IMMA HAYATI.1238.22.1710
RAHMAT HIDAYAT
1
Kata Pengantar
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan,
namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar skripsi ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Wasalamualaikum Wr. Wb
2
DAFTAR ISI :
Cover Makalah......................................................................................................................... 1
Kata Pengantar......................................................................................................................... 2
Daftar isi................................................................................................................................... 3
BAB I
pendahuluan.............................................................................................................................. 4
A.Latar belakang....................................................................................................................... 4
B.Rumusan masalah.................................................................................................................. 4
C.Tujuan masalah...................................................................................................................... 4
BAB III
penutup.................................................................................................................................... 10
A.Kesimpulan.......................................................................................................................... 10
Daftar Pustaka......................................................................................................................... 11
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Al-Qur’an bukanlah merupakan sebuah buku dalam pengertian umum, karena ia tidak
pernah diformulasikan, tetapi diwahyukan secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad
SAW sesuai dengan situasi yang menuntutnya. Al-Qur’an sendiri sangat menyadari
kenyataan ini sebagai sesuatu yang akan menimbulkan keusilan di kalangan pembantahnya
(Q.S. Al-Furqan [25]: 32). Seperti yang diyakini sampai sekarang, pewahyuan Al-Qur’an
secara total dan secara sekaligus itu tidak mungkin karena Al-Qur’an diturunkan sebagai
petunjuk bagi kaum muslimin secara berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan
yang ada.
Sebagian dari tugas untuk memahami pesan dari Al-Qur’an ini sebagai suatu kesatuan
adalah mempelajarinya dalam konteks latar belakangnya. Latar belakang yang paling dekat
adalah kegiatan dan perjuanagn nabi selama dua puluh tiga tahun dibawah bimbingan Al-
Qur’an. Jadi apabila tidak memahami masalah ini, kita tidak akan dapat memahami pesan Al-
Qur’an sebagai suatu keutuhan. Dan orang awam akan memahami ini sebagai suatu
misunderstanding (kesalahpahaman) dalam menangkap pesan-pesan yang terkandung
didalamnya, jika hanya memahaminya dari segi bahasanya saja, tanpa memahami dari segi
konteks historisnya. Untuk dipahami secara utuh, Al-Qur’an harus dicerna dalam konteks
perjuanagn Nabi dan latar belakang Perjuangannya. Oleh sebab itu, hampir semua literatur
yang berkenaan dengan Al-Qur’an harus menekankan pentingnya Asbab An-Nuzul.
B. Rumusan masalah
Dari latar belakang diatas dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut :
C. Tujuan masalah
Dalam sejarah dikemukakan bahwa para ulama salaf pernah mengalami kesulitan
dalam menafsirkan beberapa ayat Al Qur’an. Namun setelah mendapatkan asbabun nuzul
ayat-ayat tersebut, mereka tidak lagi mendapat kesulitan dalam menafsirkannya.
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan (Al Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah
kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada
malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Rabb-nya untuk mengatur
segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al Qadr: 1 – 5)
(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan Al Wahidi, yang bersumber dari Mujahid)
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa di kalangan Bani Israil terdapat seorang laki-
laki yang suka beribadah malam hari hingga pagi dan berjuang memerangi musuh pada siang
harinya. Perbuatan itu dilakukannya selama seribu bulan. Maka Allah menurunkan ayat ini
(QS. Al Qadr : 1-3) yang menegaskan bahwa satu malam lailatul qadr lebih baik daripada
amal seribu bulan yang dilakukan oleh seorang laki-laki dari Bani Israil tersebut.
5
BAB II
PEMBAHASAN MATERI
Ungkapan Asbab an-nuzul merupakan bentuk idhafah dari kata “asbab” dan “nuzul”.
Secara etimologi, asbab an-nuzul adalah sebab-sebab yang melatarbelakangi terjadinya
sesuatu. Meskipun segala fenomena yang melatarbelakangi terjadinya sesuatu dapat
disebut Asbab an-nuzul, dalam pemakaiannya ungkapan Asbab an-nuzul khusus
dipergunakan untuk menyatakan sebab-sebab yang melatarbelakangi turunnya Al-Qur’an,
seperti halnya Asbab al-Wurud secara khusus digunakan bagi sebab-sebab terjadinya
Hadist.
1.Menurut Az-Zarqani:
“Asbab an-nuzul adalah hal khusus atau sesuatu yang terjadi serta hubungan dengan
turunnya ayat Al-Qur’an yang berfungsi sebagai penjelas hukum pada saat peristiwa itu
terjadi”.
2.Ash-Shabuni:
“Asbab an-nuzul adalah peristiwa atau kejadian yang menyebabkan turunnya satu
atau beberapa ayat mulia yang berhubungan dengan peristiwa dan kejadian tersebut, baik
berupa pertanyaan yang diajukan kepada Nabi atau kejadian yang berkaitan dengan
urusan agama”.
3.Shubhi Shalih:
“Asbab an-nuzul adalah sesuatu yang menjadi sebab turunnya satu atau beberapa ayat
Al-Qur’an yang terkadang menyiratkan suatu peristiwa, sebagai respon atasnya atau
sebagai penjelas terhadap hukum-hukum ketika peristiwa itu terjadi”.
4.Mana’ Al-Qaththan:
“Selain itu Asbab An-Nuzul adalah peristiwa yang terjadi pada zaman Rosulullah SAW.
Oleh karena itu tidak boleh ada jalan lain untuk mengetahuinya selain berdasarkan
periwayatan yang benar ( Naql As-Shohih ) dari orang-orang yang melihat dan
mendengar langsung turunnya ayat Al-Qur’an”.
6
Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulakn bahwa yang dimaksud Asbab An-
Nuzul adalah kejadian atau peristiwa yang melatarbelakangi turunnya ayat Al-Qur’an,
dalam rangka menjawab, menjelaskan, dan menyelesaikan masalah-masalah yang timbul
dari kejadian tersebut.
Mengenai asbab al-nuzul dapat dikategorikan dalam beberapa bentuk sebagai berikut:
Bentuk sebab turunnya ayat sebagai tanggapan terhadap suatu peristiwa, misalnya
riwayat Ibn Abbas bahwa Rasulullah pernah ke al-Bathha, dan ketika turun dari
gunung beliau berseru: “Wahai para sahabat, berkumpullah!” ketika melihat orang-
orang Quraisy yang juga ikut mengelilinginya, maka beliau pun bersabda: “apakah
engkau akan percaya, apabila aku katakana bahwa musuh tengah mengancam dari
balik punggung gunung, dan mereka bersiap-siap menyerang, entah di pagi hari
ataupun di petang hari?” mereka menjawab: Ya, kami percaya, wahai rasulullah!
Kemudian nabi melanjutkan, “dan aku akan jelaskan kepadamu tentang beberapa
hukuman,” maka Abu Lahab berkata: “apakah hanya beberapa masalah seperti ini
engkau kumpulkan kami, wahai Muahammad?” Maka Allah kemudian menurunkan
QS. al-Lahab (111): 1-5, yaitu:
“Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasah. Tidaklah
berpaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak dia akan
masuk ke dalam api yang bergejolak. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu
baker. Yang dilehernya ada tali dari sabut.”
Sebagai sebab turunnya ayat sebagai tanggapan atas suatu peristiwa khusus adalah
turunnya QS. al-Baqarah (2): sebagaimana telah diuraikan terdahulu.
Asbab al-nuzul lainnya ada dalam bentuk pertanyaan kepada Rasulullah, seperti
turunnya QS. al-Nisa’ (4): 11, yaitu:
“Allah mensyari’atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu.
Yaitu: bahagian seorang anak lelaki sama dengan bahagian dua orang anak
perempuan dan jika itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua
pertiga dari harta yang ditinggalkan.”
7
C. UNGKAPAN-UNGKAPAN ASBAB AN-NUZUL.
Kalau perkataan sahabat tersebut juga mengungkapkan tentang perkataan atau perbuatan
Rasulullah yang berhubungan dengan turunnya ayat-ayat Al-Quran, maka kedudukannya
menjadi hadis marfu, dan sangat berpeluang untuk memperoleh kualitas hadis sahih. Tetapi,
8
kalau perkataan mereka itu, tidak menyinggung sedikitpun tentang Rasulullah, maka
hadisnya menjadi mauquf. Oleh sebab itu, wajar kalau para sarjana ilmu Al-quran, kemudian
menyimpulkan bahwa hadis-hadis tentang asbab nuzul itu, pada umumnya lemah karena
tidak sampai pada Rasulullah.
Taufiq Adnan Amal dan Syamsul Rizal Panggabean yang menyatakan bahwa pemahamn
terhadap konteks kesejarahan pra-Qur’an dan pada masa Al-Qur’an menjanjikan beberapa
manfat praktissebgai berikut:
1. Membawa kepada pengetahuan tentang rahasia dan tujuan Allah secara khusus
mensyari’atkan agamanya melalui al-qur’an.
2. Mempermudah kita dalam mengidentifikasigejala moral dan sosial di masyarakat
Arab ketika itu.
3. Mempermudah dalam mengidentifikasi dan menanagani permasalahan yang mereka
hadapi.
4. Membantu dalam memahami ayat dan menghindarkan kesulitannya.
5. Dapat menghindarkan kita dari praktek-praktek pemaksaan prakonsep dalam
penafsiran.
6. Dapat mengkhususkan (Takhsis) hukum pada sebab menurut ulama yang memandang
bahwa yang mesti diperhatikan adalah kekhususan sebab dan bukan keumuman lafal.
7. Diketahui pula bahwa sebab turun ayat tidak pernah keluar dari hukum yang
terkandung dalam ayat tersebut sekalipun datang mukhasisnya ( yang
mengkhususkannya ).
8. Diketahui ayat tertetu turun padanya secara tepat sehingga tidak terjadi kesamaran
bisa membawa kepada penuduhan terhadap orang yang tidak bersalah dan
pembebasan bagi orang yang tidak bersalah.
9. Akan mempermudah orang menghafal ayat-ayat al-qur’an serta memperkuat
keberadaan wahyu dalam ingatan orang yang mendengarnya jika mengetahui sebab
turunnya.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud Asbab An-Nuzul
adalah sebab turunnya Al-Qur’an dalam rangka memperjelas dan memahami isinya. Jadi kita
sebagai muslim yang meyakini keberadaan Al-Qur’an sebgai pedoman hidup kita dan
sekaligus kitab suci kita, hendaknya dalam memahami belajar Al-Qur’an tidak hanya segi
bahasa saja tapi harus segi historisnya agar tidak terjadi misunderstanding atau
kesalahpahaman yang dapat merusak kesucian atau kebenaran pesan-pesan Al-Qur’an itu
sendiri. Itulah gunanya mempelajari Asbab na-Nuzul ini.
Kami sebagai pemakalah menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, untuk itu diperlukan kritik dan saran yang membangun demi kelancaran
proses pembelajaran dimasa yang akan datang.
10
DAFTAR PUSTAKA
Kholil, manna Al-qotton. 1973. mabahis fi ulumil qur'an. Makkah: Darus syaruq.
Muhammad ‘Abd Al-‘Azhim Az-zarqani, Manahil Al-Irfan fi ‘Ulum Al-Qur’an, Beirut, t.t.,
Jilid I, hlm. 106.
11