DI :
LAMPUNG SELATAN
DI SUSUN OLEH :
1. Afrido nanda setiawan (215130088P)
2. Ebel firstio qatrunnada (215130089P)
3. Rahmat wahyu hidayat (215130090P)
i
HALAMAN PERSETUJUAN
Nama Kelompok:
AFRIDO NANDA SETIAWAN (215130088P)
EBEL FRISTIO QOTRUNNADA (215130089P)
RAHMAT WAHYU HIDAYAT (215130090P)
Mengetahui,
Program Studi Kesehatan Masyarakat
Ketua,
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena
berkat pertolongan dan cinta kasih nya kami dapat menyelesaikan penyusunan
laporan magang perusahaan ini. Adapun maksud penyusunan laporan magang
perusahaan ini salah satu tugas yang diberikan kepada mahasiswa.
Selain itu tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut
membantu dalam proses penyusunan laporan magang perusahaan ini yang . Kami
sebagai penyusun sadar bahwa laporan magang perusahaan ini masih jauh dari
sempurna, baik dari segi isi maupun cara penyusunan nya. Untuk itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna menyempurnakan
laporan magang perusahaan yang kami buat ini. Akhir kata, kami mengucapkan
terima kasih banyak dan kami mohon maaf bila ada kesalahan penulisan kata dalam
penyusunan laporan ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membaca serta membutuhkan laporan magang perusahaan ini sebagai
referensi ataupun acuan dalam membuat laporan magang perusahaan.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................................. ii
DAFTAR TABEL................................................................................................. vi
iv
3.5 Pelaksanaan Kegiatan Magang ............................................................26
LAMPIRAN.............................................................................................................
v
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jumlah Pegawai di PT. Wijaya Karya Beton TBK ................................19
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan seringkali tidak terduga
yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda, properti maupun
korban jiwa yang terjadi didalam suatu proses kerja industri atau yang berkaitan
dengannya disebut kecelakaan kerja (Tarwaka, 2008). Sekecil apapun bentuk
1
kecelakaan yang terjadi di tempat kerja pasti menyebabkan kerugian bagi
perusahaan. Kerugian akibat kecelakaan kerja dapat digolongkan menjadi kerugian
langsung dan kerugian tidak langsung (Soehatman Ramli, 2010). Kerugian
langsung adalah kerugian yang langsung dirasakan serta menimbulkan dampak
terhadap perusahaan akibat dari suatu kecelakaan. Kerugian langsung dapat berupa
penggantian biaya pengobatan dan kompensasi serta kerusakan sarana produksi
perusahaan. Sedangkan kerugian tidak langsung adalah kerugian yang tidak
dirasakan secara langsung atau tidak terlihat seperti misalnya kerugian akibat
terhentinya proses produksi, penurunan produksi, dampak sosial, citra perusahaan
dan kepercayaan konsumen, (Larasati, 2014).
Maka dari itu, kecelakaan kerja yang dapat terjadi pada suatu perusahaan
harus dicegah supaya perusahaan tersebut tidak mengalami kerugian. Salah satu
konsep penting dalam pencegahan kecelakaan kerja adalah piramida kecelakaan.
Pembuatan piramida kecelakaan ini didasarkan pada beberapa studi yang dilakukan
tentang rasio kecelakaan kerja. Piramida kecelakaan pertama merupakan hasil
penelitian dari H.W. Heinrich (1980) yang melalui bukunya “Industrial Accident
Prevention” dikemukakan bahwa pada setiap 1 kecelakaan berat (major injury)
akan ada 29 kecelakaan ringan (minor injury) dan 300 insiden atau peristiwa nyaris
celaka (incident/near miss). Kemudian, pada tahun 1969 Frank E. Bird Jr.
mengadakan riset dengan menganalisis 1.753.498 laporan kecelakaan dari 297
perusahaan yang mencakup 21 area industri yang berbeda dengan pekerja mencapai
1.750.000 pekerja yang mencakup 3 miliar lebih jam kerja. Hasilnya pada setiap
satu kecelakaan berat (major injury) terdapat 9,8 kecelakaan ringan (minor injury)
lalu terdapat 30,2 kerusakan properti dan 600 insiden. Piramida Bird memunculkan
angka rasio 1-10-30-600, (Larasati, 2014). Piramida kecelakaan Frank Bird dapat
terlihat seperti pada gambar berikut:
2
Gambar 1.1 Piramida Kecelakaan Frank Bird
Sumber: Practical Loss Control Leadership, 1992
3
mengawasi, mengevaluasi dan meningkatkan program K3 yang ada guna
mencegah dan menurunkan kejadian kecelakaan kerja, (Larasati, 2014).
4
sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang menyebutkan bahwa
“Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 di perusahaannya menyebutkan
bahwa ”setiap perusahaan di Indonesia wajib menerapkan SMK3. Berdasarkan
pasal 1 Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang penerapan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dapat diketahui bahwa “Sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem
manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien
dan produktif.” (Larasati, 2014).
5
Indonesia, tingkat kecelakaan kerja dari tahun 2011- 2014 yang paling tinggi terjadi
pada tahun 2013 yaitu 35,917. Sedangkan, untuk penyakit akibat kerja dari tahun
2011- 2014 mengalami penurunan dari 57,929- 40,694, (Rini, 2017)
6
perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur dalam pembuatan tiang beton,
tiang pancang bulat, tiang pancang segi empat, tiang pacang segi tiga, sheet pile
dan balok jembatan. WIKA Beton telah memiliki 10 pabrik, 1 (satu) mobile plant,
dan 7 (tujuh) wilayah penjualan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia yang
memiliki pertumbuhan industri konstruksi yang tinggi. WIKA Beton juga memiliki
3 (tiga) Crushing Plant di Cigudeg Bogor, Lampung Selatan dan Donggala Palu.
WIKA Beton menerapkan pola Precast Engineering-Production-Installation (EPI).
Selain itu, WIKA Beton juga memiliki 3 (tiga) jetty yang tersebar di sejumlah
wilayah di Indonesia untuk mendukung layanan distribusi produk kepada para
pelanggan. Hingga saat ini, WIKA Beton telah memiliki 4 (empat) anak usaha
yakni PT Wijaya Karya Komponen Beton, PT Wijaya Karya Krakatau Beton, PT
Wijaya Karya Citra Lautan Teduh dan PT Wijaya Karya Pracetak Gedung.
7
2. Untuk mengetahui perencanaan SMK3 di PT Wijaya Karya Beton Tbk.
Pabrik Produk Beton Lampung Selatan 2022
8
1.3.2. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
10
proyek sebagaimana halnya dengan biaya, perencanaan serta kualitas (Barrie).
Keselamatan dan kesehatan kerja seperti kualitas produksi atau karakteristik
lainnya yang sesuai dengan keinginan perusahaan, hal ini hanya dapat dicapai oleh
pekerja itu sendiri, (S. & Panjaitan, 2016).
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan mesin,
pesawat alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan
lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan adalah
perlindungan orang dari cedera fisik. Banyak aspek fisik mengenai keselamatan
kerja di bidang konstruksi dilahirkan dari kenyataan bahwa orang yang
menyelenggarakan pekerjaan itu terlihat demikian lemahnya bila dibandingkan
dengan ukuran pekerjaan yang demikian besar pada proyek itu, (S. & Panjaitan,
2016).
Kesehatan adalah perlindungan tubuh dan pikiran orang dari penyakit yang
dihasilkan oleh material, proses, atau prosedur yang digunakan pada tempat kerja.
Bahaya yang mengancam kesehatan kerja dalam konstruksi diantaranya mencakup
panas, radiasi, kebisingan, debu, kejutan, getaran serta zat kimia beracun.
Kesehatan kerja adalah kesehatan yang diharapkan dimiliki oleh pekerja dengan
cara pemberantasan penyakit-penyakit akibat kerja, (S. & Panjaitan, 2016).
Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tidak
terduga oleh karena latar belakang peristiwa itu tidak terdapat adanya unsure
kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan. Oleh karena peristiwa
kecelakaan disertai kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan
sampai pada yang paling berat, (S. & Panjaitan, 2016).
Kinerja merupakan hasil evaluasi terhadap pekerjaan yang telah dilakukan
dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan bersama. Kinerja adalah cara
perseorangan atau kelompok dari suatu organisasi menyelesaikan suatu pekerjaan
atau tugas. Produktivitas karyawan menunjukkan tingkat kemampuan pegawai
dalam mencapai hasil (output), terutama dilihat dari sisi kuantitasnya. Oleh karena
itu tingkat produktivitas setiap pegawai bisa berbeda, (S. & Panjaitan, 2016).
11
Dalam suatu proyek hubungan antara biaya, waktu, kinerja dan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sangat saling berkaitan. Apabila dalam
proyek jika bermasalah dengan biaya (anggaran), maka waktu yang telah
ditentukan akan melenceng dari waktu semula begitu pula kinerja yang diperoleh
tidak akan maksimal, (Tumbelaka et al., 2013).
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin,
pesawat alat kerja, bahan dan proses pengelolahannya, landasan tempat kerja, dan
lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Sasaran keselamatan kerja
adalah segala tempat kerja, baik darat di dalam tanah, di permukaan air maupun
udara. Penerapan keselamatan kerja pada suatu kegiatan merupakan suatu
kewajiban yang harus dilaksanakan oleh seluruh pelaku kegiatan guna melindungi
keamanan pekerja (19), (Giawa et al., 2021).
Menurut WHO/ILO (1995) dalam (Suwardi, Daryanto, 2018) kesehatan
kerja bertujuan untuk peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik,
mental, dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jenis pekerjaan,
pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi
pekerjaan, perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari resiko akibat faktor
yang merugikan kesehatan dan penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam suatu
lingkungan kerja yang disesuaikan dengan kondisi fisiologi danpsikologisnya,
(Giawa et al., 2021).
Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga
kerja khususnya, dan manusiaa pada umumnya.Keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) adalah bidang yang terkait dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan
manusia yang bekerja di sebuah institusi maupun lokasi proyek. Keselamatan dan
kesehatan kerja cukup penting bagi moral, legalitas, dan finansial. Semua
organisasi memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa pekerja dan orang lain
yang terlibat tetap berada dalam kondisi aman sepanjang waktu, (Giawa et al.,
2021).
12
Peran Keselamatan dan Kesehatan dalam ilmu K3 dalam mengupayakan
perlindungan kesehatan para pekerja dengan upaya promosi kesehatan, pematuhan
serta upaya peningkatan daya tubuh dan kebugaran pekerja. Sementara peran
keselamatan adalah menciptakan sistem kerja yang aman atau mempunyai potensi
resiko yang rendah terhadap terjadinya kecelakaan dan menjaga aset perusahaan,
(Giawa et al., 2021).
Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1970 dalam Suma’mur (1993),
tentang Keselamatan Kerja pasal 1 ayat 1, yang dimaksud tempat kerja adalah tiap
ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga
kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha
dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya. Termasuk tempat kerja
ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan
bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut, (Muhanafi,
2015).
K3 merupakan suatu masalah penting dalam setiap proses operasional.
Tanpa disadari manusia hidup di tengah atau bersama dengan bahaya. Berdasarkan
data ILO 2003 dalam Tarwaka (2014), ditemukan bahwa di Indonesia tingkat
pencapaian penerapan kinerja K3 di perusahaan masih sangat rendah. Dari data
tersebut ternyata hanya 2 % (sekitar 317 buah) perusahaan yang sudah menerapkan
K3. Sedangkan sisanya 98 % (sekitar 14.700) perusahaan belum menerapkan K3
secara baik. Kondisi tersebut dari tahun ke tahun terus membaik, hal ini dapat
dilihat dari data Kemenakertrans pada tahun 2009 jumlah perusahaan yang
memperoleh penghargaan sertifikat SMK3 berjumlah 150 perusahaan dan pada
tahun 2010 jumlahnya meningkat menjadi 192 perusahaan. Sehingga dari tahun
1997 sampai dengan tahun 2010 jumlah totalnya sudah mencapai 1.492
perusahaan. Selanjutnya pada tahun 2012 terdapat sebanyak 739 perusahaan
berhasil meraih penghargaan kecelakaan nihil (Zero Accident). Jumlah perusahaan
zero accident ini meningkat sebesar 44,4% (227 perusahaan) dibandingkan tahun
2011 yang berjumlah 512 perusahaan. Sedangkan penghargaan Sistem Manajemen
Kesehatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) diberikan kepada 254 perusahaan yang
13
berhasil menerapkan SMK3 berdasarkan evaluasi hasil audit dari Lembaga Audit
Eksternal. Jumlah ini meningkat 6,7% disbanding tahun 2011 sebanyak 238
perusahaan, (Muntiana, 2014)
14
4 Kekurangsiapan perusahaan dikarenakan ketidaktahuan perusahaan untuk
menerapkan SMK3
5 Biaya audit yang dianggap memberatkan perusahaan.
6 Frame koordinasi pelaksanaan audit dengan Departemen Teknis lain belum
terwujud.
Faktor-faktor keberhasilan penerapan SMK3 antara lain :
1. Telah diterapkannya beberapa sistem manajemen yang mendukung penerapan
SMK3.
2. Tingginya komitmen K3 dari manajemen puncak atau perusahaan induknya.
3. Melakukan studi banding
4. Adanya tenaga ahli di bidang K3
5. Adanya departemen atau bagian yang khusus menangani K3
6. Telah diperolehnya penghargaan di bidang K3 dari institusi asing
7. Telah dimilikinya Safety Committee yang berperan aktif dalam pelaksanaan K3.
8. Terdapatnya tuntutan dari pihak konsumen kepada perusahaan untuk
menerapkan SMK3 yang tersertifikasi.
9. Terpacunya suatu perusahaan dalam sektornya karena perusahaan lain telah
berhasil menerapkan SMK3
10. Adanya upaya pembinaan mengenai SMK3 baik dari asosiasi profesi ataupun
dari pembina kawasan perusahaan, (Azmi, 2008).
Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah bagian dari
sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, kegiatan
perencanaan, pelaksanaan, pengkajian, tanggung jawab, prosedur, proses, dan
sumber daya yang dibutuhkan dalam pengembangan, penerapan, pencapaian,
pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam
rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya
tempat kerja yang aman, efisiensi dan produktif, (Sari, 2013).
15
Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja terdiri dari beberapa
subsistem, yaitu penetapan kebijakan, subsistem perencanaan K3, subsistem
pelaksanaan K3, subsistem pengukuran dan evaluasi, serta subsistem peninjauan
ulang dan perbaikan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja oleh
manajemen, (Sari, 2013).
16
yang setinggi-tingginya, baik buruh, petani, nelayan, pegawai negeri, maupun
pekerja-pekerja bebas; 2) Sebagai upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit
serta kecelakaan akibat kerja, pemeliharaan serta peningkatan kesehatan dan gizi
tenaga kerja, perawatan dan mempertinggi efisiensidan daya produktivitas tenaga
manusia, pemberantasan kelelahan kerja, dan meningkatkan kegairahan serta
kenikmatan kerja.Di dalam pasal 87 (1) UU No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan dinyatakan bahwa setiap perusahaan wajib menerapkan Sistem
Manajemen K3 yang terintegrasi dengan manajemen perusahaan, (Muhanafi,
2015).
17
Pengelolaan SMK3 ini memiliki pola “Total Loss Control” (Loss Control
Management) yaitu suatu kebijakan untuk menghindarkan kerugian bagi
perusahaan, properti, personil di perusahaan dan lingkungan melalui penerapan
SMK3 yang mengintegrasikan sumber daya manusia, material, peralatan, proses,
bahan, fasilitas dan lingkungan dengan pola penerapan prinsip manajemen yaitu
Planning, Do, Check, dan Improvement ( PDCI ), (Azmi, 2008).
18
BAB III
HASIL KEGIATAN
WIKA Beton telah memiliki tiga anak usaha yakni PT Wijaya Karya
Beton Tbk. Komponen Beton, PT Wijaya Karya Beton Tbk. Pabrik Produksi
Beton Krakatau Beton, PT Wijaya Karya Tbk. Pabrik Produksi Beton Citra
Lautan Teduh dan satu perusahaan asosiasi PT Wijaya Karya Tbk. Pracetak
Gedung.
19
Dalam tiga tahun berikutnya, perusahaan ini terus berkembang; dari
mendirikan pabrik baru, dan inovasi seperti tiang pancang berdiameter 1 meter
dan box girder. Maka WIKA Beton pun dipilih menjadi perusahaan referensi
dalam studi kasus Economics Benefits of Standars oleh International
Organization for Standardization, Geneva Tahun 2013, WIKA Beton
mendirikan anak perusahaan WIKA Krakatau Beton dan berinovasi melahirkan
berbagai produk beton pracetak dan lini bisnis baru, yakni Quarry.
Setahun kemudian, WIKA Beton mengambil sebuah langkah
monumental: Melakukan pelistingan di Bursa Efek Idonesia, tepatnya pada 8
April 2014. Masih di tahun yang sama, perusahaan mengakuisisi PT Citra
Lautan Teduh dan meluncurkan unit Inner Boring Tahun 2016, WIKA Beton
mendirikan anak perusahaan WIKA Pracetak Gedung dan kembali berinovasi
dalam produk PC Wall yang bisa mencapai panjang 24,6 meter.
1. Visi
20
3.1.3. Jumlah Karyawan
Jumlah Tenaga Kerja di PT. Wijaya Karya Beton TBK. PPB Lampung
Selatan yang diklasifikasikan sebagai berikut
Tabel 3.1. Jumlah Pegawai di PT. Wijaya Karya Beton TBK. PPB Lampung Selatan
Jumlah Karyawan dan
N0 Nama bidang
pekerja non karyawan
1 MPBB 1
2 Seksi Teknik dan Mutu 8
3 Seksi Perencanaan & Evaluasi Produksi (PEP) 7
4 Seksi Keuangan & SDM 6
5 Seksi Perlatan 12
6 Seksi Produksi 26
7 Pekerja harian/non karyawan 321
TOTAL 381
21
3.2 Struktur Organisasi Institusi
PT WIJAYA KARYABETONTbk.
PPB Lampung Selatan
STRUKTUR ORGANISASI
PPB LAMPUNG SELATAN
MANAJER PPB
LAM-SEL
ALWIN S.
PANGGABEAN
SEKSI PRODUKSI
SEKSI PERALATAN
Keterangan gambar :
Garis tanggung jawab
Garis pendukung / SASAA
22
3.3 Struktur Organisasi Bidang/Bagian/Unit Magang dan Tupoksi
23
3.3.1. Tugas dan Tanggung Jawab P2K3 Divisi & Unit Kerja
1. Ketua P2K3 Divisi
a. Ketua P2K3 Divisi dijabat oleh Manajer Divisi dan bertanggung jawab
langsung kepada Ketua P2K3 tingkat perusahaan;
b. Ketua P2K3 Divisi bertanggung jawab atas:
1) Tersedianya rencana kerja dan anggaran program penerapan K3L
unit kerja yang meniadi tanggung jawabnya;
2) Memastikan terkelolanya pelaksanaan rencana program penerapan
K3L unit kerja yang menjadi tanggung jawabnya;
3) Terlaksananya fungi sebagai wakil perusahaan dalam berhubungan
dengan pihak diluar perusahaan yang terkait dengan program
penerapan K3L di Unit kerja yang menjadi tanggung jawabnya;
4) Terbinanya pengetahuan dan keterampilan mengenal K3L di Unit
kerja yang menjadi tanggung jawabnya;
5) Memastikan tersedianya laporan kemajuan program penerapan K3L
tingkat Unit Kerja,
6) Terlaksananya program K3L termasuk pendidikan dan pelatihan
secara bekerja bagi karyawan/pekerja di Unit Kerja masing-masing;
7) Memastikan terlaksananya peraturan-peraturan dan prosedur-
prosedur K3L di Unit Kerjanya;
2. Ketua P2K3
a. Ketua P2K3 tingkat Unit Kantor Pusat dijabat oleh Sekretaris
Perusahaan dan bertanggung jawab langsung kepada Ketua P2K3
tingkat perusahaan;
b. Ketua P2K3 tingkat Pelaksana Pengelolaan Usaha (Unit Kerja)
24
mempunyai fungsi utama yaitu menjadi wakil perusahaan dalam
berhubungan dengan pihak konsultan K3L, badan sertifikasi K3L,
Kemenaker, KLHK, dan menjaga konsistensi penerapan K3L di unit
kerja yang menjadi tanggung jawabnya dalam rangka menjaga aset dan
citra unit kerjanya;
c. Ketua P2K3 tingkat Unit Kerja dijabat secara "ex-officio" oleh
Pimpinan tertinggi Unit Kerja dan bertanggung jawab langsung kepada
Ketua P2K3 tingkat perusahaan;
d. Ketua P2K3 tingkat Unit Kerja bertanggung jawab atas:
1) Penentuan Personel yang diperlukan untuk Penerapan K3L di Unit
Kerja secara efisien, efektif dan penuh tanggung jawab;
2) Tersedianya rencana kerja dan anggaran program penerapan K3L
unit kerja yang menjadi tanggung jawabnya;
3) Terkelolanya pelaksanaan rencana program penerapan K3L unit
kerja yang menjadi tanggung
4) Terlaksananya fungsi sebagai wakil perusahaan dalam berhubungan
dengan pihak diluar perusahaan yang terkait dengan program
penerapan K3L di Unit kerja yang menjadi tanggung
5) Terlaksananya pengkajian metode kerja yang lebih
merekomendasikan pelaksanaan K3L unit kerja yang menjadi
tanggung jawabnya;
6) Terbinanya pengetahuan dan keterampilan mengenai K3L di unit
kerja yang menjadi tanggung jawabnya;
7) Tersedianya laporan kerajuan program penerapan K3L tingkat Unit
Kerja;
8) Terlaksananya program K3L termasuk pendidikan dan pelatihan
secara berkala bagi karyawan/pekerja di Unit Kerja masing-masing;
9) Terlaksananya peraturan-peraturan dan prosedur-prosedur K3L di
Unit Kerjanya;
25
10) Sebagai pemimpin dalam pembahasan atas topik pelaksanaan K3L
pada saat rapat tinjauan K3L (HSE Meeting);
26
6) Terlaksananya peraturan-peraturan dan prosedur-prosedur K3L di
Unit Kerjanya;
7) Sebagai pemimpin dalam pembahasan atas topik pelaksanaan K3L
pada saat rapat tinjauan K3L (HSE Meeting );
8) Bertanggung jawab atas kerapihan/kebersihan lingkungan kerja
(Housekeeping) serta bahaya-bahaya kecelakaan dan penyakit
akibat kerja yang dapat terjadi terhadap setiap tamu/pengunjung
Unit Kerjanya.
4. Sekretaris P2K3
a. Sekretaris P2K3 Unit Kerja dijabat oleh Ahli K3 yang ditetapkan oleh
ketua P2K3 Unit Kerja dan bertanggung jawab langsung kepada Ketua
P2K3 Unit Kerja, serta merupakan Representasi Manajemen dalam
menerapkan SMK3L perusahaan;
b. Sekretaris P2K3 Unit Kerja mempunyal fungsi utama yaitu memastikan
semua persyaratan K3L telah diterapkan, dilaksanakan dan dipelihara
oleh unit kerja yang menjadi tanggung jawabnya serta memberikan
dukungan, bantuan, dan saran-saran yang diperuntukan di unit kerja
dalam rangka menjaga kelangsungan penerapan K3L;
c. Sekretaris P2K3 Unit Kerja sesuai dengan fungi utamanya bertanggung
jawab atas:
1) Terkendalinya program K3L Unit Kerja;
2) Terpenuhinya syarat-syarat K3L secara internal dan eksternal Unit
Kerja;
3) Tersedianya umpan balik dan rekomendasi perbaikan / pencegahan
atas permasalahan SMK3L Unit Kerja;
4) Terlaksananya dukungan, bantuan dan saran-saran yang diperlukan
di Unit Kerja;
5) Terlaksananya pengujian efektivitas pelaksanaan program K3L di
Unit Kerja;
27
6) Teriaksananya pembuatan laporan bulanan atas pelaksanaan K3L
termasuk data statistik yang diperlukan serta melaporkannya kepada
Manajer Unit Kerja/Ketua P2K3 Unit Kerja dan Dinasker;
7) Terselenggaranya hubungan dan koordinasi yang balk dengan
instansi eksternal yang terkait dengan K3L;
8) Terlaksananya upaya-upaya tindakan pencegahan dan perbaikan
dalam rangka tercapainya pelaksanaan K3L secara konsisten;
9) Terlaksananya peraturan terhadap setiap pengunjung/tamu yang
mengunjungi Pabrik Produx beton dipastikan sudah menggunakan
Alat Pelindung Diri (APD) yang benar dan aman dan situasi/posisi
berbahaya yang dapat menimbulkan ancaman bahaya dan penyakit
alibat kerja;
10) Terlaksananya simulasi Keadaan Darurat;
11) Terlaksananya tugas-tugas kesekretariatan/administrasi dan
kerumahtanggaan P2K3 PT Wijaya Karya Beton Tbk;
12) Terlaksanarya penjelasan Kebijakan K3L perusahaan dan
prosedur/peraturan-peraturan insturksiKerja K3 kepada seluruh
karyawan /pekerja oilingkungan Unit Kerja;
13) Terlaksananya penjelasan tentang Kebijakan K3L perusahaan dan
peraturan-peraturan K3L yang relevan oleh penanggung jawabnya
masing-masing kepada setiap tamu/pengunjung/sub-kontraktor-
pemasok dan pelanggan yang datang/masuk kedalam lingkungan
Unit Kerja.
5. Pengawas / Inspektor
a. Pengawas / Inspektor mempunyai fungsi utama yaitu melaksanakan
pengawasan untuk memastikan berlangsungnya penerapan K3L sesuai
dengan kebijakan yang ditetapkan perusahaan;
28
b. Pengawas/Inspektor ditunjuk oleh Ketua P2K3 tingkat Unit Kerja dan
bertanggung jawab langsung kepada Sekretaris P2K3 tingkat Unit
Kerja;
29
b. Analisa Teknis dan Peralatan P2K3 Unit Kerja dijabat secara “ex-
officio”sesuai fungsi jabatan pada struktur organisasi P2K3 yang telah
ditentukan dan bertanggung jawab langsung kepada Ketua P2K3 tingkat
Unit Kerja.
Produk PT. Wika Beton, Tibk. dibagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu produk
putar dan non putar.
3.4.1 Produk Putar
Produk putar terdiri dari : Produk tang pancang, cylinder pile, serta
produk sejenis dengan kapasitas produksi 125.066 m3/tahun 2022. Proses
Produksi Produk Putar
Gambar 3.3 Proses Produksi Produk Beton Putar
setting
cetakan
finishing
stock yard cetakan beton
1. Persiapan Cetakan
Pembuatan dan pemasangan cetakan harus sesuai dengan shof drowing
pembersihan dan pemberian oli pada cetakan untuk mempermudah
pekerja pada saat pembukaan cetakan.
30
2. Perakitan Tulangan
Proses awal produksi produk putar adalah perakitan bahan tulangan baja.
Perakitan ini menggunakan mesin wire caging. Baja tulangan diperoleh dari
pihak vendor yang diangkut dengan alat transportasi darat (trailer). Setelah
proses perakitan selesai tulangan baja tersebut diangkut ke area setting
tulangan menggunakan alat bantu angkat.
3. Setting Tulangan
Cetakan dan end plate yang sudah dibersihkan disiapkan pada posisi
tulangan, rakitan tulangan dimasukkan ke dalam cetakan kemudian end
plate penutup dipasang dan dikencangkan. Cetakan dan tulangan yang
sudah disiapkan diangkut ke area pengecoran dengan alat bantu angkat.
4. Pengecoran
Pengecoran beton adalah kegiatan penuangan beton segar ke dalam cetakan
yang telah dipasangi rakitan besi tulangan.
5. Stressing
Proses penarikan tulangan agar tulangan kencang dan pengecoran menjadi
padat.
6. Spining
Mesin spinning digerakkan dengan motor listrik. Mesin ini difungsikan
dalam pengecoran dan pemadatan produk putar, sedangkan beton pengisi
diperoleh dari batching plant yang digerakkan juga oleh motor listrik.
Pengisian beton sesuai dengan kebutuhan dan mutu beton sebagaimana
yang telah disyaratkan. Penuangan material beton ke dalam cetakan yang
diputar dengan menggunakan hopper conveyor yang digerakkan oleh motor
listrik. Lama proses spinning dan pengisian beton sekitar ‡ 15 menit.
7. Perawatan beton
Cetakan dan produk setelah selesai diputar diangkat ke area perawatan
menggunakan gantry crane yang digerakkan motor listrik. Perawatan beton
dilakukan minimal 7 jam.
31
8. Pembukaan Cetakan
Pembukaan cetkan dilakukan minimal setelah umur beton telah mencapai
syarat yang di tentukan.
9. Penumpukan Produk di Stokyard
Di lokasi stokyard, antar produk diberi bantalan berupa balok kayu dengan
rata, bersih dan disusun secara vertikal, serta dilakukan proses pemasangan
label pada tiap produk, yaitu dengan memberi tanggal produksi dan tipe
produk guna untuk memudahkan pihak lapangan untuk melakukan
pengecekan pada saat instalasi produk.
Produk non putar terdiri dari : Produk bantalan jalan rel, cover slab, serta
produk sejenis dengan kapasitas produksi 23.869 m3/tahun 2022. Proses
Produksi Produk Non Putar
1. Persiapan Cetakan
Pembuatan dan pemasangan cetakan harus sesuai dengan shof drowing
pembersihan dan pemberian oli pada cetakan untuk mempermudah
pekerja pada saat pembukaan cetakan.
32
2. Perakitan Tulangan
Perakitan tulangan menggunakan bar bender dan bar cutter (mesin bengkok
dan mesin potong) yang digerakkan oleh motor listrik.b). Setting tulangan
Tulangan dirakit secara manual sesuai dengan gambar serta ukuran yang
disyaratkan. Pengangkatan rakitan tulangan menuju area cetakan
menggunakan alat bantu angkat lalu cetakan ditutup dan dirapatkan.
3. Setting Tulangan
Tulangan dirakit secara manual sesuai dengan gambar serta ukuran yang
disyaratkan. Pengangkatan rakitan tulangan menuju area cetakan
menggunakan alat bantu angkat lalu cetakan ditutup dan dirapatkan.
4. Pengecoran
Cetakan dan tulangan yang sudah diset sesuai persyaratkan selanjutnya
dicor dengan beton yang berasal dari batching plant dengan menggunakan
hopper supply dan bucket cor. Pemadatan beton menggunakan internal dan
atau eksternal vibrator yang digerakan motor listrik.
5. Perawatan beton
Cetakan dan produk setelah selesai dicor diangkat ke area perawatan
menggunakan alat bantu angkat yang digerakkan motor listrik. Perawatan
beton dilakukan minimal 6 jam, setelah selesai perawatan cetakan dibuka
dan diangkut dengan forklift ke area stockyard.
6. Pembukaan Cetakan
Pembukaan cetkan dilakukan minimal setelah umur beton telah mencapai
syarat yang di tentukan.
7. Penumpukan Produk Stokyard
Di lokasi stokyard, antar produk diberi bantalan berupa balok kayu dengan
rata, bersih dan disusun secara vertikal, serta dilakukan proses
pemasangan label pada tiap produk, yaitu dengan memberi tanggal
produksi dan tipe produk guna untuk memudahkan pihak lapangan untuk
melakukan pengecekan pada saat instalasi produk.
33
3.5 Pelaksanaan Kegiatan Magang
3.5.1 Kegiatan Magang
Lampung Selatan
Lampung Selatan
dapat lampiran.
dengan pembimbing lapangan dan seluruh karyawan PT. Wijaya Karya Beton
PPB Lampung Selatan, kami mulai dengan orientasi jalur proses pruduksi dan
K3, kemudian kami melakukan kegiatan kerja seperti, Safety induction setiap
pagi sebelum bekerja, inspeksi K3 seperti : inspeksi alat bantu angkat, inspeksi
34
K3 proses pada jalur 1, 2, 3-A, 3-B, 4, inspeksi Apar- Apar, Inspeksi Hydrant
Pada minggu ketiga, kami melakukan kegiatan kerja dilokasi magang dan
35
Pt.Wijaya Karya melaksanakan kegiatan inspeksi K3 terhadap potensi
bahaya kecelakaan yang timbul di tempat kerja. Potensi bahaya yang dapat
menyebabkan kecelakaan kerja dapat berasal dari berbagai kegiatan dan
aktivitas dalam pelaksanaan operasi atau juga berasal dari proses kerja. Potensi
bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan di tempat kerja misalnya, terjatuh,
terjepit,tertimpa, tertabrak dan lain-lain.
Pada dasarnya semua jalur di Pt.Wijaya Karya PPB Lampung Selatan
memiliki potensi bahaya, namun pihak pabrik terus mengupayakan program
atau kegiatan yang dapat meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja guna
mencapai tujuan zero accident.
36
Potensi bahaya yang dapat terjadi apabila pekerja yang tidak patuh dalam
menggunakan APD seperti cidera atau penyakit akibat kerja (PAK) dapat
menimbulkan gangguan kesehatan serius, kecatatan, bahkan kematian.
Beberapa contoh potensi bahaya yang dapat terjadi di bengkel kerja/workshop
peralatan seperti tertusuk benda tajam, tertimpa benda jatuh, luka sayat,
dehidrasi karena lingkungan panas, sengatan listrik, cidera pada mata,
kebakaran.
37
kimia, kinetik, fisis yang dapat mengakibatkan cedera pada manusia, alat, atau
lingkungan. Secara umum faktor kecelakaan disebabkan oleh dua golongan
yaitu: a. (unsafe human acts) tindak perbuatan manusia yang tidak memenuhi
keselamatan, b. (unsafe conditions) keadaan lingkungan yang tidak aman.
38
Faktor bahaya di workshop bagian persiapan tulangan, Faktor bahaya
yang ada di workshop adalah faktor bahaya fisik. Faktor bahaya fisik yaitu
potensi bahaya yang berasal dari atau bersumber dari alat alat yang ada di
workshop. Faktor bahaya fisik tersayat pisau, tertusuk besi, tertimpa barang,
luka bakar karena percikan api saat mengelas, terpeleset, bahaya panas dari uap
las,tersengat listrik, dan lain – lain.
Dari berbagai jenis APD yang disediakan, maka sesuai dengan faktor
bahaya yang ada di workshop persiapan tulangan diperlukan APD menurut
kebutuhan:
Tabel 3.2 Faktor Bahaya Yang Ada Di Workshop
39
3.7 Analisis Penerapan Sistem Manajemen K3
40
Kesehatan dan Keselamatan kerja merupakan suatu usaha sekaligus
gagasan guna memastikan integritas serta kesempurnaan pekerja baik itu
menyangkut jasmani ataupun rohani. Proses penerapan program kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) bertujuan supaya bisa berjalan dengan efektif
penerapan K3 di suatu perusahaan, dengan demikian akan timbul kondisi aman
serta pekerjaan yang taat akan aturan untuk memakai Alat Pelindung Diri
(APD) serta berbagai peraturan yang lain lain.
1. Tempat kerja
2. Peralatan kerja
3. Cara kerja
4. Alat pelindung kerja
5. Alat pelindung diri
6. Rambu-rambu
7. Lingkungan kerja konstruksi sesuai RK3K
41
3.7.3 Identifikasi Bahaya Pada Pekerja Bagian Workshop Perakitan
Tulangan Yang Tidak Menggunakan APD (Rahmat Wahyu Hidayat)
Pengendalian potensi dan faktor bahaya yang telah dilakukan PT. Wijaya
Karya Beton salah satunya dengan menyediakan Alat Pelindung Diri (APD).
Alat pelindung diri menjadi alternatif terakhir untuk memberikan perlindungan
kepada tenaga kerja dari potensi bahaya ditempat kerja. Pada lingkungan kerja
PT. Wijaya Karya Beton semua tenaga kerja yang akan melakukan pekerjaan
maupun pengawasan harus memakai APD sesuai potensi bahaya yang
ditimbulkan. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi tenaga kerja dari
kecelakaan maupun penyakit akibat kerja yang mungkin timbul karena potensi
dan faktor bahaya tersebut.
Alat pelindung diri yang diberikan PT. Wijaya Karya Beton kepada
tenaga kerja secara gratis. Hal ini sesuai dengan undang-undang No. 1 tahun
1970 pasal 14 sub c yang menyatakan pengurus diwajibkan menyediakan secara
cuma-cuma, semua alat pelindung diri yang diwajibkan pada tenaga kerja yang
berada dibawah pimpinannya dan menyediakan bagi orang lain yang memasuki
tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan
menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja. Selain itu
sesuai dengan permenaker trans No. Per-01/MEN/1981 pasal 4 ayat 3 yang
menyatakan bahwa pengurus wajib menyediakan secara gratis alat pelindung
yang mewajibkan penggunanya bagi tenaga kerja yang berada di bawah
pimpinannya untuk pencegahan penyakit akibat kerja. Perusahaan menurut
karyawan sudah baik dalam melaksanakan aturan K3 terutama tentang
penyediaan. Penyimpanan APD di PT. Wijaya Karya Beton telah disediakan di
ruang khusus APD yang terdapat petugas yang ditugaskan untuk menata dan
merapikan alat pelindung diri sehingga dapat untuk meminimalisirkehilangan
alat pelindung diri karyawan.
42
Perawatan dan penyimpanan APD Pemeliharaan alat pelindung diri yang
dilakukan oleh masing-masing tenaga kerja selain penyimpanan alat pelindung
diri diruang khusu APD yang telah disediakan perusahaan juga ada beberapa
karyawan melakukan perawatan dengan cara untuk sepatu safety selalu
dibersihkan setelah selesai digunakan bekerja lalu dikeringkan kemudian
disimpan dan disusun secara rapih dirak sepatu yang telah disediakan. Tipe
perawatan biasanya berbeda-beda disetiap karyawan tergantung individu
mereka masing-masing. Hal ini sesuai dengan Permenakertrans RI Nomor
PER.08/MEN/VII/2010 pasal 7 ayat 1 bahwa pengusaha dan pengurus wajib
melaksanakan manajemen APD ditempat kerja salah satunya meliputi
penggunaan,.
43
BAB IV
PEMBAHASAN
45
e. Inspeksi Keteraturan House Keeping
Inspeksi keteraturan house keeping meliputi seluruh lokasi atau area di
wilayah kerja Pt.Wijaya Karya Beton PPB Lampung Selatan. Dari hasil inspeksi
berdasarkan kondisi lantai dan dinding, perabot dan perlengkapan dan kelengkapan
admisistrasi semua dalam kondisi baik, tetapi terdapat keruskan pintu toilet di jalur
4 (empat).
Firstio Qatrunnada)
PT. Wijaya Karya Beton PPB Lampung Selatan bahwasanya pihak perusahaan
sudah memberlakukan sistem denda terhadap pekerja yang nakal/ tidak patuh
dalam mengikuti aturan perusahaan yang mengharuskan setiap pekerja wajib
menggunakan APD sesuai bidang dan tempat bekerja, serta telah melakukan safety
talk setiap pagi sebelum aktifitas bekerja di mulai.
46
Berdasarkan perbandingan hasil pengamatan penulis tentang identifikasi
bahaya, penilaian resiko dan pengendalian resiko K3 dan identifikasi bahaya,
penilaian resiko dan pengendalian resiko K3 yang telah di buat oleh pihak
perusahaan terdapat banyak kesamaan dan sudah sesuai dengan kondisi di lokasi
workshop perlatan, beberapa aktifitas pekerjaan yag di lakukan di workshop
peralatan seperti menggerinda, mengebor, mengelas, dan perbaikan alat- alat rusak.
Begitu pula dengan potensi bahaya, dampak dan pengendalian resiko.
Sebagian besar perilaku pekerja yang tidak menerapkan perilaku keselamatan dan
kesehatan kerja. Hal ini dapat dilihat dari selama bekerja masih kurang kesadaran
penggunaan APD oleh pekerja, dan tindakan kurang hati-hatian selama bekerja.
Berdasarkan teori perilaku Lawrance Green (1980), dalam (Notoadmojo, 2007)
47
mengungkapkan determinan perilaku berawal dari analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku, yaitu :
48
PT. Wijaya Karya Beton adalah perusahaan yang meproduksi beton
pracetak seperti tiang listrik beton, tiang telepon beton, tiang pancang beton,
bantalan jalan rel, bridge girders, PC-U girders, sheet piles yang digunakan dalam
proses konstruksi jembatan, gedung, jalan raya serta berbagai infrastruktur lainnya.
Perusahaan ini termasuk kedalam perusahaan besar dengan tingkat resiko tinggi
dan memiliki lebih dari 100 orang pekerja. Hal ini terlihat dari proses produksinya
yang banyak menggunakan mesin-mesin berteknologi tinggi sehingga
menimbulkan potensi bahaya yang cukup banyak. Misalnya saja penggunaanhoist
crane untuk pengangkutan tulangan, produk, atau cetakan produk. Posisi hoist crane
yang berada diatas kepala berpotensi untuk putus dan menimpa pekerja.Begitu pula
dengan penggunaan mesin baching untuk pembuatan adukan beton. Operator yang
menangani mesin ini bisa terkena cipratan mortar atau tubuh terputar mixer beton.
Belum lagi pada proses pengecoran beton yang menimbulkan kebisingan sampai
97 dBA. Juga penggunaan mesin spinning untukmemadatkan beton yang berputar
dengan kecepatan putaran 1800 rpm, Semua ini menyebabkan PT Wijaya Karya
Tbk. Pabrik Produksi Beton Beton wajib menerapkan SMK3.
49
pemeriksaan kesehatan secara berkala kepada seluruh tenaga kerja. Kendala pada
butir kriteria yang terdapat ketidaksesuaian dalam penerapannya adalah bahwa
owner tidak mensyaratkan kriteria-kriteria diatas untuk dilaksanakan sesuai dengan
pedoman yang berlaku. Selain itu, menyangkut pada personil proyek yang belum
komplit, terutama pada bagian SHE (safety, health and environment). SafetyOfficer
yang hanya berjumlah 2 personil menyulitkan untuk memonitor keseluruhan
program K3. Sehingga ada kriteria SMK3 yang dalam pelaksanaanya masih
terdapat ketidaksesuaian dengan pedoman yang berlaku. Oleh karena itu proyek
dihimbau untuk segera menambah jumlah personil SHE demi tercapainya SMK3
proyek yang sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 50 tahun 2012, (Aji,
2017).
Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga
kerja khususnya, dan manusia pada umumnya.Keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) adalah bidang yang terkait dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan
manusia yang bekerja di sebuah institusi maupun lokasi proyek.Keselamatan dan
kesehatan kerja cukup penting bagi moral, legalitas, dan finansial. Semua
organisasi memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa pekerja dan orang lain
yang terlibat tetap berada dalam kondisi aman sepanjang waktu. Kondisi riil yang
didapatkan peneliti pada saat melakukan penelitian bahwa pengetahuan K3sangat
mempengaruhi kedisiplinan pekerja dalam menggunakan maskerpada saat bekerja
di PT. Wijaya Karya Beton Tbk Lampung, (Giawa et al., 2021).
50
Kedisiplinan adalah sikap kesediaan dan kerelaan seseorang untuk
mematuhi dan menaati segala norma peraturan yang berlaku di organisasi. Disiplin
karyawan yang baik dapat mempercepat pencapaian tujuan organisasi, sedangkan
disiplin yang merosot akan menjadi penghalang dan memperlambat pencapaian
organisasi. Peraturan disiplin di buat untuk mengatur tata hubungan kerja yang
berlaku tidak saja dalam perusahaan- perusahaan besar atau kecil, tetapi juga pada
organisasi yang mempekerjakan banyak sumber daya manusis untuk melaksanakan
pekerjaan. Pembuatan suatu peraturan disiplin di maksudkan agar para karyawan
dapat melakukan pekerjaan tersebut sesuai dengan apa yang di harapkan. Oleh
sebab itu, peraturan disiplin pada perusahaan- perusahaan swasta tidak akan banyak
berbeda dengan organisasi publik. Kondisi riil yang didapatkan peneliti pada saat
melakukan penelitian bahwa peraturan K3 sangat mempengaruhi kedisiplinan
pekerja dalam menggunakan masker pada saat bekerja di PT. Wijaya Karya Beton
Tbk Lampung, (Giawa et al., 2021).
51
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
52
5.1.2. Penerapan Penggunaan APD pada Pekerja di Workshop Peralatan (Ebel
Firstio Qatrunnada)
5.2 Saran
1 Sikap pekerja terhadap penerapan Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja sudah
cukup baik, namun masi terdapat pekerja nakal yang sesekali tidak menerapkan
sistem keselamatan dan kesehatan kerja dengan baik, sehingga diharapkan agar
pekerja mempertahankan dan semakin meningkatkan sikapnya terhadap
pelaksanaan program K3. Semakin baik sikap terhadap penerapan Program
Keselamatan dan Kesehatan Kerja maka akan memberi rasa aman bagi pekerja dan
perusahaan sehingga diharapkan perusahaan lebih memperhatikan penerapan
program K3 terutama dari bagian manajemen K3 untuk meningkatkan program K3
yang nantinya juga akan meningkatkan produk- tifitas kerja perusahaan.
53
2. Evaluasi tentang kinerja keselamatan dan kesehatan kerja pada pekerja mulai dari
melakukan pekerjaan sampai selesai bekerja Menambahkan bagian Pengawasaan
pada bagian K3. Menambahkan (menempelkan) identifikasi bahaya, penilaian
resiko dan pengendalian resiko K3 di workshop peralatan.
3. Perlu diterapkannya sanksi yang tegas terhadap tenaga kerja yang melanggar
Norma-norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
4. Sebaiknya diberikan sanksi yang tegas terhadap tenaga kerja yang melakukan
pelanggaran terhadap penggunaan APD.
54
DAFTAR PUSTAKA
SAFETY TALK
INSPEKSI MOBILE CRANE
INSPEKSI KENDARAAN TRUCK TRAILER