Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KEWARGANEGARAAN
PERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK ASASI MANUSIA
DOSEN PENGAMPU:
Rahmat, SH., M.H.

DISUSUN OLEH:
Muhammad Fackhrus Syahid (12203041)

Kelas: 2D
EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK
2023 M/1445 H
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas segala Rahmat dan kasih
sayangnya yaitu berupa anugrah dan kekuatan untuk membuat dan menyusun
makalah kewarganegaraan yang berjudul “Perlindungan Hukum Atas Hak Asasi
Manusia”. Tak lupa saya berterima kasih atas ksempatan yang di berikan pak
Rahmat, SH., M.H. selaku dosen pengampu pada mata kuliah ini.

Saya sebagai penulis makalah berharap agar saya dan pembaca yang lainnya dapat
menambah ilmu dan wawasan yang lebih luas lagi dan bisa berfikir atas pentingnya
perlindungan hak asasi manusia.

Pontianak,09 April 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANGANTAR ..........................................................................

DAFTAR ISI ..................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................

A. Latar Belakang....................................................................................
B. Rumusan Masalah ..............................................................................
C. Tujuan Masalah ..................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................

A. Dinamika HAM Individual dan HAM Komunal ............................


B. Pergulatan HAM di Indonesia...........................................................
C. Perlindungan, dan Pemenuhan HAM ..............................................

BAB III PENUTUP .......................................................................................

A. Kesimpulan .........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan bernegara ada beberapa prinsip yang yang saling terkait
akan kehidupan bernegara yeng terlahir dari filsafat poilitik yaitu: demokrasi, negara
hukum, dan perlindungan Hak Asasi Manusia. Filasafat yang melahirkan ketiga
prinsip ini lebih mengutamakan bahwa adanya persamaan kedudukan yang mana
semua manusia itu sama kedudukannya, tidak ada si kaya dan si miskin, tidak ada
perbudaan dan lain-lain. Manusia terlahir kedunia ini dalam keadaan yang memiliki
hak-haknya masing-masing, jadi manusia memiliki hak yang sama dengan manusia
yang lain tanpa adanya perbedaan kasta, perbedaan kedudukan, warna kulit, suku
dan sebagainya itu lah yang di berikan oleh Allah. Dari sini para politikus yang
berkehidupan politik membuat suatu organisasi yang di sebut negara untuk
melindungi mereka dan masyarakat yang ada di dalamnya dengan menggunakan sis
tem demokrasi. Negara yang demokrasi haruslah memberikan dan melindungi hak
asasi manusia perindividu dan memagari aturan-aturan hukum yang harus di
laksanakan. Nah negeri yang demokratislah yang memiliki keterkaitan atas semua
hal itu yang dapat menjelaskan mengapa konsep perlindungan HAM ini lahir, dan
di susul dengan ahirnya konsep demokrasi modern, dan konsep negara hukum.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan HAM Individual dan HAM Komunal

2. Bagaimana pandangan para tokoh Indonesia tentang perlindungan HAM

3. Siapa yang menjadi penanggung jawab atas hukum perlindungan HAM


C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan HAM Individual dan HAM
Komunal

2. Untuk mengetahui Bagaimana pandangan para tokoh Indonesia tentang


perlindungan HAM

3. Untuk mengetahui Siapa yang menjadi penanggung jawab atas hukum


perlindungan HAM
BAB II

A. Dinamika HAM Individual dan HAM Komunal

Hak asasi manusia sangatlah di perjuangkan karena sebagai manusia pastilah


tidak sama dengan hewan yang di telantarkan, sudah lama perjuagan ini di
perjuangkan sudah sampai bertahun-tahun bahkan berabad-abad. Dari sini kita perlu
mengambil tiang sejarah agar kita dapat mengerti atau paham apa yang di
perjuangkan. 1 Pada tahun 1776 diadakannya Declaration of independence yaitu
merupakan tahun dimana dicetuskannya revolusi Amerika yang di buntuti bersama
adanya The Virginia Declaration of Right pada tahun 1791. Tanda revolusi amerika
ini memberikan petunjuk pada pihak perancis untuk membuat revolusinya sendiri.
Ketika perancis mendekralasikan dirinya sendiri, perancis membuat pasal-pasal
mengenai hak-hak asasi manusia, pasal ini dimuat dalam 17 pasal dan pasal ini juga
di kontrol oleh dekralasi yang di adakan Amerika Serikat.

John Locke dan Montesquieu membuat suatu gagasan yang di dorong oleh
revolusi-revolusi tersebut, gagasan yang dibuat ini mengenai pemisahan kekuasaan
negara kedalam tiga sumbu yang biasa di sebut dengan Trias Politika. Reformasi dan
Renaissance yang berkembang membuat gerakan dan keyakinan baru sehingga John
Locke dan Montesquieu berfikir akan hal itu, reformasi dan renaissance
beranggapan manusia memiliki hak-hak yang sejati yang sudah ada dari lahir dan
hak ini tidak dapat di tarik dari manusia lainnya Hak-hak tersebut yaitu: hak milik,
hak kemerdekaan dan hak hidup, hak-hak ini dapat dipertahankan atau terlindungi
jika rakyak membuat pemerintahanny sendiri dan berdaulat atas dirinya,akan tetapi

1
Moh. Mahfud, Pergulatan Politik dan Hukum di Indonesia, (Yogyakarta: Gama Media Offset,1999), hlm158.
pemerintahan yang di buat ini haruslah di bawah koordinasi demokrasi serta
melepaskan ikatan dari kekuasaan yang bersifat sewenang-wenang dalam
menetapkan keputusan dan bentuk kekuasaan atau pemerintahan tanpa undang-
undang dasar. Adapun bentuk penawaran akan hal ini adalah denagn membuat duta
demokrasi bersama pemisahan kekuasaan ke dalam sumbu-sumbu legislatif,
eksekutif, dan yudikatif.2

J.J. Rousseau merupakan salah satu penggagas yang menganut teori kontrak
sosial yang membuat gagasan berdasarkan teori ini, ia berkata bahwa “ kekuasaan
pemerintahan dasarnya adalah kontrak antara semua masyarakat untuk menciptakan
suatu pemerintahan yaitu sekelompok orang yang di beri wewenang untuk
menjalankan amanah pemerintahan negara tersebut”. Hal ini bisa di jadikan
penopang bagi perlindungan HAM yang berarti perlindungan HAM di topang oleh
pemerintahan yang melibatkan seluruh rakyat atau bisa di sebut dengan demokrasi.
Pemerintahan yang menggunakan sistem demokrasi bisa memberikan perlindungan
atas hak-hak asasi manusia. Gagasan-gaagsn ini menjadi pendorong bagi gagasan-
gagasan sebelumnya karena teori ini sangat berkaitan dengan gagasan-gagasan
sebeumnya. Tak hanya membuat gagasan sesuai dengan teori saja, gagasan ini dapat
di jalankan dengan aman agar perlindungan hak asasi manusia terlaksana. Dengan
adanya pemerintahan yang bersih dari pengaruh kekuasan asing dan sistem negara
yang menyediakan undang-undang sebagai sumber hukum negara haruslah

2
Moh. Mahfud, Pergulatan Politik dan Hukum di Indonesia, (Yogyakarta: Gama Media Offset,1999), hlm159-160
memberikan jaminan pengamanan untuk menjalankan gagasan-gagasan mengenai
perlindungan hak asasi manusia.3

Pada akhir abad 18 timbulah sistem demokrasi yang modern, sitem ini
menjadikan suatu negara hukum sebagai pelindung dari perlindungan HAM. Namun
sistem ini sangat tidak menguntungkan menurut pandangan masyarakat karena
sangat mengecewakan dan tidak ada keuntungannya bagi masyarakat. Dasar dari
pada sistem ini membuat masyarakat menjadi miskin dan kelaparan secara massal,
dasar-dasar tersebut ialah individualisme dan liberalisme ini lah menyebabkan
masyarakat sengsara dan berpandangan sistem demokrasi yang modern ini sangat
lah tidak menguntungkan masyarakat. Kebebasan individual yang sebelumnya di
pengaruhi pengagungan yang berlebihan membuat jalan kesempatan bagi
munculnya tindakan yang menguntungkan diri pribadi dari manusia yang kuat
ekonominya terhadap manusia yang perekonomiannya di bawah dari itu(miskin).
Dari permasalahan ini timbulah permasalah yang lain yaitu permasalahan pada
ekonomi dan sosial, antara orang kaya dan orang miskin, masalah ini menjadi
masalah yang sangat memprihatinkan.4

Sistem demokrasi yang modern dan negara hukum yang di dasari oleh hak
asasi manusia individual yang merugikan bahkan mengecewakan masyarakat ini
menciptakan pemahaman yang baru pada bidang politik, yaitu konsep Welfare state
yang diartikan sebagai negara kesejahteraan dan negara dinamis, paham ini masih
menitik beratkan HAM sebagai patokan akan tetapi yang ditujukan dari hal ini

3
Moh. Mahfud, Pergulatan Politik dan Hukum di Indonesia, (Yogyakarta: Gama Media Offset,1999), hlm160
4
Moh. Mahfud, Pergulatan Politik dan Hukum di Indonesia, (Yogyakarta: Gama Media Offset,1999), hlm161
adalah HAM-Komunal yang berpendapat bahwa setiap manusia memiliki hak asasi
yang sederajat dan tidak diperbolehkan adanya eksploitas dari manusia yang kuat
perekonomiannya(kaya) terhadap manusia yang rendah perekonomiannya(miskin),
akibat dari lahirnya individualisme pada negara yang demokratis serta negara
hukumadalah tidak dilaksakannya HAM dengan baik karena hanya berlaku pada hak
fundamental dan politik.

Konsep negara kesejehteraan memberikan penawaran yang berbeda dalam


spektrum HAM yakni hak sosial, ekonomi, dan budaya. Negara dapat berperan aktif
dalam konsep ini dan negara dapat memberikan penekanan dalam hal kebebasan
individu yang merupakan dasar dari pada hak sipil dan politik, pada intinya negara
disini memperkecil ruang lingkup demokrasi dan negara juga lebih condong kepada
penekanan kekuasaan atau bisa disebut otoritarian. Hal ini dibuat agar HAM
Komunal dapat terlindungi dan dapat menahan penerapan HAM Individual yang
mana penerapan HAM Individual ini lebih condong kepada pemaksaan kekuasaan
(eksploitatif). Kemudian negeri menunjukkan dirinya kepada masyarakat dengan
cara turun tangan pada masalah masyarakat (aksi) agar negara dipandang masyarakat
sebagai negara yang benar.5 Nah tentu saja kita dapat melihat bahwa dua generasi
yang memperjuangkan HAM yakni HAM yang berasaskan individualisme dan
HAM komunalisme yaitu hak asasi manusia yang membatasi demokrasi dan HAM
ini cendrung bersifat otoritarian, tidak lupa HAM ini menggunakan konsep negara
kesejehteraan dan mengguanakan wawaan welfarc state.

Generasi pertama yakni HAM individual, mempunyai paham yang lebih


menekankan pada kebebasan pendapat hal inilah yang menjadi hal positif dari
generasi pertama ini, ya walaupun di dalam HAM Generasi pertama ini membuat
rakyatnya menjadi kelaparan bahkan sampai kemiskinan dan ditambah lagi dengan

5
Moh. Mahfud, Pergulatan Politik dan Hukum di Indonesia, (Yogyakarta: Gama Media Offset,1999), hlm162
permasalahan sosial dan ekonomi sedangkan paham generasi kedua hal positifnya
adalah memberikan tangguangan atas fasiitas dan material yang ada secara merata
dan HAM ini memiliki hal yang negative yaitu bersifat otoritarian yang dapat
menimbulkan pertikaian dan pemerkosaan hak asasi manusia.6 Dari HAM generasi
pertama dan kedua menimbulkan HAM yang lain lagi menjadi HAM yang ketiga
mengenai hak pangan, hak lingkungan hidup yang sehat, hak perdamaian, dan hak
hukum internasional.

B. pergulatan HAM di Indonesia

Sejarah HAM dapat kita lihat bagaimana HAM itu sendiri berkembang
dengan adanya dinamika yang dinamis, sejarah HAM dapat kita samakan dengan
dinamika diskusi dan praktik politik yang ada di Indonesia, yang berarti Indonesia
selalu terjadi perbedaan pendapat yang saling berlawanan mengenai HAM
Individual, HAM Komunal dan HAM Kolektif. Para tokoh pendiri yang meneruskan
republik Indonesia juga masih dalam hal yang sama yaitu berselisih dalam HAM
Komunal dan HAM Individual yang sudah lama terjadi dari tahun 1945 yang sampai
sekarang permasalahn tersebut belum terselesaikan.7

1. Soekarno-Soepomo vs Hatta Yamin


Pada forum diskusi yang membahas tentang konstitusi paad tahun 1945
yang di selenggarakan oleh BPUPKI, sudah banyak perselisihan tentang
HAM individual dan HAM Komunal. Disini Soekarno dan temannya
Soepomo tidak menyetujui bahwa HAM Individual akan dimasukkan
dalam undang-undang dasar 1945, kerena menurut seokarno dan soepomo

6
Moh. Mahfud, Pergulatan Politik dan Hukum di Indonesia, (Yogyakarta: Gama Media Offset,1999), hlm163
7
Moh. Mahfud, Pergulatan Politik dan Hukum di Indonesia, (Yogyakarta: Gama Media Offset,1999), hlm164
beranggapan bahwa tidak perlu memasukkan HAM Individual di
masukkan kedalam UUD, sebab negara Indonesia akan dibuat atau
dibangun dengan paham kekeluargaan, artinya soekarno dan soepomo
lebih mengedepankan HAM komunal yang bisa memberikan gerak
terhadap pemerintah secara otoriter aka tetapi pemerintahan yang otoriter
ini akan di jalan dengan benar. Soepomo mengemukakan pendapatnya
terkait hal ini, beliau mengatakan bahwa kita tidak perlu memasukkan
pasal-pasal hak asasi ke dalam UUD, sebab dalam UUD kita telah memilih
dasar kedaulatan rakyat. Kedaulatan rakyat di sini maksudnya ialah
pemerintahan dari rakyat,oleh rakyat, dan untuk rakyat. Soekarno berkata
begini:
“ buanglah sama sekali paham individualisme itu, janganlah
dimasukkan ke dalam undang-undang dasar kita yang dinamakan right of
the citizen’ sebagai yang di anjurkan oleh republic prancis itu adanya, kita
menghendaki keadilan sosial. Buat apa grondwet menuliskan bahwa
manusia bukan saja mempunyai kemerdekaan suara, mengadakan
persidangan berapat, jika misalnya tidak ada sociale rechtfaadigheit yang
demikian itu? Buat apa kita membikin grondwet … kalau ia tak dapat
mengisi perut yang mati kelaparan? … jikalau kita hendak mendasarkan
negara kita kepada paham kekeluargaan, paham tolong menolong, paham
gotong royong dan keadilan sosial, enyahkanlah tiap-tiap paham
individualisme dan liberalisme dari padanya”.

Disamping itu orang yang sependapat dengan soekarno juga berkata:

“… dalam undang-Undang Dasar kita tidak bisa memasukkan yang


tidak berdasarkan aliran kekeluargaan, meskipun kita ingin sekali
memasukkan …jika hal itu kita masukkan sebetulnya pada hakekatnya
Undang-Undang Dasar berdasr atas sifat perseorangan, dengan demikian
sistem Undang-Undang Dasar bertentangan,demngan konstruksinya …”

Nah disini ada suatu kejanggalan yang ada dalam pendapat soekarna, memang
soekarno adalah orang yang sangat anti terhadap HAM indivudualisme akan tetapi
pada tanggal 1 juni 1945 ia mengemukakan pendapatnya yang agak bertentangan
dengan pidatonya yang sangat menolak di masukkannya Undang-Undang Dasar
yang pada kala itu ia menganut paham liberalism, perkataan beliau intinya adalah
jikalau orang-orang islam mau atau ingin Indonesia ini tercipta dengan hukum-
hukum islam, maka orang islam harus mendapatkan kursi-kursi Lembaga
perwakilan rakyat, begitu juga denganorang Kristen, jikalau orang-orang Kristen
ingin agar Indonesia ini tercipta dengan huku-hukum Kristen maka orang Kristen
harus merebut kursi-kursi Lembaga perwakilan rakyat. Bisa kita amati bahwa kata-
kata yang di sampaikan oleh soekarno ini sangat bersifat liberal individualis
sedangkan pada pidato yang tadi, beliau seakan-akan sangat anti daam HAM
individualisme, apakah perkataan beliau ini termasuk pada paham yang lain adanya?

Pada pihak yang lain yaitu Hatta dan Yamin mengemukakan agar
dimasukkannya HAM ke dalam Undang-Undang Dasar. Hatta berkata:

“… ada baiknya dalam salah satu pasal, misanya pasal yang mengenai warga
negara, di sebutkan juga di sebelah hak yang sudah diberikan kepadanya tiap-tiap
warga negara jangan takut mengeluarkan suaranya. Yang perlu disebutkan disini hak
untuk berkumpul dan bersidang atau menyurat dan lain-lain… tanggungan ini perlu
untuk menjaga supaya negara tidak menjadi negara kekuasaan”

Sedangkan Yamin berkata:

“ Supaya aturan kemerdekaan warga negara dimasukkan kedalam Undang-


Undang Dasar seluas-luasnya. Saya menolak segala alasan yang dimajukan untuk
tidak memasukkannya.”

Dari perselisihan ini dibuatlah pasal-pasal tentang HAM yang di batasi


ketentuannya, yaitu pasal 27,28,29,30, dan 31dengan rumusan yang masih
membatasi yang pada hakekatnya HAM yang tergolong penting akan di akui oleh
undang-undang dasar akan tetapi pelaksanaan dari HAM ini masih dalam kuasa UU
yang bisa mengatur jalannya peaksanaan pasal-pasal HAM tersebut dan dapat di
buat oleh pemerintah dan DPR. Terbukti pasal-pasal HAM ini hanya bisa di atur
oleh UU secara ketat, oleh karena itu ada yang berpendapat bahwa perlindungan
HAM tidak perlu di atur oleh UU dan cukuplah di formulasikan dengn formulasi
yang ada di dalam UUD.

C. PENANGGUNG JAWAB DALAM PENEGAKAN, PEMAJUAN


PERLINDUNGAN, DAN PEMENUHAN.

Dalam penentuan siapa yang bertanggung jawab dalam penagakan,


pemajuan,perlindungan, dan pemenuhan HAM masih belum di temukan
jawabannya, dan masih jadi perdebatanyang tak kunjung selesai. Terkait masalah di
atas setidaknya ada 2 pendapat tentang siapa yang bertanggung jawab atas semua
akan hal itu, pendapat yang pertama adalah yang bertanggung jawab atas
kemajuan,penegakan,perlindungan,dan pemenuhan HAM adalah negara karena
negara merupakan tempat untuk kepentingan masyarakat dan demi mensejahterkan
masyarakat, maka dari itu negara harus memberikan pembelajaran atau Pendidikan
kepada rakyat tentang HAM agar rakyat bisa menghargai dan menghormati HAM.
Apabila negara tidak memberikan fasilitas kepada rakyat berarti negara telah
meneantarkn masyarakat. Hal ini berlaku juga terhadap tanggung jawab dan
perlindungan HAM, negaralah yang menjalankan semua tugas itu8. Oleh sebab itu
hendaknya deklarasi PBB tentang HAM harislah di masukkan ke dalam norma
hukum internasional agar bisa mengatur bagaimana negara-negara di seluruh dunia
menjamin hak individunya masing-masing.

Ada dua sifat hak asasi bagi setiap individu yaitu:

1. Non derogable right


Yaitu hak yang dalam keadaan darurat perang pun harus di lindungi.
2. Derogable right
Yaitu hak yang dalam kedaan normal harus di lindungi.

Nah hak-hak inilah tugas negara untuk dapat tetap merealisasikan dan melindungi
HAM. Jikalau negara tidak mampu untuk melindungi HAM maka lama-kelamaan
negara tersebut akan kehilangan penerimaan,dan pengakuan atas rakyat, dan dari hal
itu pula bisa menjadikan wilayah negara tersebut menjadi wilayah pelanggar HAM,
artinya wilyah tersebut banyak orang-orang yang melakukan pelanggaran HAM
dikarenakan negara yang tidak mampu melindungi warga negaranya sendiri.

Contoh kasus pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia sebagai berikut:

1. Kasus DOM di Aceh

8
Dede Rosyad Dkk,Demokrasi,Hak Asasi Manusia,dan Masyarakat Madan,(Jakarta Selatan, ICCE UIN Syarif
Hidayatullah,2000), hlm 230
2. Kasus Tanjung Periuk
3. Kasus Haur Koneng di Tasikmalaya

Pelanggaran HAM yang di lakukan oleh negara disebut juga debgan


pelanggaran HAM secara vertical, di dalam pelanggaran ini di bagi menjadi dua
macam yaitu:

1. By comision (pelanggran HAM langsung oleh nagara)


2. By omision (pelanggaran HAM secara tidak langsung dengan cara
membiarkan terjadinya pelanggaran HAM)

Pendapat yang kedua yaitu beranggapan bahwa tanggung jawab, dalam penegakan,
pemajuan, perlindungan, pemenuhan,dan penghormatan tidak hanya menjadi
tanggungan negara akan tetapi tanggung jawab ini juga mengikut sertakan rakyat
kedalamnya yang artinya rakyat juga di bebankan tanggung jawab ini, oleh karena
itu banyak pelanggran yang di lakukan oleh rakyat jadi bukan hanya negara saja
yang melakukan pelanggaran HAM. Rakyat bisa juga bisa melanggar HAM
terhadap rakyat hal ini di katagorikan kedalam pelanggaran HAM horizontal contoh
dari pelanggran HAM ini seperti penembakan rakyat oleh sipil besenjata berikut
kasus-kasus yang pernah terjadi atas pelanggaran HAM ini:

1. Kasus penembakan Rektor IAIN Ar-Raniry banda aceh


2. Kasus Marsinah
3. Kasus penembakan Rektor Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
4. Para Perampok

Salah seorang yang bernama Nickel beranggapan terkait tentang tanggung jawab
perindividu, ia beranggapan bahwa ada tiga alasan mengapa setiap individu
memiliki tanggung jawab tentang penegakan perlindungan HAM.
1. Banyaknya masalah terkait HAM bukan hanya melibatkan pemerintahan akan
tetapi kalangan swasta atau kalangan di luar negara juga
2. HAM yang sejati hendaknya memperlakukan manusia sesuai dengan
semestinya.
3. Dalam masyarakat yang demokratis, suatu yang menjadi kewajiban
pemerintahan juga menjadi kewajiban rakyat.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Sistem demokrasi yang modern dan negara hukum yang di dasari oleh hak
asasi manusia individual yang merugikan bahkan mengecewakan masyarakat
ini menciptakan pemahaman yang baru pada bidang politik, yaitu konsep
Welfare state yang diartikan sebagai negara kesejahteraan dan negara dinamis,
paham ini masih menitik beratkan HAM sebagai patokan akan tetapi yang
ditujukan dari hal ini adalah HAM-Komunal yang berpendapat bahwa setiap
manusia memiliki hak asasi yang sederajat dan tidak diperbolehkan adanya
eksploitas dari manusia yang kuat perekonomiannya(kaya) terhadap manusia
yang rendah perekonomiannya(miskin), akibat dari lahirnya individualisme
pada negara yang demokratis serta negara hukumadalah tidak dilaksakannya
HAM dengan baik karena hanya berlaku pada hak fundamental dan politik.
2. Dari perselisihan para tokoh ini dibuatlah pasal-pasal tentang HAM yang di
batasi ketentuannya, yaitu pasal 27,28,29,30, dan 31dengan rumusan yang
masih membatasi yang pada hakekatnya HAM yang tergolong penting akan
di akui oleh undang-undang dasar akan tetapi pelaksanaan dari HAM ini
masih dalam kuasa UU yang bisa mengatur jalannya peaksanaan pasal-pasal
HAM tersebut dan dapat di buat oleh pemerintah dan DPR.
3. By omision (pelanggaran HAM secara tidak langsung dengan cara
membiarkan terjadinya pelanggaran HAM) Pendapat yang kedua yaitu
beranggapan bahwa tanggung jawab, dalam penegakan, pemajuan,
perlindungan, pemenuhan,dan penghormatan tidak hanya menjadi
tanggungan negara akan tetapi tanggung jawab ini juga mengikut sertakan
rakyat kedalamnya yang artinya rakyat juga di bebankan tanggung jawab ini,
oleh karena itu banyak pelanggran yang di lakukan oleh rakyat jadi bukan
hanya negara saja yang melakukan pelanggaran HAM

DAFTAR PUSTAKA

Dede Rosyad Dkk. (2000). Demokrasi,Hak Asasi Manusia,dan Masyarakat Madany. jakarta
Selatan: ICCE UIN Syarif Hidayatullah.

Mahfud, Moh. (1999). Pergulatan Politik dan Hukum di Indonesia. Yogyakarta:


Gama Media Offset.

Anda mungkin juga menyukai