Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

Persamaan dan Kebebasan HAM dalam Perspektif Islam

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Pendidikan Kewarganegaraan”

Dosen Pembimbing:

Disusun Oleh Kelompok 9:

1. a.
2. ,
3. ,
4. O
5. P
6. ,
7. ,
8. K
9. J
10. K
11. L

PROGRAM AKUNTANSI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KH ACHMAD SIDDIQ JEMBER
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah ini dengan sebaik – baiknya. Makalah yang berjudul
“Persamaan dan kebebasan HAM dalam Perspektif Islam” disusun dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang dibimbing oleh
Bapak Drs.Abdul Choliq,M.I.Kom.

Dalam penyusunan makalah kami melibatkan banyak pihak sehingga


makalah ini bisa disusun dengan sedemikian rupa, oleh karena itu kami
mengucapkan banyak terimakasih pada semua pihak yang terlibat dalam penulisan
makalah ini. Karena keterbatasan waktu dan tempat maka hanya itu yang bisa
kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu pembuatan makalah
ini.

Demikian yang bisa kami sampaikan, semoga apa yang kami tulis dalam
makalah ini bisa bermanfaat bagi orang yang membacanya.

Jember,14 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Cover .....................................................................................................

Kata Pengantar ..................................................................................... i

Daftar Isi ............................................................................................... ii

Bab I Pendahuluan ............................................................................... 1

1.1............................................................................................................ Lata
r Belakang ........................................................................................ 1
1.2............................................................................................................ Rum
usan Masalah .................................................................................... 1
1.3............................................................................................................ Tuju
an Masalah ........................................................................................ 2

Bab II Pembahasan .............................................................................. 3

2.1. Pengertian hak asasi manusia ..........................................................

2.2. Hak Asasi Manusia dalam perspektif islam.....................................

2.3. Perlindungan Islan terhadap Hak Asasi Manusia.............................

2.4. Konsep Hak Asasi Manusia dalam Hukum Islam............................

Bab III Penutup .................................................................................... 10

1.1. Kesimpulan ..................................................................................... 10


1.2. Daftar Pustaka.................................................................................. 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hidup dan kehidupan manusia merupakan suatu takdir dari Allah SWT
manusia tidak dapat melepaskan dirinya dari segala ketetapan yang telah
diberikan Allah takdir telah meletakkan manusia dalam suatu proses untuk
melangsungkan hidup dan kehidupannya dalam kehidupan manusia tidak hanya
sebatas hidup tetapi juga ada beban di dalamnya yang meliputi hak dan kewajiban
dalam menjalankan seluruh proses kehidupan dan,hak ini biasanya disebut dengan
Hak asasi manusia,Hak Asasi Manusia pada dasarnya adalah suatu anugerah
paling besar yang diberikan oleh Allah kepada manusia dalam menjalankan tugas
dan fungsinya sebagai khalifah tanpa diskriminasi antara satu dengan yang
lainnya. Manusia sebagai makhluk Tuhan secara kodrat memiliki hak dasar yang
disebut dengan hak asasi tanpa ada perbedaan antara satu dengan yang lainnya.
Hak asasi manusia atau lebih dikenal dengan HAM merupakan suatu hak dasar
yang melekat pada diri setiap individu karena hak tersebut bukanlah pemberian
dari seseorang organisasi maupun negara melainkan karunia dari Allah SWT.
Hak asasi manusia ini selalu dipandang sebagai sesuatu yang mendasar dan
penting oleh karena itu banyak pendapat yang yang mengatakan bahwa hak asasi
manusia itu adalah kekuasaan, keamanan, kebebasan dan persamaan yang dimiliki
oleh setiap individu. Akan tetapi masih banyak manusia tidak menyadari
eksistensi hak-hak tersebut. Alquran dan as-sunnah sebagai pedoman hidup bagi
seluruh manusia telah mengatur hak-hak tersebut karenanya Setiap manusia harus
mengetahui haknya dan siap memperjuangkan selama tidak mengambil dan
melampaui batas dari hak orang lain dari uraian di atas maka pembahasan dalam
makalah ini akan dititikberatkan pada uraian tentang hak asasi manusia dalam
perspektif islam.

1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimakud dengan pengertian hak asasi manusia?
2. Bagaimana Hak Asasi Manusia dalam perspektif islam?
3. Bagaimana Perlindungan Islan terhadap Hak Asasi Manusia?
4. Apa Konsep Hak Asasi Manusia dalam Hukum Islam?

1.3. Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui apa itu hak asasi manusia
2. Untuk mengetahui Hak Asasi Manusia dalam perspektif islam
3. Untuk mengetahui Perlindungan Islan terhadap Hak Asasi Manusia
4. Untuk mengetahui Konsep Hak Asasi Manusia dalam Hukum Islam

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian hak asasi manusia

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia hak memiliki pengertian tentang suatu
hal yang benar, kepunyaan kewenangan kekuasaan untuk berbuat sesuatu, hak
merupakan kaidah yang berfungsi sebagai pedoman perilaku dalam melindungi
kebebasan serta menjamin adanya peluang bagi manusia menjadi harkat martabat
sedangkan asasi adalah sebuah dasar atau pokok dan larangan melakukan tindakan
yang melanggar hak-hak manusia atau sesuatu yang bersifat mendasar yang
dimiliki manusia sebagai Anugrah sehingga tidak satupun dan tidak siapapun
makhluk bisa mengubahnya apalagi mencabutnya. Hak asasi manusia adalah
konsep hukum dan normatif yang menyatakan bahwa manusia itu memiliki hak
yang sudah melekat pada dirinya sejak ia dilahirkan dan hak asasi manusia ini
berlaku sampai kapanpun dimanapun, dan kepada siapapun sehingga sifatnya
universal HAM memiliki prinsip yang tidak dapat dicabut juga tidak dapat dibagi-
bagi saling bergantung dan saling berhubungan secara konseptual hak asasi
manusia dapat dilandaskan pada keyakinan bahwa hak tersebut dianugerahkan
secara alamiah oleh alam semesta dah Tuhan (Allah).

Hak Asasi Manusia adalah hak yang paling mendasar dan melekat pada setiap
individu. Sesuai dengan BAB XA Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 tentang Hak Asasi Manusia dinyatakan bahwa yang
termasuk kepada hak asasi manusia adalah sebagai berikut:

1. Hak untuk mempertahankan hidup dan kehidupannya.


2. Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah.
3. Hak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang, serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
4. Hak untuk mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya,
berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu

3
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas
hidupnya dan kesejahteraan umat manusia.
5. Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara
kolektif dan membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya.
6. Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang
adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.
7. Hak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan
layak dalam hubungan kerja.
8. Hak untuk memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan.
9. Hak atas status kewarganegaraan.
10. Hak untuk memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih
pendidikan dan pengajaran, memilh pekerjaan, memilih kewarganegaraan,
memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta
berhak kembali.
11. Berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan
sikap, sesuai dengan hati nuraninya.
12. Berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan
pendapat.
13. Berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk
mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan
menyampaikan informasi dengan menggunakan  segala jenis saluran yang
tersedia.
14. Berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan
harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan
perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat
sesuatu yang merupakan hak asasi.
15. Hak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan
derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari negara
lain.

4
16. Hak untuk hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan.
17. Hak untuk mendapat kemudahan dan perlakukan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai
persamaan dan keadilan.
18. Hak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya
secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.
19. Hak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh
diambil alih secara sewenang-wenang oelh siapapun
20. Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak untuk kemerdekaan pikiran
dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, dan untuk
diakui sebagai pribadi dihadapan, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar
hukum yang berlaku surut.
21. Hak bebas dari perlakukan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun
dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan terhadap
perlakukan yang diskriminatif itu.
22. Hak untuk berbudaya sebagai identitas masyarakat tradisional.

Hal-hal tersebut di atas merupakan hak asasi manusia yang disebutkan dalam
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, kemudian diatur lebih lanjut
dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. 

2.2 . Hak Asasi Manusia dalam perspektif Islam


Islam adalah agama yang universal dan komprehensif yang melingkupi
beberapa konsep. Konsep yang dimaksud yaitu aqidah, ibadah, dan muamalat
yang masing-masing memuat ajaran keimanan, aqidah, ibadah dan muamalat. Di
samping mengandung ajaran keimanan, juga mencakup dimensi ajaran agama
Islam yang dilandasi oleh ketentuanketentuan berupa syariat atau fikih.
Selanjutnya, di dalam Islam, menurut Abu al'Ala al-Maududi, ada dua konsep
tentang hak. Pertama, hak manusia atau huquq al-insan al-dharuriyyah; Kedua,
hak Allah atau huquq Allah. Kedua jenis hak tersebut tidak bisa dipisahkan. Dan

5
hal inilah yang membedakan antara konsep HAM menurut Islam dan HAM
menurut perspektif Barat.

Dilihat dari tingkatannya ada tiga bentuk hak asasi manusia dalam Islam,
pertama, hak darury (hak dasar). Sesuatu dianggap hak dasar apabila hak tersebut
dilanggar, bukan hanya membuat manusia sengsara, tetapi juga hilang
eksistensinya, bahkan hilang harkat kemanusiaannya. Sebagai misal, bila hak
hidup seseorang dilanggar, maka berarti orang itu mati. Kedua, hak sekunder
(hajy), yakni hak-hak yang bila tidak dipenuhi akan berakibat pada hilangnya hak-
hak elementer, misalnya, hak seseorang untuk memperoleh sandang pangan yang
layak, maka akan mengakibatkan hilangnya hak hidup. Ketiga, hak tersier
(tahsiny), yakni hak yang tingkatannya lebih rendah dari hak primer dan
sekunder.HAM dalam Islam sebenarnya bukan wacana asing, karena HAM dalam
Islam sudah ada 600 tahun sebelum Magna Charta dikumandangkankan.
Pandangan ini diperkuat dengan pendapat Weeramantry sebagaimana dikutip
Bambang Cipto yang menyatakan bahwa pemikiran Islam mengenai hak-hak di
bidang sosial, ekonomi dan budaya telah jauh mendahului pemikiran Barat.
Ajaran Islam tentang HAM dapat dijumpai dalam sumber ajaran Islam itu sendiri
yaitu al-Qur’an dan al-Hadits. Kedua sumber tersebut di samping sebagai sumber
normatif juga merupakan sumber ajaran praktis dalam kehidupan umat Islam.
HAM dalam Islam dimulai dengan beberapa peristiwa yang dapat dijelaskan
sebagai berikut :

a. Piagam Madinah. (al-Dustur al-Madinah) Adapun ajaran pokok dalam


Piagam Madinah itu adalah: Pertama, interaksi secara baik dengan sesama, baik
pemeluk Islam maupun non Muslim. Kedua, saling membantu dalam menghadapi
musuh bersama. Ketiga, membela mereka yang teraniaya. Keempat, saling
menasihati. Dan kelima menghormati kebebasan beragama. Satu dasar itu yang
telah diletakkan oleh Piagam Madinah sebagai landasan bagi kehidupan bernegara
untuk masyarakat majemuk di Madinah.

b. Deklarasi Cairo (The Cairo Declaration) yang memuat ketentuan HAM


yakni hak persamaan dan kebebasan (QS. al-Isra: 70, al- Nisa: 58, 105, 107, 135

6
dan al-Mumtahanah: 8); hak hidup (QS. al-Maidah: 45 dan al-Isra’: 33); hak
perlindungan diri (QS. al-Balad: 12 - 17, alTaubah: 6); hak kehormatan pribadi
(QS. al-Taubah: 6); hak keluarga (QS. al-Baqarah: 221, al-Rum : 21, al-Nisa 1, al-
Tahrim : 6); hak keseteraan wanita dan pria (QS. al-Baqarah: 228 dan al-Hujurat:
13); hak anak dari orangtua (QS. al-Baqarah: 233 dan surah al-Isra: 23- 24).
Selanjutnya, hak mendapatkan pendidikan (QS. al-Taubah: 122, al-`Alaq: 1 - 5),
hak kebebasan beragama (QS. al-Kafirun: 1-6, alBaqarah: 136 dan al-Kahfi: 29),
hak kebebasan mencari suaka (QS. al-Nisa: 97, al-Mumtahanah: 9), hak
memperoleh pekerjaan (QS. al-Taubah: 105, al-Baqarah : 286, al-Mulk : 15), hak
memperoleh perlakuan yang sama (QS. al-Baqarah 275-278, al-Nisa 161, Ali
`Imran : 130), hak kepemilikan (QS. al-Baqarah : 29, al-Nisa : 29), dan hak
tahanan (QS. al-Mumtahanah : 8).13 Ayat-ayat tersebut yang secara tematik dapat
menjadi konsep-konsep utama al-Qur'an tentang HAM dapat diperluas lagi.

Dari gambaran di atas, baik deklarasi Madinah maupun deklarasi Cairo,


menunjukkan betapa besarnya perhatian Islam terhadap HAM yang dimulai sejak
Islam ada, sehingga Islam tidak membeda-bedakan latar belakang agama, suku,
budaya, strata sosial dan sebagainya. Namun dalam realitas pelaksanaannya,
HAM dipengaruhi oleh konsep HAM dari Barat yang berorientasi sekuler.
Sehingga menghadapi kenyataan semacam ini ada beberapa tanggapan dari
masyarakat muslim dunia tentang HAM. Pertama, menolak secara keseluruhan.
Hal ini didasarkan pada keyakinan mereka bahwa syariat bersifat sakral,
independen dan sekaligus mengatasi kondisi historis di mana dan kapan pertama
kali diwahyukan dan dalam pandangan mereka syariah merupakan pandangan
hidup yang paling benar dan sempurna.

Konsekwensinya, HAM dipandang sebagai omong kosong dan


bertentangan dengan ajaran Islam. Sebab konsep HAM PBB identik dengn agama
Kristen. Karena itu, Islam harus membangun versi HAM-nya sendiri. Kedua,
menerima secara keseluruhan. Pendapat ini didasarkan pada pandangan bahwa
HAM PBB dan Perjanjian Internatsional merupakan hasil elaborasi dan
merupakan bagian khazanah kemanusiaan dan tidak perlu ada justifikasi Islam

7
terhadapnya. Menurut kelompok ini tidak ada subjek yang paling terkait dengan
HAM. Sebab keadilan akan sama sekali tidak berarti jika hak-hak fundamental
seseorang tidak diakui atau dilanggar oleh masyarakat. Ketiga, tanggapan yang
bersifat ambigu yang mencerminkan adanya keinginan untuk tetap setia pada
syari’ah di satu sisi ada keinginan untuk menghormati tatanan serta hukum-hukum
internasional. Kelompok ini meyakini bahwa, syari’ah bersifat kekal, universal
dan harus dijadikan landasan hidup. Sementara HAM PBB dapat diakomodasi
dengan beberapa prasyarat. 14 Secara prinsip, HAM dalam Islam mengacu pada
al-dlaruriyat alkhamsah atau yang disebut juga al-huquq al-insaniyah fi al-islam
(hakhak asasi manusia dalam islam).

Konsep itu mengandung lima hal pokok yang dikemukakan oleh Imam
Asy-Syathibi15 yang harus dijaga oleh setiap individu yaitu :

1. Menjaga agama (hifzd al-din). Alasan diwajibkannya berperang dan


berjihad,16 jika ditujukan untuk para musuh atau tujuan senada. Dari pengertian
di atas dapat dipahami bahwa :

a. Islam menjaga hak dan kebebasan berkeyakinan dan beribadah. Artinya


setiap pemeluk Islam berhak atas agama dan mazhabnya dan tidak ada paksaan
untuk mengikuti atau meninggalkannya. (QS.al-Baqarah: 256, dan QS.Yunus:
99).

b. Islam juga menjaga tempat-tempat peribadatan baik milik muslim


ataupun non muslim, menjaga kehormatan syiar mereka, bahkan Islam
memperbolehkan berperang karena untuk menjaga kebebasan beribadah (QS.al-
Hajj: 39-40).

Dari pemaparan di atas maka jelaslah bahwa Islam sangat menghargai


toleransi dengan menerapkan bahwa orang-orang kafir dzimmi di negara Islam
ada dalam tanggungan negara sama seperti muslim. Namun toleransi di sini hanya
terbatas pada bidang mu`amalah, bukan pada `ubudiyah (QS.al-Kafirun:1-6).

2. Menjaga jiwa (hifzd al-nafs). Alasan diwajibkannya hukum qishash,


yang didasarkan pada QS. al-Baqarah:178-179) diantaranya menjaga kemuliaan

8
dan kebebasannya.Islam sangat menghormati jiwa. Karena sebenarnya hanya
Allah lah sang pemberi kehidupan dan Dia pula yang mematikan (QS.al-Mulk:2
dan al-Isra:33). Dalam konteks ini harus dibedakan antara pembunuhan dan
kematian. Pembunuhan berarti merusak struktur tubuh yang menyebabkan
keluarnya ruh pada tubuh yang sehat dengan spesifikasi-spesifiksi khusus dengan
menggunakan senjata tajam atau tembakan peluru dan yang sejenisnya.
Sedangkan kematian adalah keluarnya ruh dari tubuh dalam kedaan sehat dan
hanya Allah yang mematikan.18 Dari definisi di atas dapat dibedakan bahwa
pembunuhan ada unsur merusak atau menghancurkan sebelum ruh keluar dari
jasad, sedangkan kematian ruh keluar dari jasad dalam kondisi tubuh yang
sempurna.Terhadap keadaan ini Islam membedakan sengaja dan tidak sengaja
yang keterangannya ada dalam kitab-kitab fiqh.

3. Menjaga akal (hifzd al ‘aql). Alasan diharamkannya semua benda yang


memabukkan atau narkotika dan sejenisnya. Akal adalah sumber hikmah atau
pengetahuan, cahaya muara hati, sinar hidayah dan media kebahagiaan manusia di
dunia dan akhlirat. Dengan akalnya manusia bisa menjalankan perannya sebagai
khalifah fi al-ardl. Dan dengan akalnya pula manusia menjadi berbeda dengan
makhluk lainnya di alam ini. Dengan akalnya pula Allah memuliakan manusia
dari makhluk lainnya (QS.al-Isra`:70). Oleh karena itu, Islam sangat menjaga dan
melindungi akal dan memberikan sanksi berupa had atas pelanggaran yang bisa
merusak akal. Seperti minum khamr (QS. al-Nisa’:43 dan al-Ma’idah: 90) dan
benda-benda lain yang menurut adat kebiasaan menyebabkan hilang akalnya,
dalam hal ini selain untuk kebutuhan medis.

4. Menjaga harta (hifzd al-mal). Alasan pemotongan tangan untuk para


pencuri dan diharamkannya riba dan suap-menyuap, atau memakan harta orang
lain dengan cara bathil lainnya. Harta merupakan salah satu inti kebutuhan dalam
kehidupan, di mana manusia tidak bisa dipisahkan dengannya (QS. al-Kahfi:46).
harta adalah dengan bekerja (kasb) atau dengan mawarits. Karena itu, Islam
melarang mendapatkan harta dengan cara-cara yang batil (QS. al-Baqarah:188,
Al-Nisa’:29, al-Baqarah :275-276, al-Baqarah:278- 280). Islam secara tegas

9
melarang mencuri19 sebagaimana ditegaskan dalam al-Qur’an (QS.al-Maidah:
38).

5. Menjaga keturunan (hifd al-nasl). Alasan diharamkannya zina dan


qazdaf. 21 Dalam hal ini, Islam sangat menganjurkan pernikahan terhadap mereka
yang dianggap dan merasa sudah mampu untuk melakukannya untuk menjaga
keturunan, harta dan kehormatan. Perhatian Islam ini untuk mengukuhkan aturan,
perbaikan, ketenangan dan mengayomi serta memberikan jaminan dalam
kehidupan. Hal ini didasarkan pada peraturan yang bijaksana.

Kelima pokok dasar inilah yang harus dijaga oleh setiap umat islam
supaya menghasilkan tatanan kehidupan yang lebih manusiawi, berdasarkan atas
penghormatan individu atas individu, individu dengan masyarakat, masyarakat
dengan negara, dan komunitas agama dengan komunitas agama yang lainnya.
Pertanyaannya adalah apakah hukum-hukum yang ditetapkan Islam seperti
qishash, diyat, ta’zir dan sebagainya itu bertentaangan dengan HAM? Semua itu
masuk akal dan tidak perlu diperselisihkan. Bahwa pelaku kejahatan harus
mendapatkan balasan yang setimpal karena kejahatan yang diperbuatnya. Sanksi
ini dijatuhkan untuk orang yang melakukan kejahatan tertentu dan telah
memenuhi syarat dan rukunnya. Jadi dengan adanya hukuman ini maka akan
memperkecil gerak manusia untuk melakukan tindak kejahatan.

2.3 Perlindungan Islam terhadap Hak Asasi Manusia

Adapun hak-hak asasi manusia yang dilindungi oleh hukum Islam antara lain
adalah :

1. Hak hidup. Hak hidup adalah hak asasi yang paling utama bagi
manusia, yang merupakan karunia dari Allah bagi setiap manusia. Perlindungan
hukum islam terhadap hak hidup manusia dapat dilihat dari ketentuan-ketentuan
syari’ah yang melinudngi dan menjunjung tinggi darah dan nyawa manusia,
melalui larangan membunuh, ketentuan qishash dan larangan bunuh diri.
Membunuh adalah salah satu dosa besar yang diancam dengan balasan neraka,
sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Nisa’ ayat 93 yang artinya sebagai

10
berikut : “Dan barang siapa membunuh seorang muslim dengan sengaja maka
balasannya adalah jahannam, kekal dia di dalamnya dan Allah murka atasnya dan
melaknatnya serta menyediakan baginya azab yang berat.” Setiap tindakan
pembunuhan atau pun perbuatan yang membahayakan orang lain mesti memiliki
korelasi, secara langsung maupun tidak , dengan keutuhan hidup di muka bumi.
Pembunuhan terhadap satu orang saja, sama artinya dengan pembunuhan terhadap
seluruh manusia, sebaliknya memelihara kehidupan satu orang saja berarti
memelihara kehidupan manusia seluruhnya, sebagaimana terlihat dalam firman
Allah dalam Surat Al-Maidah ayat 32, yang berarti : “Barang siapa yang
membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain atau
bukan membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh
seluruh manusia. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia,
maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan semua manusia.” Adanya
ketentuan qishash merupakan konsekuensi dari larangan membunuh.

Qishash dalah sanksi hukum mengenai kejahatan terhadap diri dan jiwa
orang lain. Qishash ini diwajibkan oleh Allah sebagai tindakan pencegahan, untuk
memelihara kelangsungan hidup umat manusia yang adil, aman dan tenteram.
Pengaturan mengenai qishash ini tertuang dalam Surat ALBaqarah ayat 178, yang
artinya : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan kepada kamu qishash dalam
perkara pembunuhan; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba sahaya
dengan hamba sahaya, dan perempuan dengan perempuan.” Islam mengharamkan
bunuh diri untuk menjamin hak hidup, sebagaimana sabda Nabi saw yang
mengatakan : “Barang siapa menerjunkan dirinya dari suatu bukit, lalu mati, maka
dia kekal di dalam neraka jahanam. Dan barang siapa meneguk racun lalu mati,
maka racunnya tetap berada di tangannya yang akan diteguknya dalam api
jahanam, dia kekal di dalamnya. Dan barang siapa membunuh diri dengan
sepotong besi maka besi itu tetap berada di tangannya, dan akan ditusuk-tusuk
perutnya dengan besi itu dalam neraka jahanam dan dia kekal di dalamnya.”
Bahkan Islam tidak membenarkan kita memikirkan soal membunuh diri dan
mencitacitakan mati. Mengharap-harap supaya lekas mati tidak dibenarkan dalam

11
Islam, karena kalau kita terus hidup dapat menambah kebaikan dan memperbaiki
kesalahan

2. Hak kebebasan beragama Dalam Islam, kebebasan dan kemerdekaan


merupakan HAM, termasuk di dalmnya kebebasan menganut agama sesuai
dengan keyakinannya. Oleh karena itu, Islam melarang keras adanya pemaksaan
keyakinan agama kepada orang yang telah menganut agama lain. Hal ini
dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat AL-Baqarah ayat 256, yang artinya: “Tidak ada
paksaan untuk (memasuki) agama Islam, sesungguhnya telah jelas jalan yang
benar dan jalan yang salah.” Kemederkaan beragama terwujud dalam bentuk-
bentuk yang meliputi antara lain:17 Pertama, tidak ada paksaan untuk memeluk
suatu agama atau kepercayaan tertentu atau paksaan untuk menanggalkan suatu
agama yang diyakininya. Kedua, Islam memberikan kekuasaan kepada orang-
orang non-Islam (Ahli Kitab) untuk melakukan apa yang menjadi hak dan
kewajiban atau apa saja yang dibolehkan, asal tidak bertentangan dengan hukum
Islam. Ketiga, Islam menjaga kehormatan Ahli Kitab, bahkan lebih dari itu
mereka diberi kemerdekaan untuk mengadakan perdebatan dan bertukar pikiran
serta pendapat dalam batasan-batasan etika perdebatan serta menjauhkan
kekerasan dan paksaan. Islam telah memberikan respon positif terhadap
kebebasan beragama yang tercermin dalam bentuk kerukunan dan toleransi antar
pemeluk agama. Hal ini tercermin dalam bnetuk larangan memaki sembahan
penganut agama lain, meskipun menurut pandangan Islam hal itu termasuk syirik
atau menyekutukan Allah, sebagaimana dikatakan dalam Surat Al-An’am ayat
108, yang artinya : “Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang
mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan
melampaui batas tanpa pengetahuan.” Namun demikian, kerukunan dan toleransi
antar pemeluk agama ini hanya terbatas dalam hal-hal yang bersifat muamalah
atau kemasyarakatan, tidak ada toleransi dalam hal akidah dan keyakinan,
sebagaimana firman Allah dalam Surat Yunus ayat 41, yang artinya : “Bagiku
pekerjaanku dan bagimu pekerjanmu. Kamu terlepas dari apa yang aku kerjakan
dan aku terlepas dari apa yang kamu kerjakan.”

12
3. Hak atas keadilan. Keadilan adalah dasar dari cita-cita Islam dan
merupakan disiplin mutlak untuk menegakkan kehormatan manusia. Dalam hal ini
banyak ayat-ayat Al-Qur’an maupun Sunnah yang mengajak untuk menegakkan
keadilan, di antaranya terlihat dalam Surat Al-Nahl ayat 90, yang artinya :
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang perbuatan keji , kemungkaran
dan permusuhan.” Keadilan adalah hak setiap manusia dan menjadi dasar bagi
setiap hubungan individu. Oleh karena itu, merupakan hak setiap orang untuk
meminta perlindungan kepada penguasa yang sah, dan menjadi kewajiban bagi
para pemimpin atau penguasa untuk menegakkan keadilan dan memberikan
jaminan keamanan yang cukup bagi warganya.

4. Hak persamaan Islam tidak hanya mengakui prinsip kesamaan derajat


mutlak di antara manusia tanpa memndang warna kulit, ras atau kebangsaan,
melainkan menjadikannya realitas yang penting. Ini berarti bahwa pembagian
umat manusia ke dalam bangsa-bangsa, ras-ras, kelompok-kelompok dan suku-
suku adalah demi untuk adanya pembedaan, sehingga rakyat dari satu ras atau
suku dapat bertemu dan berkenalan dengan rakyat yang berasal dari ras atau suku
lain. Al-Qur’an menjelaskan idealisasinya tentang persamaan manusia dalam
Surat Al-Hujarat ayat 13, yang artinya : “Hai manusia, sesungguhnya Kami
ciptakan kamu laki-laki dan perempuan, dan Kami jadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling
mulia di antara kamu adalah yang paling takwa.” Dengan demikian, adanya
pembagian ras manusia bukan berarti satu bangsa bisa membanggakan dirinya
karena superioritasnya terhadap yang lain, juga bukan dimaksudkan agar satu
bangsa bisa melecehkan bangsa yang lain. Karena pada dasarnya keunggulan
seseorang atas yang lain hanyalah atas dasar keimanan dan ketakwaannya kepada
Allah, bukan warna kulit, ras, bahasa atau kebangsaan. Hal ini juga dijelaskan
oleh nabi saw melalui sabdanya : “Orang Arab tidak memiliki superioritas
terhadap non-Arab, juga orang non-Arab tidak memiliki superioritas atas orang
kulit hitam, atau orang kulit hitam tidak superior terhadap orang kulit putih. Kamu
semua adalah anak-anak Adam dan Adam diciptakan dari tanah.” Adanya

13
pengakuan terhadap persamaan dalam Islam juga mencakup persamaan
kedudukan di depan hukum. Islam memberikan kepada umatnya hak atas
kedudukan yang sama di hadapan hukum, artinya setiap orang mempunyai hak-
hak dan kewajiban-kewajiban yang sama. Dengan demikian, setiap orang juga
harus diperlakukan dan diberikan sanksi yang sama dalam menjalankan suatu
ketentuan hukum.

5. Hak mendapatkan pendidikan Setiap orang memiliki hak untuk


mendapatkan pendidikan dan pengajaran. Setiap orang berhak mendapatkan
pendidikan sesuai dengan kesanggupan alaminya. Dalam Islam, mendapatkan
pendidikan bukan hanya merupakan hak, tapi juga merupakan kewajiban bagi
setiap manusia, sebagaimana yang dinyatakan oleh hadits Nabi saw yang
diriwayatkan oleh Bukhari : “Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap
muslim.” Pentingnya pendidikan ini, karena melalui pendidikan orang akan
menyadari harga dirinya dan martabatnya sebagai manusia, dengan pendidikan
dapat membuka akal pikiran manusia terhadap kenyataan hidup dalam alam
semesta ini dan terhadap hubungan manusia dengan Tuhan-nya dan hubungan
manusia dengan sesama manusia, dan dengan pendidikan pula orang dapat
menyadari dan memperjuangkan hak-haknya. Di samping itu, Allah juga
memberikan penghargaan terhadap orang yang berilmu, di mana dalam Surat Al-
Mujadilah ayat 11 dinyatakan bahwa Allah meninggikan derajat orangorang yang
beriman dan orang-orang yang berilmu.

6. Hak kebebasan berpendapat Setiap orang mempunyai hak untuk


berpendapat dan menyatakan pendapatnya dalam batas-batas yang ditentukan
hukum dan norma-norma lainnya. Artinya tidak diperbolehkan menyebarkan
fitnah dan berita-berita yang mengganggu ketertiban umum dan mencemarkan
nama baik orang lain. Dalam mengemukakan pendapat hendaklah mengemukakan
ide atau gagasan yang dapat menciptakan kebaikan dan mencegah kemungkaran.
Sejak semula, kebebasan berpendapat dan menyatakan pendapat telah dikenal
dalam Islam. Sudah merupakan tradisi di kalangan sahabat untuk bertanya kepada
Nabi saw tentang beberapa masalah berkenaan dengan perintah Allah yang

14
diwahyukan kepadanya. Apabila Nabi saw menyatakan bahwa dirinya tidak
mendapat petunjuk dari Allah, maka para sahabat boleh menyatakan pendapatnya
denagn bebas. Hal ini misalnya terlihat dalam peristiwa pearng Badar, di mana
Nabi saw memilih suatu tempat khusus yang dianggapnya pantas untuk
menyerang musuh, namun sahabat menyarankan mengambil tempat lain, dan Nabi
saw menyetujuinya, karena tempat tersebut lebih strategis. Kebebasan
berpendapat dan mengeluarkan pendapat juga dijamin dengan lembaga syura,
lembaga musyawarah dengan rakyat, yang dijelaskan Allah dalam Surat Asy-
Syura ayat 38, yang artinya : “Dan urusan mereka diputuskan dengan musyawarah
di antara mereka.” Prinsip musyawarah ini sangat penting dalam Islam, karena
menurut Al-Qur’an, setiap orang diperintahkan untuk mengadakan musyawarah
dalam menyelesaikan berbagai urusan duniawi yang dihadapinya.

7. Hak kepemilikan Islam menjamin hak kepemilikan yang sah dan


mengharamkan penggunaan cara apa pun untuk mendapatkan harta orang lain
yang bukan haknya, sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat 188,
yang artinya : “Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain
di antara kamu dengan jalan bathil dan janganlah kamu bawa urusan harta itu
kepada hakim agar kamu dapat memakan harta benda orang lain itu dengan jalan
berbuat dosa padahal kamu mengetahuinya.” Oleh karena itu, Islam melarang riba
dan setiap usaha yang merugikan hajat manusia. Islam juga melarang penipuan
dalam perniagaan. Di samping itu, Islam juga melarang pencabutan hak milik
yang didapatkan dari usaha yang halal, kecuali untuk kemaslahatan umum dan
mewajibkan pembayaran ganti rugi yang setimpal bagi pemiliknya.

8. Hak mendapatkan pekerjaan Islam tidak hanya menempatkan bekerja


sebagai hak, tetapi juga sebagai kewajiban. Bekerja merupakan kehormatan yang
perlu dijamin, sebagaimana sabda Nabi saw : “Tidak ada makanan yang lebih baik
yang dimakan seseorang dari pada makanan yang dihasilkan dari tangannya
sendiri.” (HR. Bukhari) Di samping itu, Islam juga menjamin hak pekerja, seperti
terlihat dalam hadits : “Berilah pekerja itu upahnya sebelum kering keringatnya.”
(HR. Ibnu Majah) Adapun konsepsi Islam tentang hak bekerja adalah : Pertama,

15
bekerja dan berusaha dalam Islam adalah wajib, maka setiap orang muslim
dituntut bekerja dan berusaha dalam memakmurkan hidupnya. Sebaliknya Islam
tidak menyukai orang yang malas bekerja (pengangguran). Islam juga
memandang rendah kepada orang yang mengemis, yang mengantungkan
hidupnya kepada orang lain dengan meminta-minta. Kedua, Islam menganjurkan
kebebasan dalam mencari rezeki dan kebebasan untuk mengumpulkan kekayaan,
dan setiap muslim bebas memilih pekerjaan yang hendak dikerjakannya,
sepanjang pekerjaan itu dalam jalan yang diridhai oleh syari’at Islam. Ketiga,
Islam menetapkan bahwa tiap-tiap pekerjaan itu adalah ibadah.

2.4 Konsep Hak Asasi Manusia dalam Hukum Islam

Hak asasi manusia dalam Islam tertuang secara transenden untuk kepentingan
manusia, lewat syari’ah Islam yang diturunkan melalui wahyu. Menurut syari’ah,
manusia adalah makhluk bebas yang mempunyai tugas dan tanggung jawab, dan
karenanya ia juga mempunyai hak dan kebebasan. Dasarnya adalah keadilan yang
ditegakkan atas dasar persamaan atau egaliter, tanpa pandang bulu. Artinya, tugas
yang diemban tidak akan terwujud tanpa adanya kebebasan, sementara kebebasan
secara eksistensial tidak terwujud tanpa adanya tanggung jawab itu sendiri Sistem
HAM Islam mengandung prinsip-prinsip dasar tentang persamaan, kebebasan dan
penghormatan terhadap sesama manusia. Persamaan, artinya Islam memandang
semua manusia sama dan mempunyai kedudukan yang sama, satu-satunya
keunggulan yang dinikmati seorang manusia atas manusia lainya hanya ditentukan
oleh tingkat ketakwaannya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Surat Al-
Hujarat ayat 13, yang artinya sebagai berikut : “Hai manusia, sesungguhnya Kami
ciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan, dan Kami jadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling
mulia di antara kaum adalah yang paling takwa.” Sedangkan kebebasan
merupakan elemen penting dari ajaran Islam. Kehadiran Islam memberikan
jaminan pada kebebasan manusia agar terhindar dari kesia-siaan dan tekanan, baik
yang berkaitan dengan masalah agama, politik dan ideologi.

16
Namun demikian, pemberian kebebasan terhadap manusia bukan berarti
mereka dapat menggunakan kebebasan tersebut mutlah, tetapi dalam kebebasan
tersebut terkandung hak dan kepentingan orang lain yang harus dihormati juga.
Mengenai penghormatan terhadap sesama manusia, dalam Islam seluruh ras
kebangsaan mendapat kehormatan yang sama. Dasar persamaan tersebut
sebenarnya merupakan manifestasi dari wujud kemuliaan manusia yang sangat
manusiawi. Sebenarnya citra kehormatan tersebut terletak pada ketunggalan
kemanusiaan, bukan pada superioritas individual dan ras kesukuan. Kehormatan
diterapkan secara global melalui solidaritas persamaan secara mutlak. Semua
adalah keturunan Adam, jika Adam tercipta dari tanah, dan mendapat kehormatan
di sisi Allah, maka seluruh anak cucunya pun mendapatkan kehormatan yang
sama, tanpa terkecuali. Pada dasarnya HAM dalam Islam terpusat pada lima hal
pokok yang terangkum dalam al-dloruriyat al-khomsah atau yang disebut juga al-
huquq al-insaniyah fi al-islam (hak-hak asasi manusia dalam Islam). Konsep ini
mengandung lima hal pokok yang harus dijaga oleh setiap individu, yaitu hifdzu
al-din (penghormatan atas kebebasan beragama), hifdzu al-mal (penghormatan
atas harta benda), hifdzu al-nafs wa al-‘ird (penghormatan atas jiwa, hak hidup
dan kehormatan indiviu) hifdzu al-‘aql (penghormatan atas kebebasan berpikir)
dan hifdzu alnasl (keharusan untuk menjaga keturunan). Kelima hal pokok inilah
yang harus dijaga oleh setiap umat Islam supaya menghasilkan tatanan kehidupan
yang lebih manusiawi, berdasarkan atas penghormatan individu atas individu,
individu dengan masyarakat, masyarakat dengan masyarakat, masyarakat dengan
negara dan komunitas agama dengan komunitas agama lainnya.

17
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

Downloads/425-Article%20Text-596-1-10-20180109.pdf
https://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/1612/perdata-
yefrizawati.pdf;sequence=1
HAM_DALAM_PERSPEKTIF_ISLAM.pdf
Downloads/Hak%20Asasi%20Manusia.pdf

18

Anda mungkin juga menyukai