OLEH KELOMPOK 13
Dosen Pengampu
Mustapa, S.Th.I., M.Hum
KELAS MBS C
Segala puji dan syukur kita panjatkan bagi Allah SWT. serta
sholawat dan salam penulis sampaikan hanya bagi tokoh dan teladan kita
Nabi Muhammad SAW. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik dan tepat waktu.
Penulis
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
1
Muhammad ‘Abd al-‘Azhim al-Zarqani, Manahil al-‘Irfan fi ‘Ulum Al-Qur’an, j.l, t.k: ‘Isa al-
Babi al-Halabi, t.t), hlm. 41.
Kemudian nuzul juga berarti "turun secara berangsur-angsur dan
terkadang sekaligus".2
Dengan mengutip pernyataan Al-Zarqaniy mengenai pemahaman
lafal nuzul yang diartikan I'lam sebagaimana telah dikemukakan di atas,
Rifaat Syauqi Nawawi dan M.Ali Hasan berkomentar.
Dalam kaitannya dengan makna nuzul yang pertama diatas,
'Abdul 'Azim al- Zarqaniy menegaskan :
“Menurut bahasa, kata nuzul dalam redaksi yang lain diformulasikan
sebagai, pindahnya sesuatu dari atas ke bawah. Lebih dari itu, kadang-
kadang nuzul juga diartikan bergeraknya sesuatu dari atas ke bawah”.3
Sudah pasti, tandas al-Zarqaniy, bawa pengertian Nuzulul
semacam itu tidak layak diberikan untuk maksud diturunkannya
Alquran oleh Allah, karena pengertian tersebut lebih tepat dan lazim
digunakan dalam perihal yang berkenaan dengan tempat dan benda-
benda atau materi yang memiliki berat jenis tertentu. Sedangkan Al-
Qur'an bukanlah semacam benda yang memiliki tempat perpindahan
dari atas ke bawah, baik yang berkaitan dengan kalimat-kalimat
ghaibiyat yang 'azali (kalam al-nafs) maupun Alquran dalam pengertian
lafal-lafal yang mengandung i'jas (kalam lafzhi). Kalau begitu, maka
penggunaan kata nuzul dalam kaitanya dengan Nuzulul al-Qur’an
dimaksudkan dalam pengertian yang majazi, yaitu sebagai ungkapan
yang tidak harus dipahami secara harfiah. Selanjutnya ia mengatakan:
“Dan agaknya pengertian majazi bagi lafal Nuzulul al-Qur’an adalah
pemberitahuan mengenai al-Quran dari segala segi dan aspek-
aspeknya”.
Oleh karena itu, pengertian Nuzul al-Qur’an bukanlah tergambar
dalam wujud berpindah atau turunnya al-Qur’an dari atas ke bawah,
tetapi haruslah dipahami bahwa segenap penghuni langit dan bumi telah
diberitahukan oleh Allah mengenai al-Qur’an dengan segala aspeknya.
2
Ahmad Sayyid al-Kumi & Muhammad Ahmad Yusuf al-Qasim, ‘Ulum al-Qur’an, (Kairo :
Kulliyat Ushul al-Din, Jami’at al-Azhar,1976), hlm. 23.
3
Muhammad ‘Abd al-‘Azhim al-Zarqani, Manahil al-‘Irfan fi ‘Ulum Al-Qur’an, j.l, t.k: ‘Isa al-
Babi al-Halabi, t.t), hlm. 41.
dengan demikian, bila kata nuzul dita'wilkan dengan kata i'lam, maka
akan hilanglah image tentang interpretasi Nuzul dalam arti
"perpindahan sesuatu dari atas ke bawah". Sebab, pemberitahuan Allah
mengenai apapun kepada siapa saja tidak terikat oleh arah tertentu atau
tempat tertentu. Karena bila Allah hendak mengi'lamkan
(memberitahukan) Firmannya tidak harus dari atas sebab Allah tidak
mempunyai tempat tertentu sebagaimana makhlukNya.
4
Lukman Hadi Subroto, Sejarah Turunnya Al-Qur’an.
https://www.kompas.com/stori/read/2022/01/14/110000679/sejarah-turunnya-al-quran?page=1.
(diakses 12 Maret 2022, pukul 12.47).
Al-Qur’an tidak hanya diturunkan pada malam Lailatul Qadar
pada bulan Ramadhan saja, al-Zarqani menyebutkan ada tiga fase kitab
suci ini diturunkan:5
1. Fase Pertama
Kitab suci ini diturunkan ke Lauhul Mahfudz secara keseluruhan.
Dalil fase pertama ini adalah firman Allah SWT berikut,
)21( ٞان َّم ِجيدٞ بَ ۡل ه َُو قُ ۡر َء22(وظ
ِ ُفِي لَ ۡو ٖح َّم ۡحف
Artinya : “Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al-Qur,an
yang mulia, yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh.” (QS. Al-
Buruj [85]: 21-22)
2. Fase Kedua
Fase ini merupakan fase lanjutan dari fase sebelumnya. Untuk fase
kedua turunnya Al-Qur’an, kitab suci ini diturunkan secara utuh
dari Lauhul Mahfudz ke Baitul ‘Izzah pada bulan Ramadhan,
bertepatan dengan malam Lailatul Qadar. Dalil yang menjadi
landasan untuk fase ini adalah firman Allah SWT berikut ini,
ِّ ََّاس وب يِّرنَت ِّمن ۡٱۡلَُد رى و ۡٱل ُف ۡرق ِّ ۡ ۡ ِّ ِّ ِّ ش ۡهر رمضان ٱلَّ ِّذي أ
ان َ َ َ َ ِّ ُنز َل فيه ٱل ُقرءَا ُن هدى للن ٓ َ َ ََ ُ َ
Artinya : “Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan
Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al
Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang
bathil).” (QS. Al-Baqarah [2]: 185)
5
Muhammad ‘Abd al-‘Azhim al-Zarqani, Manahil al-‘Irfan fi ‘Ulum Al-Qur’an, j.l, t.k: ‘Isa al-
Babi al-Halabi, t.t), hlm. 43-47.
Para mufasir, seperti Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’an Al-
‘Adzim, Fakhruddin al-Razi dalam Mafatih al-Ghaib,
Abdurrahman as Sa’di dalam pakar tafsir lainnya, sepakat bahwa
Al-Qur’an diturunkan pada bulan Ramadhan secara utuh dari
Lauhul Mahfudz ke Baitul ‘Izzah.
3. Fase Ketiga
Ini merupakan fase terakhir dari turunnya Al-Qur’an. Pada fase ini,
Al-Qur’an diturunkan melalui malaikat jibril kepada Nabi
Muhammad SAW. Ayat-ayat yang turun berangsur sesuai dengan
konteks peristiwa saat itu. Dalil yang menjadi dasar fase ketiga ini
adalah firman Allah SWT berikut :
ِّ ۡ ِّ
ٍ ) بِّلِّس194( نذ ِّرين
ان َع َرِِّب ُّمبِّي ِّ َ ِّ)علَ رى قَ ۡلب193( ٱلروح ۡٱۡل َِّمي ِّ ِّ
َ َ ك لتَ ُكو َن م َن ٱل ُم َ ُ ُ ُّ نَ َز َل به
(195)
6
Meskipun pada waktu-waktu belakangan telah ditemukan beberapa método mempelajari al-
Qur’an, semisal metode Iqra’ dan Qira’ati disamping metode-metode yang tela hada khususnya
al-Baghdadiyyah, semua teori ini pada dasarnya tetap mengajarkan pembaca al-Qur’an dengan
cara berangsur-angsur.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Abidin, Zainal. Seluk-Beluk Al-Qur’an. (Cet. I Jakarta : 1992). PT. Rineka Cipta.
Dwi, Maulana Kurniasih, Dyah Ayu Lestari, dan Ahmad Fauzi,. Hikmah
Penurunan Al-Qur'an Secara Berangsur. Mimbar Agama Budaya, 37 (2),
12. (Jakarta : 2020).
Tim. Arti Nuzulul Quran dan Proses Turunnya Alquran ke Muka Bumi.
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20210414134528-284-
629795/arti-nuzulul-quran-dan-proses-turunnya-alquran-ke-muka-bumi.
Diakses 22 Maret 2022, Pukul 03.40 WIB.