Anda di halaman 1dari 17

MENCIPTAKAN RUANG KELAS YANG BERKARAKTER

Mata Kuliah : Pendidikan Karakter


Kode Mata Kuliah : KPD620218
Jumlah SKS : 2 SKS
Semester/Kelas : 4/A
Dosen Pengampu : 1. Dra. Erni, M.Pd.
: 2. Ujang Efendi, M. Pd.I.

Disusun oleh :
Kelompok 8

Adelia Ananda SP 2113053286


Aisyah Rahmayanti 2113053243
Noprida Safitri 2113053273

S1 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
TAHUN 2022/2023
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas


limpahan rahmat dan karunia-nya penyusun dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Menciptakan Ruang Kelas Yang Berkarakter” sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan.

Makalah ini akan membahas tentang membangun ikatan dan model


karakter serta guru sebagai model karakter. Penyusun mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Dra. Erni, M.Pd. dan Bapak Ujang Efendi, M. Pd.I., selaku dosen
pengampu mata kuliah Pendidikan Karakter.

Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Maka dari itu, penyusun dengan senang hati menerima kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca. Penyusun berharap makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Metro, Februari 2022

Penyusun
iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................ I
KATA PENGANTAR......................................................................................... II
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
BAB I PENDAULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Membangun Ikatan dan Model Karakter........................................................ 4
2.2 Konsep Ruang Kelas Berkarakter……………………………………………. 7
2.3 Aktivitas-Aktivitas Pembentuk Ruang Kelas Berkarakter………………....... 8
2.4 Mendesain Ruang Kelas Berkarakter………………………………………… 9
2.5 Guru Sebagai Model Karakter....................................................................... 10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..................................................................................................... 13
3.2 Saran............................................................................................................... 13
Daftar Pustaka.................................................................................................... 14
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan karakter merupakan hal penting yang banyak mendapat
perhatian di era sekarang ini. Keberadaan pendidikan karakter dinilai penting
untuk dilaksanakan, mengingat akhir-akhir ini banyak dijumpai peristiwa-
peristiwa yang tidak sesuai dengan nilai karakter yang baik. Sering terjadi
pelanggaran norma,baik norma agama, kesusilaan, kesopanan, dan norma hukum
dimana-mana. Sebagai contoh kecil saja, ketika seseorang menempuh suatu
perjalanan akan menemui ada saja pelanggaran yang dilakukan oleh
perseorangan maupun kelompok untuk melanggar norma hukum khususnya
ketertiban dalam berlalu lintas.
Kehadiran pendidikan karakter diharapkan dapat meminimalkan terjadinya
perilaku menyimpang terhadap nilai-nilai karakter. Hal tersebut dikarenakan
sudah berbekal nilai karakter sejak awal. Harapannya seseorang akan memiliki
bekal untuk berperilaku baik di lingkungan manapun dia tinggali. Berbekal
nilai-nilai karakter yang baik, seseorang diharapkanakan memiliki wawasan,
sikap, dan perilaku sesuai dengan nilai-nilai karakter tersebut. Hal ini sesuai
dengan pendapat Syah (2018 )menyatakan bahwa belajar kebiasaan memiliki
tujuan memperoleh sikap dan kebiasaan perbuatan baru yang selaras dengan
norma dan tata nilai moral yang berlaku. Strategi pembelajaran yang dapat
diterapkan adalah menggunakan perintah, suri teladan, pengalaman khusus,
hukuman, dan ganjaran. Sejalan dengan pendapat dari Affandi (2020) Nilai-
nilai karakter untuk membentuk perilaku moral yang baik perlu dilakukan
sejak usia dini. Harapannnya nilai karakter yang diinternalisasikan sejak usia
dini akan berdampak pada hasil yang optimal dalam pembentukan karakter anak
ketika ia dewasa. Pentingnya pendidikan karakter sejak usia dini ini didasari
alasan bahwa usia dini terdapat fase usia emas yang saying untuk ditinggalkan.
2

Pada fase ini sel-sel otak anak berkembang secara optimal. Untuk dapat mencapai
perkembangan yang optimal, diperlukan pemberian stimulus yang tepat disegala
aspek perkembangan, termasuk di dalamnya adalah karakter anak. Sekolah dasar
sebagail embaga pendidikan formal yang akan melanjutkan tugas pendidikan
karakter setelah anak meninggalkan lembaga pendidikan anak usia dini pun
memiliki peran yang penting dalam pelaksanaan pendidikan karakter.
Apalah artinya jika nilai-nilai karakter yang dikembangkan sejak usia dini,
kemudian terputus begitu saja ketika anak masuk ke lembaga pendidikan
dasar. Hal ini didasarkan pada alasan bahwa keberhasilan pendidikan karakter
salah satunya terletak pada konsistensi dan kontinyuitas dalam
pelaksanaannya.
Konsistensi dan kontinyuitas yang dimaksud salahsatunya antara jenjang
pendidikan sebelumnya dengan sesudahnya. Hal tersebut karena pendidikan
karakter dalam pelaksanaannya menjadi tanggung jawab semua pihak, bukan
pada segelintir orang. Orang tua, pendidik, institusi agama, organisasi
kepemudaan memiliki tanggung jawab yang besar untuk membangun karakter,
nilai, dan moral pada generasi muda. Watson (2010) menjelaskan bahwa peserta
didik dipandang secara alamiah sebagai papan tulis yang kosong yang akan
dibentuk melalui penguatan untuk menjadi peserta didik dan warga negara yang
produktif. Pendidik dalam hal ini merupakan pihak yang akan menuliskan
karakter apapun yang akan dibentuk dalam lingkungan sekolah. Lingkungan
merupakan salah satu faktor yang memiliki pengaruh dalam keberhasilan
pendidikan karakter. Masitoh (2012) menjelaskan bahwa interaksi
pembelajaran yang diterapkan berlandaskan program yang ada bertujuan
membentuk perilaku dengan pembiasaan. Pembentukan perilaku dimaksud
dilakukan secara rutin dalam keseharian sehingga tertanam kebiasaan baik
(karakter baik). Lingkungan secara bertahap akan membentuk kesadaran moral
peserta didik untuk terbiasa berpikir, memiliki perasaan, dan bertindak sesuai
dengan nilai moral. Berdasarkan uraian di atas, dalam upaya pelaksanaan
pendidikan karakter disekolah, pendidik diharapkan mampu menciptakan
lingkungan kelas/sekolah yang dapat memberikan stimulus untuk
terinternalisasinya nilai-nilai karakter peserta didik. Olehkarena itu, pendidik
3

harus membentuk lingkungan kelas berkarakter, yang didalamnya terkandung


nilai-nilai karakter, sehingga peserta didik akan terbiasa untuk berperilaku sesuai
dengan nilai-nilai karakter yang dikembangkan dalam suasana kelas oleh
pendidik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja yang dapat membangun ikatan dan model karakter peserta didik?
2. Bagaimana cara seorang guru menjadi model karakter?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui ikatan karakter peserta didik.
2. Memahami model karakter para peserta didik.
3. Mengetahui cara seorang pendidik menjadi model karakter yang baik bagi
peserta didik.
4

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Membangun Ikatan dan Model Karakter


Ikatan yang dibangun antara peserta didik dan guru harus didasari
dengan rasa kasih sayang dan kekeluargaan yang sangat dekat. Peserta didik di
sekolah dasar adalah anak yang dalam tahap meniru dan peninu serta sangat
mempercayai apa yang dikatakan oleh gurunya. Sehingga sebagai orang tua
kedua harus membangun interaksi yang sangat baik antara keduanya. Peserta
didik mempunyai ikatan batin yang sangat besar dengan gurunya. Kecintaan
mereka terhadap guru yang mengajar sama halnya dengan kecintaan mereka
terhadap kedua orang tua mereka atau lebih.
Membangun sebuah ikatan yang baik akan menumbuhkan sebuah
karakter yang positif bagi peserta didik dan guru. Peserta didik akan semangat
belajar di kelas apabila guru yang mereka sayangi selalu memberikan sebuah
perhatian dan kasih sayang tulus terhadap mereka. Interaksi antara guru
dengan peserta didik merupakan yang dominan terjadi di sekolah. Paling
banyak waktu peserta didik di sekolah dasar, di sekolah dihabiskan bersara
guru kelasnya. Guru sekolah dasar adalah guru yang bertemu peserta didiknya
sepanjang hari, sepanjang semester, bahkan sepanjang tahun. Oleh karena itu,
ikatan hubungan antara guru dengan peserta didik menjadi sesuatu yang
menarik untuk dibangun. Jika hubungan antara guru dan peserta didik tidak
baik, maka yang dirasakan adalah kebosanan yang berkepanjangan Jika
kebosanan sudah menghampiri, maka dampak selanjutnya adalah muncul
kurang bersemangat untuk belajar. Oleh karena itu, interaksi hubungan antara
guru dan peserta didik perlu dibangun secara baik.
Menurut Watson (2010) menjelaskan hubungan yang baik antara guru
dengan peserta didik adalah dasar utama yang perlu diperhatikan untuk
5

terlaksananya proses pembelajaran berikutnya. Beberapa hal yang perlu


dilakukan guru, yaitu sebagai berikut.

1. Membantu peserta didik untuk merasa dicintai


Kasih sayang guru dalam berinteraksi dengan peserta didik dapat
terjadi ketika dalam proses belajar dan mengajar di dalam kelas.
Bagaimana guru memberikan curahan perhatian kepada murid- murid
yang sedang belajar. Guru merupakan orang tua kedua yang akan
berinteraksi dengan peserta didik di sekolah. Agar peserta didik merasa
nyaman, guru perlu memposisikan dirinya untuk dapat memberikan
cinta kepada peserta didiknya, sehingga peserta didik tidak merasakan
sedang berhadapan dengan orang asing ketika di sekolah. Guru perlu
melakukan hak-hal yang biasa orang tua lakukan di rumah, misalnya
memperhatikan peserta didik, menanggapi pertanyaannya,
memperhatikan keluh kesahnya, dan sebagainya. Pada intinya guru
perlu melakukan beberapa peran orang tua di rumah kepada peserta
didiknya

Watson, (2010) menjelaskan bahwa peran guru sebagai agen


pertumbuhan moral yang harus mirip dengan peran orang tua.
Penelitian ini jelas menunjukkan pentingnya guru membangun
hubungan yang hangat, saling memelihara dan percaya dengan peserta
didik, hubungan yang berfokus pada kebutuhan peserta didik. Oleh
karena itu, dalam menciptakan interaksi guru dengan peserta didik
perlu dibangun hubungan yang hangat, saling memelihara dan percaya
dengan peserta didik.

2. Memotivasi peserta didik untuk melakukan yang terbaik


Agar peserta didik berperilaku yang baik sesuai dengan nilai-nilai
karakter yang akan dibangun, maka salah satu yang harus dilakukan
guru adalah memberikan motivasi yang baik. Dalam upaya
membangun kelas yang berkarakter, guru perlu melakukan beberapa
6

hal untuk memotivasi peserta didik agak berperilaku yang baik salah
satu yang dapat dilakukan yaitu dengan menerapkan reward dan
punishment. Kehadiran reward (hadiah) dan punishment (hukuman)
perlu untuk memotivasi peserta didik berperilaku yang baik.

Peserta didik sekolah dasar yang berada pada tahap perkembangan


moral prekonvensional salah satu cirinya adalah perlunya pengontrolan
dalam rangka mengembangkan penalaran moral mereka. Bunyamin
Maftuh (2009) menjelaskan bahwa penalaran moral dapat dikontrol
oleh hadiah dan hukuman dari luar (external reward and punishment).

Akan tetapi, guru dalam menggunakan hukuman dan hadiah untuk


memotivasi peserta didik agar berperilaku baik perlu diperhatikan agar
tidak selalu mengedepankan keduanya dalam bentuk fisik. Hadiah dan
hukuman dapat pula diberikan dalam bentuk non fisik. Hadiah dalam
bentuk fisik misalnya permen, cokelat, dan sebagainya, sedangkan
yang berwujud non fisik adalah pujian, acungan jempol, dan
sebagainya. Sementara untuk hukuman fisik, misalnya dijewer,
dipukul, dan sebagainya sedangkan hukuman non fisik dapat berupa
pengurangan waktu untuk mengerjakan tugas, atau waktu bermain, dan
sebagainya.

3. Membuat komunikasi antara guru dan peserta didik menjadi lebih


mudah.
Komunikasi antara guru dan peserta didik merupakan salah satu unsur
terjadinya interaksi antara guru dengan peserta didik yang baik.
Komunikasi antara guru dan peserta didik dapat dilakukan melalui cara
apapun agar menjadi lebih mudah. Guru perlu membangun suasana
agar peserta didik dengan mudah mengemukakan pendapatnya jika ada
hal yang ingin disampaikan. Penting kiranya guru perlu menciptakan
suasanya yang menyenangkan agar peserta didik tidak merasa takut
berbicara tentang berbagai hal yang akan disampaikan kepada guru.
7

4. Berikan contoh yang baik untuk peserta didik


Sebagai orang yang didolakan peserta didiknya di sekolah, guru harus
dapat memberikan teladan yang baik bagi peserta didiknya. Guru
merupakan model yang akan diperhatikan peserta didik setiap gerak
geriknya dan kemudian peserta didik akan menirunya. Contoh yang
dapat diberikan guru untuk menciptakan ruang kelas yang berkarakter,
misalnya berbicara dengan kata-kata yang sopan, tidak menggunakan
kekerasan, taat terhadap aturan, tidak membuang sampah
sembarangan, dan masih banyak lagi.

2.2 Konsep Ruang Kelas Berkarakter


Pengembangan kelas berkarakter sangat penting dalam dunia
pendidikan. Pengembangan kelas karakter merupakan upaya untuk
menciptakan kelas yang aktif dan kreatif, berguna untuk
meningkatkan kompetensi siswa, sehingga memiliki karakter yang baik.
Membangun kelas yang berkarakter tidak hanya tentang guru, siswa juga
memiliki peran. Kelas karakter tercipta ketika guru dan siswa bekerja sama
untuk mengembangkan pendidikan karakter yang baik di dalam kelas.
Kegiatan tersebut tercermin dalam keikutsertaan dan semangat belajar
mengajar sendiri atau kelompok untuk mengembangkan karakter yang baik.
Hal-hal yang dapat di lakukan oleh guru yaitu:
 Membentuk ikatan model karaktersiswa merasa dicintai, mendorong
siswa untuk melakukan yang terbaik, memfasilitasi komunikasi
antara guru dan siswa. Misalnya berbicara kata-kata yang sopan,
tidak menggunakan kekerasan, mengikuti aturan.
 Mengajarkan akademik serta karakter secara bersamaan.
 Mempraktikkan disiplin berbasis karakter.
 Membantu anak-anak bertanggung jawab

Guru berperan penting dalam merancang kelas karakter, guru


harus mampu mengembangkan respon aktif dan kreatif di dalam kelas agar
8

ruang belajar karakter berjalan sesuai dengan tujuan yang diberikan. Tidak
hanya guru, siswa juga ikut serta dalam mengembangkan ruang kelas yang
berkarakter. Perkembangan kelas berkarakter tidak akan tercapai jika tidak ada
kerjasama antara guru dan siswa. Proses mengembangkan ruang kelas
berkarakter yang menarik dan menyenangkan kegiatan pembelajaran bagi
siswa mempengaruhi pengajaran nilai-nilai karakter siswa, begitu juga
sebaliknya. Oleh karena itu, kerjasama diantara keduanya sangat diperlukan
dalam mencapai tujuan. Guru diharapkan dapat memberikan pembelajaran
yang efektif dalam meningkatkan karakter siswa. Misalnya, membuat
karangan cerita yang bertemakan dengan karakter. Hal ini, secara tidak
langsung membuat siswa dapat membedakan yang baik dan benar melalui
pesan moral cerita tersebut. Sehingganya, terbentuklah karakter siswa yang
lebih unggul atas pemahamannya.

2.3 Aktivitas-Aktivitas Pembentuk Ruang Kelas Berkarakter


Adapun aktivitas pembentuk ruang kelas yang berkarakter sebagai berikut ;
1) Menciptakan ruang kelas yang bersih dan nyaman, mempengaruhi
perasaan dan kemauan siswa untuk menyerap hal-hal baik selama
pembelajaran, sehingga dapat membentuk karakter yang baikpula.
2) Mengatur tata letak perabotan sebaik mungkin, memengaruhi pikiran
serta pandangan terasa nyaman sehingga tercipta suasana yang
menyenangkan.
3) Membuat situasi kelas tenang dan nyaman.
4) Pengecekan absensi peserta didik secara berkala.
5) Menyajikan materi dengan baik.
6) Memberikan tantangan, berupa pemecahan masalah dari suatu kasus
yang diselesaikan secara individu. Selain itu dapat memberikan seperti
quiz agar terasah kemampuan dan pemahaman siswa terhadap materi.
7) Membuat aktivitas diskusi kelompok, sehingga dapat melengkapi satu
dengan yang lainnya. Guru juga dapat mengenali perbedaan karakter dari
setiap peserta didik.
9

8) Mendorong peserta didik untuk berinteraksi, misalnya


memberikannya pertanyaan, atau memberikan tugas wawancara secara
berpasangan. Sehingga diharapkan mengasah kemampuan berbahasa
serta kesantunan siswa yang diharapkan dapat membentuk karakternya
menjadi lebihbaik.
9) Memanfaatkan sarana dan prasarana sekolah, misalnya pemberian
video yang isinya berupa motivasi dapat juga dijadikan alternatif yang
diharapkan dapat berdampak baik pada karakter para peserta didik.
10) Memberikan penghargaan atau hadiah contohnya saat pembagian hasil
belajar, siswa yang mendapatkan nilai terbaik ataupun peringkat
pertama diberikan penghargaan atas prestasi yang telah diraih berupa
suvenir yang diharapkan siswa lebih semangat untuk meningkatkan
prestasinya.

2.4 Mendesain Ruang Kelas Berkarakter


Kegiatan belajar diruang kelas hendaknya ikut diperhatikan oleh
guru dan pihak sekolah. Para anggota kelas pastinya menginginkan
suasana belajar di kelas terasa aman dan nyaman. Untuk mendapatkan
kelas yang nyaman guru perlu memiliki kreativitas dalam mendesain
ruang kelas agar berkarakter. Sehingga tema pembelajaran yang disampaikan
guru juga mudah diterima setiap anggota kelas apabila desain ruang kelas
terlihat rapi serta indah dikarenakan mereka lebih berkonsentrasi dalam
aktivitas pembelajaran. Poin penting dalam mendesain kelas berbasis
karakter ialah menyesuaikan kondisi psikologis siswa. (Setiawati, et al.,
2020) menggambarkan kondisi psikologis bermaksud jenjang tingkat
pendidikan yang berdasarkan usia siswa untuk menyesuaikan dengan tingkat
perkembangan mereka setiap desain kelas tentunya berbeda-beda, tergantung
jenjang pendidikannya. Guru dapat bekerja sama dengan siswa saat mendesain
kelas dengan segala kreativitas yang dimiliki. Rasa nyaman berada dalam
kelas, akan membuat siswa senang dan bahagia yang berdampak memudahkan
guru untuk menciptakan nilai-nilai karakter kepada siswa. Ruang kelas yang
rapi dan bersih menumbuhkan nilai kebersihan, kerapian, dan keindahan pada
10

siswa juga lingkungan sekitarnya. Nilai saling menghargai sesama akan timbul
ketika masing-masing siswa diberikan kesempatan untuk menunjukkan
kreativitas mereka. Menikmati suasana yang sejuk selalu membuat siswa
menjaga alam dengan baik dan menanamkan dalam diri rasa syukur atas
nikmat sang pencipta. Rasa syukur ini ialah nilai religius yang
mendorong anak untuk memperkuat kecintaannya kepadatuhan yang
mahaesa.

2.5 Guru Sebagai Model Karakter


Lembaga pendidikan dan guru dewasa ini dihadapkan pada tuntutan
yang semakin berat, terutama untuk mempersiapkan anak didik agar mampu
menghadapi dinamika perubahan yang berkembang dengan pesat. Perubahan
yang terjadi tidak saja berkaitan dengan perubahan ilmu pengetahuan dan
teknologi saja, melainkan juga menyentuh tentang pergeseran aspek nilai dan
moral dalam kehidupan bermasyarakat. Lingkungan
Sekolah (guru) saat ini memiliki peran sangat besar pembentukan karakter
anak/siswa.
Peran guru tidak sekedar sebagai pengajar semata, pendidik akademis
tetapi juga merupakan pendidik karakter, moral dan budaya bagi siswanya.
Guru haruslah menjadi teladan, seorang model sekaligus mentor dari
anak/siswa di dalam mewujudkan perilaku yang berkarakter yang meliputi
olah pikir, olah hati dan olah rasa. Masyarakat masih berharap para guru dapat
menampilkan perilaku yang mencerminkan nilai-nilai moral seperti kejujuran,
keadilan, dan mematuhi kode etik profesional. Lickona (1991). Sekolah dan
guru harus mendidik karakter, khususnya melalui pengajaran yang dapat
mengembangkan rasa hormat dan tanggung jawab.

Penanaman dan pengembangan pendidikan karakter di sekolah menjadi


tanggung jawab bersama. Pendidikan karakter dapat dintegrasikan dalam
pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Setiap mata pelajaran yang berkaitan
dengan norma atau nilai- nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan,
dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Pembelajaran
11

nilai-nilai karakter ini tidak berhenti pada tataran kognitif, tetapi menyentuh
pada tataran internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan anak didik
sehari-hari di masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan ajaran hidup Ki Hadjar
Dewantara, “Tringa” yang meliputi ngerti, ngrasa, dan nglakoni,
mengingatkan terhadap segala ajaran, cita-cita hidup yang kita anut diperlukan
pengertian, kesadaran dan kesungguhan dalam pelaksanaanya. Tahu dan
mengerti saja tidak cukup, kalau tidak merasakan, menyadari, dan tidak ada
artinya kalau tidak melaksanakan dan tidak memperjuangkan. Diibaratkan
ilmu tanpa amal seperti pohon kayu yang tidak berbuah.
Kegiatan pendidikan dan pembelajaran adalah proses kegiatan interaksi
guru/ pendidik dengan anak didik siswa. Pendidik dan guru berperan sebagai
model pengembang karakter dengan membuat penilaian dan keputusan
profesional yang didasarkan pada kebajikan sosial dan moral. Setiap anak
didik mengharapkan guru mereka dapat menjadi contoh atau model, teladan
baginya. Hubungan antara guru atau pendidik dan siswa, harus dilandasi cinta
kasih, saling percaya, jauh dari sifat otoriter dan situasi yang memanjakan.
Siswa bukan hanya objek, tetapi juga dalam kurun waktu yang bersamaan
sekaligus menjadi subjek. Konsep Ki Hadjar Dewantara mengenai tut
wurihandayani sebagai semboyan metode among. “Sistem Among” yaitu cara
pendidikan yang dipakai dalam Tamansiswa, mengemong (anak) berarti
memberi kebebasan anak bergerak menurut kemauannya, tetapi pamong guru
akan bertindak. Kalau perlu dengan paksaan apabila keinginan anak
membahayakan keselamatannya. Guru atau pamong wajib mengasuh anak
didiknya, mengasah kodrati secara alamiah. Guru wajib mendorong anak
didiknya, yakni ing ngarsa sung tuladha, maksudnya bila seseorang atau guru
berada di depan diharapkan mampu menjadi teladan atau contoh yang baik
bagi anak buah atau pengikutnya, ing madya mangun karsa, maksudnya posisi
seseorang atau guru di level menengah diharapkan mampu menuangkan
gagasan dan ide-ide yang baru untuk mendukung program yang ditetapkan,
tutwuri Handayani berarti pemimpin atau guru mengikuti dari belakang,
memberi kemerdekaan bergerak yang dipimpinny, tetapi handayani,
mempengaruhi dengan daya kekuatan, kalau perlu dengan paksaan dan
12

kekerasan apabila kebebasan yang diberikan itu dipergunakan untuk


menyeleweng dan akan membahayakan diri. Hakekatnya adalah among dalam
perumusan Tutwuri Handayani, isinya adalah pemberian kemerdekaan dan
kebebasan kepada anak didik untuk mengembangkan bakat dan kekuatan lahir
batin, batas lingkungannya ialah kemerdekaan dan kebebasan yang tidak
leluasa, terbatas oleh tuntunan kodrat alam yang nyata, dan tujuannya ialah
kebudayaan, yang diartikan sebagai keluhuran dan kehalusan hidup manusia.
Doaed Yoesoef (1980) menyatakan bahwa seorang guru mempunyai tiga
tugas pokok yaitu tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas
kemasyarakatan. Tugas- tugas profesional dari seorang guru yaitu meneruskan
atau tramisi ilmu pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai lain yang sejenis
yang belum diketahui peserta didik dan seharusnya diketahui oleh peserta
didik. Tugas manusiawi adalah tugas-tugas membantu peserta didik agar dapat
memenuhi tugas-tugas utama dan manusia kelak dengan sebaik-baiknya.
Tugas-tugas manusiawi itu adalah transformasi diri, identifikasi diri sendiri
dan pengertian tentang diri sendiri. Guru seharusnya dengan pendidikan
mampu membantu anak didik untuk mengembangkan daya pikir atau
penalaran sedemikian rupa sehingga mampu untuk turut secara kreatif dalam
proses tranformasi kebudayaan ke arah keadaban demi perbaikan hidupnya
sendiri dan kehidupan seluruh masyarakat di mana dia hidup. Tugas
kemasyarakatan merupakan konsekuensi guru sebagai warga negara yang
baik, turut mengemban dan melaksanakan Pancasila dan UUD 1945.
13

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Membangun sebuah ikatan yang baik akan menumbuhkan sebuah karakter
yang positif bagi peserta didik dan guru. Ikatan yang terjalin dengan baik
tersebut dapat mngjadi penunjang bagi karakter peserta didik. Peran guru tidak
sekedar sebagai pengajar semata, pendidik akademis tetapi juga merupakan
pendidik karakter, moral dan budaya bagi siswanya. Guru haruslah menjadi
teladan, seorang model sekaligus mentor dari anak/siswa di dalam
mewujudkan perilaku yang berkarakter yang meliputi olah pikir, olah hati dan
olah rasa. Terciptanya ruang kelas yang berkarakter sangat penting untuk
mendukung terinternalisasinya nilai-nilai karakter ke dalam diri siswa. Untuk
menciptakan kelas yang berkarakter memrlukan pperan guru di dalamnya,
mengingat guru adalah pihak yang memiliki otortas untuk pengelolaan kelas.
Beberapa hal yang dapat dilakukan guru untuk menciptakan kelas berkarakter
adalah: 1) mempraktikan disiplin berbasis karakter, 2) mengajarkan tata cara
yang baik, 3) mencegah kenakalan teman sebaya dan mengedepankan
kebaikan, dan 4) membantu anak-anak bertanggng jawab untuk membangun
karakter mereka sendiri.

3.2 Saran
Sebagai seorang pendidik, guru bukan hanya mengajar tentang akademis
ataupun pengetahuan umum lainnya. Sebagai seorang pendidik, guru harus
dapat membimbing muridnya agar menjadi suri tauladan yang baik bagi
kehidupan bermasyarakat contohnya memiliki karakter yang baik. Hendaknya
kita sebagai pendidik khususnya guru menjadi model dalam menanmkan
karakter yang baik bagi peserta didik.
14

DAFTAR PUSTAKA

Purwanto, M. & Nuryani. (2021). Peran Pendidik Dalam menciptakan Kelas yang
Berkarakter di Sekolah Dasar. Jurnal PGSD Musi, Vol. 4, No. 2,152-166.

Wardani, Kristi. (2010). Peran guru dalam pendidikan karakter menurut konsep
pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Proceeding of The 4th International
Conference on Teacher Education; Join Conference UPI & UPSI, 8-10

Purwanto, M Bambang. 2021. Peran Pendidik Dalam Menciptakan Kelas Yang


Berkarakter Di Sekolah Dasar. Jurnal PGSD Musi. 4 (2), 148-162

Riska Farawati, dkk. (2023). Menciptakan Ruang Kelas Yang Berkarakter :


Jurnal Pendidikan Sastra Inggris, 3(1).

Wuryandani, W. (2018). Peran Guru Dalam Menciptakan Kelas yang


Berkarakter di Sekolah Dasar. Diakses pada tanggal 1 Mei 2023.

Anda mungkin juga menyukai