REGULER 2 / SEMESTER 3
KELOMPOK 2 :
POLTEKKES TANJUNGKARANG
TAHUN 2019
i
LEMBAR KONSUL
1.
2.
3.
4.
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan praktikum Pengelolaaan Limbah Cair ini diajukan sebagai persyaratan dalam
mengikuti Ujian Akhir Semester (UAS) Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Tanjungkarang Tahun Ajaran 2019/2020.
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan praktikum Pengelolaaan Limbah Cair ini diajukan sebagai persyaratan dalam
mengikuti Ujian Akhir Semester (UAS) Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Tanjungkarang Tahun Ajaran 2019/2020.
iv
DAFTAR ISI
v
HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................................... 35
KESIMPULAN ................................................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 37
LAMPIRAN ........................................................................................................................... 38
PRAKTIKUM 4...................................................................................................................... 39
DESIGN IPAL RUMAH SAKIT ........................................................................................... 39
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................................... 39
ALAT DAN BAHAN ......................................................................................................... 41
PROSEDUR KERJA .......................................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 50
LAMPIRAN ........................................................................................................................... 51
vi
PRAKTIKUM 1
PERCOLATION TEST
I. TINJAUAN PUSTAKA
Peresapan adalah suatu area tempat dimana air yang keluar dari tangki hasil
pengolahan primer / sekunder pada air limbah ataupun yang berasal dari septitank
(efluen) dialirkan kedalam sitem yang berlubang-lubang dibawah tanah supaya
air tersebut meresap kedalam tanah.
Proses yang terjadi adalah terjadi penyaringan dari zat-zat padat yang
tersuspensi dalam efluen oleh butir-butir tanah, sedangkan zat organik
dihancurkan (distabilisasi) oleh bakteri-bakteri aerobik yang ada di dalam tanah.
Untuk daya absorbsi tanah diperlukan suatu Uji Daya Resap Tanah
(PercolationTest). Dimana uji ini dapat memberikan petunjuk tentang banyaknya
air dan zat-zat organic yang dapat meresap kedalam tanah.
B. Uji Daya Resap Tanah (PercolationTest)
Tujuan Uji Daya Resap Tanah adalah untuk mengetahui kemampuan absorbsi
tanah ditempat tertentu dan sebagai bahan pertimbangan desain dari system
peresapan bawah permukaan tanah yang sesuai.
1
Metode Uji Daya Resap Tanah:
1. Jumlah dan lokasih uji: enam atau lebih lubang percobaan dengan jarak
yang sama sepanjang medan peresapan yang direncanakan,
2. Jenis lubang percobaan: diameter lubang 10-30 cm dengan kedalamannya
sepanjang dalamnya parit peresapan yang direncanakan,
3. Cara pembuatan: gali lubang dengan alat yang tajam untuk mendapatkan
gambaran tanah yang asli sebagai tempat peresapan, angkat semua kotoran
tanah yang lepas masukan pasir yang kasar/kerikil halus setinggi 5cm yang
berfungsi melindungi dasar lubang dari endapan tanah,
4. Proses penjenuhan dan pemekaran tanah adalah upaya agar kondisi tanah
yang ada dapat menyamari kondisi pada saat musim penghujan,
a. Penjenuhan (Saturation) : pengisian air pada celah diantara butir-butir
tanah sampai penuh. Proses biasanya berjalan lambat, terutama pada
tanah liat,dan
b.Pemekaran (Swelling): masuknya (intrusion) air pada setiap butir tanah.
Proses biasanya berjalan lambat terutama pada tanah liat.
Caranya :
2
Misalnya dalam 30 menit terakhir turun 10 cm, maka waktu
perkolasi adalah :
Waktu perkolasi adalah waktu dalam satuan menit yang diperlukan oleh air
untuk turun sedalam 1”.
a. Pengukuran kecepatan : pengukuran dilakukan pada hari berikutnya setelah
mengalami penjenuhan dan pemekaran kecuali pada tanah berpasir maka
setelah 4 jam pemekaran dapat langsung dilakukan pengukuran.
b. Pada tanah berpasir biasanya 15cm air pertama meresap kurang dari 30
menitsesudah jangka waktu pengukuran diambil setiap 10 menit dan lamanya
percobaan adalah 1 jam. Turunnya air pada 10 menit terakhir dipergunakan
untuk perhitungan waktu perkolasi
Tabel 1.1 : Hubungan antara waktu perkolasi dengan area tanah peresapan yang
diperlukan untuk perumahan individu.
Area tanah peresapan yang diperlukan dalam
Waktu perkolasi dalam
ft2/kamar tidur (untuk parit peresapan dan
menit/inch sumur peresapan)
1 atau kurang 70
2 85
3 100
4 115
5 125
10 165
15 190
30 250
45 300
60* 330
3
Catatan:
Dalam setiap hal, area tanah peresapan seharusnya untuk minimum 2 kamar
tidur (4 orang penghuni), Area tanah peresapan untuk parit peresapan adalah luas
dasar parit, Area tanah peresapan untuk sumur peresapan adalah luas dinding
samping yang efektif dibawah inlet, dan waktu perkolasi diatas 60 tidak sesuai
untuk sistem peresapan dangkal.
a. Sistem Peresapan
Pada umumnya semua jenis peresapan bawah tanah dijaga pada jarak:
Sumur peresapan sebaiknya tidak digunakan jika air minum diambil dari sumur
dangkal atau dimana ada formasi batu kapur.
Ada dua jenis desain sistem peresapan :
1. Parit Peresapan (StandardTrenches)
Merupakan suatu lapangan peresapan terdiri atau suatu parit dengan lebar
minimum 12 inchi, dengan diisi pipa berdiameter 4 inchi. Masing-masing
pipa panjang 2-3ft.
Kriteria parit peresapan:
4
g) Sebaiknya ada kolam distribusi.
2. Linggis
5
3. Sekop
4. Meteran
5. Ember
6. StopWatch
7. Gayung
6
B. BAHAN
1. AIR 2. KERIKIL
3. PASIR
2. Pilih lokasi untuk melakukan praktikum sesuai dengan syarat yang telah
ditetapkan
3. Buat lubang galian dengan diameter 4” dan kedalamannya 85cm,
7
6. Setelah selesai, isi alat percolation test dan gunakan benang atau tali pada
kawat alat tersebut, sebagai kode batas penurunan air
1. 15.15 17 Cm
2. 15.20 17 Cm
3. 15.25 14 Cm
4. 15.30 13 cm
5. 15.35 12 cm
6. 15.40 12 cm
Jumlah ∑ 85Cm
8
- Pengamatan ke 6 pada pukul 15.40 didapatkan hasil tinggi resapan air
mencapai 12 cm
- Jadi terdapat hasil , selama 30 menit pen jenuhan air terjadi penurunan air
setinggi 85 cm.
Perhitungan :
waktu pengamatan
= tinggi permukaan air x 2,5 cm
30 menit
= x 2,5 cm
85 cm
= 0,88 ft
4.2.PEMBAHASAN
Pada Praktikum uji perkolasi yang dilakukan dilapangan voly jurusan
kesehatan lingkungan dilakukan dengan interval waktu selam 30 menit,
dengan melubangi tanah dengan menggunakan auger yang berdiameter 4”
dengan kedalaman 85 cm.
Pada praktikum ini dilakukan pengisian air terus menerus pada lubang
perkolasi hingga mencapai titik jenuh. Jika air telah jenuh amati dan catat
hasil uji setiap 5 menit sekali selama 30 menit .
Kelompok kami mendapatkan hasil uji perkolasi yaitu 0,88 ft, yang mana
data yang kami dapatkan yaitu selama 30 menit setelah jenuh terjadi
penurunan air hingga 85 cm.
Uji perkolasi ini dilakukan guna sebagai pertimbangan sistem peresapan
permukaan tanah untuk pembuatan septictank.
V. KESIMPULAN
Dapat mengetahui kemampuan absorbsi tanah ditempat tertentu sebagai bahan
pertimbangan desain septictank dari sistem peresapan permukaan tanah yang
sesuai.
9
DAFTAR PUSTAKA
10
LAMPIRAN
11
PRAKTIKUM 2
DESAIN SEPTICTANK
I. TINJAUAN PUSTAKA
Yang sudah diketahui umum, septik tank berfungsi sebagai tempat
penampungan tinja dan semua air limbah yang datangnya dari toilet, atau istilah
sopannya “blackwater”. Bahwa septik tank menjadi tempat penampungan tidak
salah, Cuma pemahaman ini belum lengkap.Ini cara pandang yang sudah kuno
sebelum konstruksi septik tank menjadi seperti yang kitalihat saat ini. Itu
sebabnya mengapa konstruksi septik tank tidak menjadi perhatian utama
pemilik rumah, pekerja konstruksi bahkan para perencana bangunan.Jadi selain
sebagai penampung, septik tank sebenarnya dimaksudkan untuk mengolah air
limbah “blackwater” sebelum nantinya meresap ke dalam tanah ata u dibuang
ke pengolahan lebih lanjut.
Septic tank dapat dibuat dengan sistem kombinasi anaerobik dan aerobik
dan standarnya terbuat dari bahan bangunan yang tahan terhadap asam serta
kedap air. septic tank yang sering dijumpai terbuat dari beton bertulang dan dari
pasangan batu bata. Septic tank juga dilengkapi dengan Pipa aliran masuk atau
inlet yaitu pipa yang menghubungkan closet dengan septic tank dan pipa aliran
keluar atau outlet yaitu pipa yang menghubungkan septic tank dengan sumur
resapan. Pipa - pipa tersebut harus sesuai dengan ketentuan atau standar yang
12
ada, baik dari segi ukuran maupun cara penempatannya. Pipa outlet tidak boleh
berada sejajar dengan pipa inlet melainkan harus berada sedikit lebih rendah
dari pipa inlet. selain pipa inlet dan outlet, septic tank juga disertai dengan Pipa
udara yang berfungsi untuk menjaga ketersediaan udara yang dibutuhkan oleh
bakteri pengurai bahan organik yang ada didalam septic tank (tangki septik).
Dan septik tank adalah bentuk pengolahan limbah cair paling sederhana
dan dapat dimiliki olehsemua rumah. Di dalam septik tank yang sederhana itu
sesungguhnya terjadi serangkaian proses biologisdan kimiawi (biokimia) yang
sangat rumit yang melibatkan miliaran mikroba yang secara alamiah saling
berbagi tugas.Secara umum, di alam ada 2 kelompok mikroba yakni yang
membutuhkan oksigen (anaerob) dan yang tidak membutuhkan oksigen
(anaerob). Sifat mikroba itulah yang dipakai dalam sistem pengolahan limbah
yang juga terbagi menjadi dua, sistem aerob dan sistem anaerob. Sistem aerob
bekerja sangat cepat tetapi membutuhkan energy, sedangkan sistem anaerob
bekerja sangat lambat tapi menghasilkan energy. Sistem anaerob ini yang salah
satunyaditerapkan dalam pembuatan biogas.Di dalam septik tank tidak ada
suplai oksigen (anaerob), sehingga hanya mikroba anaerobsaja yang bisa hidup.
Itu sebabnya septik tank dibuat sedemikian tertutup rapat sehingga tidakada
oksigen yang bisa masuk. Jika ada oksigen yang masuk, terjadi kekacauan di
dalamseptik tank karena sebagian bakteri anaerob yang terkena kontak dengan
oksigen mogok bekerja. Dan ketika itu terjadi, tahu-tahu septik tank
mengeluarkan bau yang tidak sedap (bautinja yang belum terolah).Di dalam
septik tank, mikroba mengeluarkan enzim dan enzim itulah yang mengolah
limbah.
Bentuk dan ukuran tangki septik disesuaikan dengan Q jumlah pemakai,
dan waktu pengurasan. Untuk ukuran kecil (1 KK) dapat berbentuk bulat Ø 1,20
m dan tinggi 1,5 m.
Ukuran tangki septik sistem tercampur dengan periode pengurasan 3
tahun
(untuk 1 KK , ruang basah 1,2 m3, ruang lumpur 0,45 m3, ruang ambang bebas
13
0,4 m3 dengan Panjang 1,6 m, Lebar 0,8m dan Tinggi 1,6 m) dan sistem
terpisah
dengan periode pengurasan 3 tahun (untuk 2 KK , ruang basah 0,4 m3, ruang
lumpur 0,9m3, ruang ambang bebas 0,3 m3 dengan Panjang 1,6 m, Lebar 0,8m
dan
Tinggi 1,3 m).
Pipa penyalur air limbah dari PVC, keramik atau beton yang berada
diluar
bangunan harus kedap air, kemiringan minimum 2 %, belokan lebih besar 45
% dipasang clean out atau pengontrol pipa dan belokan 90 % sebaiknya
dihindari atau dengan dua kali belokan atau memakai bak kontrol. Dilengkapi
dengan pipa aliran masuk dan keluar, pipa aliran masuk dan keluar dapat berupa
sambungan T atau sekat, pipa aliran keluar harus ditekan (5-10)cm lebih rendah
dari pipa aliran masuk . Pipa udara diameter 50 mm (2") dan tinggi minimal
25cm dari permukaan tanah. Lubang pemeriksa untuk keperluan pengurasan
dan keperluan lainnya. Tangki dapat dibuat dengan dua ruang dengan panjang
tangki ruang pertama 2/3 bagian dan ruang kedua 1/3 bagian. Jarak tangki
septik dan bidang resapan ke bangunan = 1,5 m, ke sumur air bersih = 10 m dan
Sumur resapan air hujan 5m. Tangki septik dengan bidang resapan lebih dari 1
jalur, perlu dilengkapi dengan kotak distribusi.
Bentuk tangki septic tank tidak berpengruh banyaterhadap efisiensi
degrasi
material organic yang berlangsung didalamnya oleh karena itu dapat digunakan
tangki bentk slinders atau persegi panjang. Bentuk slinder biasanya digunakan
untuk pengolahan air kotor dengan kapasitas kecil dengan minimum diameter
1,20 m dan tinggi 1,00 m yang diperuntukkan untuk 1 (satu) keluarga atau
rumah tangga.
Mereka bekerja sangat lambat namun pasti, bahkan hingga berbulan-bulan
sebelum limbah tersebut terurai sempurna. Pada situasi normal dalam 2 bulan,
hanya 50% limbah yang dapat diuraikan dan dalam 5 bulan baru 80%. Dengan
14
kata lain, jika kita buang air hari ini, hingga 2 bulan ke depan, kotoran kita baru
50% diolah. Blackwater mempunyai komposisi kimia yang sangat kompleks
sehingga dipakai konsep umum yang bisa menggambarkan tingkat polutan,
salah satunya COD (Chemical Oxygen Demand). Yaitu banyaknya oksigen
yang dibutuhkan agar bahan kimia yang ada terurai sempurna. Makin tinggi
nilai COD, makin tinggi tingkat pencemarannya. Ini hanya dapat diukur di
laboratorium. Blackwater memiliki nilai COD sekitar 10.000 (mg/L), limbah
daridapur mulai 500, air sungai di Jakarta ada di sekitar 50, air sungai di
pegunungan 0. Untuk pusat-pusat perdagangan atau hotel, pemerintah
mensyaratkan air limbahnya harus diolahhingga COD nya di bawah 80 sebelum
dibuang ke sungai.
Hasil akhir pengolahan blackwater, salah satunya adalah biogas. Di dalam
biogas sendiri adametana (bahan bakar gas) sekitar 60%, dan karbondioksida sekitar
35%; Dan sisanya asam belerang dan amoniak yang menjadi sumber bau di septik tank.
Sekali buang air, kitamenyimpan potensi 1 liter biogas yang setara dengan tenaga listrik
untuk menyalakan lampu5 watt selama 1 jam. Tapi kenyataannya kan sebaliknya,
biogas itu terbuang dan kita malah berkontribusi menyumbang gas metana yang
menyebabkan bumi memanas. Biogas ini memang harus segera dikeluarkan dari dalam
septik tank agar tidak balik meracuni mikroba yang bekerja di dalamnya. Makanya di
atas septik tank dibuat pipa udara yang biasanya berbentuk huruf T. Melalui pipa
tersebut biogas dari dalam septik tank terlepas keudara bebas. Jika tidak ada pipa udara
ini akibatnya bisa sangat fatal.
Biogas yang dihasilkan makin lama makin banyak, hingga suatu saat mencari
jalan keluarnya sendiri melalui ledakan. Pipa udara itu juga yang membuat septik tank
kita tidak cepat penuh. Karena 50% blackwatersudah terbuang dalam bentuk gas dari
hasil pengolahan.Saat ini, septik tank di rumah-rumah sudah mempunyai 2 ruang dan
memang seharusnyademikian. 1 ruang pertama untuk pengolahan dan ruang kedua
untuk peresapan air. Air yang meresap membawa bakteri dari dalam septik tank
sehingga bisa mencemari air tanah.Anjuran yang sudah kita tahu bersama, resapan ini
minimal berjarak 10 meter dari sumur.Bagi masyarakat desa, 10 meter ini perkara
15
gampang, tapi tidak bagi masyarakat kota.Bagi permukiman padat, sebaiknya tidak
perlu dibuatkan ruang resapan sehingga tidakmencemari sumur di sekitarnya. Jika
septiknya penuh tinggal disedot. Ironisnya, ada rumahyang sejak berdiri tahun 80an
hingga sekarang tidak pernah disedot, karena memang tidak pernah penuh. Artinya bisa
ditebak. Semua air dalam septik tank sudah meresap dan pastinyamencemari sumur di
sekitarnya.
2. PENGGARIS
16
3. PENGHAPUS
B. BAHAN
1. Perhitungan design septictank
17
III. PROSEDUR KERJA
1. Tentukan volume bak lumpur sesuai ketentuan yang telah diketahui yaitu
jumlah populasi, debit lumpur, debit air, waktu tinggal, dan waktu kuras.
2. Tentukan volume bak air sesuai ketentuan yang telah diketahui yaitu jumlah
populasi, debit lumpur, debit air, waktu tinggal, dan waktu kuras.
3. Hitunglah dan tentukan diameter dan tinggi bak lumpur dan bak
pengendapan akhir dari hasil volume masing
4. Hitunglah kebutuhan tulangan utama dan tulangan bantu
5. Hitunglah kebutuhan biaya yang dibutuhkan
6. Mulailah menggambar
V = 30 l x 5 tahun x 13 orang
V = 1.950 l
V = 1,95 m3
b. Volume silinder
V = 𝜋𝑟 2 t
1,95 m3 = 3,14 x 𝑟 2 x 1 m
1,95 m3 = 3,14 x 𝑟 2
1,95
𝑟 2 = 3,14
𝑟 = 0,62 m2
𝑟 = √0,62 m2
𝑟 = 0,79 m
18
𝐷 = 2r = 2 x 0,79 = 1,58 m
1,95
V= 3
V = 0,65 m
v
t = 𝜋𝑟 2
0,65 m
t = 3,14 𝑥(0,79)2
0,65
t = 1,95
t = 0,33 m
= 25 l x 5 x 13 orang
= 1.625 l
= 1,625 m3
V = 𝜋𝑟 2 t
1,625 m3 = 3,14 x 𝑟 2 x 1 m
1,625 m3 = 3,14 x 𝑟 2
1,625
𝑟2 = 3,14
𝑟 = 0,52 m2
19
𝑟 = √0,52 m2
𝑟 = 0,72 m
𝐷 = 2r = 2 x 0,72 = 1,44 m
1,625
V= 3
V = 0,54 m
v
t = 𝜋𝑟 2
0,54 m
t = 3,14 𝑥(0,72)2
0,54
t = 1,63
t = 0,33 m
g. Volume total
V = 1, 95 m3 + 1,625 m3
V = 3,575 m3
V = 𝜋𝑟 2 t
3,575 m3 = 3,14 x 𝑟 2 x 1 m
3,575 m3 = 3,14 x 𝑟 2
3,575
𝑟2 = 3,14
𝑟 = 1,14 m2
20
𝑟 = √1,14 m2
𝑟 = 1,07 m
h. Keliling bak
i. Kebutuhan tulangan
1) Bak lumpur
Tu = 4 buah
= 4,97 m x 10
= 49,7 m
Tu = 4 buah
= 4,52 m x 10
= 45,2 m
21
Tu total 2 bak = 5,32 m + 5,32 m = 10,64 m
= 12 buah
= 11 buah
= 118,9 m
118,9 𝑚
= 12 𝑚
= 10 batang
m. Volume lumpur
Agregat = 2 x 3 x 1
2
P = 7 x 1,95 m3 = 0,56 m3
3
Ko = x 1,95 m3 = 0,84 m3
7
1
S = 7 x 1,95 m3 = 0,28 m3
22
Volume bak lumpur = 1,625 m3
Agregat = 1 x 2 x 3
1
P = 7 x 1,625 m3 = 0,23 m3
2
Ko = 7 x 1,625 m3 = 0,46 m3
3
S = 7 x 1,625 m3 = 0,70 m3
n. Kebutuhan total
1) Pasir
= 0,56 m3 + 0,23 m3
= 0,79 m3
2) Koral
= 0,84 m3 + 0,46 m3
= 1,3 m3
3) Semen
= 0,28 m3 + 0,70 m3
= 0,98 m3
4) Pipa 4” = 4 batang
5) Besi 8 mm = 10 batang
6) Besi 10 mm = 1 batang
23
o. Kebutuhan biaya
Terdapat 2 bak silinder yaitu bak lumpur dan bak pengendapan akhir, serta
1 lubang peresapan. Yang menurut perhitungan kelompok kami volume bak
lumpur yaitu 1,95 m3 dengan diameter bak 1,58 m dan tinggi 1,33 m. Bak
lumpur ini membutuhkan 4 buah tulangan utama yaitu besi 10 mm SNI 1
batang, dan 10 buah tulangan bantu yaitu besi 8 mm SNI 5 batang dan juga
membutuhkan pasir sebanyak 0,56 m3 , koral 0,84 m3 , dan semen 0,28 m3. Serta
bak yang kedua yaitu bak pengendapan akhir yang bervolume yaitu 1,625 m 3
dengan diameter bak 1,44 m dan tinggi 1,33 m. Bak ini membutuhkan 4 buah
tulangan utama yaitu besi 10 mm SNI 1 batang, dan 10 buah tulangan bantu
yaitu besi 8 mm SNI 5 batang dan juga membutuhkan pasir sebanyak 0,23 m3 ,
koral 0,46 m3 , dan semen 0,70 m3.
24
Kebutuhan biaya yang diperlukan :
25
DAFTAR PUSTAKA
26
LAMPIRAN
27
28
PRAKTIKUM 3
PEMBUATAN BOWL
I. TINJAUAN PUSTAKA
Bowl adalah suatu tempat yang berbentuk seperti mangkuk yang dipergunakan
untuk membuang air besar dan kecil. Secara umum, jamban didefinisikan sebagai
suatu bangunan yang digunakan untuk membuang kotoran manusia. Kotoran
manusia ditampung pada suatu tempat penampungan kotoran yang selanjutnya
diresapkan ke dalam tanah atau diolah dengan cara tertentu, sehingga tidak
menimbulkan bau dan mencemari sumber air di sekitarnya.
29
Jamban leher angsa adalah jamban leher lubang closet berbentuk lengkungan,
dengan demikian air akan terisi gunanya sebagai sumbat sehingga dapat mencegah
bau busuk serta masuknya binatang-binatang kecil. Jamban model ini adalah model
terbaik yang dianjurkan dalam kesehatan lingkungan (Warsito, 1996).
1. Syarat Pembuatan Jamban
3) Sifat, macam dan susunan tanah berpori atau padat, pasir, tanah liat atau
kapur. Faktor tersebut di atas merupakan faktor yang mempengaruhi daya
peresapan tanah. Di Indonesia pada umumnya jarak yang berlaku antara
sumber air dan lokasi jamban berkisar antara 8 s/d 15 meter atau rata-rata
10meter.
30
Dalam penentuan letak jamban ada tiga hal yang perlu diperhatikan :
1) Bila daerahnya berlereng, kakus atau jamban harus dibuat disebelah bawah
dari letak sumber air. Andai kata tidak mungkin dan terpaksa di atasnya,
maka jarak tidak boleh kurang dari 15 meter dan letak harus agak ke kanan
atau kekiri dari letaksumur.
2) Bila daerahnya datar, kakus sedapat mungkin harus di luar lokasi yang sering
digenangi banjir. Andai kata tidak mungkin, maka hendaknya lantai jamban
(diatas lobang) dibuat lebih tinggi dari permukaan air yang tertinggi pada
waktu banjir.
A. Macam-MacamJamban
31
3. Jamban empang (fish pondlatrine)
Jamban ini dibangun di atas empang ikan. Di dalam sistem jamban
empang ini terjadi daur ulang (recycling) yaitu tinja dapat langsung
dimakan ikan, ikan dimakan orang, dan selanjutnya orang mengeluarkan
tinja, demikian seterusnya.
4. Jamban pupuk (the compost privy)
Pada prinsipnya jamban ini seperti kakus cemplung, hanya lebih dangkal
galiannya, di dalam jamban ini juga untuk membuang kotoran binatang dan
sampah, daun-daunan.
5. Septictank
Jamban jenis septic tank ini merupakan jamban yang paling memenuhi
persyaratan, oleh sebab itu cara pembuangan tinja semacam ini yang
dianjurkan. Septic tank terdiri dari tangki sedimentasi yang kedap air,
dimana tinja dan air buangan masuk mengalami dekomposisi.
B. Pemeliharaan jamban yang sehat
Penggunaan atau pemeliharaan jamban yang baik adalah kotoran yang
masuk hendaknya disiram dengan air yang cukup, hal ini selalu dikerjakan
sehabis buang tinja sehingga kotoran tidak tampak lagi. Secara periodic Bowl,
leher angsa dan lantai jamban digunakan dan dipelihara dengan baik, sedangkan
pada jamban cemplung lubang harus selalu ditutup jika jamban tidak digunakan
lagi, agar tidak kemasukan benda-bendalain.
1. Diare
2. Typhus
3. Muntaber
32
4. Disentri
5. Cacingan
6. Gatal-gatal
Selain itu dapat menimbulkan pencemaran lingkungan pada sumber air dan bau
busuk serta estetika.
2. Sekop
3. Ember
33
B. BAHAN
2. SEMEN
1. AIR
3. PASIR 4. OLI
34
III. PROSEDUR KERJA
1. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan
6. Cetak campuran semen tersebut pada cetekan jamban dan leher angsa.
7. Kemudian tunggu hingga kering.
10. Terakhir kita cat bowl dengan menggunakan cat dan warna sesuai dengan yang
kita inginkan
35
B. PEMBAHASAN
Sebelum mencetak bowl, berikan sabun colek pada selah selah cetakan
hingga tidak lagi terdapat selah yang dapat membuat kerusakan pada hasil
cetakan nantinya. Setelah diberi sabun colek, lumuri cetakan dengan oli secara
merata hal ini dilakakukan agar saat bowl telah jadi mempermudah proses
pengankatan/ pemisahan antara bowl dan cetakan.
Dalam proses pencampuran takaran harus benar-benar diperhatikan antara
pasir dan semen. Bila campuran tidak sesuai dengan takaran, campuran yang
dihasilkan tidak akan menempel dengan baik pada cetakan bowl yang
dihasilkan mudah retak (rapuh). Campuran yang ditempelkan pada pola harus
menutupi seluruh permukaan dengan ketebalan merata, hal itu untuk
menghindari lubang pada body bowl.
Setelah bowl telah jadi amplas hingga halus dan bersihkan sisa debu semen
dari bowl, setelah itu cat bowl menggunakan cat dasar terlebih dahulu setelah
cat dasar mengering dapat dilakukan pengecatan ulang dengan menggunakan
cat minyak.
V. KESIMPULAN
1. Dapat mengetahui cara pembuatan bowl yang baik dan benar.
2. Mampu melakukan praktek pembuatan bowl yang baik dan benar yang
sesuai dengan prosedur.
3. Mendapatkan solusi sarana pembuangan kotoran manusia yang dapat
mencegah timbulnya bau dan gangguan estetika.
36
DAFTAR PUSTAKA
37
LAMPIRAN
38
PRAKTIKUM 4
DESIGN IPAL RUMAH SAKIT
I. TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI LIMBAH
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi
baik industri maupun domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat
bermukim, di sanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah,
ada air kakus (black water), dan ada air buangan dari berbagai aktivitas
domestik lainnya (grey water). Limbah padat lebih dikenal sebagai
sampah, yang seringkali tidak dikehendaki kehadirannya karena tidak
memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri
dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa anorganik. Dengan
konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak
negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga
perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan
yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik
limbah.
B. DEFINISI LIMBAH RUMAH SAKIT
Limbah merupakan buangan atau sisa yang dihasilkan dari suatu proses
atau kegiatan dari industri maupun domestik (rumah tangga). Menurut
Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2014, limbah adalah sisa suatu
usaha dan/atau kegiatan.
Pengertian limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan
dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair, pasta (gel) maupun gas
39
yang dapat mengandung mikroorganisme pathogen bersifat infeksius,
bahan kimia beracun, dan sebagian bersifat radioaktif.
C. INSTALANSI PENGOLAHAN LIMBAH
Seperti kita ketahui bersama bahwa hampir seluruh kegiatan Industri
mengandung bahan-bahan organik, bahan-bahan anorganik/bahan kimia
beracun, mikroorganisme pathogen, dan sebagainya yang dapat
mencemari lingkungan. Oleh sebab itu, pengolahan terhadap air limbah
sangat penting untuk dilakukan agar lingkungan sebagai penerima limbah
cair yang dihasilkan dari kegiatan Industri tidak mengakibatkan penurunan
kualitas lingkungan, serta tidak mengakibatkan dampak penyakit kepada
masyarakat sekitarnya.
Pengolahan air limbah melalui IPAL (Instalasi Pengolahan Air
Limbah) merupakan cara atau upaya untuk meminimalkan kadar
pencemar yang terkandung dalam limbah cair tersebut sehingga dapat
memenuhi Baku Mutu dan layak untuk dibuang ke lingkungan maupun
dimanfaatkan kembali.
Mengenai seberapa pentingnya IPAL bagi sebuah Industri dapat
dilihat dari Regulasi atau peraturan yang ada, yang diantaranya adalah
Undang-undang nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, PP No. 82 tahun 2001 tentang
pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air, Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 tahun 2010 tentang Baku
Mutu Air Limbah Bagi Kawasan Industri.
40
II. ALAT DAN BAHAN
A. ALAT
2. PENGGARIS
3. PENGHAPUS
41
4. PENSIL MEKANIK 0,5 MM
B. BAHAN
1. Perhitungan design IPAL rumah sakit
42
5. Mulailah menggambar
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. HASIL
= 11,25
Dimensi bak
L = 2,5 m
P=2m
T = 2,25 m
Ruang Bebas = 0,5 m
Volume Aktual = 11,25 m3
43
B. Bak Pengendapan Awal:
Debit Limbah : 270 m3 / hari = 11,25 m3 / jam
= 187,5 l/menit
BOD Masuk : 300 mg/L
Skenario Efisiensi : 25%
BOD Keluar : 225 mg/:L
Waktu Tinggal di Bak : 4 Jam
4
Volume yang di perlukan :24x 270 = 45 m3
Dimensi Bak
L :4m
P : 2,8 m
T :4m
Ruang Bebas : 0,5 m
Volume Aktual : 45 m3
C. Biofilter Anaerob
Debit Limbah : 187,5 l/hari
BOD Masuk : 225 g/l
BOD Keluar : 75 g/l
Skenario Efisiensi Pengolahan : 66,7%
Beban BOD Di Dalam Air Limbah : 270 x 225 = 60.750 g/lh = 60,75
kg/h
60,75 𝑘𝑔/ℎ
Volume Media yang Diperlukan : 0,75 𝑘𝑔 𝑚3 ℎ = 81 m3
162
Waktu tinggal di dalam reactor : 240 x 24 = 16,2 jam
44
Dimensi Bak :
L =5m
P = 6,5 m
T =5m
Ruang Bebas = 0,5 m
Volume aktual = 162 m3
D. Biofilter Aerob
Debit Limbah : 187,5 l/hari
BOD Masuk : 75 mg/ l
BOD Keluar : 30 mg/ l
Efisiensi Pengolahan : 53,3 %
Beban BOD dalam air limbah : 270 x 75 = 20.250 g/hari
= 20,25 kg/hari
Jumlah BOD yang dihilangkan : 0.6 x 20,25 = 12,15 kg/lh
Beban BOD berdasarkan BPPT : 0,5 kg / m3 h
20,25 𝑘𝑔/ℎ
Volume media yang diperlukan : = 40,5 m3
0,5 𝑘𝑔/ℎ
101,25𝑚3
Waktu tinggal : 240𝑚3 / ℎ x 24 = 10,1 jam
45
2. Dimensi ruang Biofilter :
L :5m
P :2m
T :5m
Ruang Bebas : 0,5 m
E. Bak Pengendapan Akhir
Debit : 187,5 l/ menit
Waktu Tinggal : 4 jam
4
Volume Bak : 24 x 270 = 45 m3
Dimensi Bak :
P : 2,8 m
L :4m
T :4m
( Ruang Bebas : 0,5 )
Volume Aktual : 45 m3
F. Bak Klorinasi
Debit Limbah = 187 l/menit = 3,125 l/dtk
Kaporit dengan kadar klor 70%
Uji lab 30 menit untuk air limbah = 2,5 mg/L
Sisa klor yang diharapkan = 0,5 mg/L
Jadi kebutuhan klor = 2,5 + 0,5 = 3 mg/L
Maka Kebutuhan Kaporit :
70
3,125 l/detik x 100 x 3 mg/L = 6,6 mg/l
L :2m
P : 1,7 m
T :2m
Ruang bebas : 0,5 m
46
V. PEMBAHASAN
Dalam praktikum ini dilakukan perancangan desain IPAL instalasi
kesehatan atau rumah sakit yang dirancang menurut tempat tidur yang telah
ditentukan yaitu 240 tempat tidur, batas COD maksimal 500 mg/l/h, BOD
maksimal 300 mg/l/h, konsentrasi ss 300 mg/l/h, total efisiensi pengolahan 90
mg/l/h, BOD air olahan 30 mg/l/h, dan ss air olahan 30 mg/l/h.
Dalam perancangan IPAL ini terdapat 6 bak yaitu bak pemisah lemak, bak
pengendapan awal, biofilter anaerob, biofilter aerob, bak pengendapan akhir
dan terakhir bak klorinasi. Namun, pada bak biofilter aerob terdapat 2 bak
didalamnya yaitu baik aerasi dan biofilter.
Dari hasil perhitungan yang kami rancang, didapat dimensi masing-masing bak
yaitu:
1. Bak pemisah lemak:
P=2m
L = 2,5 m
T = 2,25 m
Ruang bebas = 0.5 m
2. Bak pengendapan awal:
P = 2,8 m
L=4m
T=4m
Ruang bebas = 0.5 m
3. Biofilter anaerob:
P = 3,8 m
L=4m
T=4m
Ruang bebas = 0.5 m
47
4. Biofilter aerob:
a) Bak aerasi
P=2m
L=5m
T=5m
Ruang bebas = 0.5 m
b) Ruang biofilter
P=2m
L=5m
T=5m
Ruang bebas = 0.5 m
5. Bak pengendapan akhir:
P = 2,8 m
L=4m
T=4m
Ruang bebas = 0.5 m
6. Bak klorinasi:
P = 1,7 m
L=2m
T=2m
Ruang bebas = 0.5 m
Pentingnya IPAL bagi sebuah rumah sakit dapat dilihat dari Regulasi atau
peraturan yang ada, yang diantaranya adalah Undang-undang 32 tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, PP No.82/2001
tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air, UU 44 tahun
2009 tentang Rumah Sakit yaitu pada bagian ke empat pasal 11, Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 58Tahun 1995 tentang Baku Mutu
Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit, Permenkes RI
nomor:340/MENKES/PER/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit.
48
Karena tingkat resiko penularan penyakit yangdapat ditimbulkannya maka
air limbah rumah sakit juga tergolong limbah B3 maka wajib mengikuti aturan
pada PP 18/1999 Tentang: Pengelolaan Limbah B3 dimana Pasal 3 berbunyi:
Setiap orang yang melakukan usaha dan/ atau kegiatanyang menghasilkan
limbah B3 dilarang membuang limbah yang dihasilkannya itusecara langsung
ke dalam media lingkungan hidup tanpa pengelolaan terlebih dahulu.
VI. KESIMPULAN
1. Mahasiswa mengetahui apa saja hal yang diperlukan dan digunakan untuk
merancang dan membuat ipal.
2. Mahasiswa dapat memperkirakan berapa biaya yang dibutuhkan untuk
membuat IPAL.
3. Mahasiswa dapat menggambar desain IPAL dengan memenuhi syarat dan
ketentuan yang berlaku
49
DAFTAR PUSTAKA
2: https://beritamanado.com/rumah-sakit-liungkendage-
belum-punya-ipal/
(diakses pada tanggal 30 oktober 2019, pukul 13.07
WIB.)
50
LAMPIRAN
51
52
53
54
55
56
57
58
59