Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH FOTOGRAFI DALAM RANGKA MEMENUHI SYARAT PELANTIKAN ANGGOTA TETAP LEMBAGA PERS MAHASISWA PATRIOTIK

DI SUSUN OLEH Nama Falkutas/Jurusan : Angga Latunda : FKIP Sejarah

LEMBAGA PERS MAHASISWA PATRIOTIK UNIVERSITAS BATANGHARI JAMBI TAHUN 2010/2011

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan segala nikmat kepada kita semua, dan untuk saya khususnya dengan rahmat dari Nya saya bisa membuat makalah tentang Fotografi untuk melengkapi peryaratan menjadi Anggota Tetaap (AT) di LPM PATRIOTIK Universitas Batanghari Jambi. Di dalam makalah ini berisikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan perkembangan Fotografi, yang kita tahu fotografi sangat di perlukan dalam proses penerbitan berita dalam sebuah bentuk gambar di koran, tabloid, majalah dan banyak jenis lainnya, yang mana fotografi juga dapat di jadikan sebagai documenter sebuah peristiwa. Saya minta maaf, bila mana terdapat kesalahan-kesalahan, baik tulisan maupun bahasa yang saya gunakan dalam penulisan makalah ini. Makalah yang saya buat ini tidak lah sempurna, untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran dari kawan-kawan, yang sifatnya membangun, untuk kesempurnaan tulisan makalah yang saya buat.

Jambi, Oktober 2011 Penulis

Angga Latunda

DAFTAR ISI

JUDUL HALAMAN....................................................................................... KATA PENGANTAR.................................................................................... DAFTAR ISI...................................................................................................

i ii iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1.1 1.2 1.3 Lantar Belakang Masalah.............................................................. Permasalahan................................................................................. Tujuan............................................................................................

1 1 1 1 2 2 4 6 16 16 16

BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 2.1 2.2 2.3 Devinis Fotografi........................................................................... Pengertian Fotografi dan Foto Jurnalistik...................................... Kronologi Perkembangan Fotografi..............................................

BAB III PENUTUP......................................................................................... 3.1 3.2 Kesimpulan.................................................................................... Kritik dan Saran.............................................................................

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Lantar Belakang Masalah Fotografi (Photography, Ingrris) berasal dari 2 kata yaitu Photo yang berarti cahaya dan Graph yang berarti tulisan / lukisan. Dalam seni rupa, fotografi adalah proses melukis / menulis dengan menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. 1.2 Permasalahan Dalam laporan ini ada beberapa pokok pembahasan tentang Fotogarfi 1. 2. 3. 1.3 Devisi Fotografi Pengetian Fotografi Dan Jurnalistik Kronologi perkembangan fotografi dari tahun ke tahun.

Tujuan 1. Untuk memenuhi syarat pengakatan AM (Anggota Muda) untuk menjadi AT (Anggota Tetap) Lembaga Pers Mahasiswa PATRIOTIK Universitas Batanghari Jambi. 2. Syarat sebagai Laporan Akhir AM (Anggota Muda) Lembaga Pers Mahasiswa PATRIOTIK Universitas Batanghari Jambi.

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Devinisi Fotografi Fotografi (Photography, Ingrris) berasal dari 2 kata yaitu Photo yang berarti cahaya dan Graph yang berarti tulisan / lukisan. Dalam seni rupa, fotografi adalah proses melukis / menulis dengan menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada cahaya, berarti tidak ada foto yang bisa dibuat Prinsip fotografi adalah memokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan sehingga mampu membakar medium penangkap cahaya. Medium yang telah dibakar dengan ukuran luminitas cahaya yang tepat akan menghailkan bayangan identik dengan cahaya yang memasuki medium pembiasan (selanjutnya disebut lensa). Untuk menghasilkan intensitas cahaya yang tepat untuk menghasilkan gambar, digunakan bantuan alat ukur berupa lightmeter. Setelah mendapat ukuran pencahayaan yang tepat, seorang fotografer bisa mengatur intensitas cahaya tersebut dengan merubah kombinasi ISO / ASA (ISO Speed), Diafragma (Aperture), dan Kecepatan Rana (Speed). Kombinasi antara ISO, Diafragma & Speed selanjutnya disebut sebagai Eksposur (Exposure) Di era fotografi digital dimana film tidak digunakan, maka kecepatan film yang semula digunakan berkembang menjadi Digital ISO fotografi (Photography, Ingrris) berasal dari 2 kata yaitu Photo yang berarti cahaya dan Graph yang berarti tulisan / lukisan. Dalam seni rupa, fotografi adalah proses melukis / menulis dengan menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Jadi

dapat disimpulkan bahwa tidak ada cahaya, berarti tidak ada foto yang bisa dibuat Prinsip fotografi adalah memokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan sehingga mampu membakar medium penangkap cahaya. Medium yang telah dibakar dengan ukuran luminitas cahaya yang tepat akan menghailkan bayangan identik dengan cahaya yang memasuki medium pembiasan (selanjutnya disebut lensa). Untuk menghasilkan intensitas cahaya yang tepat untuk menghasilkan gambar, digunakan bantuan alat ukur berupa lightmeter. Setelah mendapat ukuran pencahayaan yang tepat, seorang fotografer bisa mengatur intensitas cahaya tersebut dengan merubah kombinasi ISO / ASA (ISO Speed), Diafragma (Aperture), dan Kecepatan Rana (Speed). Kombinasi antara ISO, Diafragma & Speed selanjutnya disebut sebagai Eksposur (Exposure) Di era fotografi digital dimana film tidak digunakan, maka kecepatan film yang semula digunakan berkembang menjadi Digital ISO

2.2

Pengertian Fotografi dan Foto Jurnalistik Fotografi menurut Amir Hamzah Sulaeman mengatakan bahwa fotografi

berasal dari kata foto dan grafi yang masing-masing kata tersebut mempunyai arti sebagai berikut: foto artinya cahaya dan grafi artinya menulis jadi arti fotografi secara keseluruhan adalah menulis dengan bantuan cahaya, atau lebih dikenal dengan menggambar dengan bantuan cahaya atau merekam gambar melalui media kamera dengan bantuan cahaya (1981;94). Fotografi juga merupakan gambar, fotopun merupakan alat visual efektif yang dapat menvisualkan sesuatu lebih kongkrit dan akurat, dapat mengatasi ruang dan waktu. Sesuatu yang terjadi di tempat lain dapat dilihat oleh orang jauh melalui foto setelah kejadian itu berlalu. Pada dasarnya tujuan dan hakekat fotografi adalah komunikasi. Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi antara fotografer dengan penikmatnya, yaitu fotografer sebagai pengatar atau perekam peristiwa untuk disajikan kehadapan khalayak ramai melalui media foto. Fotografi kewartawanan mempunyai daya jangkau yang sangat luas. Dia menyusupi seluruh fase intelektual hidup kita, membawa pengaruh besar atas pemikiran dan pembentukan pendapat publik. Kerja seorang wartawan foto adalah titipan mata dari masyarakat di mana fot yang tersaji adalah benar-benar bersifat jujur dan adil. Fotografi kewartawanan atau jurnalis adalah profesi pekerjaan untuk memperoleh bahan gambar bagi pemakaian editorial dalam surat kabar, majalah serta penerbitan lain. Sedangkan pekerjaannya sendiri memperoleh gambar-gambar yang akan melukiskan berita, memperkuat berita yang ditulis oleh reporter dan menyajikan berita secara visual. Photo-Journalism menurut Norman, dipahami sebagai mencakup kombinasi gambar-gambar(ilustrasi) dan cerita (story). (1981; 183) fotografi pers merupakan pekerjaan memperoleh bahan gambar-gambar bagi pemakai editorial dalam surat kabar, majalah dan penerbitan lainnya, sudah ada pada pers Indonesia. Pekerjaan press fotographer adalah memperoleh gambar-gambar yang akan melukiskan berita, memperkuat cerita yang ditulis oleh reporter dan menyajikan berita secara visual.

Sesuai dengan sasaran yang esensial dari pekerjaan jurnalistik atau kewartawanan, yaitu membantu khalayak ramai mengembangkan sikap untuk menghargai apa yang dianggap baik, di samping merangsang kemauan untuk merubah apa yang dianggap kurang baik. Salah satu ciri yang dimiliki para juru foto koran adalah secepatnya disampaikan kehadapan sidang pembaca. Secepatnya berarti sesuai dengan sajian kehangatan peristiwa itu sendiri, sehingga betapa baiknya sebuah photo belumlah punya arti sebagai berita jika hanya disimpan dalam laci atau album. Fotografi (dari bahasa Inggris: photography, berasal dari kata Yunani yaitu Fos : cahaya dan Grafo : melukis/menulis) adalah proses melukis/menulis dengan menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Tanpa cahaya, tidak ada foto yang bisa dibuat. Prinsip fotografi adalah memfokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan sehingga mampu membakar medium penangkap cahaya. Medium yang telah dibakar dengan ukuran luminitas cahaya yang tepat akan menghasilkan bayangan identik dengan cahaya yang memasuki medium pembiasan (disebut lensa). Untuk menghasilkan intensitas cahaya yang tepat dalam menghasilkan gambar, digunakan bantuan alat ukur berupa lightmeter. Setelah mendapat ukuran pencahayaan yang tepat, seorang fotografer bisa mengatur intensitas cahaya tersebut dengan mengubah kombinasi ISO/ASA (ISO Speed), diafragma (Aperture), dan kecepatan rana (speed). Kombinasi antara ISO, Diafragma & Speed disebut sebagai pajanan (exposure). Di era fotografi digital dimana film tidak digunakan, maka kecepatan film yang semula digunakan berkembang menjadi Digital ISO. 2.3 Kronologi perkembangan fotografi dimulai dengan: 1822 Joseph Nicphore Nipce membuat foto Heliografi yang pertama dengan subyek Paus Pius VII, menggunakan proses heliografik.

Salah satu foto yang bertahan hingga sekarang dibuat pada tahun 1825. 1826 Joseph Nicphore Nipce membuat foto pemandangan yang pertama, yang dibuat dengan pajanan selama 8 jam. 1835 William Henry Fox Talbot menemukan proses fotografi yang baru. 1839 Louis Daguerre mematenkan daguerreotype. 1839 William Henry Fox Talbot menemukan proses positif/negatif yang disebut Tabotype. 1839 John Herschel menemukan film negatif dengan larutan Sodium thiosulfate/hyposulfite of soda yang disebut hypo atau fixer. 1851 Frederick Scott Archer memperkenalkan proses koloid. 1854 Andr Adolphe Eugne Disdri memperkenalkan rotating camera yang dapat merekam 8 citra berbeda dalam satu film. Setelah hasilnya dicetak di atas kertas albumen, citra tersebut dipotong menjadi 8 bagian terpisah dan direkatkan pada lembaran kartu. Kartu ini menjadi inspirasi penyebutan (fr:carte de visite, bahasa Inggris:visiting card) 1861 Foto berwarna yang pertama diperkenalkan James Clerk Maxwell. 1868 Louis Ducos du Hauron mematenkan metode subtractive color photography. 1871 Richard Maddox menemukan film fotografis dari emulsi gelatin. 1876 F. Hurter & V. C. Driffield memulai evaluasi sistematis pada kepekaan emulsi fotografis yang kemudian dikenal dengan istilah sensitometri. 1878 Eadweard Muybridge membuat sebuah foto high-speed photographic dari seekor kuda yang berlari. 1887 Film Seluloid yang pertama diperkenalkan. 1888 Kodak memasarkan box camera n1, kamera easy-to-use yang pertama.

1887 Gabriel Lippmann menemukan reproduksi warna pada foto. 1891 Thomas Alva Edison mematenkan kamera kinetoskopis (motion pictures). 1895 Auguste and Louis Lumire menemukan cinmatographe. 1898 Kodak memperkenalkan produk kamera folding Pocket Kodak. 1900 Kodak memperkenalkan produk kamera Brownie. 1901 Kodak memperkenalkan 120 film. 1902 Arthur Korn membuat teknologi phototelegraphy; yang mengubah citra menjadi sinyal yang dapat ditransmisikan melalui kabel. WirePhotos digunakan luas di daratan Eropa pada tahun 1910 dan transmisi antarbenua dimulai sejak 1922. 1907 Autochrome Lumire merupakan pemasaran proses fotografi berwarna yang pertama. 1912 Vest Pocket Kodak menggunakan 127 film. 1913 Kinemacolor, sebuah sistem natural color untuk penayangan komersial, ditemukan. 1914 Kodak memperkenalkan sistem autographic film. 1920s Yasujiro Niwa menemukan peralatan untuk transmisi phototelegraphic melalui gelombang radio. 1923 Doc Harold Edgerton menemukan xenon flash lamp dan strobe photography. 1925 Leica memperkenalkan format film 35mm pada still photography. 1932 Tayangan berwarna pertama dari Technicolor bertajuk Flowers and Trees dibuat oleh Disney. 1934 Kartrid film 135 diperkenalkan, membuat kamera 35mm mudah digunakan. 1936 IHAGEE membuat Ihagee Kine Exakta 1. Kamera SLR 35mm yang pertama.

1936 Kodachrome mengembangkan multi-layered reversal color film yang pertama. 1937 Agfacolor-Neu mengembangkan reversal color film. 1939 Agfacolor membuat print film modern yang pertama dengan materi warna positif/negatif. 1939 View-Master memperkenalkan kamera stereo viewer. 1942 Kodacolor memasarkan print film Kodak yang pertama. 1947 Dennis Gabor menemukan holography. 1947 Harold Edgerton mengembangkan rapatronic camera untuk pemerintah Amerika Serikat. 1948 Kamera Hasselblad mulai dipasarkan. 1948 Edwin H. Land membuat kamera instan yang pertama dengan merk Polaroid. 1952 Era 3-D film dimulai. 1954 Leica M diperkenalkan. 1957 Asahi Pentax memperkenalkan kamera SLRnya yang pertama. 1957 Citra digital yang pertama dibuat dengan komputer oleh Russell Kirsch di U.S. National Bureau of Standards (sekarang bernama National Institute of Standards and Technology, NIST). 1959 Nikon F diperkenalkan. 1959 AGFA memperkenalkan kamera otomatis yang pertama, Optima. 1963 Kodak memperkenalkan Instamatic. 1964 Kamera Pentax Spotmatic SLR diperkenalkan. 1973 Fairchild Semiconductor memproduksi sensor CCD skala besar yang terdiri dari 100 baris dan 100 kolom. 1975 Bryce Bayer dari Kodak mengembangkan pola mosaic filter Bayer untuk CCD color image sensor.

1986 Ilmuwan Kodak menemukan sensor dengan kapasitas megapiksel yang pertama. 2005 AgfaPhoto menyatakan bangkrut. Produksi film konsumen bermerk Agfa terhenti. 2006 Dalsa membuat sensor CCD dengan kapasitas 111 megapixel, yang terbesar saat itu. 2008 Polaroid mengumumkan penghentian semua produksi produk film instan berkaitan dengan semakin berkembangnya teknologi citra digital. 2009 Kodak mengumumkan penghentian film Kodachrome.

Foto Heliografi dengan subyek pemandangan yang pertama dibuat oleh Joseph Nicphore Nipce pada tahun 1826

Boulevard du Temple, foto Daguerreotype pertama yang dibuat oleh Daguerre pada sekitar tahun 1838-1839

Citra berwarna yang pertama, Maxwell, 1861

Foto berwarna yang pertama dibuat oleh Louis Ducos du Hauron pada tahun 1877.

High speed photography, Muybridge, 1878

Citra hasil pemindaian komputer digital, 1957 Referensi The First Photograph Heliography. Diakses pada 29 September 2009. from Helmut Gernsheims article, The 150th Anniversary of Photography, in History of Photography, Vol. I, No. 1, January 1977: In 1822, Nipce coated a

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan Fotografi memiliki peranan yang penting dalam media cetak, karena melalui hasil foto menarik yang di ddapatkannya akan tercipta tulisan menarik dari penulis sehingga apa yang akan di sampaikan penulis dan fotografi akan tercapai. Untuk menghasilkan foto yang baik dan berkualitas seorang fotogarafi haruslah memiliki pengetahuan dan kempuan di bidang foto, seperti alat-alat untuk memotret dan banyak lagi. Selain itu seorang fotografi haruslah memahami dan mengamati obyek yang akan ia potret agar ia mengetahui lebih dalam tentang obyeknya sehingga ia dapat mengetahui sisi yang menarik dari obyeknya dan ia akan mendaptkan hasil foto yang sangat menarik dan berkualitas yang ia inginkan. 3.2 Kritik dan Saran Melalui pendasaran tentang fotografi dan jurnalistik, dapat berpengaruh besar, dalam makalah ini saya ketahui mawsih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan baik yang di sengaja maupun yang tidak di sengaja, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat saya butuhkan untuk perbaikan kedepannya.

Anda mungkin juga menyukai