Anda di halaman 1dari 16

Pendidikan Profesi Guru (PPG):

Sertifikasi Guru dan Menjadi Pendidik Profesional

UU Nomor 14 ahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD), Pasal 1 ayat
(1) menyatakan bahwa guru adalah pendidik professional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
dan mengevaluasi peserta didik pada Pendidikan anak usia dini jalur
Pendidikan formal, Pendidikan dasar dan Pendidikan menengah.
Selanjutnya dalam Pasal 8 UUGD menyebutkan, bahwa guru wajib
memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat
jasmani dan rohani, serta mampu mewujudkan tujuan Pendidikan
nasional. Dan pada pasal 11 ayat (1) UUGD, menegaskan bahwa setifikat
pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan.

Pendahuluan
Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Pasal 3, UU No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Untuk itu maka dalam mewujudkan fungsi dan
tujuan pendidikan nasional yang dimaksud, tentunya harus dibangun melalui pendidikan
bermutu, yang ditangani oleh guru-guru berkualitas. Jelas ini membawa konsekwensi bagi guru,
karena menempatkan posisi guru pada kedudukan yang sangat strategis untuk mewujudkan
fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Menguatkan itu semua pernah pula disampaikan
Mohamad Surya selaku guru besar ilmu pendidikan sekaligus mantan Ketua Umum PB PGRI,
bahwa upaya meningkatkan kualiitas pendidikan tanpa memperhitungkan guru secara nyata,
hanya akan menghasilkan satu fatamorgana atau sesuatu yang semu dan tipuan belaka. Hal yang
sama juga disampaikan oleh Fuad Hasan, bahwa : “jangan terlalu ribut soal kurikulum dan
sistemnya. Itu semua bukan apa-apa, justru pelaku-pelakunya itulah yang lebih penting
diperhatikan”. Sebagai mantan Menteri Pendidikan, tentu menyadari betul bahwa kualitas
gurulah yang justru menjadi permasalahan pokok mencapai pendidikan berkualitas (Surya, dkk.,
2010).
Pemerintah menyadari betul bahwa kualitas guru akan sangat menentukan bagi keberlangsungan
mutu pendidikan nasional, maka untuk mewujudkan pendidikan berkualitas tersebut harus
ditangani secara optimal dan professional oleh guru-guru yang juga harus profesional, sebab
mereka telah dibekali dengan keahlian (expertise), menggunakan teknik-teknik ilmiah dalam
proses pembelajaran, dan berdedikasi tinggi pada pengabdiannya. Melalui guru professional
inilah nantinya akan menjadi aktor penentu yang sangat dominan bagi proses pendidikan secara
keseluruhan, dalam membidani lahirnya generasi unggul yang siap untuk bersaing baik di tingkat
nasional, regional, bahkan internasional. Menurut Usman (2017), guru professional adalah orang
yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga mampu
melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Atau dengan kata
lain, guru professional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki
pengalaman yang kaya di bidangnya. Pada akhirnya kedudukan guru sebagai tenaga profesional
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) UUGD, berfungsi untuk meningkatkan martabat
dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan
nasional.
Tonggak sejarah kedudukan guru sebagai professional, dimulai pada saat Presiden SBY dalam
sambutannya di Hari Guru Nasional tahun 2005, dalam amanatnya memberikan pernyataan atas
pengakuan pemerintah bahwa guru adalah profesi, ini merupakan bentuk respon terhadap
tuntutan guru yang harus profesional dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan nasional.
Tidak berselang lama dari momentum HGN tahun 2005 tersebut, maka keluarlah UU Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD), yang disahkan pada tanggal 30 Desember 2005
sebagai kebijakan fundamental terhadap guru. Dalam Pasal 1, ayat (1) UUGD secara tegas
menyatakan bahwa Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Selanjutnya
pada Pasal 8 UUGD dijelaskan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,
sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta mampu mewujudkan tujuan pendidikan
nasional. Kompetensi yang dimaksud pasal 8 UUGD, meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional yang diperoleh melalui
pendidikan profesi. Pelaksanaan Pendidikan Profesi Guru (PPG) itu sendiri merupakan bagian
dari standar pendidikan guru yang bersifat nasional, dan bertujuan untuk menghasilkan guru
sebagai pendidik profesional yang nasionalis dan memiliki wawasan global sesuai dengan
kebutuhan nasional, lokal, dan/atau perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (Pasal
4, ayat 3 Permenristekdikti Nomor 55 Tahun 2017 Tentang Standar Pendidikan Guru).
Menindaklanjuti pasal 8 UUGD terkait sertifikat pendidik, sebagaimana dijelaskan pada pasal 11
ayat (1), menyatakan bahwa sertifikat pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi
syarat. Adapun sertifikat pendidik yang dimaksud sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 2 ayat
(2) UUGD, merupakan bukti pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga professional.
Selanjutnya proses sertifikasi diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program
pengadaan tenaga kependidikan, terakreditasi, dan ditetapkan oleh pemerintah, serta
dilaksanakan secara objektif, transparan, dan akuntabel (Pasal 11 UUGD).
Prinsip Profesionalitas Guru
Profesionalitas guru sebagaimana dijelaskan dalam pasal 7 ayat (1) UUGD, menyatakan bahwa
profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip,
antara lain: (a) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; (b) memiliki komitmen
untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia; (c) memiliki
kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas; ( d) memiliki
kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; (e) memiliki tanggung jawab atas
pelaksanaan tugas keprofesionalan; (f) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan
prestasi kerja; (g) memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; (h) memiliki jaminan perlindungan hukum dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan; dan (i) memiliki organisasi profesi yang mempunyai
kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
Tentu kita bertanya-tanya, mengapa guru perlu profesionalitas dalam menangani pendidikan.
Menurut Sanusi (dalam Satori, dkk. 2012), pendidikan harus ditangani secara professional,
sebab, antara lain: (1) subjek pendidikan adalah manusia yang memiliki kemampuan,
pengetahuan, emosi, dan perasaan dan dapat dikembangkan sesuai dengan potensinya, sementara
itu pendidikan dilandasi oleh nilai-nilai kemanusiaan yang menghargai martabat manusia; dan
(2) Pendidikan bertolak dari asumsi pokok tentang manusia, yakni manusia mempunyai potensi
yang baik untuk berkembang. Karena pendidikan itu adalah usaha untuk mengembangkan
potensi unggul tersebut.
Oleh karena menjadi penting kiranya untuk mewujudkan guru-guru professional dalam rangka
membidani generasi Unggul melalui pendidikan. Berbagai kebijakan terus diupayakan oleh
pemerintah dalam rangka membentuk guru professional, salah satu diantaranya dengan
meluncurkan program PPG (Pendidikan Profesi Guru) yang merupakan penyempurnaan pola
dari kebijakan program sertifikasi guru sebelumnya.
Kilas Balik PPG
1. Model Penilian Portofolio dan PLPG (Pendidikan dan Latihan Profesi Guru)
Permendiknas Nomor 18 tahun 2007 tentang Sertifikasi Guru dalam Jabatan, adalah aturan
turunan di awal pelaksanaan sertifikasi guru. sertifikasi dilaksanakan dalam 3 strategi, yaitu
pemberian sertifikat langsung bagi guru yang berpendidikan S2 ke atas dalam bidang mata
pelajaran yang diampunya, penilaian portofolio, dan melalui PLPG bagi guru yang mengikuti
portofolio tetapi dinyatakan tidak lulus.
Portofolio adalah bukti fisik berupa dokumen yang menggambarkan pengalaman
berkarya/prestasi yang dicapai dalam menjalankan tugas profesi sebagai guru dalam interval
waktu tertentu. Komponen portofolio ada sepuluh, yakni: (1) Kualifikasi akademik; (2)
Pendidikan dan pelatihan; (3) Pengalaman mengajar; (4) Perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran; (5) Penilaian dari atasan dan pengawas; (6) Prestasi akademik; (7) Karya
pengembangan profesi; (8) Keikutsertaan dalam forum ilmiah; (9) Pengalaman organisasi bidang
pendidikan dan sosial dan (10) Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.
Pada kurun tahun 2006-2008 tercatat ada 197.64 guru (2007) dan 182.602 orang guru (2008)
yang dinilai portofolionya. Hasilnya, lebih dari separuhnya tidak lulus sertifikasi melalui
portofolio. Sebanyak 50,35 persen (2006-2007), dan 56,77 persen (2008) guru harus mengikuti
PLPG. Pelaksanaan PLPG berlangsung selama 11 hari, dan diikuti mereka yang sudah berstatus
guru dan memenuhi syarat lainnya. Menurut data Direktorat Profesi Pendidik, Ditjen PMPTK
(2009), total kelulusan sertifikasi generasi awal ada 92,67 persen (2006-2007), dan 93,96 persen
(2008). Tingginya angka kelulusan di PLPG tentunya langsung berdampak pada anggran
pendidikan pemerintah. Belum lagi ditambah biaya satuan pelaksanaan sertifikasi yang
diasumsuikan Rp 2 juta/orang, sehingga bila diakumulasi anggaran pendidikan untuk tunjangan
profesi tahun 2008 mencapai Rp 2,7 triliun (Majalah Guru Edisi 1/ Tahun 1/ Juni 2020).
2. Permasalah Era PLPG
Pelakasanaan PLPG yang dilaksanakan selama 11 hari. Berdasarkan kajian Pusat Penelitian
Kebijakan (Puslitjak), ketika itu sebagai lebaga Eselon II di bawah Sekretariat Jenderal pada
2011, ada sejumlah permasalahan penyelenggaraan PLPG. Menurut Puslitjak, PLPG
memperlihatkan kemampuan dalam membekali guru tetapi masih jauh untuk disebut memadai,
meski terdapat indikasi peningkatan kinerja guru. Beberapa pembenahan itu, diantaranya
meliputi: PLPG perlu melaksanakan training needs assessment (TNA) dengan memberikan tes
yang terstandar yang mencakup antara lain kebutuhan aktual guru dan materi ajar diklat.
Penyelenggara PLPG perlu mempersiapkan Satuan Acara perkuliahan (SAP) agar materi
pelatihan lebih terfokus dan terstandar. Perlu dikembangkan model paket-paket pelatihan sesuai
dengan kebutuhan aktual guru sebagaimana hasil needs assessment-nya; penyelenggara PLPG
perlu melaksanakan evaluasi dampak diklat secara reguler ke sekolah (Majalah Guru Edisi 1/
Tahun 1/ Juni 2020). Dari kajian Puslitjak dapat disimpulakan bahwa program PLPG gagal
memperoleh dampak yang substansial, yakni menghasilkan guru yang berkualitas/profesional.
Artinya bahwa program PLPG belum memberikan kontribusi yang nyata untuk meningkatkan
empat kompetensi guru sebagai syarat menjadi guru professional. Jadi program PLPG dianggap
belum memberikan pengaruh yang signifikan dalam hal peningkatan kualitas tenaga
pendidik. Pada akhirnya pelaksanaan sertifikasi guru melalui PLPG yang diselengarakan sejak
tahun 2007, dengan berbagai pertimbangan maka pada tahun 2018 pelaksanaan sertifikasi guru
tidak lagi menggunan model PLPG, melainkan menggunakan model program Pendidikan Profesi
Guru (PPG).
Untuk lebih jelasnya terkait kilas balik program sertifikasi guru, dapat dilihat pada bagan berikut
di bawah ini:
Tabel Perjalanan Sertifikasi Guru
PERJALANAN SERTIFIKASI GURU
DASAR HUKUM
Undang-undang nomor 14 Tahun 2005 tetang Guru dan Dosen
2007 - 2019  Guru wajib memiliki sertifikat
pendidik paling lama sepuluh tahun
sejak berlakunya UU Guru dan Dosen.
Sampai 2020, masih sekitar 1,5 juta
guru belum memiliki sertifikat
pendidik
Fatwa Hukum Menteri Hukum dan HAM Nomor I.UM.01.02-253

2007 -2008  PP Guru sampai akhir tahun 2006


belum terbit, sementara sertifikasi
guru wajib dilaksanakan pada tahun
2007
 Menteri pendidikan nasional meminta
fatwa kepada Menteri hukum dan
HAM agar mengijinkan pelaksanaan
sertifikasi guru dalam jabatan melalui
Peraturan menteri, yakni
Permendiknas Nomor 18 Tahun 2007
tentang Pelaksanaan Sertifikasi bagi
Guru dalam jabatan
Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 tentang Guru
2009 - 2017  Sertifikasi guru melalui portofolio dan
PLPG
 Memberi kesempatan guru yang
belum S1/D4 mengikuti sertifikasi
pada kurun waktu 5 tahun sejak PP
Guru (2009-2013)
 Guru berkualifikasi akademik S2/S3
dan golongan IV/b langsuung
mendapat sertifikat pendidik
Peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 2017 tentang Perubahan atas PP omor 74 Tahun 2008
2018 - 2019  Perubahan model sertifikasi guru
dalam jabatan, dari portofolio dan
PLPG menjadi melalui Pendidikan
Profesi Guru (PPG)
 Pelaksanaan PPG diatur dalam
Peraturan menristekdikti
Sumber: Majalah Guru Edisi 1/ Tahun 1/ Juni 2020
Urgensi PPG
Hampir semua pandangan tertuju pada guru, ketika berbicara mengenai mutu Pendidikan
nasional. Menurut mantan Dirjen Dikdasmen, dan Plt Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan
Hamid Muhammad, ini adalah tantangan bagi Guru, jangan merasa yang jadi dituntut. Justru ini
adalah peluang bahwa kita yakin bisa meningkatkan kualitas pendidikan dengan baik. Meskipun
pemerintah sering kali dikritik tentang masalah prestasi yang diukur dari mutu kompetensi siswa,
sementara pembanding kompetensi siswa selalu diukur dengan berbagai tes international. Lewat
tes itu kita bisa melihat selama kurun waktu 15 tahun, betapa malu pendidikan kita stagnan dan
tidak pernah ada peningkatan yang signifikan (Majalah Guru Edisi 9 /Tahun IV/2018). Oleh
karena itu tuntutan profesionalitas guru, menjadi kebutuhan yang mendesak sebagai sesuatu yang
urgensi sehingga berbagai upaya nyata harus segera dilakukan. Ini pekerjaan besar yang harus
disikapi oleh berbagai pihak khususnya pemerintah untuk bagaimana dapat menghadirkan guru
profesional dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan nasional. Seperti kebijakan yang
menggelontorkan kucuran dana kurang lebih 20 persen anggaran untuk pendidikan dari total
belanja APBN (Pasal 31, Ayat 4 UUD 1945 ). Dimana pengalokasian 20 persen dana anggaran
pendidikan (setara 400 triliunan lebih), dimana salah satunya diperuntukan untuk tunjangan
profesi guru yang diberikan kepada para pendidik yang telah memiliki sertifikat pendidik melalui
proses sertifikasi, sebagai bentuk penghargaan atas dedikasi profesionalitas guru.
Upaya pemerintah mewujudkan profesionalitas guru melalui sertifikasi dilaksanakan dalam
sejumlah pola sertifikasi. Tahun 2005-2010 merupakan tahun penggagas sertifikasi guru yang
kini diteruskan oleh Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan. Dalam proses
perjalanannya hingga sekarang tidak sedikit kendala yang dihadapi terkait dengan program
sertifikasi guru, sehingga perlu untuk dicarikan jalan keluarnya. Permasalahan tersebut, antara
lain: Pertama, berdasarkan data dari naskah Peraturan Dirjen GTK Nomor 3830/HK.03.01/2022
tentang Juknis Pelaksanaan Program PPG Prajabatan. Bahwa saat ini dari total 2.735.784 guru
ASN dan non ASN, guru yang sudah sertifikasi baru mencapai jumlah 1.115.035 orang, artinya
sebanyak 1,6 juta guru belum mengantungi sertifikat pendidik. Ini pekerjaan berat program
profesi guru yang harus dituntaskan sebagaimana telah diamanatkan dalam UUGD; Kedua,
Dunia pendidikan kita beberapa tahun ke depan akan menghadapi pengurangan guru secara
signifikan, diprediksi sepanjang tahun 2022 sampai 2024, sebanyaki 226.061 guru, termasuk
guru yang sudah bersertifikat, berhenti karena memasuki usia pensiun (Peraturan Dirjen GTK
Nomor 3830/HK.03.01/2022), bila dirata-ratakan setiap tahunnya kurang lebih 70 ribu guru akan
memasuki masa purnatugas. Secara keseluruhan berdasarkan catatan Data Kemendikbudristek,
Indonesia akan kekuarangan 1.312.729 guru pada tahun 2024 (sumber: detikcom, 26/5/2023).
Ketiga, Kuota pemeritah ditentukan berdasarkan anggaran yang tersedia dari keuangan negara,
termasuk pada pelaksanaan program sertifikasi. Fenomena kasusnya pada tahun 2019 ketika
pemerintah bermaksud menuntaskan PPG Dalam Jabatan (PPGDJ) sebagaimana permasalahan
poin pertama, dimana sebanyak 61 Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) sanggup
melakukan PPDJ bagi 75 ribu orang guru. Namun APBN hanya dapat membiayai 40 ribu orang
guru peserta PPGDJ (Kemdikbud, 2019). Dengan demikian pemerintah tidak dapat memastikan
kapan waktu seorang guru bisa mengikuti sertifikasi, karenanya harus dilakukan perangkingan
secara nasional, termasuk kepada guru yang lulus seleksi. Penetapan kuota peserta PPG
berdasarkan PP No. 19Tahun 2017 tentang Guru, menyebutkan bahwa jumlah peserta didik
program PPG setiap tahun ditetapkan oleh Menteri. Maka jumlah kuota mahasiswa PPG setiap
program studi dan LPTK penyelenggara ditentukan oleh Kemenristekdikti dengan
mempertimbangkan diantaranya ketersediaan anggaran pemerintah. Keempat, menurut
Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDDikti), saat ini jumlah mahasiswa di bidang keguruan
menempati posisi tertinggi, yaitu 1.371.105, ini menjadi tantangan khususnya bagi dunia kampus
khususnya yang menyelenggarakan fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, untuk bagaimana
mampu mempersiapkan calon guru yang berkualitas, sekaligus setelah mereka lulus menjadi
pekerjaan rumah pemerintah dalam memberdayakan mereka menjadi tenaga professional dalam
mewujudkan keseimbangan kebutuhan dan pemenuhan guru baik secara kualitas maupun
kuantitas (https://mediaindonesia.com/opini/574688/ppg-dan-profesionalisme-guru). Sebagai
solusi untuk mengatasi hal tersebut diatas, tidak ada cara lain kecuali dengan melakukan
program PPG Prajabatan untuk mencetak guru pemula guna menutup kekurangan guru yang
disebabkan diantaranya oleh banyaknya guru yang memasuki masa purnatugas, dan
melaksanakan pogram PPG dalam Jabatan untuk menuntaskan pekerjaan rumah terhadap sekitar
1,6 juta guru yang sudah mengajar namun berlum tersertifikasi.
Hakekat PPG
Dalam Pasal 1 butir 5 Peraturan Menteri Riset Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 55
Tahun 2017 tentang Standar Pendidikan Guru, Pogram Pendidikan Profesi Guru yang
selanjutnya disebut Program PPG adalah program pendidikan yang diselenggarakan setelah
program sarjana atau sarjana terapan untuk mendapatkan sertifikat pedidik. Baik bagi calon
pendidik PAUD, Sekolah Dasar, maupun Sekolah Menengah. PPG tak lain dimaksudkan untuk
menjamin kualitas profesional guru, bertujuan mendidik anak bangsa agar nantinya menjadi
penerus dengan standar prima. PPG diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki
program pengadaan tenaga kependidikan atau LPTK yang terakreditasi dan telah ditetapkan oleh
Kemendikbud Ristek.
Kebijakan sertifikasi guru setidaknya memiliki empat tujuan penting (Guru Edisi 1/ Tahun 1/
Juni 2020), yakni: (1) Sertifikasi guru merupakan penentu kelayakan guru dalam melaksanakan
tugas sebagai agen pembelajaran dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional; (2) Sertifikasi
merupakan upaya peningkatan proses dan mutu hasil Pendidikan; (3) Sertifikasi merupakan
upaya peningkatan profesionalitas guru; dan (4) Sertifikasi untuk meningkatkan kesejahteraan
guru.
Melalui sertifikasi, diharapkan mampu meningkatkan mutu guru, disertai peningkatan
kesejahteraan guru, sehingga ujungnya dapat meningkatkan martabat guru dalam rangka
meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu pendidikan di Indonesia secara berkelanjutan. Guru
yang sudah lulus sertifikasi akan memperoleh peningkatan kesejahteraan berupa pemberian
tunjangan profesi, yang besarnya setara denan satu kali gaji pokok. Tunjangan profesi tersebut
berlaku untuk semua guru, baik guru yang berstatus PNS maupun guru bukan PNS/swasta.
Menurut Udin Syaefudin Saud (dalam Sudarma, 2013), kebijakan sertifikasi profesi atau
pemberian tunjangan profesi merupakan bentuk nyata pengakuan pemerintah kepada profesi
guru dan tenaga kependidikan. Bahkan dapat dikatakan bahwa kebijakan ini pun merupakan
pengakuan tidak langsung dari masyarakat kepada profesi pendidikan. Kendati memang,
pengakuan dan penghargaan terhadap eksistensi profesi guru tidak selamanya harus berbentuk
finansial. Namun pemberian tunjangan profesi adalah bagian penting yang tidak dapat
dipisahkan dari pengakuan pemerintah dan masyarakat terhadap profesi keguruan.

Jenis Program PPG


Terdapat dua jenis Program PPG yang akan dilaksanakan, yakni PPG Pra Jabatan dan PPG
Dalam Jabatan. Lebih jelasnya sebagai berikut:
1. PPG Pra Jabaan
Program Pendidikan Profesi Guru Prajabatan yang selanjutnya disebut Program PPG Prajabatan
adalah program pendidikan yang diselenggarakan setelah program sarjana atau sarjana terapan
bagi lulusan Sarjana maupun Diploma Empat, baik dari kependidikan maupun non kependidikan
bagi calon guru untuk mendapatkan Sertifikat Pendidik pada pendidikan anak usia dini,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (Pasal 1 Peraturan Ditjen GTK Nomor
3830/B/Hk.03.01/2022 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Program Pendidikan Profesi Guru
Prajabatan). Maksudnya diperuntukkan bagi para fresh graduate Strata 1 (S-1) atau Diploma IV
(D-IV) kependidikan maupun non kependidikan sebagai generasi baru yang terpanggil hatinya
untuk menjadi guru profesional, berkomitmen menjadi teladan, cinta terhadap profesi, dan
menjadi pembelajar sepanjang hayat, dilalui dengan menempuh tahap PPG Prajabatan. Program
PPG Prajabatan bisa diikuti di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) terdekat yang
memiliki program studi sesuai jurusan terkait, dan telah ditunjuk Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
2. PPG Dalam Jabatan
Program Pendidikan Profesi Guru bagi Guru dalam Jabatan yang selanjutnya disebut Program
PPG dalam Jabatan adalah program pendidikan yang diselenggarakan setelah program sarjana
atau sarjana terapan bagi Guru Dalam Jabatan untuk mendapatkan Sertifikat Pendidik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah
(Pasal 1 Permendikbudristek Nomor 54 Tahun 2022 Tentang Tata Cara Memperoleh Sertifikat
Pendidik Bagi Guru Dalam Jabatan). Dimaksudkan sebagai pendidikan profesi yang diberikan
kepada seseorang yang sudah menjadi guru, baik selaku guru pegawai negeri sipil maupun non
pegawai negeri sipil yang sudah mengajar pada satuan Pendidikan, yang diselenggarakan
pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun masyarakat penyelenggara pendidikan yang
mempunyai perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama untuk mendapatkan sertifikat
pendidik pada pendidikan anak usia dini jalurpPendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah, yang penting sudah mengajar dan tercatat di data Pokok Pendidikan
(Dapodik).

Guru Dalam Jabatan merupakan Guru Dalam Jabatan yang diangkat sampai dengan tahun 2025,
yang terdiri dari: (a) Guru yang telah memiliki sertifikat pendidikan Guru penggerak; (b) Guru
yang telah mengikuti pendidikan dan latihan profesi guru namun belum lulus ujian tulis nasional
atau uji kompetensi pada akhir pendidikan dan latihan profesi guru; dan (c) Guru yang belum
memiliki Sertifikat Pendidik yang tidak termasuk Guru Penggerak dan guru yang telah mengikuti
pendidikan dan latihan profesi guru namun belum lulus ujian tulis nasional atau uji kompetensi
pada akhir pendidikan dan latihan profesi guru (pasal 4, Permendikbudristek Nomor 54 Tahun
2022 Tentang Tata Cara Memperoleh Sertifikat Pendidik Bagi Guru Dalam Jabatan).

Pelaksanaan Program PPG


Dalam mengikuti program PPG dilaksanakan dalam dua jenis kegiatan , yaitu PPG Dalam
Jabatan dan PPG Prajabatan. Supaya dapat dipahami secara komprehensif sehingga
memudahkan dalam penjelasan, maka akan diuraikan secara terpisah berdasarkan masing-masing
program.
1. PPG Dalam Jabatan (PPGDJ)
Bagi guru dalam jabatan yang diangkat sampai dengan akhir 2015, maka melalui program
Pendidikan Profesi Guru Dalam jabatan (PPG Daljab). Pelaksanaan PPG Daljab ada kuota
tertentu setiap tahunnya yang mendapat bantuan biaya dari pemerintah. Persyaratan mengikuti
PPG dalam Jabatan, harus lolos seleksi akademik (pretes) dan seleksi administrasi. Untuk
persyaratan akademik (pretes), meliputi: (a) Calon peserta PPG Dalam Jabatan harus mengikuti
seleksi kemampuan akademik melalui tes online. Seleksi kemampuan akademik meliputi tes
potensi akademik (TPA), tes pedagogik, tes bidang studi, dan tes bakat serta minat; (b) Standar
minimal nilai hasil seleksi kemampuan akademik calon peserta ditetapkan oleh Kementerian
Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, untuk tahun 2018 ditetapkan batas lulus pretest adalah
50 untuk program studi kejuruan, dan 60 untuk program studi non kejuruan.
Cara pendafaran untuk pretes yatu guru mengakses aplikasi simpkb masing-masing di alamat
website.simpb.id. Masuk atau login dengan menuliskan nomor peserta UKG dan password (bagi
guru yang belum memiliki nomor UKG atau lupa nomor UKG-nya dapat menghubungi operator
sertifikasi guru di masing-masing provinsi (dulu LPMP). Jika sudah berhasil masuk atau login,
ikuti langkah-langkah yang tertera diaplikasi tersebut. Berkaca pada contoh pendaftaran pretes
untuk PPG tahun 2018 , sebagai yang diketahui untuk catatan prakiraan waktu. Dimulai sejak
tanggal 9 Februari 2018 sampai dengan tanggal 31 Maret 2018. Pelaksanaan pretes sendiri akan
dilaksanakan pada tanggal 2 s.d. 15 Mei 2018 di TUK yang telah ditetapkan . Setelah diyatakan
lulus pretes, yang harus dilakukan oleh guru adalah melakukan pemberkasan sesuai dengan
persyaratan, dan dikirim berkas tersebut ke dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota untuk
direvisi dan divalidasi.
Secara tekhnis terkait dengan ketentuan umum program PPGDJ, mulai dari persyaratan,
penerimaan calon mahasiswa, penyelenggaraan program PPGDJ, dan pembiayaan, secara
keseluruhan ketentuannya dapat dilihat pada Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset,
dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2022 tentang Tata Cara Memperoleh
Sertifikat Pendidik Bagi Guru Dalam Jabatan, sebagai regulasi terbaru yang telah dikeluarkan
oleh pemerintah. Dalam uraian ini tidak secara keseluruhan Permendikbudristek No. 54 Tahun
2022 tesebut dijabarkan, akan tetapi cukup garis besarnya saja yang dianggap poin penting yang
diperlukan bagi calon PPGJB, meliputi sebagai berikut:
Persyaratan PPG Dalam Jabatan
Calon Mahasiswa PPG dalam Jabatan berdasarkan bunyi Pasal 5 Permendikbudristek Nomor 54
Tahun 2022, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: (a) berstatus sebagai Guru Dalam
Jabatan dan masih aktif melaksanakan tugas sebagai Guru selama 3 (tiga) tahun terakhir; (b)
memiliki kualifikasi akademik Sarjana (S-l) atau Diploma Empat (D-IV); (c) memiliki Nomor
Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan (NUPTK); (d) berusia paling tinggi 58 (lima puluh
delapan) tahun pada tahun berkenaan; (e) sehat jasmani dan rohani; (f) bebas narkotika,
psikotropika, dan zat adiktif lainnya; (g) berkelakuan baik; dan (h) terdaftar pada sistem data
pokok pendidikan Kementerian.
Penyelenggaraan Program PPG Dalam Jabatan
Program PPG dalam Jabatan diselenggarakan dengan tahapan sebagai berikut: (a) penetapan
jumlah Mahasiswa; (b) sosialisasi Program PPG dalam Jabatan; (c) penerimaan calon
Mahasiswa; dan (d) pelaksanaan Program PPG dalam Jabatan. Pembelajaran Program PPG
dalam Jabatan dilaksanakan oleh LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan), sebagai
perguruan tinggi yang diberitugas oleh pemerintah untuk menyelenggarakan program pengadaan
guru pada Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan/atau Pendidikan Menengah serta
untuk menyelenggarakan dan mengembangkan ilmu pendidikan dan nonkependidikan.
Pelaksanaaan Program PPG dalam Jabatan memiliki beban belajar 36 (tiga puluh enam) SKS.
Pemenuhan beban belajar dilakukan melalui rekognisi pembelajaran lampau dan pembelajaran
Program Studi pendidikan profesi Guru.
Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) bagi Guru Dalam Jabatan yang telah memiliki sertifikat
pendidikan Guru Penggerak atau telah mengikuti pendidikan dan latihan profesi Guru diberikan
setara dengan 36 (tiga puluh enam) SKS. RPL bagi Guru Dalam Jabatan yang belum memiliki
Sertifikat Pendidik diberikan dengan ketentuan sebagai berikut: (a) Guru Dalam Jabatan yang
diangkat sampai dengan akhir tahun 2015, diberikan setara dengan 24 (dua puluh empat) SKS;
dan (b) Guru Dalam Jabatan yang diangkat mulai tahun 2016 sampai dengan tahun 2025
diberikan setara dengan 18 (delapan belas) SKS. Untuk pembelajaran Program Studi pendidikan
profesi Guru RPL, ditentukan sebagai berikut: (a) Guru Dalam Jabatan yang diangkat sampai
dengan akhir tahun 2015 menempuh 12 (dua belas) sks; dan (b) Guru Dalam Jabatan yang
diangkat mulai tahun 2016 sampai dengan tahun 2025 menempuh 18 (delapan belas) SKS.
Pembelajaran Program PPG dalam Jabatan
Dilaksanakan dengan cara luring dan daring. Pembelajarannya meliputi: (a) pendalaman materi
melalui analisis materi pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), literasi,
numerasi, dan keterampilan berpikir tingkat tinggi (high order thinking skills); (b)
pengembangan perangkat pembelajaran melalui desain pembelajaran inovatif minimal berupa: 1)
pembelajaran berbasis masalah (problem based learning); dan 2) pembelajaran berbasis proyek
(project based learning); dan (c) praktik pengalaman lapangan melalui praktik pembelajaran
inovatif minimal berupa: 1) pembelajaran berbasis masalah (problem based learning): dan 2)
pembelajaran berbasis proyek (project based learning).
Praktik pengalaman lapangan dilaksanakan di sekolah mitra yang ditetapkan oleh masing-masing
LPTK. Selama mengikuti praktik pengalaman lapangan, Mahasiswa dinilai oleh Guru Pamong
dan Dosen. Guru Pamong bertugas untuk mendampingi, membimbing, dan mengevaluasi
Mahasiswa dalam melaksanakan praktik pengalaman lapangan di sekolah mitra. Sedangkan
Dosen bertugas untuk mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni, melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
Masyarakat. Penilaian praktik pengalaman lapangan yang dilakukan oleh Guru Pamong dan
Dosen meliputi kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan perilaku. Hasil penilaian praktik
pengalaman lapangan merupakan prasyarat untuk mengikuti uji kompetensi Mahasiswa. Uji
kompetensi Mahasiswa berupa uji kinerja dan uji pengetahuan. Uji kinerja bertujuan untuk
mengukur capaian pembelajaran lulusan, dilakukan dalam bentuk praktik pembelajaran dan
penilaian portofolio. Uji pengetahuan bertujuan untuk mengukur pemahaman konsep atau materi
capaian pembelajaran lulusan Mahasiswa, dilakukan dalam bentuk tes tertulis yang dilaksanakan
berbasis komputer secara daring atau luring.
PPG Dalam Jabatan diselengharakan oleh Kemenristekdikti selama 1 semester, tahapannya: (1)
Pembelajaran daring melalui aplikasi yang dikembangkan oleh Ristekdikti selama 3 bulan; (2)
Pembelajarran tatap muka (lokakarya) di LPTK selama 5 minggu; (3) Praktik Pengalaman
Lapangan (PPL) di sekolah sekitar LPTK selama 3 minggu; dan (4) Uji Kompetensi Mahasiswa
Pendidikan Profesi Guru (UKMPPG) di LPTK di akhir pelaksanaan pendidikan.(h.84)
Pihak yang berwenang menetapkan kelulusan peserta PPGDJ adalah dari Kemenristedikti
melalui LPTK penyelenggara Program PPG dalam Jabatan setelah mahasiswa yang dinyatakan
lulus uji kompetensi dan memperoleh Sertifikat Pendidik. Kepada yang lulus PPGDJ sertifikat
pendidik akan dikeluarkan oleh LPTK penyelenggara PPGDJ, dan diserahkan kepada peserta
sesuai dengan kesiapan masing-masing LPTK. Sebaliknya bagi Mahasiswa yang belum lulus uji
kompetensi dapat kembali mengikuti uji kompetensi sebelum habis masa studi Program PPG
dalam Jabatan yang diikuti. Mahasiswa yang kembali mengikuti uji kompetensi harus mendaftar
ulang uji kompetensi pada panitia nasional. Dalam hal masa studi telah habis, Guru Dalam
Jabatan yang belum lulus uji kompetensi dapat kembali mengikuti uji kompetensi dengan
melakukan pendaftaran ulang sebagai mahasiswa pada LPTK yang dikoordinasikan oleh
Kementerian. Guru Dalam Jabatan yang telah melakukan pendaftaran ulang sebagai mahasiswa
mendaftar untuk mengikuti uji kompetensi pada panitia nasional yang diselenggarakan oleh
Kementerian. Artinya Jika ada yang tidak lulus UKMPPG diberikan kesempatan 2X untuk ujian
ulang dengan biaya pemerintah. Jika dari 2X ujian ulang tersebut belum juga lulus, maka ada
ujian ulang dalam jangka waktu 3 tahun terhitung sejak terdaftar sebagai peserta PPGDJ di
LPTK penyelenggara PPGDJ terdekat dari domisili dengan biaya masing-masing peserta.
Pembiayaan pelaksanaan Program PPG dalam Jabatan
Untuk pembiayaan pelaksanaan program PPGDJ bersumber dari: (a) anggaran pendapatan dan
belanja negara; (b) anggaran pendapatan dan belanja daerah; (c). anggaran penyelenggara satuan
pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat; dan (d) sumber lain yang sah dan tidak
mengikat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pada pembiayaan
pelaksanaan Program PPG dalam Jabatan terdiri dari biaya pendidikan Program PPG dalam
Jabatan dan biaya personal. Biaya personal yang dimaksud meliputi biaya transportasi,
penginapan, konsumsi, dan keperluan personal lainnya. Dikecualikan pada pembiayaan
pelaksanaan Program PPG dalam Jabatan yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja
negara (APBN). Hal lain pemerintah pusat juga mengalokasikan anggaran pendapatan dan
belanja negara untuk biaya personal bagi Guru dalam Jabatan yang bertugas pada satuan
pendidikan di daerah khusus yang ditetapkan oleh Menteri.
2. PPG Prajabatan
PPG prajabatan dimaksudkan untuk menciptakan keseimbangan kebutuhan dan pemenuhan guru
secara kuantitas dan kualitas sehingga layanan Pendidikan dapat berjalan dengan baik. Untuk
penjelasan teknis ketentuan umum PPG Prajabatan seperti persyaratan, pengelolaan program,
Struktur Kurikulum Prodi PPG Prajabatan, pembelajaran, penilaian, kelulusan, pembiayaan,
berpedoman pada Peraturan Direktur Jenderal Guru Dan Tenaga Kependidikan Nomor
3830/B/Hk.03.01/2022 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Program Pendidikan Profesi Guru
Prajabatan. Poin penting yang diperlukan bagi calon PPG Prajabatan, secara garis besarnya
meliputi sebagai berikut:
Persyaratan PPG Prajabatan
Persyaratan bagi calon mahasiswa yang akan mengikuti PPG Prajabatan, antara lain: (a) Warga
Negara Indonesia; (b) tidak atau belum pernah terdaftar sebagai Guru/Kepala Sekolah pada Data
Pokok Pendidik (Dapodik); (c) memiliki ijazah dengan kualifikasi akademik sarjana (S-1) atau
diploma empat (D-IV) yang terdaftar pada Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PD-Dikti) atau
terdata pada basis unit data unit Penyetaraan Ijazah Luar Negeri bagi lulusan perguruan tinggi di
luar negeri; (d) memiliki indeks prestasi kumulatif (IPK) paling rendah 3,00 (tiga koma nol nol);
(e) berusia paling tinggi 32 (tiga puluh dua) tahun pada 31 Desember tahun pendaftaran; (f)
memiliki surat keterangan sehat jasmani dan rohani; (g) memiliki surat keterangan berkelakuan
baik; (h) memiliki surat keterangan bebas narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya
(NAPZA); (i) menandatangani pakta integritas; dan (j) mengikuti tahapan seleksi yaitu seleksi
administrasi, tes substantif, dan tes wawancara.
Pendaftar Program PPG Prajabatan yang dianggap telah memenuhi persyaratan, selanjutnya
melakukan pendaftaran melalui aplikasi SIMPKB, dengan: (a) mengisi NIK; (b) memilih asal
lulusan S-1/D-IV (dalam negeri/luar negeri); (c) mengisi NIM (S-1/D-IV) dan memilih bidang
studi PPG yang linier; (d) mengisi data diri dan esai; (e) mengikuti petunjuk yang tertera pada
aplikasi SIM PKB, bagi lulusan luar negeri; (f) mengunggah berkas foto diri dan pakta integritas;
dan (g) memilih provinsi untuk ikut tes substantif setelah mendapatkan notifikasi hasil verifikasi
dan validasi.
Selanjutnya pendaftar melakukan pembayaran biaya untuk mengikuti tes substantif setelah
melengkapi semua data administrasi pada aplikasi SIMPKB. Mekanisme pembayaran dilakukan
sesuai petunjuk yang tertera pada aplikasi SIMPKB. Bagi Pendaftar dari lulusan luar negeri,
pembayaran dapat dilakukan setelah petugas verifikasi pusat menyetujui ajuan pendaftar;
Pendaftar mencetak kartu tes substantif melalui aplikasi SIM PKB setelah menyelesaikan
pembayaran biaya tes substantif; Pendaftar mengikuti tes substantif; Dalam hal pendaftar yang
dinyatakan lulus tes substantif akan mendapatkan notifikasi lulus tes; Pendaftar melakukan
pembayaran untuk mengikuti tes wawancara sesuai petunjuk yang tertera pada aplikasi SIM
PKB; Pendaftar mendapat informasi jadwal tes wawancara; Pendaftar mengikuti tes wawancara;
dan dalam hal pendaftar yang dinyatakan lulus tes wawancara akan mendapatkan notifikasi lulus
tes.
Setelah proses pendaftaran selesai, calon peserta akan menjalani serangkaian tahapan seleksi,
seperti: (a) Verifikasi dokumen: Pihak panitia akan melakukan pengecekan terhadap
kelengkapan dan keaslian dokumen yang diunggah; (b) Seleksi substantif : Tes ini bertujuan
untuk mengukur kemampuan akademik calon peserta meliputi tes penguasaan konten dan
kemampuan dasar literasi dan numerasi; dan (c) Wawancara: Tahap wawancara dilakukan untuk
mengevaluasi kemampuan interpersonal dan motivasi calon peserta meliputi kompetensi,
kepribadian, motivasi, dan kognitif.

Kurikulum PPG Prajabatan 2023


Program PPG Prajabatan merupakan PPG reguler untuk membentuk calon guru yang profesional
yang dilaksanakan mengikuti kalender akademik LPTK selama dua semester. Pembelajaran
Program PPG Prajabatan diselenggarakan melalui hybrid yang merupakan kombinasi moda
daring dan luring dan disesuaikan dengan kebijakan pemerintah dalam hal pandemi dan kondisi
LPTK. Proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dilaksanakan dalam bentuk,
sebagai berikut: (a) Perkuliahan menggunakan prinsip pembelajaran aktif, berorientasi praktik,
kontekstual, berbasis refleksi dari pengalaman langsung, berbasis masalah, berbasis projek, studi
kasus; dan (b)menggunakan teknologi.
Praktikum, praktik studio, praktik bengkel, atau PPL. PPL diampu oleh Dosen Pembimbing
Lapangan dan Guru Pamong. PPL diharapkan dapat memberikan pengalaman klinis kepada
mahasiswa melalui pembimbingan dan pendampingan secara terpadu. Praktik Pengalaman
Lapangan (PPL) dalam Program PPG Prajabatan dilaksanakan di semester I dan II. Pada PPL I,
Mahasiswa melakukan observasi awal di sekolah untuk memperoleh gambaran dan kebutuhan
sekolah. Adapun pada PPL II, Mahasiswa melakukan praktik pembelajaran baik secara
terbimbing maupun mandiri.
Kurikulum Program PPG Prajabatan didesain terintegrasi yang memungkinkan antar mata kuliah
saling terhubung dan melibatkan sekolah serta masyarakat. Sebagai contoh, mata kuliah PPL I
dan PPL II terhubung dengan 2 (dua) mata kuliah yaitu: 1. Pemahaman tentang Peserta Didik
dan Pembelajarannya; dan 2. Prinsip Pengajaran dan Asesmen Efektif I dan II.
Program PPG Prajabatan memiliki beban satuan kredit semester (SKS), yaitu 33 SKS mata
kuliah inti, 24 SkS mata kuliah selektif. Dari 10 mata kuliah inti tersebut, meliputi: (1) Filosofi
Pendidikan Indonesia (2 SKS); (2) Pemahaman tentang Peserta Didik dan Pembelajarannya (3
SKS); (3) Prinsip Pengajaran dan Asesmen yang Efektif I (3 SSKS); (4) Prinsip Pengajaran dan
Asesmen yang Efektif II (3 SKS); (5) Pembelajaran Sosial Emosional (3 SKS); (6) Seminar
Pendidikan Profesi Guru (1 SKS ); (7) Projek Kepemimpinan I (1 SKS); (8) Projek
Kepemimpinan II (1 SKS); (9) Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) I (6 (SKS); dan (10) Praktik
Pengalaman Lapangan (PPL) II 10 (SKS).
Adapun 12 mata kuliah selektif, yaitu: (1) Literasi dalam Lintas Mata Pelajaran (2 SKS); (2)
Literasi Dasar (2 SKS); (3) Teknologi Baru dalam Pengajaran dan Pembelajaran (2 SKS); (4)
Pengantar Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus (2 SKS0; (5) Perancangan dan
Pengembangan Kurikulum (2 SKS); (6) Pembelajaran Berdiferensiasi (2 SKS); (7) Pengajaran
dan Pembelajaran Daring dan Bauran (2 SKS); (8) Design Thinking (2 SKS); (9) Computational
Thinking (2 SKS); (10) Pendidikan di Daerah Khusus (2 SKS); (11) Perspektif Sosiokultural
dalam Pendidikan Indonesia (2 SKS); (12) Bahasa Inggris (2 SKS).
Kelulusan
Kelulusan Mahasiswa Program PPG Prajabatan berdasarkan Pasal 27 ayat 3 Peraturan Menteri
Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nomor 3 Tahun 2020 tentang Standar Nasional
Pendidikan Tinggi, apabila telah menempuh seluruh beban belajar yang ditetapkan dan memiliki
capaian Pembelajaran lulusan yang ditargetkan dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) lebih
besar atau sama dengan 3,00 (tiga koma nol nol), dan lulus pada seluruh mata kuliah yang
ditempuh, serta syarat lulus mata kuliah minimal nilai B (Baik). Setelah Mahasiswa dinyatakan
lulus seluruh mata kuliah pada Program PPG Prajabatan, Mahasiswa mengikuti Uji Kompetensi
Pendidikan Profesi Guru (UKPPG) untuk memperoleh sertifikat profesi pendidik.
Pembiayaan
Dalam menyelenggarakan Program PPG Prajabatan, Direktorat Jenderal telah mengalokasikan
anggaran melalui Direktorat PPG yang akan disalurkan kepada Mahasiswa melalui mekanisme
bantuan pemerintah (Banpem) dalam bentuk beasiswa, yang selanjutnya di bayarkan kepada
LPTK. Beasiswa diberikan kepada Mahasiswa sebesar Rp 8.500.000,00 (delapan juta lima ratus
ribu rupiah) per semester. Dana ini digunakan oleh LPTK untuk pembiayaan komponen: (1)
pendidikan yang merupakan biaya akademik; (2) penilaian kinerja; dan (3) penilaian uji
kompetensi pendidikan profesi guru (UKPPG).

Alur Perkuliahan:
Bila disederhanakan alur perkuliahan PPG Prajabatan, sebagai berikut: (1) Pertama-tama
mahasiswa calon PPG Prajbatan mengikuti ujian masuk; (2) Setelah dinyatakan lulus, mereka
akan mengikuti orientasi dan menjalani perkuliahan1 secara hybrid learning. Hybrid learning
adalah modus pembelajaran yang berbasis tatap muka dan Learning Management System (LMS);
(3) Di semester 1, ada perkuliahan berorientasi praktik dan praktik pengalaman lapangan/PPL I
di sekolah. Dalam pelaksanaan PPL I, ada dua kegiatan yang dilakukan, yaitu pengamatan siswa
(observing teaching) dan belajar mengajar mata Pelajaran (assisting teaching); (4) Di semester 2,
ada perkuliahan berorientas praktik, proyek kepemimpinan di lingkungan Masyarakat, dan
praktik pengalaman lapangan/PPL II di sekolah; (5) Dalam pelaksanaan PPL II, ada dua kegiatan
yang dilakukan, yatiu proyek inovasi pengajaran (collaborating teaching) dan proyek studi kasus
siswa yang bermasalah (leading teaching); dan (6) Setelah menjalani perkualihan 2 semester,
mahasiswa PPG Prajabatan menempuh lulusan program dan uji kompetensi PPG.

Kriteria Guru hasil PPG Prajabatan


Mengutip apa yang disampaikan oleh Iwan Syahril selaku mantan Dirjen Guru dan tenaga
Kependidikan, terdapat 10 kriteria gambaran dari seorang guru baru yang hendak diciptakan
melalui PPG Prajabatan, meliputi: Pertama, guru harus berorientasi kepada murid, harus
menjadi kunci dan dilakukan pada semua jenis Pendidikan guru; Kedua, guru generasi baru
harus memiliki kompetensi yang baik dalam pengetahuan serta mapu praktik professional
sebagai guru; Ketiga, guru harus berkarakter dan berakhlak mulia; keempat, berkempuan nalar
yang bagus; Kelima, guru baru diharapkan punya daya kreatif; Keenam; guru baru harus
memiliki semangat berkolaborasi untuk terus berkembang. Sebagaimana guru penggerak bukan
untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk guru lain supaya lebih maju; Ketujuh, guru baru harus
memiliki passion sebagai guru. Seorang guru yang memang berjiwa ingin menjadi guru pasti
akan mendorongnya menjadi guru hebat; Kedelapan, guru baru diharapkan memiliki jiwa
kebhinekaan global. Guru diharapkan tidak hanya melihat konteks local atau nasional, tetapi
harus memiliki cara pandang sebagai warga dunia; Kesembilan; guru baru harus bisa menjadi
pembelajar sepanjang hayat. Karaena profesi guru itu mensyaratkan untuk terus belajar karena
ilmu terus berkembang dan tidak aka nada yang sama; Kesepuluh, guru harus menguasai
teknologi abad 21. Karena anak yang kita didik sekarang pada dua tahun kemudian akan
berkembang dan mengalami perubahan. Kita mengajar pada kelas yang sama di hari yang
berbeda sudah pasti kejadiannya akan berbeda (Majalah sahabat Profesi, edisi 1/tahun 1/Juni
2020).
Penutup
Melalui Sertifikat pendidik menjadi bukti formal pengakuan pemerintah kepada guru selaku
pendidik professional yang telah memenuhi baik standar kualifkasi akademik maupun
kompetensi sebagaimana diamanatkan dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen. Untuk menuntaskan sertiikasi, pemerintah dihadapkan pada ‘Pekerjaan Rumah’ yang
sangat besar yang harus diselesaikan. Permasalahan tersebut, antara lain: Dalam penjelasan
penutup dari UU Guru dan dosen, semua guru harus sudah memiliki kualifikasi akademik dan
sertifikat pendidikan paling lama 10 tahun sejak berlakunya UU Guru dan dosen, atau maksimal
tahun 2015, namun pada faktanya masih menyisakan sekitar 1,6 juta guru dalam jabatan yang
berlum tersertifikasi, adalah guru yang diangkat sampai dengan akhir tahun 2015, sehingga harus
difasilitasi untuk memperoleh sertifikat Pendidik melalui PPG. Permasalahan berikutnya dalam
rangka menciptakan keseimbangan kebutuhan dan pemenuhan guru secara kuantitas dan kualitas
sehingga layanan Pendidikan dapat berjalan dengan baik, ternyata dihadapkan pada adanya
pengurangan guru secara signifikan. Diprediksi sepanjang tahun 2022 sampai 2024, sebanyaki
226.061 guru, termasuk guru yang sudah bersertifikat, berhenti karena memasuki usia pensiun
atau bila dirata-ratakan setiap tahunnya kurang lebih 70 ribu guru akan memasuki masa
purnatugas. Tentu ini harus diantisipasi sesegera mungkin melalui PPG Prajabatan guna
mendapatkan sertiifikat pendidik. Permasalaha lainnya yang tak kalah berat yang dihadapi untuk
mewujudkan guru professional melalui program sertifikasi, terkait dengan anggaran yang
tersedia dari keuangan negara yang jumlahnya terbatas, sehingga harus dilakukan dengan cara
kuota yang setiap tahun ditetapkan oleh Menteri pada mahasiswa program PPG.
Pada akhirnya pendidikan bagi generasi masa depan harus dimulai dan disiapkan dengan
sungguh-sungguh. Untuk itu proses penyemaian generasi masa depan ini harus dibarengi dengan
penyiapan guru professional melalui suatu sistem Pendidikan guru yang bermutu dan akuntabel.
Dengan Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) merupakan solusi tepat yang dapat
meningkatkan kompetensi profesional guru, sebab guru dituntut memiliki kompetensi dalam
memilih dan menguasai bahan ajar, merencanakan, mengembangkan, dan mengaktualisasi proses
belajar mengajar yang produktif sesuai dengan standar kompetensi profesional guru. Melalui
PPG diharapkan mampu menjawab persoalan pendidikan seperti permasalahan kompetensi,
kualifikasi, dan tantangan pendidikan seperti perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, serta
dinamika masyarakat. Dengan adanya PPG diharapkan kompetensi guru meningkat secara
signifikan, disertai dengan peningkatan kesejahteraan guru, sehingga ujungnya dapat
meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu pendidikan di Indonesia secara keseluruhan guna
mewujudkan SDM Indonesia unggul, menyongsong Indonesia Emas 2045, sebagai visi jangka
panjang yang dirumuskan oleh pemerintah Indonesia. Visi ini bertujuan untuk menjadikan
Indonesia sebagai negara yang maju, sejahtera, dan berdaya saing tinggi pada tahun 2045, dalam
rangka menyongsong peringatan 100 tahun kemerdekaan Indonesia.

Daftar Pustaka
Anwar H.M., Muhammad. (2018). Menjadi Guru Profesional. Jakarta: Penerbit Prenandaedia
Group.
Kementerian Pendidikan dan Kebudyaan RI. (2019). Kilasan Kinerja 2019 Kemdikbud. Jakarta:
Penerbit Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan (PASKA) Kemdikbud.

Majalah Sahabat Profesi, edisi 1/tahun 1/Juni 2020.

Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 55
Tahun 2017 Tentang Standar Pendidikan Guru.

Satori, Djam’an, dkk. (2012). Profesi Keguruan. Tanggerang Selatan: Penerbit Universitas
Terbuka Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Sudarma, Momon. (2013). Profesi Guru: Dipuji, Dikritisi, dan Dicaci. Depok: Penerbit PT
Rajagrafindo Persada.

Surya, Mohamad, dan Abdul Hasim, Rus Bambang Suwarno. (2010). Landasan Pendidikan:
Menjadi Guru Yang Baik. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.

Usman, Moh. Uzer. (2017). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Penerbit PT Remaja
Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai