OLEH :
DisusundanDiajukanOleh :
Menyetujui,
Pembimbing I PembimbingII
Mengetahui :
KetuaJurusanKeperawatan
PoltekkesKemenkesKendari
Muslimin L.,A.Kep.,S.Pd.,M.Si
Nip. 195603111981031001
HALAMAN PENGESAHAN
DisusundanDiajukanOleh:
Mengetahui
KetuaJurusanKeperawatanPoltekkesKendari
Muslimin L A.Kep.,S.Pd,M.Si
NIP. 19560311 198106 1 001
RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS PENULIS
3. Agama : Islam
4. Suku/Bangsa : Muna/Indonesia
5. JenisKelamin : Perempuan
B. PENDIDIKAN
4. PoltekkesKemenkesKendariJurusanKeperawatanTahun 2012
sampaisaatini
Motto
KaryaTulisIniSayaPersembahkanKepadaKeluargaSayaTerutamaKed
Kata Kunci : Umur Anak, Berat Badan Lahir, Status Imunisasi, Penderita ISPA
Daftar pustaka 2010 samapai 2014 (20 buku)
KATA PENGANTAR
Penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberi rahmat, hidayah, kesehatan, kekuatan, dan ketenangan jiwa sehingga
karya tulis ilmiah yang berjudul “Identifikasi Penderita ISPA berdasarkan Faktor
Resiko pada Anak di Poliklinik Anak Puskesmas Lepo – Lepo Kota Kendari
Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015” dapat terselesaikan sebagai syarat dalam
kesempurnaan baik dari segi penulisan maupun isinya. Untuk itu dengan segala
kerendahan hati penulis akan menerima saran-saran dan kritik yang konstruktif dari
pembaca demi kesempurnaan karya tulis ilmiahini dan agar dapat meningkatkan hasil
terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak terkait dalam penyusunan
karya tulis ilmiahini, khususnya kepada yang terhormat Ibu Hj. SitiRachmiMisbah,
SKp, M.Kes. selaku pembimbing I dan Ibu Anita Rosanty, SST, M.Kes. selaku
pembimbing II. Pada kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih kepada:
Kesehatan Kendari.
2. Bapak Drs. H. Bachrun, M.Si selaku Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kendari.
5. Ibu Hj. Sitti Rachmi Misbah, SKp, M.Kes selaku pembimbing I dan ibu Anita
6. Bapak Muslimin L A. Kep., S.Pd, selaku penguji I, Hj. Siti Nurhayani, S.Kep.,Ns.,
M.Kes selaku penguji II dan bapak H. Budiono, S.Kp., M.Kes selaku penguji III
yang telah memberikan memberikan masukan dalam karya tulis ilmiah ini.
Keperawatan, terima kasih atas segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan
selama ini.
9. Untuk kakaku Ld.Muh Fadil dan Ld.Hanif Hidayat Ani yang selalu menasehatiku,
10. Untuk sahabatku tercinta Gang Cetar aswar, titi, tima, yuni, lina yang selalu
sarjun, ruli terimakasih telah membantu menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dan
seluruh teman – teman kelas III B yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Harapan penulis semoga kelak setelah membaca karya tulis ini, wawasan
para pembaca menjadi lebih luas serta dapat bermanfaat bagi kehidupan para
Penulis
Halaman
HALAMAN JUDUL………………………………………………………….....i
HALAMAN PERSETUJUAN………………………………….………...........ii
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................iii
RIWAYAT HIDUP..............................................................................................iv
MOTTO..................................................................................................................v
ABSTRAK............................................................................................................vi
KATA PENGANTAR…………………………………………………..……..vii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………...viii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………....ix
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………....x
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang…………………………………………………..........1
B. RumusanMasalah……………………………………………….........3
C. TujuanPenelitian………………………………………………...........4
D. ManfaatPenelitian……………………………………………............4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. TinjauanTentangInfeksi Saluran Pernafasan Akut………………......6
B. TinjauanUmum Tentang AnakBalita.....................…………….........14
C. Faktor Resiko Terjadinya ISPA..........................................................18
BAB III KERANGKA KONSEP
A. DasarPemikiran ……………………..……………..…………...........27
B. Kerangka Pikir…...........………………………….……………….....28
C. DefinisiOperasional Dan Kriteria Objektif ……………....................39
BAB IV METODE PENELITIAN
A. JenisPenelitian……………………..…………………………...........30
B. Waktu Dan TempatPenelitian ……………………………………....30
C. Populasi Dan Sampel ………..……………………………………...30
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data……………………………..........31
E. Pengolahan Data………………………………………………….....31
F. Analisis Data………………………………………………………...32
G. Penyajian Data ……………………………………………………....32
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian………………………………....33
B. HasilPenelitian…………………………………………………….....35
C. Pembahasan…………………………………………………….…....38
BAB VIPENUTUP
A. Simpulan……………………..………………………….....................43
B. Saran ……………………………………………………………........44
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
A. Latar Belakang
kematian anak di atas 40% 1000 kelahiran hidup adalah 15% - 20% pertahun pada
golongan usia anak. Di Indonesia , infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) selalu
menepati urutan pertama penyebab kematian pada kelompok bayi dan anak.
Berdasarkan prevalensi ISPA tahun 2012 di Indonesia telah mencapai 25% dengan
mempunyai prevalensi di atas angka nasional. Selain itu ISPA juga sering berada
Di Eropa dan Amerika Utara, penyakit ini menyerang 100 per 100.000
orang dewasa setiap tahun. Case Fatality Rate atau CFR sebelumnya mencapai 20–
40% diantara penderita dirawat di Rumah Sakit dan telah menurun 5 – 10%
dengan terapi anti mikrobial dan tetap sekitar 20 – 40% pada penderita yang
mempunyai latar belakang penyakit lain atau pada pecandu alkohol. Di Indonesia,
cakupan temuan penderita ISPA yang dilaporkan pada tahun 2006 berkisar antara
30%-40%, sementara sasaran temuan penderita ISPA pada tahun tersebut adalah
78% - 82%. Menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2007 dari
14 hari. Pada umumnya, penyakit ISPA sering terjadi pada anak-anak karena pada
anak memiliki daya tahan tubuh yang rendah. Penyakit ini dikatakan infeksi
tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit pada
saluran pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli hingga menimbulkan gejala
penyakit pada penyakit saluran pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli
beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
Penyakit ISPA juga dikatakan sebagai penyakit akut karena infeksi yang
kesehatan, angka kematian ISPA di Indonesia lima per seribu pada tahun 2007
akan diturunkan menjadi tiga per seribu pada akhir tahun 2012. Prevelensi
kesehatan dan keluhan responden) tahun 2013 adalah 25, 50%. Sebanyak 16
menunjukan bahwa kejadian ISPA pada Anak sejak tahun 2011 adalah 6.960
kasus, penderita ISPA pada Anak tahun 2012 adalah 8.829 kasus, pada tahun 2013
Berdasarkan hasil data dari puskesmas Lepo – Lepo pada tahun 2013 dan
2014 ISPA berada diposisi pertama dan tertinggi dari 10 penyakit yang sering
tahun 2015 periode Januari – Maret terdapat sebanyak 189 orang dengan anak
Umur diduga terkait dengan system kekebalan tubuhnya. Bayi dan anak
masih rentan terhadap penyakit infeksi (Suhandayani, 2009), Anak dengan gizi
yang kurang akan lebih mudah terserang ISPA dibandingkan dengan anak gizi
normal karena faktor daya tahan tubuh yang kurang. Imunisasijuga mempengaruhi
kejadian ISPAdan penyakit infeksi lainnya akibat sistem imun yang kurang
berfungsi dengan baik untuk melawan berbagai infeksi yang masuk didalam tubuh.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2015.
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Puskesmas
Bahan masukan bagi Puskesmas Lepo-lepo dalam penanganan pasien
3. Bagi Peneliti
ISPA dan sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya yang relevan
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
c. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari (Tjitra
dkk, 2011)
paru (alveoli) yang ditandai dengan gejala demam, pilek, batuk, disertai sesak
penyakit ifeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran
napas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah)
atau keduanya. Infeksi ini dapat disebabkan oleh virus, bakteri, riketsia,fungsi,
atau protozoa dan bersifat ringan, sembuh sendiri, atau menurunkan fungsi
dan menyaring udara. Bersama udara, masuk berbagai patogen, yang dapat
terjadi) tergantung pada pertahanan tubuh pula, dan dari virulensi kuman yang
bersangkutan.
maka sampai saat ini, cara pencegahan yang efektif dan spesifik masih terus
diteliti, namun secara umum pencegahan ISPA dapat dilakukan dengan pola
hidup sehat, cukup gizi, menghindari polusi udara dan pemberian imunisasi
a. Kelompok umur kurang dari 2 bulan, dibagi atas : pneumonia berat dan
lebih, atau adanya tarikan kuat pada dinding dada bagian bawah ke adalam
ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada nafas cepat
b. Kelompok umur 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun dibagi atas : ISPA
berat dan bukan pneumonia. ISPAberat, bila disertai nafas sesak yaitu
adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam pada waktu anak
bernafas disertai adanya nafas cepat sesuai umur, yaitu 40 kali permenit
atau lebih. Bukan pneumonia, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada
bagian bawah dan tidak ada napas cepat (Tjitra dkk, 2014).
3. Etiologi ISPA
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri
atas umumnya disebabkan oleh virus, sedangka ISPA bagian bawah dapat
disebabkan oleh bakteri, virus dan mycoplasma. ISPA bagian bawah yang
2012).
ditandai dengan adanya batuk dan atau adanya kesukaran bernafas disertai
umur kurang dari 2 bulan dan umur 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun (Tjitra
dkk, 2011).
kesukaran pernafasan disertai na fas sesak atau tariakan dinding dada bagian
bawah kedalam (chest indrawing) pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari
5 tahun. Untuk kelompok umur kurang dari 2bulan diagnosis ISPA berat
ditandai dengan adanya nafas cepat (fast breathing) dimana frekuensi nafas 60
kali permenit atau lebih, dan atau adanya tarikan yang kuat dinding dada
penderita dengan batuk pilek biasa yang tidak ditemukan adanya gejala
peningkatan frekuensi nafas dan tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian
Ada beberapa tanda klinis yang dapat menyertai anak dengan batuk
a. Tanda dan gejala untuk golongan umur kurang dari 2 bulan yaitu tidak
nafas), demam.
b. Tanda dan gejala untuk golongan umur 2 bulan sampai kurang 5 tahun
yaitu tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor (Tjitra dkk,
2011).
5. Cara Penularanya
6. Pencegahan ISPA
Menurut Tjitra dkk (2011), pencegahan penyakit ISPA dapat dilihat
berikut :
optimal lingkungan yang sehat. Sasaran dari pencegahan ini yaitu orang
ISPA.
membentuk daya tahan tubuh yang lebih baik dan dapat malawan agent
bahan makanan yang mengandung zat gizi yang lebih baik dan
diperlukan tubuh.
2) Memberika ASI ekslusif pada bayi yang baru lahir, karena ASI banyak
termaksud ISPA.
treatment)
kompilkasi.
Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt
pengobatan.
e. Rehabilitas (Rehabilitation)
1. Pengertian
umur 18 tahun dan belum pernah kawin.Anak merupakan individu yang berada
dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga
dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia bermain/oddler (1-2,5 tahun), pra sekolah
(2,5-5), usia sekolah (5-11 tahun) hingga remaja (11-18 tahun)(Uripi, 2014).
hidup bangsa.
sosial dan lainnya. Masa anak merupakan masa kehidupan yang sangat penting
dan perlu perhatianserius, dimana pada masa kehidupan yang sangat penting
dan perlu perhatian serius dimana pada masa ini berlangsung proses tumbuh
kembang psikomotorik, mental dan sosial. Karena itu, perhatian yang diberikan
akan sangat menurunkan kualitas hidup manusia dimasa depan (Depkes RI,
2010).
zat-zat gizi yang tinggi, anak merupakan kelompok umur yang paling sering
menderita gizi dalam hal ini. Kekurangan Energi Protein (Sediaoetama, 2012).
2. Karakteristik Anak
yang terjadi di setiap tahap masa kanak- kanak dan masa remaja. Laju
pertumbuhan masa anak lebih besar dari apa yang disediakan ibunya. Laju
pertumbuhan masa anak lebih besar dari masa usia pre-sekolah sehingga
diperlukan jumlah makanan yang relatif. Namun perut yang masih lebih kecil
lebih kecil dari anak yang usianya lebih besar. Oleh karena itu, pola makan
yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering (Uripi, 2014).
Pada usia parasekolah anak menjadi konsumen aktif. Mereka sudah
dapat memiliki makanan yang sudah disukainya. Pada usia ini anak mulai
mengalami beberapa perubahan dalam perilaku. Pada masa ini anak akan
gigi geligi, otot serta jaringan lemak, darah, dan lainya. Sedangkan
singkatan bawah lima tahun, satu periode usia manusia dengan rentang
usia dua hingga lima tahun, ada juga yang menyebutkan dengan
periode usia prasekolah. Pada fase ini anka berkembang dengan sangat
telunjuk dan ibu jari seperti memegang alat tulis atau mencubit serta
tali sepatu. Dari sisi kognitif, pemahaman terhadap obyek telah lebih
awal anak yaitu usia dua tahun kosa kata anak rata-rata anak adalah 50
kata, pada usia 5 tahun telah menjadi diatas 1000 kosa kata. Pada usia
tiga tahun anak mulai berbicara dengan kalimat sederhana berisi tiga
2009).
sehat jasmani sosial dan bukan hanya bebas dari penyakit dan
kematian akibat ISPA adalah umur dibawah 2 bulan, tingkat sosial ekonomi
rendah, menderita penyakit kronis dan aspek kepercayaan setempat dalam prektek
pencarian pengobatan yang salah (Anonim, 2013). Faktor – faktor penyebab ISPA
1. Umur Anak
Risiko untuk terkena ISPA lebih besar pada anak umur dibawah 2 tahun
dibandingkan yang lebih tua, hal ini dikarenakan status kerentanan anak di
bawah 2 tahun belum sempurna dan lumen saluran napas yang masih sempit
(Daulaire, 2000).
Menurut Rifal (2012), umur adalah umur yang dihitung mulai dilahirkan
bahwa insiden penyakit pernafasan oleh virus melonjak pada bayi dan usia dini
anak-anak dan tetap menurun terhadap usia. Insiden ISPA tertinggi pada umur
6 – 12 bulan. ISPA dapat menyerang semua baik pria maupun wanita pada
semua tingkat usia, terutama pada usia < 2 bulan karena daya tahan tubuh bayi
< 2 bulan lebih rendah daripada orang dewasa sehingga mudah terserang ISPA.
mental pada masa anak. Bayi dengan berat badan lahir mempunyai resiko
kematian yang lebih besar dibandingkan dengan berat badan lahir normal,
menunjukan bahwa berat bayi kurang dari 2500 gram dihubungkan dengan
pendidikan. Data ini mengingatkan bahwa anak – anak dengan riwayat berat
badan lahir rendah tidak mengalami rate lebuh tinggi terhadap penyakit saluran
minggu dalam rahimibu. Pada waktu lahir bayi mempunyai berat badan sekitar
3 Kg dan panjang badan 50 cm. Secara umum berat bayi lahir yang normal
adalah antara 3000 gr sampai dengan 4000 gr dan bila dibawah atau kurang dari
2500 gr dikatakan berat badan lahir (Solihin Pudjiadi, 2013). Menurut Jumiarni,
dkk (2010),
Bayi berat lahir merupakan masalah penting dalam pengelolaanya
Selain itu bayi dengan berat badan lahir mudah terserang komplikasi tertentu
tinggi, karena pada bayi berat lahir menunjukan angka kematian dan kesehatan
yang lebih tinggi dengan berat bayi lahir cukup. WHO memperkirakan bahwa
angka prevelensi berat badan lahir di negara maju terbesar antara 3-7% dan di
negara berkembang berkisar antara 13-38%. Untuk Indonesia belum ada angka
pesat secara keseluruhan, hanya perkiraan WHO pada tahun 1990 adalah 14%
3. Status Gizi
Masukan zat – zat gizi yang diperoleh pada tahap pertumbuhan dan
atas. Kejadian gizi yang buruk muncul sebagai faktor resiko yang penting untuk
hubungan antara gizi buruk dan infeksi paru, sehingga anak-anak yang bergizi
buruk dan terjadinya campak dan infeksi virus berat lainya serta menurunya
daya tahan tubuh anak terhadap infeksi. Anak dengan gizi yang kurang akan
lebih mudah terserang ISPA dibandingkan dengan anak gizi normal karena
kesehatan anak, dimana seluruh pertumbuhan dan kesehatan anak erat kaitanya
dengan anak yang sedang tubuh. Seluruh komponen bangsas, terutama orang
tua, harus memperhatikan anak karena anak karena anak merupakan generasi
penerus dan modal dasar untuk kelangsungan hidup bangsa. Masa anak disebut
juga sebagai “ golden period “ atau masa keemasan, dimana terbentuk dasar-
2013).
Anak merupakan salah satu golongan paling rawan gizi. Pada usia anak
dikatakan sebagai saat yang rawan karena pada rentang waktu ini anak masih
sering sakit, anak merupakan konsumen pasif yang sangat tergantung kepada
orang tua serta sering terdapat keluhan nafsu makan kurang.Masa anak disebut
juga masa vital, khususnya sampai usia dua tahun, karena adanya masa vital ini,
maka pemeliharaan gizi sangat penting utuk diperhatikan. Jika tidak, akan
status gizi anak yang baik erat kaitanya dengan kerja sama antara orang tua
1) Antropometri
Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan
indeks antropometri.
manfaat program intervensi, dimana indeks ini juga sering kali digunakan
status gizi anak dapat dinilai dari beberapa kategori sebagai berikut :
panjang badan menurut umur (PB/U). Pada kategori status gizi pendek
Badan menurut pajang badan (BB/PB) atau berat badan menurut tinggi
badan (BB/TB) umur anak 0-60 bulan. Pada kategori status gizi kurus
4. Status Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak di Imunisasi,
berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau
resisten terhadap suatu penyakit, tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit lain
(Notoatmodjo, 2010).
dapat dinilai dari penurunan angka kesakitan dan kematian penyakit tersebut.
Program imunisasi nasional untuk bayi 0-11 bulan meliputi imunisasi BCG,
DPT, Polio, Hepatitis B dan Campak. Dari kelima jenis campak, pertusis,
a. Vaksin BCG
aktif terhadap pneyakit TBC, vaksin BCG mengandung kuman BCG yang
masih hidup.Vaksin BCG diberikan pada bayi sejak lahir, untuk mencegah
penyakit TBC.Jika bayi sudah berumur lebih dari tiga bulan, harus dilakukan
uji tuberkulin terlebih dulu.BCG dapat diberikan apabila hasil uji tuberkulin
negatif.
b. Vaksin DPT
aktif dalam waktu yang bersamaan terhadap penyakit difteria, pertusis (bauk
rejan) dna tetanus. Vaksin ini diberikan pertama kali saat bayi berumur lebih
c. Vaksin DT
Vaksin ini dibuat untuk keperluan khususu yaitu bila anak sudah tidak
d. Vaksin Tetanus
aktif dan imunisasi pasif. Vaksin yang digunakan untuk imunsasi aktif
ialah toksoid tetanus, yaitu toksin kuman tetanus yang telah lemah dan
e. Vaksin poliemilitis
Imunisasi diberikan untuk mendapat kekebalan terhadap penyakit
vaksin ini diberikan 3 kali, saat bayi berumur 2, 4, dan 6 bulan. Pemberian
1. Vaksin yang mengandung virus polio tipe I, II dan III yang sudah
2. Vaksin yang mengandung virus polio tipe I,II, dan III yang masih
f. Vaksin campak
dapat diberikan pada usia 15 bulan bahkan dapat diulang pada usia anak 6
tahun
g. Vaksin Hepatitis B
secara kombinasi.
Hasil penelitian yang berhubungan dengan status imunisasi
Penelitian lain yang dilakukan oleh Sievert pada tahun 1993 menyebutkan
bahwa imunisasi yang lengkap dapat memberikan peranan yang cukup berarti
dijamin kebersihan udarannya. Selain itu, asupan makanan yang kaya gizi
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran
di perkenalkan pada tahun 1984. Istila ini merupakan padanan dari istila inggris
dapat dibagi dalam dua bagian yaitu ISPA Atas dan ISPA Bawah, dengan batas
anatomis adalah suatu bagian dalam tenggorokan yang disebut epiglotis. ISPA
Atas (Acute Upper Respiratory Infections) ispa atas yang perlu diwaspadai
adalah radang salurang tenggorokan atau pharingitis yang radang telinga tengah
Sedangkan radang telinga tengah yang tidak diobati dapat berakibat terjadinya
ketulian. Sedangkan ISPA Bawah (Acute Lower Respiratory Infections) salah
utama di negara berkembang. Gejala yang sering kali di jumpai adalah batuk,
pilek dan kesukaran pernafan. Episode atau serangan batuk pada anak, khususnya
B. Kerangka pikir
Kerangka pikir ini dibuat landasan teori yang menunjukkan factor resiko
antara variabel bebas dan variabel terikat. Adapaun variabel Independen atau
variable bebas adalah umur anak, berar badan lahir dan status imunisasi.
Sedangkan variabel dependen atau variable terikat adalah Anak Penderita ISPA.
Umur Balita
Status Imunisasi
Penderita ISPA
Status Gizi
Faktor Lingkungan
Faktor Perilaku
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
: Hubungan yang diteliti
: Hubungan yang tidak diteliti
1. Umur anakyang dimaksud dalam penelitian ini anak yang berusiadi bawah 5
tahun.
Kriteria Obyektif :
Kriteria obyektif :
3. Status imunisasi
Status imunisasi yang dimaksud dalam penelitian ini penilaian
pemberiaanya.
Kriteria obyektif :
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian survey deskriptif yang digunakan untuk
1. Tempat
Sulawesi Tenggara.
2. Waktu
Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 22 Mei sampai 26 Mei 2015
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai anak
2. Sampel
Sampel adalah sebagian ibu yang mempunyai anak penderita ISPA yang
mengambil sampel pada penelitian ini : 20% × 189 = × 189 = 37,8 atau 38
anak..
1. Jenis Data
Kuisioner yang telah dibuat oleh peneliti yang meliputi data tentang
b. Data sekunder
Sulawesi Tenggara.
penderita ISPA.
E. Pengolahan Data
1. Coding adalah pengecekan atau pembuatan kode pada tiap-tiap data yang
4. Tabulating adalah membuat tabel yang berisi data yang telah diberi kode
F. Analisa Data
1. Analisis Univariat
pemenuhan keburuhan dasar perawatan diri (self care) dan variable terikat
X=f/nxK
Keterangan :
G. Penyajian Data
Hasil penelitian yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel distribusi
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
a. Keadaan Geografis
melayani rawat jalan dan rawat inap dan kebidanan serta UGD 24 jam.
Kecamatan Kadia
b. Kependudukan / Demografi
tahun 2014 sebanyak 20363 jiwa dan KK sebanyak 4414 pada 4 kelurahan
1) Meja = 3 Buah
2) Kursi = 6 Buah
3) Wastapel = 1 Buah
4) Lemari = 1 Buah
8) Perawat = 3 orang
9) Dokter = 2 orang
2. Karakteristik Responden
sebagai berikut :
Tabel 5.2.
Distribusi PenderitaISPA Berdasarkan Jenis Kelamindi Poli Klinik
Anak Puskesmas Lepo – Lepo Kota Kendari Provinsi Sulawesi
Tenggara tahun 2015
No Jenis Kelamin Anak Frekuensi %
1 Laki Laki 18 47,4
2 Perempuan 20 52,6
Total 38 100,0
Sumber : Data Primer tahun 2015
Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Ibudi Poli Klinik
Anak Puskesmas Lepo – Lepo Kota Kendari Provinsi
Sulawesi Tenggara tahun 2015
No Umur Frekuensi %
1 Ya 32 84,2
2 Tidak 6 15,8
Total 38 100,0
Sumber : Data Primer tahun 2015
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa dari 38anakyang
Tabel 5.6
Distribusi Penderita ISPA Berdasarkan Berat Badan Lahirdi Poli
Klinik Anak Puskesmas Lepo – Lepo Kota Kendari
Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015
tertinggi terjadi pada anak dengan berat badan lahir dalam kategori
normal yaitu sebanyak31 orang (81,6%), disusul oleh anak dengan berat
4 orang (10,5%).
B. Pembahasan
1. Umur Anak
pada bayi dan usia dini anak-anak dan tetap menurun terhadap usia. Insiden
tertinggi terjadi pada anak dengan umur dalam kategori ya sebanyak 32orang
orang (15,8%).
bahwa ISPA dapat menyerang semua baik pria maupun wanita pada semua
tingkat usia, terutama pada usia < 2 bulan karena daya tahan tubuh bayi < 2
bulan lebih rendah daripada orang dewasa sehingga mudah terserang ISPA.
melonjak pada bayi dan usia dini anak-anak dan tetap menurun terhadap usia.
Insiden ISPA tertinggi. Penelitian ini yang diteliti adalah usia penderita ISPA
pada anak. Dimana semakin tua umur anak semakin menurun terjadinya
dengan kelompok resiko tinggi, karena pada bayi berat lahir menunjukan
angka kematian dan kesehatan yang lebih tinggi dengan berat bayi lahir
negara maju terbesar antara 3-7% dan di negara berkembang berkisar antara
13-38%. Untuk Indonesia belum ada angka pesat secara keseluruhan, hanya
perkiraan WHO pada tahun 1990 adalah 14% dari seluruh koheren hidup
tertinggi terjadi pada anak dengan berat badan lahir dalam kategori normal
yaitu sebanyak31 orang (81,6%), disusul oleh anak dengan berat badan lahir
pada masa anak. Bayi dengan berat badan lahir mempunyai resiko kematian
yang lebih besar dibandingkan dengan berat badan lahir normal, terutama
dilahirkan setelah dikandung kurang lebih 40 minggu dalam rahim ibu. Pada
waktu lahir bayi mempunyai berat badan sekitar 3 Kg dan panjang badan 50
cm. Secara umum berat bayi lahir yang normal adalah antara 3000 gr sampai
dengan 4000 gr dan bila dibawah atau kurang dari 2500 gr dikatakan berat
badan lahir.
akibat infeksi saluran pernafasan dan hubungan ini menetap setelah dilakukan
3. Kelengkapan Imunisasi
kebal atau resisten terhadap suatu penyakit, tetapi belum tentu kebal terhadap
tertinggi terjadi pada anak dengan status imunisasi dalam kategori lengkap
yaitu sebanyak 29 orang (76,3%), disusul oleh anak dengan status imunisasi
dalam kategori tidak lengkap sebanyak 5 orang (13,2%) dan anak dengan
dan kematian penyakit tersebut. Program imunisasi nasional untuk bayi 0-11
melindungi terhadap terjadinya infeksi saluran pernapasan akut dan pada anak
yang mendapat imunisasi mempunyai resiko lebih rendah dari pada yang tidak
imunisasi yaitu status imun, faktor genetik, serta kualitas dan kuantitas vaksin.
Ketiga factor tersebut saling berhubungan satu sama lainnya, meskipun status
imun anak baik tetapi bila kualitas vaksinnya rendah maka vaksin tersebut
tidak mudah terserang penyakit infeksi, karena anak tersebut mempunyai daya
tahan tubuh. Asumsi peneliti bahwa semau anak telah di imunisasi karena
datang.
menjadi faktor yang dapat menentukan dalam hal menghindari hal – hal yang
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
(84,2%).
B. Saran
1. Bagi Puskesmas
penyuluhan tentang PHBS pada ibu dan anak khususnya penderita ISPA.
3. Bagi Peneliti
bahan informasi bagi peneliti selanjutnya yang relevan dengan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
berdasarkan Faktor Resiko pada Anak di Poliklinik Anak Puskesmas Lepo – Lepo
Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015”. Saya menyadari bahwa saya
menjadi bagian dari penelitian ini akan memberikan informasi yang sebanar-benarnya
pengolahan data dan jika selesai dan jika selesai identitas akan dimusnakan.
Berdasarkan hal tersebut diatas, dengan ini saya menyatakan kesedian saya
secara sukarela bersedia dalam penelitian ini tanpa saudara dan unsure paksaan dari
Kendari, 2015
(.…………....)
Lampiran II
(Informed Concent)
responden dalam penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa Diploma III (D III)
Anak Puskesmas Lepo – Lepo Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara tahun
2015”
Tanda tangan saya ini menunjukan bahwa saya diberi informasi dan
Kendari , 2015
Mengetahui,
Mahasiswa Responden
(………………….) (………………….)