berpikir
beraneka. Mereka sudah dapat membedakan mana benda yang tidak berubah.
Oleh karena itu, dalam tingkat operasional konkret ini struktur kognitif peserta
didik sudah relatif stabil. Sudah mulai dapat berpikir logis.tetapi masih
memerlukan benda-benda konkret yang dapat mereka otak-atik untuk
membantu pemikirannya. Jadi kegiatan mengotak-atik dengan tangan atau
kegiatan manipulatif dan kesempatan mengeksplorasi sangat perlu bagi anak-
anak pada tahap ini, sebab kata-kata baik lisan maupun tertulis akan sangat
membantu jika mereka diberi kesempatan berpikir dengan gerakan dan
kreativitas tangan dan panca indera mereka sendiri.
Menindaklanjuti teori Piaget, Koesoema (2007: 44-47) menjelaskan
bahwa membentuk wajah bangsa merupakan keprihatinan pokok para
cendekiawan kita. Dengan caranya masing-masing, mereka mencoba
membayangkan dan menggagas sebuah bangsa yang memiliki identitas. Kalau
kita mau menengok sedikit ke belakang dan melihat bagaimana awal
munculnya kebangkitan nasional, kita akan menemukan bahwa bangsa ini
terbentuk bukan terutama karena praksis perjuangan melawan penjajah yang
tersebar secara sporadis di seluruh tanah air. Kemerdekaan kita berawal dari
sebuah ide dan gagasan. Tanpa mengurang jasa-jasa pelopor kemerdekaan,
soekarno menduduki tempat yang paling penting dalam sejarah kemerdekaan
bangsa kita. Soekarno bukanlah sekedar pemikir dan pejuang, ia sekaligus
seorang berkarakter yang mampu menyampaikan gagasan dan pemikirannya
pada khalayak dengan bahasa yang sangat sederhana dan memberikan
keyakinan bagi rakyat sehingga semangat kebangsaan itu bisa menjadi milik
semua. Yamin (2009: 179) menambahkan bahwa melepaskan jeratan hegemoni
asing dalam dunia pendidikan Indonesia adalah sebuah keniscayaan yang harus
digelar karena jika tidak, budaya bangsa Indonesia akan tercerabut dan menjadi
hilang dari kehidupan anak-anak bangsa sehingga ini pun akan mempengaruhi
bangsa sendiri secara luas yang juga akan mengakibatkan kehilangan identitas

xiv
8

budaya sendiri. Diperkuat oleh Zuriah (2007: 114-115) bahwa bagaimanapun


krisis mentalitas, moral dan karakter anak didik berkaitan dengan krisis-krisis
multidimensional lain, yang dihadapi bangsa ini pada umumnya dan pendidikan
nasional pada khususnya. Oleh karena itu, jika dicermati dan dinilai lebih adil
dan objektif, makro krisis yang mentalitas dan moral peserta didik merupakan
cermin dari krisis yang lebih luas dan berakar kuat dalam masyarakat pada
umumnya. Dengan kata lain, krisis mentalitas dan moralitas di antara peserta
didik pada jenjang pendidikan dasar, menegah, dan tinggi, merupakan cermin
dari krisis mentalitas dan moralitas dalam masyarakat yang lebih luas.
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) merumuskan fungsi dan tujuan
pendidikan nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan upaya
pendidikan di Indonesia. Pasal 3 UU Sisdiknas menyebutkan, “Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”. Tujuan pendidikan nasional itu
merupakan rumusan mengenai kualitas manusia Indonesia yang harus
dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Oleh karena itu, rumusan tujuan
pendidikan nasional menjadi dasar dalam pengembangan pendidikan budaya
dan karakter bangsa.
Mengacu pada pedoman Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa yang
dikeluarkan oleh Depdiknas (2010) dinyatakan bahwa untuk mendapatkan
wawasan mengenai arti pendidikan budaya dan karakter bangsa perlu
dikemukakan pengertian istilah budaya, karakter bangsa, dan pendidikan.
Budaya diartikan sebagai keseluruhan sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan
keyakinan (belief) manusia yang dihasilkan masyarakat. Sistem berpikir, nilai,
moral, norma, dan keyakinan itu adalah hasil dari interaksi manusia dengan
sesamanya dan lingkungan alamnya. Sistem berpikir, nilai, moral, norma dan

xv
9

keyakinan itu digunakan dalam kehidupan manusia dan menghasilkan sistem


sosial, sistem ekonomi, sistem kepercayaan, sistem pengetahuan, teknologi,
seni, dan sebagainya. Manusia sebagai makhluk sosial menjadi penghasil sistem
berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan; akan tetapi juga dalam interaksi
dengan sesama manusia dan alam kehidupan, manusia diatur oleh sistem
berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan yang telah dihasilkannya. Ketika
kehidupan manusia terus berkembang, maka yang berkembang sesungguhnya
adalah sistem sosial, sistem ekonomi, sistem kepercayaan, ilmu, teknologi, serta
seni. Pendidikan merupakan upaya terencana dalam mengembangkan potensi
peserta didik, sehingga mereka memiliki sistem berpikir, nilai, moral, dan
keyakinan yang diwariskan masyarakatnya dan mengembangkan warisan
tersebut ke arah yang sesuai untuk kehidupan masa kini dan masa mendatang.
Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang
terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan
digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan
bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur,
berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain. Interaksi
seseorang dengan orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter
bangsa. Oleh karena itu, pengembangan karakter bangsa hanya dapat dilakukan
melalui pengembangan karakter individu seseorang.
Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam
mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan adalah juga suatu usaha
masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan generasi mudanya bagi
keberlangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa
depan. Keberlangsungan itu ditandai oleh pewarisan budaya dan karakter yang
telah dimiliki masyarakat dan bangsa. Oleh karena itu, pendidikan adalah
proses pewarisan budaya dan karakter bangsa bagi generasi muda dan juga
proses pengembangan budaya dan karakter bangsa untuk peningkatan kualitas
kehidupan masyarakat dan bangsa di masa mendatang. Dalam proses
pendidikan budaya dan karakter bangsa, secara aktif peserta didik
mengembangkan potensi dirinya, melakukan proses internalisasi, dan

xvi
10

penghayatan nilai-nilai menjadi kepribadian mereka dalam bergaul di


masyarakat, mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera, serta
mengembangkan kehidupan bangsa yang bermartabat.
Atas dasar pemikiran itu, pengembangan pendidikan budaya dan
karakter sangat strategis bagi keberlangsungan dan keunggulan bangsa di masa
mendatang. Pengembangan itu harus dilakukan melalui perencanaan yang baik,
pendekatan yang sesuai, dan metode belajar serta pembelajaran yang efektif.
Sesuai dengan sifat suatu nilai, pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah
usaha bersama sekolah; oleh karenanya harus dilakukan secara bersama oleh
semua guru dan pemimpin sekolah, melalui semua mata pelajaran, dan menjadi
bagian yang tak terpisahkan dari budaya sekolah.
Pendidikan budi pekerti merupakan pendidikan nilai di sekolah. Oleh
karena itu, pendidikan budi pekerti di sekolah harus mampu melatih dan
mengarahkan perkembangan siswa agar pekerti mereka merupakan
manifestasi dari nilai-nilai yang dikenal dan diyakini. Untuk
memberikan keberhasilan dan menanamkan nilai-nilai hidup melalui
pendidikan budi pekerti dipengaruhi juga oleh cara penyampaiannya
yang disebut dengan model penyampaian. Ada 4 (empat) model, yakni:
(1) model sebagai mata pelajaran tersendiri, (2) model terintegrasi
dalam semua bidang studi, (3) model di luar pengajaran, dan (4) model
Gabungan (model terintegrasi dan di luar pelajaran secara bersama
(Suparno, 2002: 40).

Model-model tersebut sudah cukup baik, tetapi mengalami beberapa kali


revisi. Merujuk pada Pedoman Pengembangan Budaya dan Karakter Bangsa
(2010: 11-14) ada prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan
pendidikan budaya dan karakter bangsa, antara lain:

1) Berkelanjutan

Mengandung makna bahwa proses pengembangan nilai-nilai budaya


dan karakter bangsa merupakan sebuah proses panjang, dimulai dari awal
peserta didik masuk sampai selesai dari suatu satuan pendidikan. Sejatinya,
proses tersebut dimulai dari kelas 1 SD atau tahun pertama dan berlangsung
paling tidak sampai kelas 9 atau kelas akhir SMP. Pendidikan budaya dan

xvii
11

karakter bangsa di SMA adalah kelanjutan dari proses yang telah terjadi
selama 9 tahun.

2) Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah

Mensyaratkan bahwa proses pengembangan nilai-nilai budaya dan


karakter bangsa dilakukan melalui setiap mata pelajaran, dan dalam setiap
kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler.

MATA PELAJARAN

PENGEMBANGAN DIRI
NILAI

BUDAYA SEKOLAH

Gambar 1: Pengembangan Nilai-nilai Pendidikan Budaya dan


Karakter Bangsa
Pengembangan nilai budaya dan karakter bangsa melalui berbagai
mata pelajaran yang telah ditetapkan dalam Standar Isi (SI), digambarkan
sebagai berikut ini.

MP 1

MP 2

MP 3

NILAI MP 4

MP 5

MP6

MP .n

Gambar 2: Pengembangan Nilai Budaya dan Karakter Bangsa melalui


Setiap Mata Pelajaran.

Peran penting sangat tertuju pada sekolah untuk menciptakan


pembelajaran disertai dengan keluaran atau output yang baik. Hal ini
membutuhkan integrasi yang baik antara kecerdasan intelektual, emosional,

xviii
12

dan spiritual. Karakter masuk dalam aspek emosional, membutuhkan suatu


pembiasaan dalam pembentukannya. Maka untuk memudahkan proses ini,
dimasukan dan disisipkan dalam mata pelajaran.

3) Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan


Mengandung makna bahwa materi nilai budaya dan karakter bangsa
bukanlah bahan ajar biasa; artinya, nilai-nilai itu tidak dijadikan pokok
bahasan yang dikemukakan seperti halnya ketika mengajarkan suatu konsep,
teori, prosedur, ataupun fakta seperti dalam mata pelajaran agama, bahasa
Indonesia, PKn, IPA, IPS, matematika, pendidikan jasmani dan kesehatan,
seni, dan keterampilan.

4) Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan menyenangkan

Prinsip ini menyatakan bahwa proses pendidikan nilai budaya dan


karakter bangsa dilakukan oleh peserta didik bukan oleh guru. Guru
menerapkan prinsip ”tut wuri handayani” dalam setiap perilaku yang
ditunjukkan peserta didik. Prinsip ini juga menyatakan bahwa proses
pendidikan dilakukan dalam suasana belajar yang menimbulkan rasa senang
dan tidak indoktrinatif.

2. Model Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar


a. Pengertian
Membahas tentang model-model mengajar dalm kerangka
pengajaran IPS/SS merupakan suatu hal penting. Dalam mengajar,
penggunaan model bukan suatu yang baru. Filosof Greek misalnya
menggunakan model yang ia kembangkan dalam mengajar yang
sekarang dikenal dengan gaya mengajar Socrates (Socratic Teaching
Style) dengan menekankan model pada bertanya dan menjawab atau
dialog yang juga berarti kebenaran yang mengalir. Dalam bidang-
bidang lain seperti sains dan teknik juga digunakan model-model yang
dapat menggambarkan secara rinci replica dari sesuatu benda yang
akan dibangun, misalnya bendungan, yang dalam kenyataan

xix
13

sebenarnya akan dibangun menurut spesifikasi-spesifikasi dari yang


ada pada model. Oleh sebab itu dikenal adanya model pisik dan model
konseptual, bahkan ada pula yang disebut dengan model hipotetik
(hypothetical model).
b. Model Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
Model-model mengajar terbentuk melalui berbagai kombinasi
dari bagian-bagian/komponen yang meliputi:
1) Fokus
Fokus merupakan aspek sentral sebuah model. Fokus dari
sebuah system merujuk pada kerangka acuan yang mendasari
pengembangan sebuah model. Tujuan-tujuan pengajaran dan
aspek-aspek lingkungan pada dasarnya membentuk fokus dari
model. Tujuan apa yanghendak dicapai adalah merupakan
begian dari model pad umumnya.
2) Sintaks
Sintaks atau tahapan dari model mengandung uraian tentang
model dalam tindakan. Sebagai contoh misalnya adalah
kegiatan-kegiatan yang disusun berdasarkan tahapan-tahapan
yang jelas dari keseluruhan program yang melambangkan
lingkungan pendidikan dari setiap model. Ini merupakan
susunan dari keseluruhan program mengajar.
3) Sistem sosial
Mengajar pada dasarnya adalah menggambarkan hubungan
antara guru dengan siswa dalam satu sistem. Oleh sebab itu
elemen ketiga dari model mengajar mengarah pada dua bagian
yaitu peranan guru dan siswa, khususnya hubungan hirarkis
atau hubungan kewenangan, serta norma-norma atau perilaku
siswa yang dianggap baik. Dengan demikian maka system
sosial merupakan bagian penting dari setiap model.
Mempelajari sesuatu ditentukan oleh jenis hubungan yang

xx
15

tersusun selama proses mengajar itu menjelaskan sistem untuk


mengajarkan sikap, keterampilan serta pengertian dan lain-lain.
4) Sistem pendukung
Aspek yang terpenting dan utama dari suatu model adalah
elemen pendukung yang tujuannya adalah menyiapkan
kemudahan kepada guru dan siswa bagiberhasilnya dengan
baik penerapan strategi mengajar. Sebagai contoh, seandainya
akan menerapkan pengajaran individual, maka untuk itu perlu
sejumlah alat pandang-dengar, mesin-mesin mengajar, teks
yang disusun secara berprograma (programmed text), atau
materi yang disusun dengan pendekatan modular (modular
instructional text) untuk menyalurkan kebutuhan pelajar secara
individual.

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang pembelajaran yang berkualitas khususnya mata


pelajaran IPS di Sekolah Dasar sudah banyak dikaji oleh para peneliti
terdahulu. Penelitian tindakan kelas yang dilakukan Sadali (2001) tentang
pengaruh penerapan model pembelajaran role playing terhadap aktivitas guru
dan hasil belajar dalam mata pelajaran pendidikan IPS di SD Lemah Abang
02 Kecamatan Tanjung Kabupaten Brebes, menghasilkan temuan bahwa: (1)
model pembelajaran role playing dapat membantu pengembangan aktifitas
guru dalam proses belajar-mengajar, (2) model pembelajaran role playing
dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengembangkan suasana
belajar yang kondusif, (3) model pembelajaran role playing dapat
meningkatkan kemampuan guru dalam memelihara konsistensi antara tujuan
pembelajaran dengan pokok-pokok bahasan yang diajarkan, dan (4) dari segi
kepuasan belajar siswa model pembelajaran role playing dapat memberikan
pengalaman dan keterlibatan emosional serta perubahan intensional siswa.
(www.depdiknas.go.id/Jurnal/34/.htm-47k).

xxi
16

Penelitan Paelori (2002) mengenai LKS kreatif sebagai sarana


efektifitas pembelajaran IPS meyimpulkan bahwa penggunaan LKS kreatif
dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa dalam pelajaran
IPS di sekolah dasar.

Penilitian yang di gunakan Daryanti (2002) mengenai peta konsep


menyimpulkan model pembelajaran dengan menggunakan peta konsep akan
optimal hasilnya bila disertai dengan keterampilan dan kesiapan guru,
multimetode, dan multi media. Pengenalan model pembelajaran dan
pengadaan buku peserta didik dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien
dengan melatihkan kepada guru melalui strategi kepelatihan di kegiatan KKG
(www.balikbangjateng.co.id).

Hasil yang sama juga diperoleh Sutrisno (2004) yang meneliti


mengenai Pembelajaran Kartu Soal Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VI SD
Anjasmoro 02 (sebuah aplikasi pengalaman mengajar melalui permainan),
menyimpulkan bahwa dengan kartu soal pembelajaran menjadi aktif, efektif,
menyenangkan, mampu memberikan penguatan kognitif pada siswa, dan
kreatifitas siswa dapat diberdayakan.

Penelitian Rustantiningsih (2006) tentang Penerapan Model


Pembelajaran Dunia Gembira (Dugem) menyimpulkan bahwa melalui model
pembelajaran tersebut dapat meningatkan hasil belajar PKPS peserta didik
kelas IV. Selebihnya, model pembelajaran Dugem dapat meningkatkan
aktivitas peserta didik secara holistik, baik aspek kognitif, afektif, maupun
psikomotor.

Penelitian Kawuryan (2009) ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas


pembelajaran IPS di SD melalui pemanfaatan potensi budaya lokal, dan
mendapatkan bukti-bukti peningkatan kualitas pembelajaran IPS setelah
dimanfaatkannya potensi budaya lokal.

xxii
17

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas partisipatif. Desain


penelitian menggunakan model spiral dari Kemmis & Taggart. Penelitian
dilakukan di SD Negeri Pakem I dengan subjek penelitian seluruh siswa kelas
IV. Data dikumpulkan dengan teknik observasi, catatan lapangan,
wawancara, dokumentasi, dan tes. Analisis data ditempuh dengan cara
kualitatif melalui langkah-langkah reduksi, simplifikasi, klasifikasi data
kualitatif (deskripsi-naratif), disajikan menggunakan tabel dan diagram, serta
menafsirkan hubungan antarvariabel.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan potensi budaya


lokal selama dua siklus penelitian mampu meningkatkan kualitas
pembelajaran. Peningkatan kualitas proses tampak dari keaktifan dan
partisipasi siswa dalam kegiatan kelompok, interaksi siswa dengan siswa,
interaksi siswa dengan guru,dan interaksi siswa dengan sumber belajar.
Peningkatan kualitas hasil belajar tampak pada aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor. Aspek kognitif terlihat dari peningkatan rerata hasil belajar siswa
sebelum (58,7) dan setelah tindakan (83,4). Untuk aspek afektif dan
psikomotor, selain melalui pembelajaran di kelas, juga dapat lebih
ditingkatkan melalui studi lapangan ke Desaku. Dengan mengetahui secara
langsung kegiatan yang dilakukan oleh petani di Kecamatan Pakem, siswa
belajar lebih menghargai petani dan lingkungan sekitar mereka. Pengalaman
bercocok tanam, memanen sayuran, dan menangkap ikan melatih
keterampilan siswa menerapkan konsep yang sudah diperoleh melalui
pembelajaran di kelas. Selain itu, pemanfaatan potensi budaya lokal seperti
sego wiwit dan uborampenya, lesung-alu, kenthomgan, serta gerobag sapi
menjadi sumber belajar yang bermakna bagi siswa.

Penelitian Nurbudi (2012) tentang Analisis Hasil Penelitian Tentang


Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Pada kurikulum sekolah dasar terdapat
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang diberikan pada kelas IV,
V, dan VI. Sesuai dengan kurikulum, tujuan mata pelajaran IPS adalah
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuan,

xxiii
18

ketrampilan, dan nilai agar mereka menjadi warganegara yang berpartisipasi


aktif dalam masyarakat yang demokratis. Pelajaran IPS diharapkan mampu
mengembangkan kecerdasan intrapersonal dan kecerdasan interpersonal pada
siswa, sehingga bisa berpartisipasi secara aktif dalam kehidupan
bermasyarakat secara demokratis.

Kecerdasan intrapersonal merupakan pengetahuan aspek-aspek


internal dari seseorang meliputi akses tanggung jawab, mengendalikan emosi,
sehingga mempunyai model hidup yang efektif. Kecerdasan interpersonal
dibangun atas kemampuan untuk mengenali perbedaan orang lain seperti
suasana hati, temperamen, motivasi, dan kehendak orang lain, yang
memungkinkan seseorang mempunyai keterampilan membaca kehendak dan
keinginan orang lain. Bertolak dari kenyataan bahwa pelajaran IPS diberikan
sejak kelas IV sampai kelas VI, maka siswa kelas VI akan memiliki
kecerdasan intrapersonal dan kecerdasan interpersonal lebih baik
dibandingkan dengan siswa kelas IV.

Penelitian ini bertujuan untuk menjawab rumusan masalah yaitu


bagaimana kecenderungan perkembangan kecerdasan intrapersonal dan
kecerdasan interpersonal ditinjau dari lama belajar IPS. Penelitian ini
bersifat ex post facto yakni penelitian yang dilakukan tanpa adanya
pengendalian atau manipulasi pada variabel-variabel karena telah terjadi
sebelumnya. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pelajaran IPS kelas
IV, V, VI serta variabel terikat adalah peningkatan kecerdasan intrapersonal
dan kecerdasan interpersonal kelas IV, V, VI. Penelitian dilakukan di sekolah
dasar di wilayah kecamatan Jombang yakni di SDN Jabon I, SDN Jombatan
IV, SDN Jombatan V, SDN Jombatan VI, dan SDN Kaliwungu II dengan
subyek siswa kelas IV, V, dan VI yang seluruhnya berjumlah 409 siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan skor rata-rata


yang dicapai menurun, baik dari kecerdasan intrapernal maupun interpersonal
siswa ditinjau dari lama belajar IPS. Penurunan skor rata-rata dimulai dari

xxiv
19

kelas IV lalu kelas V, kemudian terendah kelas VI. Penurunan skor tersebut
menggambarkan menurunnya kualitas perkembangan kecerdasan
intrapersonal dan interpersonal siswa.

Berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu diatas maka dapat


diketahui bahwa gagasan konseptual mengenai pembelajaran IPS dengan
cintamu rasa tahu (cinta tanah air, tanggung jawab, komunikatif, dan rasa
ingin tahu), sepengetahuan kami belum pernah diterapkan di kalangan tenaga
pendidik sehingga orisinilitas konsep ini dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah.

C. Kerangka Berpikir

Dari kajian di atas maka bisa digambarkan dengan sebuah kerangka berpikir:

Terbentuknya
Dagradasi moral
karakter cinta
dan kurang Peserta didik
tanah air,
optimalnya kelas IV Sekolah
tanggungjawab,
pembelajaran IPS Dasar
komunikatif, dan
di SD kelas IV
rasa ingin tahu

Gambar 3: Diagram Kerangka Berpikir

xxv
20

Kemerosotan moral yang ada di lapangan menunjukan betapa rendahnya


kualitas karakter pada sebagian besar masyarakat Indonesia. Tidak hanya mereka
yang berusia dewasa, kejadian ini sudah merambah pada mereka yang berusia
dibawah umur bahkan usia sekolah dasar. Kemudian pembelajaran IPS sekolah
dasar kelas IV pada materi keragaman suku bangsa, penulis rasa materi ini sangat
penting guna mengembalikan rasa cinta tanah air manusia Indonesia dimulai dari
usia sekolah dasar. Untuk mengatasi dan membentuk karakter yang unggul anak
usia sekolah dasar, maka dibentuk sebuah pembelajaran yang menarik dan syarat
dengan makna. Masukan ini akan diproses dalam kegiatan pembelajaran,
khususnya untuk membentuk karakter cinta tanah air, tanggung jawab,
komunikatif, dan rasa ingin tahu yang selama ini tidak terbentuk secara optimal
dan menjadi penyebab utama terjadinya kemerosotan moral. Model pembelajaran
cintamu rasa tahu tepat dan efektif untuk menjadi wadah masukan yang berupa
peserta didik. Efektivitas model ini sangat dipengaruhi oleh faktor kesiapan
pendidik, peserta didik, dan lingkungan sebagai faktor pengiring. Jika terlaksana
dengan efektif, maka akan terbentuk karakter cinta tanah air, tanggung jawab,
komunikatif, dan rasa ingin tahu dalam diri peserta didik kelas IV Sekolah Dasar.

D. Faktor-faktor pendukung dan penghambat model pembelajaran cintamu


rasa tahu

1. Permainan di luar ruangan


Secara umum faktor pendukung dalam penerapan pembelajaran di luar
ruangan di antaranya: (1) tersedianya sarana dan prasarana yang memadai, (2)
pembuatan permainan cukup mudah. Faktor penghambat di antaranya adanya
kecenderungan minimnya kreatifitas guru dan faktor cuaca.

2. Permainan di dalam ruangan


Faktor pendukung permainan di dalam ruangan antara lain tersedianya
sarana laptop. Faktor penghambat diantaranya disekolah-sekolah pedesaan
masih belum tersentuh teknologi.

xxvi
BAB III
METODE PENULISAN
Karya tulis ilmiah ini bersifat konseptual, sehingga metode yang digunakan
berhubungan erat dengan analisis persoalan mendalam yang mengkaji berbagai
fenomena peningkatan pembelajaran di sekolah dasar. Merujuk pendapat Sujana dan
Ibrahim (1989: 181) penulisan karya ilmiah setidaknya terdiri atas pendahuluan,
landasan teori, dan kerangka pemikiran, metodologi penelitian, hasil penelitian, dan
kesimpulan penelitian. Dalam konteks ini, penulis menyusun karya ilmiah terdiri atas
lima bagian, yakni pendahuluan, kajian pustaka, metode penulisan, pembahasan, dan
penutup.
Pada bagian pendahuluan, membahas latar belakang masalah, identifikasi
masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat. Latar belakang masalah menjelaskan
dasar pemikiran penulis dalam penulisan karya tulis ilmiah. Rumusan masalah
memuat sejumlah pertanyaan yang bersumber dari masalah yang telah dibatasi dan
dipilihnya. Tujuan dan manfaat berisi rumusan tujuan yang sifatnya konsisten dengan
karya tulis ilmiah yang dibuat serta merumuskan manfaat yang relevan dengan karya
tulis ilmiah.
Bagian kedua adalah kajian pustaka yang terdiri dari uraian yang menunjukkan
landasan teori dan konsep-konsep yang relevan dengan masalah dan kupasan
mengenai penelitian terdahulu. Pembahasan teori, menelaah tentang teori yang
relevan dengan model pembelajaran cintamu rasa tahu khususnya teori mengenai
pembelajaran yang bermakna. penelitian terdahulu merupakan studi dokumentasi
untuk mengetahui penelitian sebelumnya. Pencarian terhadap hasil-hasil penelitian
terdahulu, penulis melakukan dengan membaca jurnal-jurnal ilmiah dan pengaksesan
melalui internet.
Metode penulisan yang digunakan penulis dalam menyusun karya tulis ilmiah
ini yaitu dengan prosedur ilmiah. Pembahasan merupakan bagian keempat yang
meliputi uraian masalah dan pemecahan masalah. Pada bagian ini penulis
menguraikan secara rinci model pembelajaran cintamu rasa tahu dari perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi. Bagian kelima adalah penutup yang berisi simpulan dan
saran.

27
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Analisis Permasalahan
Proses belajar-mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial, diharapkan seorang guru
menyampaikan materi ajar menyiasati agar semua aspek-aspek dari komponen-
komponen pembentuk sistem instruksional pada tersampaikannya isi pelajaran
(informasi) kepada siswa secara langsung. Selain itu, proses belajar-mengajar
harus membentuk sistem intruksional mengarah pada mengakifkan siswa untuk
mencari dan menemukan sendiri fakta, prinsip dan konsep yang mereka butuhkan.
Namun, kenyataan di lapangan belum menunjukkan kearah pembelajaran
yang bermakna. Pendidik sendiri masih kesulitan untuk mendesain pembelajaran
yang bermakna. Sistem pembelajaran duduk tenang, mendengarkan informasi dari
guru sudah membudaya sejak dulu sehingga untuk mengadakan perubahan kearah
pembelajaran yang aktif, kreatif, menyenangkan agak sulit, Pada umumnya proses
kegiatan belajar IPS yang disajikan oleh guru terkesan kaku dan cenderung
membosankan. Guru hanya menyampaikan informasi yang dibacanya dari buku,
sementara siswa diminta mendengarkan atau mencatat, tanpa ada interaksi dan
pembelajaran yang aktif. Kedudukan guru sebagai sumber ilmu, guru sebagai
orang yang terpandai diantara para peserta didik masih sangat melekat sekali. Hal
ini semakin membuat guru malas untuk mengembangkan diri kearah pembelajaran
yang bermakna.

B. Pembahasan
1. Rancangan Pembelajaran Cintamu Rasa Tahu
Pembelajaran cintamu rasa tahu merupakan suatu pembelajaran yang
mencangkup tiga aspek ranah taksonomi Bloom yaitu kongnitif, afektif,
psikomotorik. Hal tersebut akan mengantarkan peserta didik pada
pembelajaran bermakna dan menyenangkan.
Rancangan model pembelajaran cintamu rasa tahu sebagai berikut:

28
23

a. Menetapkan kompetensi dasar yang harus dicapai peserta didik.


Kegiatan pembelajaran tersebut berorientasi pada indikator yang harus
dicapai peserta didik dalam proses pembelajaran.
Mata pelajaran : Ilmu Pengetahuan Soial
Kelas/ Semester : IV (empat) / 1(satu)
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit (1x pertemuan)
Standar Kompetensi :
1. Memahami sejarah, kenampakan alam dan keragaman suku bangsa di
lingkungan kabupaten/kota dan provinsi

Kompetensi Dasar :
1.4 Menghargai keragaman suku bangsa dan budaya
setempat(kabupaten/kota, provinsi)
Indikator :
a) Peserta didik dapat mengenal provinsi dan ibukota di Indonesia
b) Peserta didik dapat menyebutkan provinsi dan ibukota di Indonesia
c) Peserta didik dapat mengetahui provinsi dan ibukota di Indonesia
Tujuan Pembelajaran :
Setelah Mengikuti Pembelajaran diharapkan :
a) Melalui ceramah dapat menghargai keragaman suku bangsa dan
budaya
b) Melalui demonstrasi dapat menyebutkan provinsi dan ibukota di
Indonesia
c) Melalui demonstrasi dapat mengetahui provinsi dan ibukota di
Indonesia
Karakter siswa yang diharapkan muncul dalam pembelajaran ini :
a) Cinta tanah air
b) Tanggung Jawab
c) Komunikatif
d) Rasa ingin tahu
Materi pokok :
Nama-nama provinsi dan ibukota di Indonesia.

29
24

Model pembelajaran ini dibuat dalam suatu permainan yang di dalamnya


terdiri dari pertanyaan tentang nama-nama provinsi dan ibukota di
Indonesia. Permainan ini dikemas ke dalam dua model pembelajaran, yaitu
permaianan di luar dan di dalam ruangan
b. Merancang Model Pembelajaran Cintamu Rasa Tahu
Model pembelajaran cintamu rasa tahu di rancang untuk mengajak peserta
didik memahami materi yang akan disajikan dan sebagai acuan peserta
didik untuk menambah rasa cinta tanah air, tanggung jawab, komunikatif,
serta rasa ingin tahu peserta didik terhadap Negara Indonesia. Adapun
model ini diterapkan dalam dua model yaitu: (1) Permainan di luar ruangan
dan (2) Permainan di dalam ruangan
1) Permainan di luar ruangan :
a) Model
i. Membagi kelas menjadi 4 tim.
Satu tim terdiri dari 7-10 orang.
ii. Guru sebagai pengawas penuh.
iii. Guru menyiapkan dua lingkaran dengan diameter 5 meter sebagai
tempat untuk bermain.
iv. Masing-masing tim memilih satu orang yang didelegasikan untuk
membawa bendera merah putih yang disebut “anak Indonesia”.

Gambar 4: Denah permainan di luar ruangan

30
25

Keterangan :

1. Merah : Anak Indonesia


2. Hitam : Anak daerah
b) Pelaksanaan
i. Setiap tim mempersiapkan satu yel-yel yang dinyanyikan sebelum
permainan dimulai.
ii. Dua tim pertama bersiap-siap memasuki lingkaran masing-masing.
iii. Anak Indonesia dari tim pertama bertukar tempat dengan anak Indonesia
dari tim kedua.
iv. Semua anggota tim yang sedang bermain mengenakan penutup mata
kecuali anak Indonesia. Anggota tim tersebut mempunyai nama yaitu
provinsi-provinsi di Indonesia dan satu anak namanya berbeda dengan
yang lain.
v. Anggota yang mengenakan penutup mata bertugas mencari anak
Indonesia sampai ditemukan.
vi. Apabila anak Indonesia telah ditemukan, maka wajib mengatakan “aku
anak Indonesia” dengan keras dan yang menemukan juga menjadi anak
Indonesia. Begitupun yang bukan anak Indonesia apabila disentuh oleh
anggota lain harus menyebutkan namanya masing-masing dengan keras.
Seterusnya sampai semua anggota menjadi anak Indonesia.
vii. Saat permainan berlangsung, guru memutarkan lagu-lagu wajib dan
daerah untuk menembah semangat tim yang bertanding.
viii. Tim yang juara dari pertandingan pertama akan ditandingkan dengan
juara dari pertandingan kedua sampai diperoleh juara umum.

31
26

Tabel 1: Penilaian permainan cintamu rasa tahu

Kelompok Aspek Jumlah

Ketangkasan kreatifitas pengetahuan

1.

2.

3.

4.

Teknik penilaian

Nilai = ketangkasan + Kreatifitas + Pengetahuan

Skor penilaian

1. Pengetahuan = 0 – 100
2. Kreatifitas = 0 – 100
3. Ketangkasan = 0 – 100

2) Permainan di dalam ruangan


a) Model
i. Membagi kelas menjadi 4 tim.
ii. Satu tim terdiri dari 7-10 orang.
iii. Guru sebagai pengawas penuh.
iv. Guru menyiapkan dua buah laptop sebagai media
permainan.

32
27

v. Masing-masing tim memilih satu orang untuk menjadi


leader dan satu orang menjadi pengawas kelompok lain.

Gambar 5: Denah permainan di dalam ruangan

Keterangan :

1. Leader
2. Pengawas
3. Pemain
b) Pelaksanaan
i. Setiap tim mempersiapkan satu yel-yel yang dinyanyikan sebelum permainan
dimulai.
ii. Dua tim pertama bersiap-siap dengan berbaris di belakang laptop yang telah
disediakan.
iii. Leader bertugas mengatur strategi urutan barisan agar efektif dalam menjawab
pertanyaan-pertanyaan tentang nama-nama provinsi dan ibukotanya yang
disiapkan dalam laptop yang berjumlah sepuluh pertanyaan.

33
28

iv. Pertanyaan dalam laptop harus dijawab satu persatu oleh anggota tim sampai
selesai.
v. Tim pertama yang bisa menjawab sepuluh pertanyaan dengan cepat dan tepat
akan memperoleh predikat sebagai anak Indonesia.
vi. Saat permainan berlangsung, guru memutarkan lagu-lagu wajib dan daerah
untuk menembah semangat tim yang bertanding.
vii. Tim yang juara dari pertandingan pertana akan ditandingkan dengan juara dari
pertandingan kedua sampai diperoleh juara umum.

Tabel 2: penilaian permainan cintamu rasa tahu

Kelompok Aspek Jumlah

Ketangkasan Pengetahuan Kekompakan

1.

2.

3.

4.

Nilai = Ketangkasan +Pengetahuan + Kekompakan

Skor penilaian

1. Ketangkasan = 0 – 100
2. Pengetahuan = 0 – 100
3. Kekompakan = 0 – 100

34
29

Gambar 6: Model Permainan Cintamu Rasa Tahu yang diperagakan oleh SD Negeri
02 Rejosari

Tabel 3 : Lembar Penilaian Budaya Karakter

KARAKTER Ket

Nama Rasa
No Cinta Tanggung
Kelompok Komunikatif Ingin
tanah air Jawab
Tahu

1. Harimau MK MB MB BT

2 ………

Keterangan :

BT (Belum Terlihat), apabila peserta didik/barung belum memperlihatkan tanda-


tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator.

MT (Mulai Terlihat), apabila peserta didik/barung sudah mulai memperlihatkan


adanya tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator tetapi
belum konsisten.

35
30

MB (Mulai Berkembang), apabila peserta didik/barung sudah memperlihatkan


berbagai tanda perilaku yang dinyatakan dalam indikator dan mulai
konsisten).

MK (Membudaya), apabila peserta didik/barung terus menerus memperlihatkan


perilaku yang dinyatakan dalam indikator secara konsisten)

1. Ibukota dari provinsi Jawa Tengah adalah….

a. Surabaya c. Bandung

DAFTAR PERTANYAAN
b. Semarang d. Jakarta

BENAR
SALAH SEKALI

SILAHKAN KEMBALI SILAHKAN LANJUT

Gambar 7: Aplikasi Permainan Cintamu Rasa Tahu Dalam Teknologi Informasi

36
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan
1. Model pembelajaran Cintamu Rasa Tahu dapat menambah wawasan
peserta didik tentang nama-nama provinsi dan ibukota di Indonesia. Nilai-
nilai yang terkandung meliputi cinta tanah air, komunikatif, tanggung
jawab dan rasa ingin tahu. Model pembelajaran ini terdiri dari dua jenis
yaitu di dalam ruangan dan di luar ruangan.
2. Faktor pendukung permaianan di luar ruangan antara lain (a) tersedianya
sarana dan prasarana yang memadai, (b) pembuatan permainan cukup
mudah. Faktor penghambat, adanya kecenderungan minimnya kreatifitas
guru dan faktor cuaca. Sedangkan apabiladilakukan di dalam ruangan,
faktor pendukung permainan ini antara lain tersedianya sarana laptop dan
faktor penghambatnya di sekolah-sekolah pedesaan masih belum tersentuh
teknologi.

B. Saran
Permainan ini diharapkan segera diterapkan oleh guru di SD yang
mempunyai kelebihan di bidang teknologi untuk mejadikan pembelajaran IPS
yang aktif, kreatif, modern. Sedangkan untuk SD yang belum memiliki
kelebihan di bidang teknologi bias diaplikasikan melalui permainan di luar
ruangan.

37
DAFTAR PUSTAKA

Antonio, Muhammad Syafii. 2007. Muhammad The Super Leader Super


Manager. Jakarta: Tazkia Multimedia

Aurafirman. 2012. Analisis Hasil Penelitian Tentang Pembelajaran IPS di


Sekolah Dasar (Abstrak).
http://aurafirman.blogspot.com/2012/02/analisis-hasil-penelitian-
tentang.html. diakses pada 24 April 2012

DEPDIKNAS. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter


Bangsa hal 2. Jakarta: DIKTI

Instruksi Presiden. 2010. Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan


Nasional Tahun 2010. Jakarta: Presiden RI

Jakarta : DIKTI

Koesoema A, Doni. 2007. Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di


Zaman Global. Jakarta: PT. Grasindo.

PPS UNY. 2012. Pemanfaatan Potensi Budaya Lokal untuk Meningkatkan


Kualitas Pembelajaran IPS di SD.
http://pps.uny.ac.id/index.php?pilih=pustaka&mod=yes&aksi=lihat&i
d=40. Diakses pada 24 April 2012.

Paelori, Thamrin. 2002. LKS Kreatif sebagai Sarana Efektivitas Pembelajaran


IPS di Sekolah. Jurnal Bunga Rampai Keberhasilan Guru Jilid I,
halaman 114-141. Jakarta: Depdiknas.

Rustantiningsih. 2006. Penerapan Model Pembelajaran Dunia Gembira


(Dugem) untuk Meningkatkan Hasil Belajar PKPS Siswa Kelas IV SD
Anjasmoro 02 Semarang. Hasil Penelitian. Tidak Dipublikasikan.

Sadali. 2001. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Role Playing


terhadap Aktifitas Guru dan Hasil Belajar dalam Mata Pelajaran IPS
di SD Lemah Abang 2 Kecamatan Tanjung Kabupaten Brebes.
www.depdiknas.go.id/Jurnal/34/.htm-47k.

Sudjana, Nana dan Ibrahim. 1989. Penelitian dan Penelitian Pendidikan.


Bandung: Tarsito.

38
Sutrisno, Agus.2004. Pembelajaran Kartu Soal Ilmu Pengetahuan Sosial
Kelas VI SD Anjasmoro 02 (Sebuah Aplikasi Pengalaman Mengajar
Melalui Permainan). Jakarta: Depdiknas.

Tim MKDK IKIP Semarang. 1990. Psikologi Belajar. Semarang: IKIP


Semarang
Suparno. 2002. Pendidikan Budi Pekerti untuk Sekolah Dasar hal 40. Jakarta:
Bumi Aksara

Uno, Hamzah B. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Wahab, Abdul Aziz. 2009 Metode dan Model-model Mengajar. Bandung:


Alfabeta.

Wardani, Dani. 2009. Bermain Sambil Belajar hal 14-15. Bandung: Edukasia

Widodo, Ari, Wuryastuti, Sri, dan Margaretha. 2007. Pendidikan IPA di SD.
Bandung: UPI PRESS

Yamin, Mohamad. 2009. Menggugat Pendidikan Indonesia hal 179.


Jogjakarta: AR- RUZZMEDIA

Zuriah, Nurul. 2007. Pendidikan Moral & Budi Pekerti dalam Perspektif
Perubahan hal 114-115. Jakarta: Bumi Aksara

39
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap : Rustantiningsih, S.Pd.


Tempat dan Tanggal Lahir : Karanganyar, 25 Oktober 1975
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Staf Pengajar PGSD`FIP IKIP PGRI Semarang
Alamat Rumah : Puri Anjasmoro Blok A-6. Telp (024) 7605595
Nomor Telpon Rumah/HP : 085640501084

Pengalaman Penelitian:

1. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Duduk Gembira (DUGEM) pada Mata


Pelajaran PKPS Kelas IV SDN Anjasmoro 02 Tahun Pelajaran 2004/2005 (Juara
II Lustrum Unnes)

2. Pengaruh Penerapan Model pembelajaran ARCS (Attention, Relevance,


Confidance, Satisfaction) pada Mata Pelajaran Pengetahuan Alam Kelas IV
Sekolah Dasar Negeri Anjasmoro 02 Semarang Tahun Pelajaran 2004/2005.

3. Peningkatan Penguasaan EYD dalam Karangan Narasi dengan Teknik Koreksi


Teman Sebaya Siswa Kelas VI SD Anjasmoro 02 Semarang (Dibiayai Dirjen
Dikti Tahun Anggaran 2006, kolaborasi dengan Dra. MTH Retnaningdyastuti,
M.Pd.; Drs. Hardjito, M.Hum.; Tri Umuyani, S.Pd.; dan Trimo, S.Pd.,M.Pd.).

4. Peningkatan Hasil Belajar IPS dengan Kartu Mega Star pada Siswa Kelas IV
Sekolah Dasar Negeri Anjasmoro Semarang tahun 2006.

5. Meningkatkan Hasil Belajar IPS melalui Kolaborasi Model Quantum Teaching


dan Snowball Throwing Kelas V SDN Anjasmoro tahun 2008 (Hibah penelitian
Instistusional, dibiayai PNBP Unnes).

6. Meningkatkan Keterampilan Menulis dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia


melalui Word Square pada Siswa Kelas II SDN Anjasmoro Semarang tahun 2008
(Juara III diselenggarakan Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah).

7. Peningkatan hasil belajar IPS materi Negara-Negara Asia Tenggara Melalui


Metode Quetions Flag Pada Siswa Kelas VI SD Anjasmoro Semarang.

40
8. Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Melalui Portofolio Showcase Pada
Siswa Kelas V SDN Anjasmoro Semarang.

9. Butanti Alternatif Peningkatkan Hasil Belajar dan Pembentukan Karakter Siswa


pada Materi Alat Pernapasan Kelas V SD Tawang Mas 01 Semarang.

41
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Dwi Utomo Nova Nugroho


Tempat, Tanggal Lahir : Grobogan, 19 November 1990
Agama : Islam
Alamat : Jalan Kenongo Nomor 14
Kec.Purwodadi Kab. Grobogan
Pekerjaan : Mahasiswa
Jurusan/Fakultas : Pendidikan Guru Sekolah Dasar/FIP
Email : novanugroho90@ymail.com
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Motto Hidup : Masa depanmu adalah masa mudamu.
No.Hp : 08567314963

Riwayat Pendidikan :
1. SD Negeri 3 Boloh (1996-2002)
2. SMP Negeri 1 Purwodadi (2002-2006)
3. SMA Negeri 1 Purwodadi (2006-2009)
4. Mahasiswa IKIP PGRI Semarang (2009- sekarang)

Karya-Karya Ilmiah yang Perna Dibuat:


1. Juara III Lomba Karya Tulis Ilmiah BEM FIP IKIP PGRI SEMARANG 2010
“Monopoli Dulimet sebagai Media Meningkatkan Kreativitas Peserta Didik Kelas
IV Sekolah Dasar”
2. Juara I Lomba Kreatifitas Pramuka (Senior Rover Scout Creativity) se-JAWA
BALI Kontingen Fotografi 2010
3. Juara II Lomba Karya Tulis Nasional BEM FIP UNJ 2010
“Monopoli Dulimet sebagai Media Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik
Kelas IV Sekolah Dasar”
4. Juara 1 Mahasiswa Berprestasi FIP IKIP PGRI Semarang

42
“Punakawan sebagai media membentuk karakter Kreta Cintamu pada Pramuka
Siaga”

Demikian Daftar Riwayat Hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya.

Semarang, 27 April 2012

Dwi Utomo Nova N.


NPM 09120252

43
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama :Mohammad Khoirul Umam


Tempat, Tanggal Lahir : Pati, 1 Maret 1992
Agama : Islam
Alamat : Desa Srikaton Rt. 11 Rw. V
Kec. Jaken Kab. Pati
Pekerjaan : Mahasiswa
Jurusan/Fakultas : Pendidikan Guru Sekolah Dasar/FIP
Email : umam_titans@yahoo.com
Jenis Kelamin : Laki-laki
Motto Hidup : Hari esok lebih baik
No.Hp : 08985578594

Riwayat Pendidikan :
5. SD Negeri 1 Bae Kudus (2001-2004)
6. SMP Negeri 1 Sumber Rembang (2004-2007)
7. SMA Negeri 1 Rembang (2007-2010)
8. Mahasiswa IKIP PGRI Semarang (2011- sekarang)

Karya-Karya Ilmiah yang Perna Dibuat:


1. Model pembelajaran “Diskotik” sebagai alternatif model pembelajaran berbasis
pendidikan budaya dan karakter bangsa

Demikian Daftar Riwayat Hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya.

Semarang, 27 April 2012

Mohammad Khoirul Umam


NPM 11120057

44
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Niken Hestining Servanda


Tempat, Tanggal Lahir : Grobogan, 5 April 1993
Agama : Islam
Alamat : Jalan Soponyono V No. 50 Rt. 02 Rw.XXI
Kec.Purwodadi Kab. Grobogan
Pekerjaan : Mahasiswi
Jurusan/Fakultas : Pendidikan Guru Sekolah Dasar/FIP
Email : servanda.niken@yahoo.co.id
Jenis Kelamin : Perempuan
Motto Hidup : Talk less, Do more
No.Hp : 085656252674

Riwayat Pendidikan :
SD Negeri 2 Purwodadi (2002-2005)
SMP Negeri 1 Purwodadi (2005-2008)
SMA Negeri 1 Purwodadi (2008-2011)
Mahasiswi IKIP PGRI Semarang (2011- sekarang)

Karya-Karya Ilmiah yang Perna Dibuat:


1. Melestariakan Batik Sebagai Budaya Asli Indonesia.
2. Implementasi Pendidikan Karakter Melalui ‘PETAI PILCETAN’ di Sekolah Dasar.
3. Menu Buku Sebagai Upaya Pengolahan Hasil Laut Guna Meningkatkan
Perekonomian Masyarakat Kelurahan Karangasem Utara Kabupaten Batang.

Demikian Daftar Riwayat Hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya.


Semarang, 27 April 2012

Niken Hestining Servanda


NPM 11120056

45

Anda mungkin juga menyukai