Anda di halaman 1dari 13

ASBABUN

Nuzulul
Part 4
OUTLINE

• Pengertian Asbab an Nuzul


• Urgensi Asbab an Nuzul
• Pedoman mengetahui asabun nuzul
• Redaksi Asbabun Nuzul
Prawacana

• Al-Quran merupakan mu’jizat yang sangat luar biasa


yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW selama
23 tahun, 2 bulan dan 22 hari dalam berbagai situasi dan
kondisi. Ia seringkali merespons persoalan-persoalan
yang muncul di tengah-ditengah masyarakat, khususnya
masyarakat Arab di mana Ia diturunkan.
Pengertian Asbabun Nuzul

Secara umum, Asbabun Nuzul adalah sebab-sebab yang mendasari turunnya ayat atau
surat yang berkaitan dengan peristiwa tertentu

• Manna Al-Qattan: Sesuatu hal yang karenanya Al-Quran diturunkan untuk


menerangkan status hukumnya, pada masa hal itu terjadi, baik berupa perstiwa
maupun pertanyaan
• Quraish Shihab mendefiniskan asbabun nuzul dengan Peristiwa-peristiwa yang
terjadi pada masa turunnya ayat, baik sebelum maupun sesudah turunnya, dimana
kandungan ayat tersebut berkaitan dan dapat dikaitkan dengan peristiwa itu.
Peristiwa yang dimaksud dari definsi diatas adalah kejadian yang berupa peristiwa
tertentu, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada Nabi. Sedangkan yang
dimaksud dengan sesudah turunnya adalah bahwa peristiwa tersebut terjadi pada
masa turunnya Alquran, yakni dalam rentang waktu dua puluh dua tahun, yakni masa
yang bermula dari turunnya Alquran pertama kali hingga ayat terakhir turun.
Urgensi Asbab an Nuzul
Semua ulama meyakini bahwa peranan Asbabun Nuzul dalam menafsirkan dan
mengetahui makna ayat merupakan aspek yang sangat vital. Hal ini dikarenakan
terkadang ada ayat Alquran yang maknanya sangat sulit untuk dipahami jika tidak merujuk
kepada Asbabun Nuzul. Para penyelidik studi al-Quran menaruh perhatian besar terhadap
pengetahuan tentang asbabun nuzul. Untuk menafsirkan al-Quran ilmu ini diperlukan
sekali, bahkan ada yang mengkhuskan diri dalam pembahasan mengenai bidang ini,
diantaranya Ali bin Madini (guru al-Bukhari), al-Wahidi, Ibn Hajar, al-Suyuti.
Pengetahuan mengenai asbabun nuzul mempunyai banyak faidah diantaranya:
• Mengeahui hikmah diundangkannya suatu hukum dan perhatian syara’ terhadap
kepentingan umum dalam menghadapi segala peristiwa, karena sayangnya kepada
umat.
• Mengkhususkan hukum yang diturunkan dengan sebab yang terjadi, bila hukum itu
dinyatakan dalam bentuk umum. Misalnya QS. Ali Imran : 188
• Apabila lafal yang diturunkan itu lafal yang umum dan terdapat dalil atas
pengkhususannya, maka pengetahuan mengenai asbabun nuzul membatasi
pengkhususan itu hanya thd yang selain bentuk sebab. Contohnya dalam QS. Al-Nur:
23-25 dan dalil khusus utk ayat tersebut yaitu QS. Al-Nur: 4-5.
• Mengetahui asbabun nuzul adalah cara terbaik untuk memahami makna al-Quran dan
menyingkap kesamaran yang tersembunyi dalam ayat-ayat yang tidak dapat
ditafsirkan tanpa mengetahui sebab nuzulnya.
Contohnya QS. Al-Taubah: 118

‫ُم‬ ‫ِهْي‬‫َل‬‫َع‬ ‫ْت‬‫َق‬ ‫ا‬ ‫َض‬ ‫ا‬ ‫َذ‬ ‫ٰىَّت‬ ‫َح‬ ‫ا‬‫و‬ ‫ُف‬ ‫ِّل‬ ‫ُخ‬ ‫َن‬ ‫ي‬ ‫ِذَّل‬‫ا‬ ‫ِة‬ ‫َث‬ ‫اَل‬
‫َّث‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ىَل‬‫َو َع‬
‫ِإ‬
‫اَأْلْر ُض ِبَم ا َر ُح َبْت َو َض اَقْت َعَلِهْي ْم َأْنُفُس ُهْم َو َظ ُّن وا َأْن‬
‫اَل َم ْلَج َأ ِم َن اِهَّلل اَّل َلْي ِه َّمُث اَت َب َعَلِهْي ْم ِلَيُتوُب واۚ َّن اَهَّلل‬
‫ِإ‬ ‫ِح ِإ ِإ‬
‫ُه َو الَّتَّو اُب الَّر ُمي‬
“Dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan (penerimaan taubat) mereka, hingga
apabila bumi telah menjadi sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas dan jiwa
merekapun telah sempit (pula terasa) oleh mereka, serta mereka telah mengetahui
bahwa tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah, melainkan kepada-Nya saja. Kemudian
Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya. Sesungguhnya
Allah-lah Yang maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”
Pedoman Mengetahui asbabun nuzul

Pedoman dasar dalam mengetahu asbabun nuzul ialah riwayat


sahih yang berasal dari rasulullah atau sahabat. Hal ini
dikarenakan riwayat sahabat dalam hal ini bukan sekedar
pendapat, tetapi ia mempunyai hukum marfu’. Oleh karenanya,
tidak halal berpendapat mengenai asbabun nuzul kecuali
dengan berdasarkan pada riwayat atau mendengar langsung
dari orang-orang yang menyaksikan turunnya.
Kaidah dalam Asbabun Nuzul
Dalam kaitannya Asbabun Nuzul dengan perannya dalam
menjawab peristiwa-peristiwa yang terjadi selama periode
kenabian, dapat dibagi menjadi dua macam:
• ada ayat yang diturunkan sekali namun untuk beberapa
peristiwa ( ‫)تعدد األسباب والنازل واحد‬
• ada beberapa ayat yang diturunkan untuk sebuah

peristiwa ( ‫)تعدد النازل والسبب واحد‬


sedangkan dalam memahami asbabun nuzul suatu ayat al-
Quran, tentu tidak bisa sembarangan. Hal itu karena akan
berpengaruh pada hasil pemahaman terhadapnya. Maka dari
itu ulama telah menyepakati kaidah asbabun nuzul ayat al-
Qur'an. Kaidah asbabun nuzul ini menjadi salah satu landasan
dalam menentukan hukum dalam suatu ayat al-Qur'an.
Dalam konteks pemahaman terhadap makna ayat, Para
ulama sepakat, terdapat dua kaidah asbabun nuzul. Kedua
kaidah asbabun nuzul tersebut saling berlawanan dan
digunakan sesuai dengan konteks ayat. Dua kaidah asbabun
nuzul tersebut ialah:

1. (‫)العربة بعموم اللفظ ال خبصوص السبب‬


2. (‫)ْالِع َرْبُة ُخِبُص ْو ِص الَّس َبِب اَل ِبُع ُمْوِم الَّلْفِظ‬
‫العربة بعموم اللفظ ال خبصوص السبب‬
(Patokan dalam memahmi makna ayat adalah
lafadznya yang bersifat umum, bukan kekhususan
sebabnya)
Kaidah ini membuat ayat al-Qur'an berlaku secara umum, serta bisa
menjadi landasan hukum atas kejadian-kejadian serupa yang terjadi
setelahnya.
Dengan kata lain, kaidah ini menjadikan ayat al-Qur'an tidak terikat
dengan pelaku kejadian yang melatarbelakangi penurunannya.
Melainkan berlaku kepada siapapun dan di manapun manusia berada
selama masih berkorelasi dengan keumuman lafadz ayat tersebut. Hal
ini dikarenakan kaidah ini menegakan bahwa pengambilan hukum
mengacu kepada keumuman lafadz al-Qur'an bukan pada kekhususan
kejadian yang melatarbelakanginya. Menurut kaidah ini, kejadian yang
melatar belakangi turunnya ayat hanyalah isyarat.
‫ْا لِع َرْب ُة ُخِب ُص ْو ِص الَّس َبِب اَل ِبُع ُم ْوِم الَّلْف ِظ‬
(Patokan dalam memahmi makna ayat adalah berdasar pada
sebab yang bersifat khusus bukan lafadznya yang bersifat umum)

Kaidah kedua ini berbanding terbalik dengan kaidah


sebelumnya. Maka dari itu ulama berbeda pendapat
mengenai landasan hukum mengenai penggunaan kedua
kaidah asbabun nuzul di atas
REDAKSI ASBABUN NUZUL
Ali Imran: 187-189
‫َو ْذ َأَخ َذ اُهَّلل ِم يثاَق اِذَّل يَن ُأوُتوا اْلِكتاَب َلُتَبِّيُنَّنُه ِللَّناِس َو ال َتْكُتُم وَنُه َفَنَبُذ وُه َو راَء ُظ ُهوِر ْمِه َو اْش َرَت ْو ا ِبِه‬
‫) اَل ْحَت َس َّنَب اِذَّل يَن َيْفَر ُح وَن ِبام َأَتْو ا َو ِحُي ُّبوَن َأْن ْحُي َم ُد وا ِبام َلْم َيْفَع ُلوا‬187( ‫َثَمِإ نًا َقِليًال َفِب ْئَس َم ا َيْش ُرَت وَن‬
)188( ‫َفال ْحَت َس َبُهَّنْم ِبَم فاَز ٍة ِم َن اْلَع ذاِب َو َلُهْم َعذاٌب َأِلٌمي‬
Dan (ingatlah) ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah
diberi kitab (yaitu), "Hendaklah kalian menerangkan isi kitab itu kepada
manusia, dan janganlah kalian menyembunyikannya," lalu mereka
melemparkan janji itu ke belakang punggung mereka dan mereka
menukarnya dengan harta yang sedikit. Amatlah buruknya tukaran yang
mereka terima. Janganlah sekali-kali kamu menyangka bahwa orang-
orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka
suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan,
janganlah kamu menyangka bahwa mereka terlepas dari siksa, dan bagi
mereka siksa yang pedih

Anda mungkin juga menyukai