Anda di halaman 1dari 19

MANAJEMEN PENDIDIKAN KARAKTER

MAKALAH
STRATEGI PENDIDIKAN KARAKTER

Dosen Pengampu :
Aris Munandar, M.Pd.

Disusun Oleh :
Kelompok 5
Rima Eka Safitri (2020.153.1388)
Rina Marsalena (2020.153.1389)
Riri Andriyani (2020.153.1390)

Kelas :
4 Manajemen Pendidikan Islam (MPI) C

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS PENDIDIKAN ISLAM DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NUSANTARA BATANG HARI
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan


rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul Strategi Pendidikan Karakter ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas Bapak Aris Munandar, M. Pd. pada Mata Kuliah
Manajemen Pendidikan Karakter. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Strategi Pendidikan
Karakter bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Aris
Munandar, M. Pd. selaku Dosen Mata Kuliah Manajemen Pendidikan
Karakter yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Muara Bulian, 27 Maret 2022


Penulis

Pemakalah

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................... ii


DAFTAR ISI ...................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 2
C. Tujuan Pembahasan ................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................... 3
A. Strategi Pendidikan Karakter ...................................................... 3
B. mengembangkan Kurikulum Pendidikan Karakter ..................... 5
C. merealisasikan Kewenangn Sekolah ......................................... 6
D. Peran Guru dalam Pendidikan Karakter..................................... 9
E. Peran Kepala Sekolah menyukseskan Pendidikan Karakter.... 11
F. Peran Komite Sekolah dalam Pendidikan Karakter. ................. 12
BAB III PENUTUP ........................................................................... 14
A. Kesimpulan. ............................................................................. 14
B. Saran........................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA

.
.

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Masalah karakter merupakan salah satu problema yang selalu
menjadi perhatian setiap bangsa, baik dalam sebuah negara yang telah
maju maupun negara yang sedang berkembang terlebih negara-negara
terbelakang. Terjadinya sebuah degradasi nilai-nilai karakter atau
hilangnya sebuah karakter bangsa sudah barang tentu akan menjadi
kelambanan perkembangan setiap bangsa, mengingat bahwa karakter
setiap bangsa merupakan awal dari sebuah kemajuan bahkan menjadi
sebuah pondasi dalam pembangunan.
Hilangnya nilai pada remaja, tentu menjadi tantangan serius bagi
pendidikan, sebagai lembaga yang memiliki peran penting dalam
terwujudnya generasi bangsa kebanggaan. Ditegaskan dalam UU No 20
tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada pasal 3 yang
menyebutkan bahwa: pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan
nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Mengingat bahwa pendidikan karakter dalam konteks pendidikan
nasional berada pada posisi yang amat penting, namun bukan berarti
dalam implementasinya dapat dengan mudah dalam penanamanya.
Sehingga tentu membutuhkan sebuah strategy dalam pendidikan
Karakter. Dilihat dari latar belakang tersebut maka pemakalah membahas
materi sesuai dengan rumusan masalah berikut. 1

11
Heri Cahyono(2016) Pendidikan Karakter: Strategi Pendidikan Nilai Dalam
Membentuk Karakter Religius, Ri’ayah, Vol. 01, (02) Hal 231

1
2

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Strategi Pendidikan Karakter ?
2. Bagaimana Cara mengembangkan Kurikulum Pendidikan Karakter ?
3. Bagaimana Cara merealisasikan Kewenangn Sekolah ?
4. Bagaimana Peran Guru dalam Pendidikan Karakter ?
5. Bagaimana Peran Kepala Sekolah dalam menyukseskan Pendidikan
Karakter ?
6. Bagaimana Peran Dan Fungsi Komite Sekolah dalam Pendidikan
Karakter ?

C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui Strategi Pendidikan Karakter.
2. Mengetahui Cara mengembangkan Kurikulum Pendidikan Karakter.
3. Mengetahui Cara merealisasikan Kewenangn Sekolah.
4. Mengetahui Peran Guru dalam Pendidikan Karakter.
5. Mengetahui Peran Kepala Sekolah dalam menyukseskan Pendidikan
Karakter.
6. Mengetahui Peran Dan Fungsi Komite Sekolah dalam Pendidikan
Karakter
BAB II
PEMBAHASAN

A. Strategi Pendidikan Karakter


1. Memilih dan mengembangkan strategi yang jitu Penerapan
pendidikan karakter di sekolah dapat ditempuh melalui empat
alternatif strategi secara terpadu yaitu:
2. Mengintegrasi konten pendidikan karakter yang telah dirumuskan ke
dalam seluruh mata pelajaran
3. Mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalam kegiatan sehari-hari
di sekolah.
4. Mengintegrasikan pendidikan karakter kedalam kegiatan yang
diprogramkan atau direncanakan.
5. Membangun komunikasi dan kerja sama antara sekolah dengan
orang tua peserta didik
Beberapa Strategi dalam Dimensi-Dimensi Pendidikan Karakter ialah :
1. Karakter Mulia
Karakter mulia berari individu memiliki pengetahuan tentang potensi
dirinya, yang ditandai dengan nilai-nilai seperti : reflektif, percaya diri,
rasional, logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup sehat,
bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela berkorban,
pemberani, dapat dipercaya, jujur, menempati janji, adil, rendah hati,
malu berbuat salah, pemaaf, berhati lembut, setia, bekerja keras, tekun,
ulet/gigih, teliti, berinisiatif, berpikir positif, disiplin, antisipatif, inisiatif,
visioner, bersahaja, bersemangat, dinamis, hemat/efisien, menghargai
waktu, pengabdian/dedikatif, pengendalian diri, produktif, ramah, cinta
keindahan (estetis, sportif, tabah, terbuka, tertib.
2. Nilai Karakter
Berdasarkan nilai-nilai agama, norma-norma sosial, peraturan/hukum,
etika akademik, dan prinsip-prinsip HAM, telah teridentifikasi butir-butir
nilai yang dikelompokkan menjadi lima nilai utama, yaitu nilai-nilai

3
4

perilaku manusia dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa,


diri sendiri, sesama manusia, dan lingkungan serta kebangsaan
a. Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan Yaitu religius:
pikiran, perkataan dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu
berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan dan/atau ajaran agamanya.
b. Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri (personal)
diantaranya : Jujur, Bertanggung jawab, Bergaya hidup sehat,
Disiplin, Kerja keras, Percaya diri, Berjiwa wirausaha, Berpikir logis,
kritis, dan inovatif, Mandiri dan Cinta ilmu.
c. Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesame diantaranya :
1) Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain
2) Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang mengjadi
miliki/hak diri sendiri dan orang lain serta tugas/kewajiban diri
sendiri serta orang lain.
3) Patuh pada aturan-aturan social
4) Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan
masyarakat dan kepertingan umum.
5) Menghargai karya dan prestasi orang lain
6) Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan mengakui dan
menghormati keberhasilan orang lain.
7) Santun
8) Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun
tata perilakunya ke semua orang.
9) Demokratis
d. Nilai karakter dalam hubungannya dengna lingkungan yaitu : Penduli
sosial dan lingkungan, Nilai kebangsaan, Nasionalis dan Menghargai
keberagaman.2

2
Dakir, Manajemen Pendididikan Karakter Konsep dan Implementasinya di Sekolah dan
Madrasah (K-Media:Yogyakarta 2019) Hal 11-15
5

B. Mengembangkan kurikulum pendidikan karakter


Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai
karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan,
kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai
tersebut. Dalarn pendidikan karakter di sekolah, semua komponen
(pemangku pendidikan) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen
pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan
penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan
sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan
sarana prasarana, pernbiayaan, dan ethos kerja seluruh warga
sekolahflingkungan. Di sarnping itu, pendidikan karakter dimaknai sebagai
suatu perilaku warga sekolah yang dalam menyelenggarakan pendidikan
harus berkarakter.3
Dalam bahasa Yunani kurikulum di ambil dari kata curere yang
artinya tempat berpacu. Oxford Dictionary menyebutkan bahwa curriculum
is subjects in a course of study or taught in a school, collage. Menurut Zais
kurikulum dapat dipahami sebagai program mata pelajaran, seperti halnya
bahasa Inggris, aljabar, sejarah, ekonomi dan lainnya. Dengan kata lain
kurikulum mencakup suatu daftar atau judul mata pelajaran yang
disampaikan oleh sekolah. Pandangan lain menyebutkan bahwa
kurikulum ialah isi mata pelajaran tertentu dalam program atau data dan
informasi yang terekam dalam membimbing pelajar melalui buku catatan
yang diperlukan dan disediakan dalam rencana pembelajaran.4
Pelaksanaan kurikulum pendidikan karakter yang didesain dalam
konteks kurikulum 2013 juga menjadi satu pertimbangan penting untuk
dilaksanakan, karena pada kurikulum sebelumnya substansi karakter yang
menjadi satu prioritas dalarn tujuan pendidikan nasional belurn mampu
dilaksanakan secara utuh. Kondisi tersebut menjadi satu indikator adanya

3
Abda Hidayati, Desain Kurikulum Karakter ( Universitas Negeri Padang : Padang 2014)
Hal 9
4
Siti Julaeha (2019), Problematika Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Karakter,
Jurnal Penelitian Pendidikan Islam 7 (2) Hal 160
6

perubahan kurikulum, dengan harapan pendidikan karakter menjadi satu


prioritas utama
Berdasarkan struktur kurikulum 2013, substansi pelaksanaan
kurikulum pendidikan karakter dilaksakan mengingat jam pelajaran di
sekolah yang lebih diperbanyak dan jumlah mata pelajaran yang dikurangi
dari sebelumnya. Pada struktur kurikulum SD disebutkan jurnlah mata
pelajaran dikurangi dari 10 buah menjadi 4 mata pelajaran dengan cara
pengintegrasian beberapa mata pelajaran seperti IPA dan IPS. Akibat
pengurangan mata pelajaran tersebut jumlah jam pelajaran di SD
bertambah 4 jam dalarn seminggu. Hal tersebut memungkinkan proses
pembelajaran di sekolah dan pembentukan karakter peserta didik menjadi
lebih optimal. Selain itu proses pembelajaran pada peserta didik SD
berlangsung secara tematik terintegrasi yang juga menekankan
pentingnya pendidikan karakter dalam pembelajaran.
Pengembangan kurikulurn pendidikan karakter ditujukan untuk
mengoptimalkan penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah-sekolah
khususnya pada jenjang pendidikan SD. Pengembangan kurikulurn
pendidikan karakter diharapkan bisa memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Bagi guru sebagai panduan dalam menyelenggarakan pendidikan
karakter di sekolah.
2. Bagi Kepala Sekolah untuk dapat memantau serta mengadisis
bagaimana penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah.
3. Bagi Dinas Pendidikan sebagai bahan masukan untuk menyusun
desain pendidikan karakter yang dapat digunakan pada masing-
masing jenjang pendidikan khususnya sekolah dasar.5

C. Merealisasikan kewenangan sekolah


Menurut Kemendiknas, strategi implementasi pendidikan karakter di
satuan pendidikan meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

5
Op., Cit. Hal 11-13
7

1. Integrasi dalam mata pelajaran. Setiap mata pelajaran terdapat


muatan nilai-nilai karakter yang perlu dikembangkan, dieksplisitkan,
dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian,
pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif,
tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam
kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat.
2. Integrasi dalam muatan lokal. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 79 Tahun 2014, muatan
lokal adalah bahan kajian atau mata pelajaran pada satuan
pendidikan yang berisi muatan dan proses pembelajaran tentang
potensi dan keunikan lokal yang dimaksudkan untuk membentuk
pemahaman peserta didik terhadap keunggulan dan kearifan di
daerah tempat tinggalnya. Muatan lokal diajarkan dengan tujuan
membekali peserta didik dengan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang diperlukan untuk mengenal dan mencintai
lingkungan alam, sosial, budaya, dan spiritual di daerahnya, dan
melestarikan dan mengembangkan keunggulan dan kearifan daerah
yang berguna bagi diri dan lingkungannya dalam rangka menunjang
pembangunan nasional. Nilai-nilai karakter yang dapat dikembangkan
melalui pembelajaran muatan lokal antara lain; peduli lingkungan,
peduli sosial, cinta tanah air,rasa ingin tahu, kerja keras, kreatif, serta
mandiri.
3. Ketiga. Pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar.
Pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar dilakukan
melaui kegiatan pengembangan diri, yang meliputi:
a. Pengkondisian, yaitu penciptaan kondisi yangmendukung
keterlaksanaan pendidikan karakter, misalnya kebersihan badan
dan pakaian,toilet yang bersih, tersedianya tempat sampah,
halaman yang hijau dengan pepohonan,poster kata-kata bijak di
sekolah dan di dalam kelas;
8

b. Kegiatan rutin, adalah kegiatanyang dilakukan peserta didik secara


terus menerus dan konsisten setiap saat, misalnyakegiatan
upacara hari Senin, upacara besar kenegaraan, pemeriksaan
kebersihan badan,piket kelas, shalat berjamaah, berbaris ketika
masuk kelas, berdoa sebelum pelajaran dimulai dan diakhiri, dan
mengucapkan salam apabila bertemu guru, tenaga pendidik dan
teman;
c. Kegiatan Spontanitas, merupakan kegiatan yang dilakukan peserta
didik secara spontan pada saat itu juga, misalnya, mengumpulkan
sumbangan ketika ada teman yang terkena musibah atau
sumbangan untuk masyarakat ketika terjadi bencana;
d. Keteladanan, merupakan perilaku, sikap guru, tenaga
kependidikan dan peserta didik dalam memberikan contoh melalui
tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan
bagi peserta didik lain, misalnya nilai disiplin (kehadiran guru yang
lebih awal dibanding peserta didik), kebersihan, kerapihan, kasih
sayang, kesopanan, perhatian, jujur, kerja keras dan percaya diri.
4. Kegiatan pembelajaran. Salah satu upaya untuk mengintegrasikan
nilai-nilai karakter dalam kegiatan pembelajaran adalah dengan
merancang dan menerapkan pendekatan atau strategi pembelajaran
aktif atau pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Beberapa
pendekatan dan strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk
mengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam kegiatan pembelajaran
antara lain; pendekatan kontekstual, pendekatan saintifik,
pembelajaran discovery, pembelajaran berbasis masalah,
pembelajaran berbasis proyek dan strategi pembelajaran lainnya yang
berbasis aktivitas.
5. Kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstra kurikuler yang selama ini
diselenggarakan sekolah merupakan salah satu media yang potensial
untuk pembinaan karakter dan peningkatan mutu akademik peserta
didik. Menurut permendikbud nomor 62 tahun 2014, kegiatan
9

ekstrakurikuler adalah kegiatan kurikuler yang dilakukan oleh peserta


didik di luar jam belajar kegiatan intrakurikuler dan kegiatan
ekstrakurikuler, di bawah bimbingan dan pengawasan satuan
pendidikan.6

D. Peran guru dalam pendidikan karakter


Secara umum para guru telah memahami maksud dan tujuan
pendidikan karakter, namun sebagian dari mereka masih menyamakan
pendidikan karakter dengan pendidikan budi pekerti yang penerapannya
dilakukan secara alami tanpa didukung metode yang tepat. Meskipun
implementasi pendidikan karakter belum sesuai dengan yang diarahkan
oleh pemerintah, yaitu penanaman nilai-nilai karakter secara terintegrasi di
dalam kurikulum, beberapa metode yang diterapkan dianggap efektif
meningkatkan kualitas karakter anak didik,
1. Pemahaman. Siswa diajarkan untuk memahami maksud dan tujuan
dari nilai-nilai yang sedang dipelajari. Pemahaman merupakan fondasi
awal bagi perubahan perilaku, karena tanpa memahami makna suatu
nilai karakter individu tidak dapat mencapai tujuan dari nilai-nilai yang
diajarkan. Metode penanaman nilai-nilai dengan pendekatan
pemahaman sejalan dengan teori belajar kognitif, yaitu belajar disertai
dengan pemahaman seperti yang dikemukakan oleh Wolfgang Kohler.
Menurut Kohler, belajar adalah serangkaian proses kognitif untuk
mencapai pemahaman (insight). Yang dimaksud insight adalah
pemahaman koneksitas antara satu bagian dengan bagian lainnya
dalam suatu rangkaian problem. Teori belajar kognitif yang merupakan
bagian dari teori Gestalt merupakan kritik terhadap aliran
pendahulunya, yaitu behaviorisme yang berpendapat bahwa perilaku
manusia itu bersifat mekanistis mengikuti hukum sebab-akibat. Kohler
berpendapat bahwa inti dasar dari perubahan perilaku adalah

6
Leni Yusnita (2017), Strategi Peningkatan Pendidikan Karakter Berbasis Persepsi Guru
Di Smp, Jurnal Manajer Pendidikan 11 (4) Hal 376-377
10

pemahaman. Menurutnya, mustahil individu akan berubah perilakunya


bila ia tidak memahami maksud dan tujuan dari yang dipelajarinya.
Misalnya, ketika siswa memelajari makna kejujuran, maka siswa harus
paham definisi kejujuran dan tujuan berperilaku jujur, serta manfaat
dan dampaknya bagi individu dan dalam interaksi dengan orang lain.
2. Kedua, pengulangan atau pembiasaan. Guru membiasakan siswa
untuk menerapkan nilai-nilai tertentu berdasarkan kesepakatan yang
telah dibuat. Misalnya, guru bersama siswa dalam satu minggu
menerapkan “senyum,sapa,salam” minggu berikutnya menerapkan
kedisiplinan dan kebersihan, dan seterusnya. Metode yang diterapkan
ini sesuai dengan teori perubahan perilaku classical conditioning yang
diusung oleh tokoh aliran behaviorisme yaitu Ivan Pavlov dan Edward
Lee Thorndike. Prinsip dari classical conditioning adalah reflek baru
dapat dibentuk dengan cara mendatangkan stimulus sebelum
terjadinya reflek itu. Dalam penelitian ini, guru menyampaikan program
yang telah disepakati. Setelah program dilaksanakan guru memberikan
imbalan atau reward (baik berupa pujian maupun hadiah-hadiah
lainnya). Reward yang diberikan oleh guru menimbulkan semangat
bagi siswa untuk terus menerapkan nilai-nilai yang telah disepakati
tersebut.
3. Ketiga, keteladanan. Model yang ketiga yaitu penanaman nilai-nilai
karakter melalui keteladanan (modeling). Berdasarkan data yang
diperoleh, guru tidak hanya meminta kepada siswa untuk
memraktikkan nilai-nilai karakter positif, tetapi guru juga harus
memraktikannya. Keteladanan yang ditunjukkan guru berdampak
positif bagi penguatan penanaman nilai nilai positif pada siswa.
Keteladanan menimbulkan kepercayaan siswa kepada guru, dan
kepercayaan merupakan fondasi awal bagi siswa untuk menerima
materimateri yang diajarkan oleh guru. Temuan ini merupakan bukti
keefektifan teori social learning yang dirintis oleh Albert Bandura.
Menurut Smith & Berge, guru memiliki peranan yang penting dalam
11

membangun karakter anak didik. Perilaku-perilaku guru merupakan


bagian dari pembelajaran; siswa tidak hanya melihat dan
mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru, melainkan juga
merekam seluruh gerak-gerik guru. Guru yang tampil dengan karakter
positif (seperti ramah, empatik, pemaaf, dan sabar) keberadaannya
akan mudah diterima oleh anak didik, dan penerimaan ini berdampak
kepada keefektifan pembelajaran dan penanaman nilai-nilai karakter.7

E. Kepala Sekolah Dalam Menyukseskan Pendidikan Karakter


Dalam menyukseskan pendidikan karakter perlu diperisapakan
kepala sekolah yang amanah dan tangguh sehingga mampu mengambil
keputusan dan prakarsa untuk meningkatkan mutu sekolah. Peran serta
kepala sekolah adalah memajukan dan meningkatkan pembinaan mental,
moral, fisik, dan artistik.
1. Pembinaan mental yaitu membina mental para tenaga kependidikan
tentang hal-hal yang berkaitan dengan sikap batin dan watak. Kepala
sekolah harus mampu mencetak iklim yang kondusif agar setiap
tenaga pendidik mampu melaksanakan kegiatan belajar mengajar
dengan baik. Selain itu kepala sekolah juga harus berupaya untuk
melengkapi sarana, prasarana, dan sumber belajar agar dapat
memberi kemudahan bagi pengajar dalam melaksanakan tugasnya.
2. Pembinaan moral, yaitu membina tenaga pengajar tentang hal-hal
yang berkaitan dengan ajaran baik dan buruk mengenai sebuah
perbuatan, sikap dan kewajiban sesuai dengan tugas masing-masing.
3. Pembinaan fisik, yaitu membina para tenaga kependidikan tentang hal-
hal yang berkaitan dengan kondisi jasmani atau badan.

7
Taufik(2014), Pendidikan Karakter Di Sekolah: Pemahaman, Metode Penerapan, Dan
Peranan Tiga Elemen, Jurnal Ilmu Pendidikan 20 (1) Hal 63-64
12

4. Pembinaan Artistik, yaitu membina tenaga kependidikan dalam


kepekaan manusia terhadap keindahan. Hal ini biasanya dilakukan
dengan kegiatan wisata atau juga pengadaan lomba seni.8

F. Peran Dan Fungsi Komite Sekolah dalam Pendidikan Karakter


Wadah untuk berperan serta dalam peningkatan mutu pelayanan
pendidikan yang meliputi; perencanaan, pengawasan, evaluasi program
pendidikan, memberikan aspirasi, dukungan dan kepedulian masyarakat
pada satuan unit pendidikan diwujudkan dalam lembaga mandiri yang
bernama komite sekolah. Komite sekolah adalah lembaga mandiri yang
beranggotakan orang tua/wali peserta didik, komunitas sekolah, serta
tokoh masyarakat yang peduli pendidikan. Undang-undang nomor 20
tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pasal 56 ayat (3)
menegaskan bahwa : Komite sekolah/madrasah, sebagai lembaga
mandiri dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan
dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana
dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan
pendidikan.
Menilik kesejarahannya, wujud partisipasi masyarakat pendidikan
yang berupa komite Sekolah merupakan tuntutan untuk lebih
meningkatkan peran serta keluarga dan masyarakat.9
Peran serta keluarga dan masyarakat dalam pendidikan karakter
sangat penting dalam menentukan kemajuan suatu bangsa, sehingga
mereka berteori bahwa keluarga adalah unit yang penting sekali dalam
masyarakat. Oleh karena itu para sosiolog yakin, segala macam
kebobrokan masyarakat merupakan akibat lemahnya institusi keluarga.
Bagi seorang anak keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi
pertumbuhan dan perkembangnnya.

8
Rumasi Simaremare (2013) Peran Serta Kepala Sekolah Dan Guru Dalam Membangun
Karakter Bangsa, Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 19 (73) Hal 12
9
Fathurrahman (2020) , Optimalisasi Kinerja Komite Sekolah dalam Pengolahan Satuan
Unit Pendidikan, Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran 9 (1) Hal 41-42
13

Menurut resolusi Majelis Umum PBB, fungsi utama keluarga adalah


sebagai wahana untuk mendidik, mengasuh dan mensosialisasikan anak,
mengembangkan kemampuan seluruh anggotanya agar dapat
menjalankan fungsinya di masyarakat dengan baik, serta, memberikan
kepuasan dan lingkungan yang sehat guna tercapainya keluarga
sejahtera”. Keluarga merupakan tempat yang paling awal dan efektif untuk
menjalankan fungsi departemen kesehatan, pendidikan adan
kesejahteraan. Jika keluarga gagal untuk mengajarkan kejujuran,
semangat, keinginan untuk menjadi yang terbaik, dan menguasai
kemampuan- kemampuan dasar, maka akan sulit sekali bagoi institusi lain
untuk memperbaiki kegagalannya. Karena kagagalan keluarga dalam
membentuk karakter anak akan berakibat pada tumbuhnya masyarakat
yang berkarakter buruk atau tidak berkarakter. 10

10
Jito Subianto (2013) Peran Keluarga, Sekolah, Dan Masyarakat Dalam Pembentukan
Karakter Berkualitas, Edukasia: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam Vol. 8, No. 2 Hal 340
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Strategi Pendidikan Karakter di antaranya
1. Memilih dan mengembangkan strategi yang jitu Penerapan
pendidikan karakter di sekolah dapat ditempuh melalui empat
alternatif strategi secara terpadu yaitu:
2. Mengintegrasi konten pendidikan karakter yang telah dirumuskan ke
dalam seluruh mata pelajaran
3. Mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalam kegiatan sehari-hari
di sekolah.
4. Mengintegrasikan pendidikan karakter kedalam kegiatan yang
diprogramkan atau direncanakan.
5. Membangun komunikasi dan kerja sama antara sekolah dengan
orang tua peserta didik
Pengembangan kurikulurn pendidikan karakter diharapkan bisa
memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi guru sebagai panduan dalam menyelenggarakan pendidikan
karakter di sekolah.
2. Bagi Kepala Sekolah untuk dapat memantau serta mengadisis
bagaimana penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah.
3. Bagi Dinas Pendidikan sebagai bahan masukan untuk menyusun
desain pendidikan karakter yang dapat digunakan pada masing-
masing jenjang pendidikan khususnya sekolah dasar.
Strategi implementasi pendidikan karakter di satuan pendidikan
meliputi langkah-langkah sebagai berikut: Integrasi dalam mata pelajaran,
Integrasi dalam muatan lokal ,Pengembangan budaya sekolah dan pusat
kegiatan belajar dan Kegiatan pembelajaran serta Kegiatan
ekstrakurikuler.

14
15

Guru, Kepala Sekolah beserta komite sangat berperan penting


dalam Strategi Pendidikan karena ketiga koponen tersebut merupakan
unsur yang penting dalam lingkup pendidikan.

B. Saran
Dengan mempelajari dan mengkaji tentang Strategi Pendidikan
Karakter ini, di harapkan kita sebagai mahasiswa lebih mengerti tentang
apa saja komponen Strategi Pendidikan Karakter. Dan di dalam makalah
ini ,mungkin banyak sekali kekhilafan maupun kesalahan baik segi
penulisan ataupun dalam pemaparan makalah,oleh sebab itu kami selaku
penulis mohon maaf dan meminta saran serta kritikan yang sifatnya
membangun agar dapat menjadi perbaikan bagi kami untuk makalah-
makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Abda Hidayati, Desain Kurikulum Karakter ( Universitas Negeri Padang :


Padang 2014)

Dakir, Manajemen Pendididikan Karakter Konsep dan Implementasinya di


Sekolah dan Madrasah (K-Media:Yogyakarta 2019)

Fathurrahman (2020) , Optimalisasi Kinerja Komite Sekolah dalam


Pengolahan Satuan Unit Pendidikan, Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran 9 (1)

Heri Cahyono(2016) Pendidikan Karakter: Strategi Pendidikan Nilai


Dalam Membentuk Karakter Religius, Ri’ayah, Vol. 01, (02)

Jito Subianto (2013) Peran Keluarga, Sekolah, Dan Masyarakat Dalam


Pembentukan Karakter Berkualitas, Edukasia: Jurnal Penelitian
Pendidikan Islam Vol. 8, No. 2

Leni Yusnita (2017), Strategi Peningkatan Pendidikan Karakter Berbasis


Persepsi Guru Di Smp, Jurnal Manajer Pendidikan 11 (4)

Rumasi Simaremare (2013) Peran Serta Kepala Sekolah Dan Guru Dalam
Membangun Karakter Bangsa, Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat Vol. 19 (73)

Siti Julaeha (2019), Problematika Kurikulum dan Pembelajaran


Pendidikan Karakter, Jurnal Penelitian Pendidikan Islam 7 (2)

Taufik (2014), Pendidikan Karakter Di Sekolah: Pemahaman, Metode


Penerapan, Dan Peranan Tiga Elemen, Jurnal Ilmu Pendidikan 20
(1)

Anda mungkin juga menyukai