Anda di halaman 1dari 27

B.

INTI
1. Capaian Pembelajaran
Mampu memahami dan mengimplementasikan berbagai regulasi kebijakan
nasional dan kode etik guru dalam menjalankan tugas profesinya
2. Pokok Materi
Dengan membaca dan menelaah materi pada kegiatan pembelajaran ini, saudara
dapat menjelaskan sebagai berikut:
a. Regulasi kebijakan nasional guru sebagai jabatan professional
b. Pandangan yuridis profesi guru
c. Sanksi pelanggaran kode etik

3. Uraian Materi
A. Regulasi Kebijakan Nasional
Pendidikan merupakan bidang yang sangat penting bagi kehidupan
manusia, pendidikan dapat mendorong peningkatan kualitas manusia dalam
bentuk meningkatnya kompetensi kognitif, afektif, maupun psikomotor. Seiring
dengan perkembangan zaman dan era globalisasi yang sangat pesat menuntut
adanya peningkatan mutu pendidikan. Setiap sistem pendidikan harus mampu
melakukan perubahan-perubahan ke arah perbaikan dan peningkatan mutu
(Goodwin, 2014). Dalam upaya pembangunan pendidikan nasional, sangat
diperlukan guru (pendidik) dalam standar mutu kompetensi dan
profesionalisme yang terjamin. Untuk mencapai jumlah guru professional yang
dapat menggerakkan dinamika kemajuan pendidikan nasional diperlukan suatu
proses pembinaan berkesinambungan, tepat sasaran dan efektif (Petric &
McGee, 2012).
Pembinaan profesi guru sudah mulai dirancang ssebagai profesi sejak 4
Desember 2004 sehingga pada tahun 2006 terbitlah (1) Undang-Undang nomor
14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan (2) Peraturan Pemerintah nomor
19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Pada tahun 2006 juga
mulai dilaksanakan Sertifikasi Guru untuk kuota 2006 dan 2006. Dari
pelaksanaan ini dihasilkan Peraturan Pemerintah nomor 74 tahun 2008 tentang

118 | Modul 1: Perkembangan Peserta Didik Dan Profesionalitas Guru Pendidikan Jasmani
Guru dan pembayaran tunjangan Profesi Pendidik bagi guru-guru yang sudah
sertifikasi.
Pada tahun 2009 diterbitkan PP nomor 41 tahun 2009 tentang tunjangan
Profesi Guru dan Dosen, Tunjangan Khusus Guru dan Dosen, serta Tunjangan
Kehormatan Profesor. Selanjutnya pada tahun yang sama diterbitkan
PerMennag PAN dan RB nomor 16 tahun 2009 tentang jabatan fungsional Guru
dan Angka Kreditnya.
Pada tahun 2010 pemerintah menerbitkan Permendiknas nomor 27 tahun
2010 tentang program induksi bagi guru pemula dan Permendiknas nomor 35
tahun 2010 tentang Petunjuk teknik Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kreditnya. Peraturan ini kemudian dilanjutkan dengan terbitnya Peraturan
bersama Mendiknas, Men PAN dan RAB, Mendagri, Menkeu, dan Menag
tentang Penataan dan Pemerataan guru PNS.
Pada tahun 2012 pemerintah menetapkan kualifikasi, kompetensi dan
upaya untuk menghasilkan profesi guru yang profesional, yaitu:
a. Standart seleksi Guru: S1 dan D4
b. Standart kompetensi Jenjang Jabatan Guru
c. Sistem pengendalian PK Guru dan dukungan PKB
d. Pelaksanaan Sertifikasi Guru Pra dan Dalam Jabatan melalui PPG
e. Bimbingan teknis PK Guru dan PKB
f. Penyesuaian Jafung guru seesai (Perme 38/2010)
g. Pembentukan Tim Penilai Jafung Guru
h. Sistem sanksi
i. Rintisan Pelaksanaan PK Guru dan PKB
Pada tahun 2013, Permennegpan dan RB 16/2009 sudah efektif berlaku
(Penilaian Kinerja Guru dan PKB serta program induksi dilaksanakan di seluruh
sekolah). Pelaksanaan sistem pengendalian PK Guru dan dukungan PKB serta
dinergi kegiatan PK Guru dengan EDS. Pelaksanaan PKB didasarkan pada hasil
PK Guru dan penuntasan SerGur di bawah S1/D4.
Pada tahun 2014 dilaksanakan penuntasan peningkatan kualifikasi guru
ke S1 dan D4 serta pelaksanaan PK Guru dan PKB berdasarkan hasil PK Guru.

Modul 1: Perkembangan Peserta Didik Dan Profesionalitas Guru Pendidikan Jasmani 119
Dilanjutkan pada tahun 2015 penuntasan sertifikasi guru dalam jabatan dan
pendidikan profesi guru bagi calon guru. Pada tahun 2016 dilaksanakan
pengangkatan guru yang diwajibkan sudah bersertifikasi.
Pada peradaban bangsa manapun termasuk Indonesia, profesi guru
bermaksna strategis karena penyandangnya mengemban tugas sejati bagi proses
kemanusiaan, pemanusiaan, pencerdasan, pembudayaan, dan pembangunan
karakter bangsa. Makna strategis guru sekligus meniscayakan pengakuan guru
sebagai profesi. Lahirnya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen, merupakan bentuk nyata pengakuan atas profesi guru dengan segala
dimensinya http://sumberdaya.ristekdikti.go.id/wp-
content/uploads/2016/02/uu-nomor-14-tahun-2005-ttg-guru-dan-dosen.pdf.
.Di dalam UU No. 14 tahun 2005 ini disebutkan bahwa guru adalah
pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah. Sebagai implikasi dari UU NO.14 tahun 2005, guru
harus menjalani proses sertifikasi guru dalam jabatan.
Pada spectrum yang lebih luas, pengakuan atas profesi guru secara lateral
memunculkan banyak gagasan. Pertama, diperlukan ekstrakapasitas untuk
menyediakan gagasan. Guru yang professional sejati dalam jumlah yang cukup,
sehingga peserta didik memasuki bangku sekolah tidak terjebak pada hal yang
sia-sia akibat layanan pendidikan dan pembelajaran yang buruk (Philips, 2013).
Kedua, regulasi yang implementasinya taat asas dalam penempatan dan
penugasan guru agar tidak terjadi diskriminasi akses layanan pendidikan agim
mereka yang berada pada titik-titik terluar wilayah negaran, di tempat-tempat
yang sulit dijangkau karena keterisolasian, dan di daerah-daerah yang penuh
konflik.
Ketiga, komitmen guru untuk mewujudkan hak semua warga negara atas
pendidikan yang berkualitas melalui pendanaan dan pengaturan negara atas
sistem pendidikan.

120 | Modul 1: Perkembangan Peserta Didik Dan Profesionalitas Guru Pendidikan Jasmani
Keempat, meningkatkan kesejahteraan dan status guru serta tenaga
kependidikan lainnya melalui penerapan yang efektif atas hak asasi dan
kebebeasan professional mereka.
Kelima, menghilangkan segala bentuk diskriminasi layanan guru dalam
bidang pendidikan dan pembelajaran, khususnya yang berkaitan dengan gender,
ras, status perkawinan, kekurangmampuan, orientasi seksual, usia, agama,
afiliasi pilitik atau opini status sosial dan ekonomi, suku bangsa, adat istiadat,
serta mendorong pemahaman, toleransi, dan penghargaan atas keragaman
budaya komunitas (Goodwin & Kosnik, 2013)
Keenam, mendorong demokrasi, pembangunan berkelanjutan,
perdagangan yang far, layanan sosial dasar, kesehatan dan keamanan, melalui
solidaritas dan kerjasama di antara anggota organisasi guru di mancanegara,
gerakan organisasi guru di mancanegara, gerakan kekaryaan internasional, dan
masyarakat madani (Besharov & Oser, 2014).
Beranjak dari pemikiran teoritis di atas, diperlukan upaya untuk
merumuskan kebijakan dan pengembangan profesi guru. Itu sebabnya, akhir-
akhir ini makin kuat dorongan untuk melakukan kaji ulang atas sistem
pengelolaan guru, terutama berkaitan dengan penyediaan, rekruitmen,
pengangkatan dan penempatan, sistem distribusi, sertifikasi, peningkatan
kualifikasi dan kompetensi, penilaian kinerja, uji kompetensi, penghargaan dan
perlindungan, kesejahteraan pembinaan karir, pengembangan keprofesian
berkelanjutan, pengawasan etika profesi, serta pengelolaan guru di daerah
khusus yang relevan dengan tuntutan kekinian dan masa depan (Masnyur, 2012;
Asmarani, 2014).
Keberadaan guru yang professional dan berkompeten meupakan suatu
keharusan untuk memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran. Guru yang
professional mampu mencerminkan sosok keguruannya dengan wawasan yang
luas dan memiliki sejumlah kompetensi yang menunjang tugasnya (Sobri,
2016). Upaya pengembangan profesionalisme guru perlu terus dilakukan secara
berkelanjutan supaya pengetahuan, pemahaman dan keterampilan mereka yang
berhubungan dengan tugasnya selalu mengikuti perkembangan kemajuan dunia

Modul 1: Perkembangan Peserta Didik Dan Profesionalitas Guru Pendidikan Jasmani 121
pendidikan (Supriadi, 2013). Untuk tujuan itu, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan selalu berusaha untuk menyempurnakan kebijakan di bidang
pembinaan dan pengembangan profesi guru.
Adapun beberapa kebijakan nasional tentang guru sebagai profesi sebagai
berikut: http://tpundiksha.wordpress.com/apakah-tp-itu/landasan-kebijakan-
pemerintah-untuk-tp/

B. Pandangan Yuridis Guru


Pendidikan sebagaimana yang dinyatakan di dalam Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 angka 1 adalah:
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.
Paradigma pendidikan tersebut selanjutnya dirumuskan ke dalam fungsi dan
tujuan pendidikan nasional. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada Pasal 3 menetapkan bahwa: Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa; bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu,cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggungjawab.
Fungsi dan tujuan pendidikan nasional tersebut menjadi parameter utama
untuk merumuskan standar nasional pendidikan sebagaimana yang diamanatkan
oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
pada Pasal 35 sebagai berikut:

122 | Modul 1: Perkembangan Peserta Didik Dan Profesionalitas Guru Pendidikan Jasmani
1) Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan,
tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan
penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala.
2) Standar nasional pendidikan digunakan sebagai acuan pengembangan
kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan
pembiayaan.
3) Pengembangan standar nasional pendidikan serta pemantauan dan pelaporan
pencapaiannya secara nasional dilaksanakan oleh suatu badan standardisasi,
penjaminan, dan pengendalian mutu pendidikan.
4) Ketentuan mengenai standar nasional pendidikan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
Fungsi standar nasional pendidikan adalah untuk penjaminan dan
pengendalian mutu pendidikan sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan.
Standar Kompetensi Lulusan merupakan salah satu dari 8 (delapan) standar
nasional pendidikan sebagaimana yang ditetapkan dalam Pasal 35 Ayat (1)
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan, yang akan menjadi acuan bagi
pengembangan kurikulum dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Pekerjaan Guru dan Dosen sebagai tenaga pendidik merupakan suatu jabatan
professional yang memiliki peranan dan kopetensi. Guru dan Dosen mempunyai
fungsi, peran da kedudukan yang sangat strategis dalam pembangunan nasional
dalam bidang pendidikan, sehingga perlu dikembangkan profesionalisme yang
bermartabat. Profesionalisme merupakan suatu tingkah laku, suatu tujuan atau
rangkaian kualitas yang menandai atau melukiskan corak suatu profesi. Selain itu
profesionalisme juga mengandung pengetian menjalankan suatu profesi untuk
keuntungan atau sebagai sumber penghidupan.
Profesi pada hakikatnya adalah suatu janji terbuka bahwa seseorang akan
mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti biasa karena
orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan tersebut. Tidak mudah
menjadi seorang pelaksana profesi yang professional, harus ada kriteria kompetensi

Modul 1: Perkembangan Peserta Didik Dan Profesionalitas Guru Pendidikan Jasmani 123
tertentu yang mendasarinya. Tjerk Hooghiemstra, mengemukakan bahwa seorang
yang dikatakan professional adalah mereka yang sangat kompeten atau memiliki
kompetensi tertentu yang mendasarinya kinerjanya. Kompetensi menurut Tjerk
Hooghiemstra, pada tulisannya yang berjudul Integrated Management of Human
Resources, disebutkan bahwa, kompetensi adalah karakteristik pokok seseorang
yang berhubungan dengan unjuk kerja yang efektif atau superior pada jabatan
tertentu. Kompetensi dapat berupa motif, sifat, konsep diri pribadi, attitude atau
nilai-nilai, pengetahuan yang dimiliki, keterampilan dan berbagai sifat-sifat
seseorang yang dapat diukur dan dapat menunjukkan perbedaan antara rata-rata
dengan superior. Perdalam pemahaman tentang guru dapat dibuka pada
https://www.gurukatro.com/2016/03/kebijakan-pengembangan-profesi-guru.html.
Sehubungan denga itu, Lyle M. Spencer dalam bukunya berjudul Competence
at Work, tidak jauh berbeda dengan yang dikemukakan oleh Tjerk Hooghiemstra
sebelumnya. Kompetensi adalah karakteristik pokok seseorang yang berhubungan
dengan atau menghasilkan untuk kerja yag efektif atau superior pada jabatan
tertentu atau situasi tertentu sesuai kriteria yang telah ditetapkan. Karakteristik
pokok mempunyai arti kompetensi yang sangat mendalam dan merupakan bagian
melekat pada pribadi seseorang dana dapat menyesuaikan sikap pada berbagai
kondisi atau berbagai tugas pada jabatan tertentu. Maka, ada lima karakteristik
kompetensi yaitu, motif, sikap, konsep diri (attitude, nilai-nilai atau imajinasi diri),
pengetahuan atau keterampilan.
Kompetensi lebih dititik beratkan pada apa yang diharapkan dikerjakan oleh
pekerja di tempat kerja. Dengan perkataan lain, kompetensi menjelaskan apa yang
seharusnya dikerjakan oleh seseorang bukan latihan apa yang harus diikuti.
Kompetesi juga harus dapat menggambarkan kemampuan menggunakan ilmu
pengetahua dan keterampilan pada situasi dan lingkunga yang baru. Karena itu,
uraian kompetensi harus dapat menggambarkan cara melakukan sesuatu dengan
efektif bukan hanya mendata ugas. Melakukan sesuatu dengan efektif dapat dicapai
dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja. Sikap kerja atau attitude sangat
memengaruhi produktivitas.

124 | Modul 1: Perkembangan Peserta Didik Dan Profesionalitas Guru Pendidikan Jasmani
Pekerjaan mansuai yang paling terpandang dan dihormati adalah Guru.
Apabila dibansingkan dengan Raja, Presiden, Gubernur, Pejabat, orang kaya, bos,
direktur, dan status sosial ekonomi lainnya, maka pekerjaan itu tidak semulia Guru.
Oemar Hamalik, dalam bukunya berjudul “Pendekatan Guru Berdasarkan
Pendekatan Kompetensi”, disebutkannya bahwa hingga sampai saat ini, perkerjaan
Guru sebagai tenaga pendidik masih diperdebatkan apakah termasuk profesi atau
bukan. Sebab sering terjadi seorang Guru gagal dalam mendidik muridnya/
siswanya sementara guru tersebut telah memiliki gelar akademik walaupun ada juga
guru yang berhasil mendidik. Ada pula orang tua berhasil dalam mendidik anak-
anaknya akan tetapi orang tua tersebut tidak perah sekalipun mengikuti pendidikan
guru dan mempelajari ilmu mengajar. Oleh sebab itu, dalam melihat hal tersebut,
maka profesi guru hendaknya dipahami dalam hubungannya yang luas sebagai
berikut:
1. Peranan pendidikaN harus dilihat pembangunan secara menyeluruh yang
bertujuan untuk membentuk manusia sesuai dengan cita-cita bangsa.
Pembangunan tidak mungkin berhasil jika tidak dilibatkan kemampua yang
dimiliki manusianya. Untuk menyukseskan pembangunan perlu ditata sistem
pendidikan yang relevan. Sistem pendidikan dirancang dan dilaksanakan oleh
orang-orang yang ahli dibidangnya. Tanpa keahlian yang memadai, maka
pendidikan sulit berhasil. Keahlian yang dimiliki oleh tenaga pendidik, tidak
dimiliki oleh warga (masyrakat) pada umumnya, melainkan hanya dimiliki oleh
orang-orang tertentu yang telah menjalani pendidikan Guru seca berencana dan
sistematik;
2. Hasil pendidikan memang tidak mungkin dilihat dan dirasakan dalam waktu
singkat, melainkan diperlukan jangka waktu yang lama. Itulah sebabnya proses
pndidikan tidak boleh keliru atau salah. Kesalahan yang dilakukan oleh orang-
orang yang bukan ahli dibidang pendidikan dapat merusak generasi seterusnya.
Oleh sebab itu, tangan-tangan yang mengelola sistem pendidikan mulai dari atas
sampai ke tingkat bawah harus terdiri dari tenaga-tenaga professional dalam
bidang pendidikan;

Modul 1: Perkembangan Peserta Didik Dan Profesionalitas Guru Pendidikan Jasmani 125
3. Sekolah adalah suatu lembaga profesioal. Sekolah bertujuan membentuk peserta
didik menjadi manusia dewasa yang berkepribadian matang dan tangguh dapat
dipertanggungjwabkan dalam masyrakat dan terhadap dirinya. Dimana orangtua
peserta didik tersebut terletak pada guru dan tenaga kependidikan lainnya. Oleh
karena itu, pada guru harus dididik dalam profesi kependidikan, agar memliki
kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakan tugas dan fungsinya secara
efisien dan efektif. Hal ini dapat dilakukan jika kedudukan, fungsi, dan peran
guru diakui sebagai suatu profesi;
4. Sesuai dengan hakekat dan kriteria profesi, jelas bahwa pekerjaan guru harus
dilakukan oleh orang yang bertugas sebagai guru. Pekerjaan guru adalah
pekerjaan yang penuh pengabdian kepada masyrakat dan perlu ditata berdsarkan
kode etik tertentu. Kode etik tersebut mengatur bagaimana seorang guru harus
bertingkah laku sesuai dengan norma-norma pekerjaannya, baik dalam
hubungan anak dengan anak didiknya maupun dalam hubungannya dengan
teman sejawat; dan
5. Sebagai konsekuensi logis dari pertimbangan tersebut, maka setiap guru harus
memiliki kompetensi professional. Kompetensi kepribadian, dan kompetensi
kemasyarakatan. Dengan demikian guru memiliki kewenangan mengajar untuk
diberikn imbalan secara wajar sesuai dengna fungsi dan tugasnya. Tentunya
seorang alon guru harus pula menempuh program pendidikan guru pada suatu
lembaga pendidikan guru tertentu.
Guru harus bekerja secara profesioal karen sejak diundangkannya Undang-
Undang No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD), pekerjaan guru
dijadikan sebagai profesi layaknya profesi dokter, pengacara, dan lain-lain. Dalam
hal ini, E. Mulyasa, menyatakan bahwa guru harus professional dengan
memposisikan dirinya sebagai:
1. Orang tua yang penuh kasih saying terhadap peserta didiknya;
2. Temen, tempat mengadu, dan mengutarakan perasaan bagi para peserta didik;
3. Fasilitator yang selalu siap memberikan kemudahan dan melayani peserta didik
sesuai minat, kemampuan dan bakatnya;

126 | Modul 1: Perkembangan Peserta Didik Dan Profesionalitas Guru Pendidikan Jasmani
4. Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk dapat mengetahui
permasalahan yang dihadapi anak dan memberikan sarana pemecahannya;
5. Memupuk rasa percaya diri, berani, dan bertanggung jawab;
6. Membiasakan peserta didik untuk saling berkomunikasi atau berhubungan
dengan orang lain secara wajar;
7. Mengembangkan proses sosialisasi yang wajar antar peserta didik, orang lain,
dan lingkungannya;
8. Mengembangkan kreativitas; dan
9. Menjadi pembantu ketika diperlukan.
Dalam memenuhi tuntutan di atas, guru harus mampu memaknai
pembelajaran dan menjadikan pembelajaran sebagai ajang pembentukan
kompetensi dan perbaikan kualitas probadi peserta didik. Maka terhadap guru
tersebut harus pula memiliki kompetennsi professional. Kompetensi professional
mencakup kumpulan beberapa kompetensi yang berbeda satu sama lain seperti
ditunjukkan di bawah ini:
1. Kompetensi spesialis, yaitu kemampuan untuk keterampilan dan pengetahun
dalam menggunakan alat-alat yang ada dengan sempurna, mengorganisasikan
dan menangani masalah;
2. Kompetensi metodik, yaitu kemampuan untuk mengumpulkan dan
menganalisa informasi, mengevaluasi informasi, orientasi tujuan kerja, dan
bekerja secara sistematis;
3. Kompetensi individu, yaitu kemampuan untuk inisiatif, dipercaya, motivasi,
kreatif, dan
4. Kompetensi sosial, yaitu kemampuan untuk berkomunikasi, kerja kelompok,
kerja sama.
Sehubugan dengna kompetensi professional tersebut, guru professional
adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas
pendidikan dan pengajaran, baik yang bersifat pribadi, sosial, maupun akademis.
Kompetensi professional merupakan suatu kemampuan dasar yang harus dimiliki
oleh guru.

Modul 1: Perkembangan Peserta Didik Dan Profesionalitas Guru Pendidikan Jasmani 127
Kompetensi professional sebagai penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Indonesia,
disebutkan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi professional adalah
emampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkannya membimbing peserta didik memenui standar kompetensi yang
ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.
Berkenaan dengan kompetensi professionalism guru tersebut, dalam Undang-
Undang Nomo 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen (UUGD), Bab III Pasa &
ayat (1), profesi guru harus dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip berikut:
1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealism;
2. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan , keimanan,
ketaqwaan, dan akhlak mulia;
3. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan
bidang tugas;
4. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;
5. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan;
6. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja;
7. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjuta dengan belajar sepanjang hayat;
8. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan; dan
9. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal
yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
Kompetensi guru dapat diukur dari berbagai aktivitasnya secara aktif, inovatif
dalam kegiatan ilmiah untuk dapat berhak sebagai penerima sertifikat dalam
sertifikasi guru. Sertifikasi gutu dimaksud diperhatikan dari portofolio guru selama
melaksanakan tugasnya. Dimana bahwa portofolio adalah bukti fisik (dokumen)
yang menggambarkan pengalaman berkarya/prestasi yang dicapai selama
menjalankan tugas profesi sebagai guru dalam interval waktu tertentu. Oleh karena
itu, terhadap guru yang merupakan tenaga professional di bidang pendidikan dalam
perspektif Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

128 | Modul 1: Perkembangan Peserta Didik Dan Profesionalitas Guru Pendidikan Jasmani
(UUGD). Guru dituntut untuk bekerja secara professional yang didasarkan kepada
kompetensi guru yang memadai dan memperhatikan kepada kesejahteraan guru
tersebut melalui sertifikasi.

C. Kode Etik Guru


Suatu profesi dilaksanakan oleh seorang professional dengan menjaga
perilaku yang memenuhi norma-norma etika profesi. Kode etik adalah norma dan
asas yang diterima oleh kelompok tertentu sebagai landasan tingkah laku. Kode
etik guru adalah norma dan asas yang disepakati dan diterima oleh guru-guru
Indonesia sebagai pdoman sikap dan perilaku dalam melaksanakan tugas profesi
sebagai pendidik, anggota masyaraakt, dan warga negara. Pedoman sikap dan
perilaku ini adalah nilai-nilai moral yang membedakan perilaku guru yang baik
dan buruk, yang boleh dan tidak boleh dilaksanakan selama menunaikan tugas-
tugas profesionalnya untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi siswa, serta sikap pergaulan sehari-hari di
dalam dan diluar sekolah. Oleh karena itu, kode etik guru Indonesia dirumuskan
sebagai himpunan norma dan nilai-nilai profesi guru yang tersususn secara
sistematis dalam suatu sistem yang bulat. Fungsinya adalah sebagai landasan moral
dan pedoman tingkah laku dalam menunaikan pengabdiiannya serta berfungsi
sebagai seperangkat prinsip dan norma moral yang melandasi pelaksanaan tugas
dan layanan professional guru dalam hubungannya dengan siswa, orang tua/ wali
siswa, sekolah dan rekan seprofesi, organisasi profesi, dan pemerintah sesuai
dengan nilai-nilai agama, pendidikan, sosial, etika, dan kemanusiaan.
Kode etik harus menjabarkan secara eksplisit batas-batas wewenang dalam
melaksanakan tugasnya sehingga perilakunya tidak berbaur dengan perilaku
khusus yang seharusya dilakukan oleh profesi lain, disertai dengn perilaku
marginal yang masih layak dilakukan oleh profesi tersebut. Oleh karena itu,
haruslah ditaati oleh guru dengan tujuan antara lain sebagai berikut:
a. Agar guru-guru mempunyai rambu-rambu yang dapat dijadikan sebagai
pedoman dalam bertingkah laku sehari-hari sebagai pendidik.

Modul 1: Perkembangan Peserta Didik Dan Profesionalitas Guru Pendidikan Jasmani 129
b. Agar guru-guru dapat bercermin diri mengenai tingkah lakunya, apakah sudah
sesuai dengan profesi pendidik yang disandangnya ataukah belum
c. Afar guru-guru mengambil langkah preventif, jangan sampai tingkah lakunya
dapat menurunkan martabatnya sebagai seorang professional yang bertugas
utama sebagai pendidik.
d. Agar guru selekasnya dapat kembali mengambil langkah kuratif, jika ternyata
apa yang mereka lakukan selama ini bertentangan atau tidak sesuai dengan
normal-norma yang telah sirumuskan dan disepakati sebagai kode etik guru.
e. Agar segala tingkah laku guru, seantiasa selaras atau paling tidak, tidak
bertentangan dengan profesi yang disandangnya ialah sebagai seorang
pendidik. Lebih lanjut dapat diteladani oleh anak didiknya dan oleh
masyarakat.
Menurut Edward (2005), kode etik profesionalisme guru yang dikeluarkan
oleh national Educational Association (NEA) menyatakan bahwa pendidik
haruslah mengambil sikap, antara lain (1) memberikan kebebasan gerak kepada
siswa dalam mengajar tujuan-tujuan belajarnya; (2) menyediakan akses bagi siswa
terhadap berbagai pandangan yang bervariasi; (3) tidak mengurangi atau
mengkerdilkan materi pelajaran yang berkaitan dengan perkembangan siswa; (4)
dengan sungguh-sungguh melindungi siswa dari kondisi yang mengancam dan
melemahkan kegiatan belajarnya, kesehatannya, dan keselamatannya; (5) tidak
membukakakn hal-hal yang memalukan atau merugikan siswa; (6) tidak
membedakan siswa atas dasar ras, warna kulit, keyakinan, jenis kelamin, asal suku
dan kebangsaan, status perkawian, kepercayaan/ agama, atau politik, keluarga,
latar belakang sosial budaya, dan orientasi seksual; (7) tidak mempergunakan
hubungan professional dengan siswa untuk kepentingan pribadi; (8) tidak
mengungkapkan keterangan siswa yang diperoleh dalam pelayanan professional
untuk tujuan pribadi dan tidak jelas.
Menurut Djhar (2006), bila diperhatikan dari bidang tugasnya, kode etik guru
minimal meliputi tiga hal, yaitu (1) kompeten dalam mengajarkan bidang studinya;
(2) professional dalam menjalankan tugasnya; (3) terampil dan benar dalam
melaksanakan kinerja.

130 | Modul 1: Perkembangan Peserta Didik Dan Profesionalitas Guru Pendidikan Jasmani
Kode etik guru Indonesia merupakan jiwa dari Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945 serta tanggung jawab atas terwujudnya cita-cita Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945. Oleh karena itu, guru Indonesia
terpanggil untuk menunaikan karyanya sebagai guru dengan berpedoman pada
dasar-dasar sebagai berikut: (1) guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya
untuk membentuk manusia pembangunan yang berpancasila; (2) guru mempunyai
kejujuran professional dalam menerapkan kurikulum sesua dengan kebutuhan
anak didik masing-masing; (3) guru mengadalan komunikasi terutama dalam
memperoleh informasi tentang anak didik, tetapi menghindari diri dari segala
bentuk penyalahgunaannya; (4) guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan
memelihara hubungan orangtua murid sebaik-baiknya demi kepentingan anak
didik; (5) guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar
sekolahnya maupun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan; (6)
guru secara sendiri-sendiri dan/atau bersama-sama berusaha mengembangkan dan
meningkatkan profesinya; (7) guru menciptakan dan memelihara hubungan antar
sesame guru, baik berdasarkan hubungan kerja maupun di dalam hubungan
keseluruhan; (8) guru secara bersama-sama memelihara, membina, dan
meningkatkan mutu organisasi guru professional sebagai sarana pengabdiannya;
(9) guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijakan pemerintah
dalam bidang pendidikan (Yamin, 2007).
Kode etik guru ditetapkan dalam suatu kongres yang dihadiri oleh seluruh
utusan cabang dan pengurus daerah PGRI se-Indonesia dalam kongres ke-XIII di
Jakarta pada 1973, yang kemudian disempurnakan dalam kongres PGRI ke-XVI
pada 1989 juga di Jakarta yang berbunyi sebagai berikut.
1. Guru berbakti membimbing siswa untuk membentuk manusia seutuhya yang
berjiwa Pancasila.
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional.
3. Guru berusaha memperoleh infoemasi tentang siswa sebagai bahan melakukan
bimbingan dan pembinaan.
4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang
berhasilnya proses belajar-mengajar.

Modul 1: Perkembangan Peserta Didik Dan Profesionalitas Guru Pendidikan Jasmani 131
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua muris dan masyarakat
sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama
terhadap pendidikan.
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan
mutu dan martabat profesinya.
7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan
kesetiakawanan sosial.
8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi
PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.
9. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang
pendidikan.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Dosen dan Guru disebut tentang organisasi dank ode etik guru sebagaimana dalam
uraian berikut.
Pasal 41
(1) Guru membentuk organisasi profesi yang bersifat independen.
(2) Organisasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi untuk
memajukan profesi, meningkatkan kompetensi, karier, wawasan
kependidikan, perlindungan profesi, kesejahteraan, dan pengabdian kepada
masyarakat.
(3) Guru wajib menjadi anggota organisasi profesi.
(4) Pembentukan organisasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(5) Pemerintah dan/atau pemerintah daerah dapat memfasilitasi organisasi
profesi guru dalam pelaksanaan pembinaan dan pengembangan profesi guru.
Pasal 42
Organisasi prefesi guru mempunyai kewenangan:
a. Menetapkan dan menegakkan kode etik guru;
b. Memberikan bantuan hukum kepada guru;
c. Memberikan perlindungan profesi guru;
d. Melakukan pembinaan dan pengembangan profesi guru;

132 | Modul 1: Perkembangan Peserta Didik Dan Profesionalitas Guru Pendidikan Jasmani
e. Memajukan pendidikan nasional.
Pasal 43
(1) Untuk menjaga dan meningkatkan kehormtan dan martabat guru dalam
pelaksanaan tugas keprofesianalan, orgaisasi profesi guru membentuk kode
etik.
(2) Kode etik sebagai mana disebut pada ayat (1) berisi norma dan etika yang
mengikat perilaku guru dalam pelaksanaan tugas keprofesionalan.
Pasal 44
(1) Dewan Kehormatan Guru dibentuk oleh organisasi profesi guru.
(2) Keanggotaan serta mekanisme kerja dewan kehormatan guru sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam anggaran dasar organisai profesi guru.
(3) Dewan Kehormatan Guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk
untuk mengawasi pelaksanaan kode etik guru dan memberikan rekomendasi
pemberian sanksi atas pelanggaran kode etik oleh guru.
(4) Rekomendasi Dewan Kehormatan profesi guru sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) harus objektif, tidak diskriminatif, dan tidak bertentangan dengna
anggaran dasar organisasi profesi serta peraturan perundang-undangan.
(5) Organisasi profesi guru wajib melaksanakan rekomendasi Dewan
Kehormatan Guru sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

1. Kode Etik Guru Indonesia


Pembukaan
Dengan rahmat Tuhan yang Maha Esa guru Indoensia menyadari bahwa
jabatan guru adalah suatu profesi yang terhormat dan mulia. Guru mengabdikan
diri dan berbakti untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan
kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia serta
menguasai ilmu pengetahuan, tekonologi, dan seni dalam mewujudkan masyarakat
yang maju, adil, makmur dan beradab.
Guru Indonesia selalu tampil secara professional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

Modul 1: Perkembangan Peserta Didik Dan Profesionalitas Guru Pendidikan Jasmani 133
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru Indonesia memiliki
keandalan yang tinggi sebagai sumber daya utama untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertawa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak
muslia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab.
Guru Indonesia adalah insan yang layak ditiru dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, khususnya oleh peserta didik yang
dalam melaksanakan tugas berpegang teguh pada prinsip “ing ngarsa tuladha, ing
madya mangun karsa, tut wuri handayani”. Dalam usaha mewujudkan prinsip-
prinsip tersebut guru Indonesia ketika menjalankan tugas-tugas professional sesuai
dengan perkembangan ilmu dan teknologi.
Guru Indonesia bertanggung jawab mengantarkan siwanya untuk mencapai
kedewasaan sebagai calon pemimpin bangsa pada semua bidang kehidupan. Untuk
itu, pihak-pihak yang berkepentingan selayaknya tidak mengabaikan peranan guru
dan profesinya, agar bangsa dan negara dapat tumbuh sejajar dengan bangsa lain
di negara maju, baik pada masa sekarang maupun masa yang akan dating. Kondisi
seperti itu bisa mengisyaratkan bahwa guru dan profesiya merupakan komponen
kehidupan yang dibutuhkan oleh bangsa dan negara ini sepanjang zaman. Hanya
dengan tugas pelaksanaan tugas guru secara professional hal itu dapat diwujudkan
eksistensi bangsa dan negara yang bermakna, terhormat dan dihormati dalam
pergaulan antarbangsa-bangsa di dunia ini.
Peranan guru semakin penting dalam era global. Hanya melalui bimbingan
guru yang professional, setiap siswa dapat menjadi sumber daya manusia yang
berkualitas, kompetitif, dan produktif sebagai aset nasional dalam menghadapi
persaingan yang makin ketat dan berat sekarang dan di masa datang.
Dalam melaksanakan tugas profesinya guru Indonesia menyadari
sepenuhnya bahwa perlu ditetapkan Kode Etik Guru Indonesia sebagai pedoman
bersikap dan berperilaku yang mengejawantahkan dalam bentuk nilai-nilai moral
dan etika dalam jabatan guru sebagai pendidik putra-putri bangsa.
Bagian Satu

134 | Modul 1: Perkembangan Peserta Didik Dan Profesionalitas Guru Pendidikan Jasmani
Pengertian, Tujuan, dan Fungsi
Pasal 1
(1) Kode Etik Guru Indonesia adalah norma dan asas yang disepakati dan diterima
oleh guru-guru Indonesia. Seagai pedoman sikap dan perilaku dalam
melaksanakan tugas profesi sebagai pendidik, anggota masyarakat, dan warga
negara.
(2) Pedoman sikap dan perilaku sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) pasal
ini adalah nilai-nilai moral yang menandakan perilaku guru yang baik dan
buruk, yang boleh dan tidak boleh dilaknsanakan selama menunaikan tugas-
tugas profesionalnya untuk medidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melaih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik, serta sikap pergaulan sehari-
hari di dalam dan luar sekolah.
Pasal 2
(1) Kode Etik Guru Indonesia merupakan pedoman sikap dan perilkau bertujuan
menempatkan guru sebagai profesi terhormat, mulia, dan bermartabat yang
dilindungi undang-undang.
(2) Kode Etik Guru Indonesia berfungsi sebagai seperangkat prinsip dan norma
moral yang melandasi pelaksanaan tugas dan layanan professional guru dalam
hubungannya dengan peserta didik, orangtua/wali siswa, sekolah dan rekan
seprofesi, organisasi profesi, dan pemerintah sesuai dengan nilai-nilai agama,
pendidikan, sosial, etika, dan kemanusiaan.
Bagian Dua
Sumpah/ Janji Guru Indonesia
Pasal 3
(1) Setiap guru mengucapkan sumpah/ janji guru Indonesia sebagai wujud
pemahaman, penerimaan, penghormatan, dan kesediaan untuk mematuhi nilai-
nilai moral yang termuat di dalam Kode Etik Guru Indonesia sebaga pedoman
bersikap dan berperilaku, baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.
(2) Sumpah/ janji guru Indonesia diucapkan di hadapan pengurus organisasi
profesi guru dan pejabat yang berwenang di wilayah kerja masing-masing.

Modul 1: Perkembangan Peserta Didik Dan Profesionalitas Guru Pendidikan Jasmani 135
(3) Setiap pengambilan sumpah/ janji guru Indonesia dihadiri oleh penyelenggara
satuan pendidikan.
Pasal 4
(1) Naskah sumpah/ janji guru Indonesia dilampirkan sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari Kode Etik Guru Indonesia.
(2) Pengambilan sumpah/ janji guru Indonesia dapat dilaksanakan secara
perorangan atau kelompok sebelumnya melaksanakan tugas.
Bagian Tiga
Nilai-Nilai Dasar dan Nilai-Nilai Operasional
Pasal 5
Kode Etik Guru Indonesia bersumber dari:
(1) Nilai-nilai agama dan Pancasila.
(2) Nilai-nilai kompetensi pedagogic, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,
dan kompetensi professional.
(3) Nilai-nilai jati diri, harkat, dan martabat manusia yang meliputi perkembangan
kesehatan jasmaniah, emosional, intelektual, sosial, dan spiritual.
Pasal 6
(1) Hubungan Guru dengan Peserta Didik
a. Guru berperilaku secara professional dalam melaksanakan tugas didik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran. Guru membimbing peserta
didik untuk memahami, menghayati, dan mengamalkan hak-hak dan
kewajiban sebagai individu, warga sekolah, dan anggota masyarakat.
b. Guru mengetahui bahwa setiap peserta didik memiliki karakteristik
secara individual dan masing-masingnya berhak atas layanan
pembelajaran.
c. Guru menghimpun informasi tentang peserta didik dan menggunakannya
untuk kepentingan proses kependidikan.
d. Guru secara perseorangan atau bersama-sama secara terus-menerus
berusaha menciptakan, memelihara, dan mengembangkan suasana

136 | Modul 1: Perkembangan Peserta Didik Dan Profesionalitas Guru Pendidikan Jasmani
sekolah yang menyenangkan sebagai lingkungan belajar yang efektif dan
efisien bagi peserta didik.
e. Guru menjalin hubungan dengan peserta didik yang dilandasi rasa kasih
saying dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan fisik yang di luar
batas kaidah pendidikan.
f. Guru berusaha secara manusiawi untuk mencegah setiap gangguan yang
dapat memengaruhi perkembangan negative bagi peserta didik.
g. Guru secara langsung mencurahkan usaha-usaha perofesionalnya untuk
membantu peserta didik dalam mengembangkan keseluruhan
kepribadiannya, termasuk kemampuannya untuk berkarya.
h. Guru menjunjung tinggi harga diri, integritas, dan tidak sekali-kali
merendahkan martabat peserta didiknya.
i. Guru bertindak dan memandang semua tindakan peserta didiknya secara
adil.
j. Guru berperilaku taat asas kepada hukum dan menjunjung tinggi
kebutuhan dan hak-hak peserta didiknya.
k. Guru terpanggil hati nurani dan moralnya untuk secara tekun dan penuh
perhatian bagi pertumbuhan dan perkembangan peserta didiknya.
l. Guru membuat usaha-usaha yang rasional untuk melindungi peserta
didiknya dari kondisi-kondisi yang menghambat proses belajar,
menimbulkan gangguan kesehatan dan keamanan.
m. Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi peserta didiknya untuk
alasan-alasan yang tidak ada kaitannya dengan kepentingan pendidikan,
hukum, kesehatan, dan kemanusiaan.
n. Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan profesionalnya
kepada peserta didik dengan cara-cara yang melanggar norma sosial,
kebudayaan, moral, dan agama.
o. Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan professional
dengan peserta didiknya untuk memperoleh keuntungan-keuntungan
pribadi.
(2) Hubungan Guru dengan Orangtua/ Wali Siswa

Modul 1: Perkembangan Peserta Didik Dan Profesionalitas Guru Pendidikan Jasmani 137
a. Guru berusaha membina hubungan kerja sama yang efektif dan efisien
dengan orangtua/wali siswa dalam melaksanakan proses pendidikan.
b. Guru memberikan informasi kepada orangtua/wali secra jujur dan objektif
mengenai perkembangan peserta didik.
c. Guru merahasiakan informasi setiap peserta didik kepada orang lain yang
bukan orangtua/walinya.
d. Guru memotivasi orangtua/wali siswa untuk beradaptasi dan
berpartisipasi dalam memajukan dan meningkatkan kualitas pendidikan.
e. Guru berkomunikasi secara baik dengan orangtua/wali siswa mengenai
kondisi dan kemajuan peserta didik dan proses kependidikan pada
umumnya.
f. Guru menjunjung tinggi hak orangtua/wali siswa untuk berkonsultasi
dengannya berkaitan dengan kesejahteraan kemajuan, dan cita-cita anak
atau anak-anak akan pendidikan.
g. Guru tidak boleh melakukan hubungan dan tidaka professional dengan
orangtua/wali siswa untuk memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi.
(3) Hubungan Guru dengan Masyarakat
a. Guru menjalin komunikasi dan kerja sama yang harmonis, egektif, dan
efisien dengan masyarakat untuk memajukan dan mengembangkan
pendidikan.
b. Guru mengakomodasikan aspirasi masyrakat dalam mengembangkan
dan meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran.
c. Guru peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyrakat.
d. Guru bekerja sama secara arif dengan masyarakat untuk meningkatkan
prestise dan martabat profesinya.
e. Guru melakukan semua usaha untuk secara bersama-sama dengan
masyarakat berperan aktif dalam pendidikan dan meningkatkan
kesejahteraan peserta didiknya.
f. Guru memberikan pandangan professional, menjunjung tinggi nilai-nilai
agama, hukum, moral, dan kemanusiaan dalam berhubungan dengan
masyarakat.

138 | Modul 1: Perkembangan Peserta Didik Dan Profesionalitas Guru Pendidikan Jasmani
g. Guru tidak boleh membocorkan rahasia sejawat dan peserta didiknya
kepada masyarakat.
h. Guru tidak boleh menampilkan diri secara eksklusif dalam kehidupan
bermasyarakat.
(4) Hubungan Guru dengan Sekolah
a. Guru memelihara dan meningkatkan kinerja, prestasi, dan reputasi
sekolah.
b. Guru memotivasi diri dan rekan sejawat secara aktif dan kreatif dalam
melaksanakan proses pendidikan.
c. Guru menciptakan melaksanakan proses yang kondusif.
d. Guru menciptakan suasana kekeluargaan di dalam dan luar sekolah.
e. Guru menghormati rekan sejawat.
f. Guru saling membimbing antarsesama rekan sejawat.
g. Guru menjujung tinggi martabat profesionalisme dan hubungan
kesejawatan dengan standard an kearifan professional.
h. Guru dengan berbagai cara harus membantu rekan-rekan juniornya untuk
tumbuh secara profsional dan memilih jenis pelatihan yang relevan
dengan tuntutan profesionalitasnya.
i. Guru menerima otoritas kolega seniornya untuk mengeksprsikan
pendapat-pendapat professional berkaitan dengan tugas-tugas pendidikan
dan pembelajaran.
j. Guru membasiskan diri pada nilai-nilai agama, moral, dan kemanusiaan
dalam setiap tindakan professional dengan sejawat.
k. Guru memiliki beban moran untuk bersama-sama dengan sejawat
meningkatkan keefektifan pribadi sebagai guru dalam menjalankan
tugas-tugas professional pendidikan dan pembelajaran.
l. Guru mengoreksi tindakan-tindaka sejawat yang menyimpang dari
kaidah-kaidah agama, moral, kemanusiaan, dan martabat profesionalnya.
m. Guru tidakboleh mengeluarkan pernyataan-pernyataan keliru berkaitan
dengan kualifikasi dan kompetensi sejawat atau calon sejawat.

Modul 1: Perkembangan Peserta Didik Dan Profesionalitas Guru Pendidikan Jasmani 139
n. Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang
akan merendahkan martabat pribadi dan professional sejawatnya.
o. Guru tidak boleh mengoresi tindakan-tindakan professional sejawatnya
atas dasat pendapat siswa atau masyarakat yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
p. Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi sejawat kecuali untuk
pertimbangan-pertimbangan yang dapat dilegalkan secara hukum.
q. Guru tidak boleh menciptakan kondisi atau bertindak yang langsung atau
tidak langsung akan memunculkan konflik dengan sejawat.
(5) Hubungan Guru dengan Profesi
a. Guru menjunjung tinggi jabatan guru sebagai sebuah profesi.
b. Guru berusaha mengembangkan dan memajukan disiplin ilmu
pendidikan dan bidang studi yang diajarkan.
c. Guru terus menerus meningkatkan kompetensinya.
d. Guru menjunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam
menjalankan tugas-tugas profesionalnya dan bertanggung jawab atas
konsekuensinya.
e. Guru menerima tugas-tugas sebagai suatu benruk tanggung jawab,
inisiatif individual, dan integritas dalam tindakan-tindakan professional
lainnya.
f. Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yag
kana merendahka martabat profesionalnya.
g. Guru tidak boleh menerima janji, pemberian, dan pujian yang dapat
memengaruhi keputusan atau tindakan-tindakan profesionalnya.
h. Guru tidak boleh mengeluarkan pendapat dengan maksud untuk
menghindari tugas-tugas dan tanggung jawab yang muncul akibat
kebijakan baru di bidang pendidikan dan pembelajaran.
(6) Hubungan guru dengan organisasi profesinya
a. Guru menjadi anggota organisasi profesi guru dan berperan serta seara
aktif dalam melaksanakan program-program organisasi bagi kepentingan
kependidikan.

140 | Modul 1: Perkembangan Peserta Didik Dan Profesionalitas Guru Pendidikan Jasmani
b. Guru memantapkan dan memajukan organisasi profesi guru yang
memberikan manfaat bagi kepentingan kependidikan.
c. Guru aktif mengembangkan organisasi profesi guru agar menjadi pusat
informasi dan komunikasi pendidikan untuk kepentingan guru dan
masyrakat.
d. Guru menjunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam
menjalankan tugas-tugas organisasi profesi dan bertanggung jawab atas
konsekuensinya.
e. Guru menerima tugas-tugas organisasi proesi sebagai suatu bentuk
tanggung jawab, inisiatif individual, dan integritas dalam tindakan-
tindakan professional lainnya.
f. Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang
dapat merendahkan martabat dan eksistensi organisasi profesinya.
g. Guru tidak boleh mengeluarkan pendapat dan bersaksi palsu utnuk
memperoleh keuntungan pribadi dari organisasi profesinya.
h. Guru tidak boleh menyatakan keluar dari keanggotaan sebagai organisasi
profesi tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.
(7) Hubungan Guru dengan Pemerintah
a. Guru memiliki komitmen kuat untuk melaksanakan program
pembangunan bidang pendidikan sebagaimana ditetapkan dalam UUD
1945, UU tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang tentang
Guru dan Dosen, dan ketentuan perundang-undangan lainnya.
b. Guru membantu program pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan
berbudaya.
c. Guru berusaha menciptakan, memelihara, dan meningkatkan rasa
persatuan dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
d. Guru tidak boleh menghindari kewajiban yang dibebankan oleh
pemerintah atau satuan pendidikan untuk kemajuan pendidikan dan
pembelajaran.

Modul 1: Perkembangan Peserta Didik Dan Profesionalitas Guru Pendidikan Jasmani 141
e. Guru tidak boleh melakukan tindakan pribadi atau kedinasan yang
berakibat pada kerugian negara.

Bagian Empat
Pelaksanaan, Pelanggaran, dan Sanksi
Pasal 7
(1) Guru dan organisasi profesi guru bertanggung jawab atas pelaksanaan Kode
Etik Guru Indonesia.
(2) Guru dan organisasi guru berkewajiban menyosialisasikan Kode Etik Guru
Indonesia kepada rekan sejawat penyelenggara pendidikan, masyarakat, dan
pemerintah.
Pasal 8
(1) Pelanggaran adalah periaku menyimpang dan atau tidak melaksanakan Kode
Etik Guru Indonesia dan ketentuan perundangan yang berlaku yang berkaitan
dengan protes guru.
(2) Guru yang melanggar Kode Etik Guru Indonesia akan dikenakan sanksi sesuai
dengan ketentuan peraturan yang berlaku.
(3) Jenis pelanggaran meliputi pelanggaran ringan sedang dan berat.
Pasal 9
(1) Pemberian rekomendasi sanki terhadap guru yang melakukan pelanggaran
terhadap Kode Etik Guru Indonsia merupakan wewenang Dewan Kehormatan
Guru Indonesia.
(2) Pemberian sanksi oleh Dewan Kehormatan Guru Indonesia sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus objektif.
(3) Rekomendasi Dewan Kehormatan Guru Indonesia sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) wajib dilaksanakan oleh organisasi profesi guru.
(4) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan upaya pembinaan
kepada guru yang melakukan pelanggaran dan untuk menjaga harkat dan
martabat profesi guru.

142 | Modul 1: Perkembangan Peserta Didik Dan Profesionalitas Guru Pendidikan Jasmani
(5) Siapa pun yang mengetahui telah terjadi pelanggaran Kode Etik Guru
Indonesia wajib lapor kepada Dewan Kehormatan Guru Indonesia, organisasi
profesi guru, atau pejabat yang berwenang.
(6) Setiap pelanggaran dapat melakukan pembelaan diri dengan/atau tanpa
bantuan organisasi profesi guru dan/atau penasihat hukum sesuai dengan jenis
pelanggaran yang dilakukan di hadapan Dewan Kehormatan Guru Indonesia.
Bagian Lima
Ketentuan Tambahan
Pasal 10
Tenaga kerja asing yang dipekerjakan sebagai guru pada satuan pendidikan di
Indonesia wajib mematuhi Kode Etik Guru Indonesia dan peraturan perundang-
undangan.

Bagian Enam
Penutup
Pasal 11
(1) Setiap guru secara sungguh-sungguh menghayati, mengamalkan serta
menjunjung tinggi Kode Etik Guru Indonesia.
(2) Guru yang belum menjadi anggota organisasi profesi guru harus memilih
organisasi profesi guru yang pembentukannya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Untuk menambah berbagai informasi lebih konkrit dapat juga ditelusuri melalui
https://www.academia.edu/9771520/GURU_SEBAGAI_PROFESI.

4. Forum Diskusi
1. Rangkumlah beberapa kebijakan nasional tentang guru sebagai
professional dengan membandingkan beberapa sumber dan selanjutnya
buatkan kesimpulan! (25)
2. Mengapa seorang guru harus mendapat perlindungan atas
pekerjaannya? (25)

Modul 1: Perkembangan Peserta Didik Dan Profesionalitas Guru Pendidikan Jasmani 143
3. Bagaimanakan rencana saudara agar profesi saudara dapat terjamin
atas profesi saudari itu? (25)
4. Langkah-langkah apa saja yang saudara lakukan dalam rangkan
mengembangkan profesi saudara sebagai guru PJOK? (25)

144 | Modul 1: Perkembangan Peserta Didik Dan Profesionalitas Guru Pendidikan Jasmani

Anda mungkin juga menyukai