Disusun Oleh:
Nurfalah A S (20202016)
Prayoga Firdaus (20202017)
Syifa Zakiyatul Amna (20202018)
SEMESTER VI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-MA’ARIF CIAMIS
2023 M/1443 H
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas limpahan
rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada
halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada H. Ajam Jamhur, Lc. sebagai
dosen pengampu mata kuliah Manajemen Pendidikan Karakter yang telah
membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa
yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................3
C. Tujuan Penulisan...................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................4
A. Membangun Ikatan dan Model Karakter...........................................................4
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan karakter merupakan hal penting yang banyak mendapat
perhatian diera sekaran ini.Keberadaan pendidikan karakter dinilai penting untuk
dilaksanakan, mengingat akhir-akhir ini banyak dijumpai peristiwa- peristiwa
yang tidak sesuai dengan nilai karakter yang baik. Sering terjadi pelanggaran
norma, baik norma agama, kesusilaan, kesopanan, dan norma hokum dimana-
mana. Sebagai contoh kecil saja, ketika seseorang menempuh suatu perjalanan
akan menemui ada saja pelanggaran yang dilakukan oleh perseorangan maupun
kelompok untuk melanggar norma hukum khususnya ketertiban dalam berlalu
lintas. Kehadiran pendidikan karakter diharapkan dapat meminimalkan terjadinya
perilaku menyimpang terhadap nilai-nilai karakter. Hal tersebut dikarenakan
sudah berbekal nilai karakter sejak awal. Harapannya seseorang akan memiliki
bekal untuk berperilaku baik dilingkungan manapun dia tinggal Berbekal nilai-
nilai karakter yang baik, seseorang diharapkan akan memiliki wawasan, sikap, dan
perilaku sesuai dengan nilai-nilai karakter tersebut. Hal ini sesuai dengan
pendapat Syah (2018) menyatakan bahwa belajar kebiasaan memiliki tujuan
memperoleh sikap dan kebiasaan perbuatan baru yang selaras dengan norma dan
tata nilai moral yang berlaku. Strategi pembelajaran yang dapat diterapkan adalah
menggunakan perintah, suri teladan, pengalaman khusus, hukuman, dan ganjaran.
Sejalan dengan pendapat dari Affandi (2020) Nilai-nilai karakter untuk
membentuk perilaku moral yang baik perlu dilakukan sejak usia dini Harapannnya
nilai karakter yang di internalisasikan sejak usia dini akan berdampak pada hasil
yang optimal dalam pembentukan karakter anak ketika ia dewasa.
Pentingnya pendidikan karakter sejak usia dini ini didasari alasan bahwa
u sia dini terdapat fase usia emas yang sayang untuk ditinggalkan. Pada fase ini
sel-sel otak anak berkembang secara optimal. Untuk dapat mencapai
perkembangan yang optimal, diperlukan pemberian stimulus yang tepat disegala
aspek perkembangan, termasuk di dalamnya adalah karakter anak.
1
Sekolah dasar sebagai lembaga pendidikan formal yang akan
melanjutkan tugas pendidikan karakter setelah anak meninggalkan lembaga
pendidikan anak usia dini pun memiliki peran yang penting dalam pelaksanaan
pendidikan karakter. Apalah artinya jika nilai-nilai karakter yang dikembangkan
sejak usia dini, kemudian terputus begitu saja ketika anak masuk ke lembaga
pendidikan dasar.
Hal ini didasarkan pada alasan bahwa keberhasilan pendidikan karakter
salah satunya terletak pada konsistensi dan kontinyuitas dalam pelaksanaannya.
Konsistensi dan kontinyuitas yang dimaksud salah satunya ntara jenjang
pendidikan sebelumnya dengan sesudahnya. Hal tersebut karena pendidikan
karakter dalam pelaksanaannya menjadi tanggung jawab semua pihak, bukan pada
segelintir orang.
Orang tua, pendidik, institusi agama, organisasi kepemudaan memiliki
tanggung jawab yang besar untuk membangun karakter, nilai, dan moral pada
generasi muda. Watson (2010) menjelaskanbahwa peserta didik dipandang secara
alamiah sebagai papan tulis yang kosong yang akan dibentuk melalui penguatan
untuk menjadi peserta didik dan warga negara yang produktif. Pendidik dalam hal
ini merupakan pihak yang akan menuliskan karakter apapun yang akan dibentuk
dalam lingkungan sekolah. Lingkungan merupakansalah satu factor yang
memiliki pengaruh dalam keberhasilan pendidikan karakter. Masitoh (2012)
menjelaskan bahwa interaksi pembelajaran yang diterapkan berlandaskan program
yang ada bertujuan membentuk perilaku dengan pembiasaan. Pembentukan
perilaku dimaksud dilakukan secara rutin dalam keseharian sehingga tertanam
kebiasaan baik (karakter baik). Lingkungan secara bertahap akan membentuk
kesadaran moral peserta didik untuk terbiasa berpikir, memiliki perasaan, dan
bertindak sesuai dengan nilai moral.
Berdasarkan uraian di atas, dalam upaya pelaksanaan pendidikan karakter
disekolah, pendidik diharapkan mampu menciptakan lingkungan kelas/sekolah
yang dapat memberikan stimulus untuk terinternalisasinya nilai- nilai karakter
peserta didik. Oleh karena itu, pendidik harus membentuk lingkungan kelas
berkarakter, yang didalamnya terkandung nilai-nilai karakter, sehingga peserta
2
didik akan terbiasa untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai karakter yang
dikembangkan dalam suasana kelas oleh pendidik.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Membangun Ikatan dan Model Karakter?
2. Bagaimana Guru Sebagai Model Karakter?
3. Bagaimana Tantangan Guru Di Era Globalisasi?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Bagaimana Membangun Ikatan dan Model Karakter
2. Mengetahui Bagaimana Guru Sebagai Model Karakter
3. Mengetahui Bagaimana Tantangan Guru Di Era Globalisasi
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Membangun Ikatan dan Model Karakter
Ikatan yang dibangun antara peserta didik dan guru harus didasari dengan
rasa kasih sayang dan kekeluargaan yang sangat dekat. Peserta didik di sekolah
dasar adalah anak yang dalam tahap meniru dan peniru serta sangat mempercayai
apa yang dikatakan oleh gurunya. Sehingga sebagai orang tua kedua harus
membangun interaksi yang sangat baik antara keduanya.
Peserta didik mempunyai ikatan batin yang sangat besar dengan gurunya.
kecintaan mereka terhadap guru yang mengajar sama halnya dengan kecintaan
mereka terhadap kedua orang tua mereka atau lebih.
Dari kedua pendapat tersebut membangun sebuah ikatan yang baik akan
menumbuhkan sebuah karakter yang positif bagi peserta didik dan guru. Peserta
didik akan semangat belajar di kelas apabila guru yang mereka sayangi selalu
memberikan sebuah perhatian dan kasih sayang tulus terhadap mereka.
4
a. Membantu peserta didik untuk merasa dicintai.
Kasih sayang guru dalam berinteraksi dengan peserta didik dapat terjadi
ketika dalam proses belajar dan mengajar di dalam kelas. Bagaimana guru
memberikan curahan perhatian kepada murid- murid yang sedang belajar.
Guru merupakan orang tua kedua yang akan berineraksi dengan peserta
didik di sekolah. Agar peserta didik merasa nyaman, guru perlu memposisikan
dirinya untuk dapat memberikan cinta kepada peserta didiknya, sehingga peserta
didik tidak merasakan sedang berhadapan dengan orang asing ketika di sekolah.
Guru perlu melakukan hak-hal yang biasa orang tua lakukan di rumah, misalnya
memperhatikan peserta didik, menanggapi pertanyaannya, memperhatikan keluh
kesahnya, dan sebagainya. Pada intinya guru perlu melakukan beberapa peran
orang tua di rumah kepada peserta didiknya.
Agar peserta didik mau berperilaku yang baik sesuai dengan nilai-nilai
karakter yang akan dibangun, maka salah satu yang harus dilakukan guru adalah
memberikan motivasi yang baik. Dalam upaya membangun kelas yan berkarakter
guru perlu melakukan beberapa hal untuk memotivasi peserta didik agak
berperilaku yang baik. salah satu yang dapat dilakukan yaitu dengan menerapkan
reward dan punishment. Kehadiran reward (hadiah) dan punishment (hukuman)
perlu untuk memotivasi peserta didik berperilaku yang baik.
5
Peserta didik sekolah dasar yang berada pada tahap perkembangan moral
prekonvensional salah satu cirinya dalah perlunya pengontrolan dalam rangka
mengembangkan penalaran moral mereka. Bunyamin Maftuh (2009) menjelaskan
bahwa penalaran moral dapat dikontrol oleh hadiah dan hukuman dari luar
(external reward and punishment).
c. Membuat komunikasi antara guru dan peserta didik menjadi lebih mudah.
Komunikasi antara guru dan peserta didik merupakan salah satu unsur
terjadinya interaksi antara guru dengan peserta didik yang baik. komunikasi antara
guru dan peserta didik dapat dilakukan melalui cara apapun agar menjadi lebih
mudah. Guru perlu membangun suasana agar peserta didik dengan mudah
mengemukakan pendapatnya jika ada hal yang ingin disampaikan. Penting
kiranya guru perlu menciptakan suasanya yang menyenangkan agar peserta didik
tidak merasa takut berbicara tentang berbagai hal yang akan disampaikan kepada
guru.
6
yang sopan, tidak menggunakan kekerasan, taat terhadap aturan, tidak membuang
sampah sembarangan, dan masih banyak lagi
Perilaku guru bagi peserta didik/ siswa menjadi ukuran dalam anggota
masyarakatnya. Kearifan budaya lokal dan perilaku guru menjadi tolok ukurnya
dalam cerminan bagi peserta didik. Pembentukan karakter peserta didik
merupakan tugas bersama dari orang tua,pihak sekolah, masyarakat, dan
pemerintah.
7
Seorang guru yang mampu memberi suri teladan bagi pembentukan
karakter dan pengembangan sikap perilaku siswa ke arah yang positif menjadikan
profesi guru sebagai model yang sangat dibutuhkan dunia pendidikan. Tugas dan
tanggungjawab guru bukan sekadar mentransfer ilmu pengetahuan kepada anak
didik, tetapi lebih dari itu, yakni seorang guru juga berkewajiban membentuk
watak dan jiwa peserta didik yang sebenarnya. Hal ini akan jauh berbeda jika
profesi guru hanya terpaksa, sehingga dapat dipastikan guru seperti ini tidak dapat
dijadikan model dalam pembentukan karakter bagi peserta didiknya. Hal ini
menunjukan bahwa guru memiliki tugas dan tanggung jawab yang kompleks
terhadap pencapaian tujuan pendidikan, guru tidak hanya dituntut untuk
menguasai ilmu yang akan diajarkan, memiliki pengetahuan dan keterampilan
mengajar, guru juga dituntut untuk memiliki akhlak, karakter dan kepribadian
yang dapat dijadikan suri teladan bagi peserta didik.
8
seseorang. Apapun yang dialami anak pada masa emas tersebut akan terbawa
hingga ia dewasa. Maka sangat penting membentuk karakter anak sejak dini
(Nasution: 2004)
9
memberikan pengaruh besar bagi perkembangan karakter peserta didik. Jika
seseorang memiliki karakter yang buruk, maka ia akan mudah dipengaruhi oleh
orang lain. Misalnya seorang siswa yang berkarakter buruk seperti pemalas, ketika
ujian ia berupaya menyontek lembar jawaban temannya. Ia sudah malas untuk
berfikir, ia hanya men-copy paste lembar jawaban temannya, tetapi ketika
seseorang itu punya pendirian teguh maka ia akan berupayah mudah untuk
percaya pada orang lain.
b. Guru sebagai pengajar; membuat peserta didik yang semula tidak tahu
akan sesuatu menjadi tahu, guru adalah sumber pengetahuan bagi
siswanya. Seorang guru harus mampu menumbuhkembangkan rasa ingin
tahu pada peserta didiknya, jangan sampai melemahkan mental siswa
dengan tidak menghargai atau mempermalukannya ketika bertanya
tentang banyak hal.
c. Guru sebagai motivator; seorang guru harus bisa menjadi motivator untuk
siswa/ peserta didiknya, menjadi sumber inspirasi, menjadi pendukung
10
ketika peserta didik mendapat masalah dalam pembelajaran atau urusan
lain. Guru harus membangun komunikasi yang baik dengan siswanya,
sebab dengan demikianlah siswa/ peserta didik akan merasa nyaman dan
percaya diri untuk mengemukakan ide atau pendapatnya.
g. Guru sebagai Pembimbing; seorang guru harus tahu dan paham tentang
keunikan/ perbedaan yang dimiliki setiap siswa/ peserta didiknya
sehingga guru dapat berperan dengan baik dalam konteks peran guru
sebagai pembimbing.
Guru dalam proses pembelajaran “tidak hanya apa yamg mereka katakan,
tetapi juga apa yang mereka lakukan” (Ormrod, 2003 dalam Parkay). Guru adalah
agen aktif yang ucapan dan tindakannya mengubah kehidupan membentuk masa
depan, agar lebih baik atau lebih buruk.
11
Seorang guru harus memiliki kepribadian yang dewasa, arif, bijaksana dan
stabil. Hal ini sangat penting sebab banyak masalah pendidikan yang dikarenakan
faktor kepribadian guru tersebut. Kepribadian yang dewasa, arif, bijaksana,
mantapdan stabil dari seorang guru akan memberikan keteladan yang sangat baik
terhadap siswa/ peserta didiknya maupun masyarakat, sehingga guru dikenal
sebagai pribadi yang pantas “digugu” (ditaati nasehat/ucapan/perintahnya) dan
“ditiru” (di contoh sikap dan perilakunya). Oleh sebab itu, sebagai seorang guru,
sebaiknya selalu bertindak sesuai dengan norma hukum, norma social, konsisten
dan bangga sebagai profesi guru.
12
pedagogis dan profesional pada mata pelajaran yang diajarkannya, tetapi pada
implementasinya kurang maksimal hasilnya. Ini dapat disebabkan karena tidak
terjalinnya ikatan bathin antara pribadi guru sebagai pendidik dan siswanya, baik
di kelas maupun di luar kelas.
Tugas dan peran guru dari hari kehari semakin berat, seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru sebagai komponen utama
dalam dunia pendidikan dituntut untuk mau mengimbangi bahkan melampaui
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dalam
masyarakat. Melalui sentuhan guru di sekolah diharapkan mampu menghasilkan
peserta didik yang memiliki kompetensi tinggi dan siap menghadapi tantangan
hidup dengan penuh keyakinan dan percaya diri yang tinggi.
13
Seorang guru di zaman modern ini hendaknya mampu memanfaatkan
segala saluran dan media yang tersedia. Menurut Gerlach & Ely (dalam Arsyad,
2002), media dapat dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau
kejadian yang membangun kondisi, yang menyebabkan siswa mampu
memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Jadi menurut pengertian ini,
guru, teman sebaya, buku teks, lingkungan sekolah dan luar sekolah, bagi seorang
siswa merupakan media. Guru dalam menyikapi tantangan di atas sebaiknya
mampu menempatkan diri sebagai profesi yang dilindungi oleh UU dan menjadi
modell bagi siswa sesuai amanat UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003. Untuk itu,
tantangan bagi guru profresional dalam menghadapi globalisasi adalah mampu
memberi ilmu kepada peserta didik, selain ilmu pengetahuan dan teknologi, juga
menanamkan sikap disiplin, kreatif, inovatif, dan kompetitif.
4. Krisis identitas sebagai bangsa dan negara Indonesi saat ini ada
kecenderungan menipisnya jiwa nasionalisme di kalangan generasi
muda. Berdasarkan realitas yang terjadi saat ini guru sebagai ujung
tombak penjaga nilai-nilai termasuk nilai nasionalisme
14
6. Perdagangan bebas, baik tingkat ASEAN, Asia Pasifik, maupun
dunia, dibutuhkan SDM yang unggul dan kompetitif . Olehnya,
dibutuhkan guru yang visioner,memiliki kompetensi, berdedikasi
tinggi sehingga mampu membekali peserta didik dengan sejumlah
kompetensi yang diperlukan dalam kehidupan ditengah-tengah
masyarakat yang sedang dan terus berubah ( Nata, Abuddin: 2010)
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut Watson (2010) menjelasakan hubungan yang baik antara guru
dengan peserta didik adalah dasar utama yang perlu diperhatikan untuk
terlaksananya proses pembelajaran berikutnya. Beberapa hal yang perlu dilakukan
guru:
16
B. Kritik dan Saran
Sebagai penulis, kami menyadari bahwa makalah ini banyak sekali
kesalahan dan sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus
memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran tentang pembahasan makalah diatas.
17
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, I. (2020). Pembentukan karakter anak sejak dini melalui dongeng calon
arang oleh Pramoedya Ananta Toer. Jurnal Pendidikan Karakter, 10(2), 197- 216.
DOI: https://doi.org/10.- 21831/jpk.v10i2.31973.
18