Anda di halaman 1dari 27

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit diare sampai saat ini masih merupakan salah satu penyebab

utama kesakitan dan kematian. Di Indonesia diare merupakan salah satu masalah

utama kesehatan masyarakat. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan

dan menimbulkan banyak kematian, sertasering menimbulkan kejadian luar biasa

(KLB). Berdasarkan profil kesehatan Indonesia 2003, penyakit diare menempati

urutan kelima dari 10 penyakit utama pada pasien rawat jalan di rumah sakit dan

menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di rumah sakit (Adisasmito,

2007).

Penyakit diare bila tidak segera mendapatkan penanganan akan

menyebabkan dehidrasi yangdapat mengakibatkan kematian. Diare menjadi

penyakit kedua penyebab kesakitan dan kematian terutama pada anak balita di

negara berkembang setelah penyakit infeksi saluran pernapasan

Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas, dan Riset

Kesehatan Dasar menyatakan bahwa dari tahun ketahun penyakit diare masih

merupakan penyebab utama kematian balita di Indonesia. Hasil RISKESDAS

2007 menyatakan kejadian diare bila dilihat dari kelompok umur yang menderita

diare yaitu prevalensi tertinggi pada anak balita (1-4 tahun) yaitu 16,7%.Hasil

kajian morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare dan Infeksi Saluran

Pencernaan (ISP) menunjukkan bahwa angka kesakitan diare semua umur tahun

2012 adalah 214/1.000 penduduk semua umur dan angka kesakitan diare

padabalita adalah 900/1.000 balita. Kematian diare pada balita 75,3/100.000 balita
2

dan semua umur 23,2/100.000 penduduk semua umur.

Penyakit diare merupakan penyakit berbasis lingkungan yang masih

menjadi masalah kesehatan terbesar masyarakat Indonesia dan merupakan

penyakit yang sering terjadi pada anak balita. Penyebab diare yang menjadi

masalah adalah masih buruknya kondisi sanitasi dasar (Sulistyowati, 2004),

seperti sanitasi jamban, sarana air bersih (SAB), saluran pembuangan air limbah

(SPAL), kualitas bakteriologis air, dan kondisi rumah. Sanitasi dasar rumah

merupakan usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan

terhadap berbagai faktor lingkungan yang memengaruhi atau mungkin

memengaruhi derajat kesehatan manusia.Sanitasi rumah sangat erat kaitannya

dengan angka kesakitan penyakit menular, terutama diare. Lingkungan perumahan

sangat berpengaruh pada terjadinya dan tersebarnya diare. Hal ini didasarkan pada

prevalensi penyakit diare yang tinggi disebabkan oleh adanya sanitasi yang buruk,

kontrol kondisi lingkungan yang buruk, kepadatan yang tinggi dan penyediaan air

bersih yang tidak memadai.

Berdasarkan hasil penelitian Juariah (2000), diketahui bahwa ada

hubungan bermakna antara kesakitan diare dengan sumber air bersih,kepemilikan

jamban, jenis lantai, pencahayaan rumah dan ventilasi rumah.Rahadi (2005)

menyimpulkan bahwa ada hubungan antara kepemilikanjamban, jarak SPAL,

jenis lantai dengan kejadian diare. Berdasarkan hasilpenelitian Wibowo et al

(2004) diketahui bahwa ada hubungan yangbermakna antara terjadinya diare

dengan pembuangan tinja dan jenis sumberair minum.

Kejadian diare pada balita di Kabupaten Lampung Tengah 3.037 kasus

dari jumlah target penemuan 5.120 kasus, balita yang dilayani 59,3 % sedangkan
3

di Puskesmas Bumi Ratu Nuban jumlah balita yang dilayani 85 balita dan desa

yang paling tinggi angka diare pada balita adalah Kampung Bumi Ratu

mencapai 44 kasus (Profil Dinkes Kabupaten Lampung Tengah,2018).

Puskesmas Bumi Ratu Nuban merupakan salah satu puskesmas rawat inap

yang berada di wilayah Kecamatan Bumi Ratu Nuban. Kampung Bumi Ratu

merupakan desa dengan jumlah cakupan diare pada balita cukup tinggi yaitu 44

orang (IR=6,54%) pada tahun 2018. Kondisi sanitasi rumah masih kurang

memadai, masih banyak masyarakat yang masih menggunakan mata air sebagai

sumber air minum kemudian.

Berdasarkan Hasil Observasi di Kampung Bumi Ratu Kecamatan Bumi

Ratu Nuban Kabupaten Lampung Tengah bahwa di temukan kepemilikan jamban

yang rendah dari jumlah kepala keluarga yaitu sebanyak 256 KK, yang memili

jamban lebih kurang 78 kk dan dari 178 yang memiliki jamban,lebih kurang 70 kk

yang belum memenuhi syarat.Masyarakat sebahagian besar masih banyak

memanfaatkan halaman belakang rumah, kebun, parit untuk membuang

kotoran/tinja. Dan sebahagian besar masyarakat tersebut tinggal di aliran tepi

sungai.kondisi jamban yang kurang memenuhi syarat.

Berdasarkan informasi latarbelakang diatas peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Kepemilikan Jamban

Terhadap Penyakit Diare di Kampung Bumi Ratu Kecamatan Bumi Ratu

Nuban Kabupaten Lampung Tengah”.


4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah adalah masih tinggi nya

angka kejadian diare dan rendah nya status kepemilikan jamban yang memenuhi

syarat

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan Hubungan Kepemilikan Jamban Terhadap

Penyakit Diare di Kampung Bumi Ratu Kecamatan Bumi Ratu Nuban

Kabupaten Lampung Tengah

2. Tujuan Khusus

a) Mengetahui Kepemilikan Jamban di Kampung Bumi Ratu Kecamatan

Bumi Ratu Nuban Kabupaten Lampung Tengah

b) Mengetahui Jamban yang memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat

di Kampung Bumi Ratu Kecamatan Bumi Ratu Nuban Kabupaten

Lampung Tengah

c) Mengetahui Angka Kejadian Diare di Kampung Bumi Ratu Kecamatan

Bumi Ratu Nuban Kabupaten Lampung Tengah

D. Manfaat Penelitian

1. Untuk Dinas Kesehatan Lampung Tengah

Hasil penelitian ini dijadikan tambahan informasi dan bahan masukan

mengenai hubungan Kepemilikan Jamban dengan kejadian diare pada

balita di Kampung Bumi Ratu Kecamatan Bumi Ratu Nuban Kabupaten

Lampung Tengah.
5

2. Untuk Puskesmas Wates

Digunakan sebagai informasi Kepemilikan Jamban dengan kejadian diare

pada balita di Kampung Bumi Ratu Kecamatan Bumi Ratu Nuban

Kabupaten Lampung Tengah sehingga dapat dimanfaakan untuk

merencanakan upaya peningkatan kepemilikan jamban keluarga.

3. Untuk Kampung Bumi Ratu

Dapat dijadikaan sebagai bahan informasi bagi masyarakat kampung bumi

ratu sehingga masyarakatnya termotivasi memiliki jamban keluarga.

E. Ruang Lingkup

Penelitian ini akan dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Wates

Kabupaten Lampung Tengah. Subjek yang akan diteliti ialah Masyarakat di

Kampung Bumi Ratu Kecamatan Bumi Ratu Nuban Kabupaten Lampung Tengah.

yang merupakan wilayah kerja Puskesmas Wates Kabupaten Lampung Tengah.

Penelitian ini dilakukan dengan desain studi cross sectional menggunakan data

primer yang didapatkan dari hasil kuesioner dan observasi serta data sekunder
6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Diare

1. Pengertian diare.

Menurut World Health Organization (1999), penyakit diare adalah suatu

penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang

lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih

dari biasa, yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai

dengan muntah atau tinja yang berdarah. Diare ( inggris = diarrhea) atau dalam

bahasa sehari-hari disebut menceret adalah sebuah penyakit di mana penderita

mengalami rangsangan buang air besar yang terus menerus dan tinja atau feses

nya memiliki kandungan air berlebihan. Diare dapat pula didefinisikan sebagai

buang air besar dengan feses yang tidak berbentuk atau cair dengan frekwensi

lebih dari 3 kali dalam 24 jam (Zulkoni, 2011).

Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan

konsistensi lembek atau cair, dan frekuensinya lebih dari 3 kali sehari. Kemudian

menurut syafruddin dkk (2011) diare adalah penyakit yang ditandai dengan tinja

yang lembek dan cair, seringkali disertai kejang perut.Menurut Hossain dan

Gupta (2002) diare merupakan gangguan usus akut atau kronis yang ditandai oleh

peningkatan frekuensi, keenceran atau volume gerakan usus. Secara umum, diare

dapat berkembang akibat infeksi bakteri, virus, jamur, atau parasit, perubahan

flora usus atau transit usus, gangguan penyerapan atau malabsorpsi, alergi

makanan, makan buah segar berlebihan, keracunan makanan non bakteri,

ketidakmampuan mentolerir laktosa dan gula lainya, konsusmsi obat tertentu atau
7

logam berat, dan gangguan pembedahan seperti vagotomi, gastroileostomi.

Demikian juga diare adalah memperlihatkan keadaan dari beberapa

kelainan seperti penyakit Chrons, sindrome usus meradang, penyakit pankreas

penyakit atau gangguan metabolisme.

2. Klasifikasi diare.

Menurut Suraatmaja (2010), penyakit diare dapat dikelompokkan menjadi

2 jenis, yaitu diare akut dan diare kronik

a) Diare Akut

Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak

yang sebelumnya sehat. Biasanya diare ini berlangsung selama kurang dari 14

hari.

b) Diare Kronik

Diare kronik adalah diare yang berlanjut selama 2 minggu atau lebih (>14

hari), dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah selama

masa diare tersebut.

3. Patofisiologi.

Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan

osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan

menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi

pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang

berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkanya sehingga

timbuldiare. Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding

usus akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit kedalam rongga usus dan

selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.Ketiga


8

gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan

berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare

sebaliknya bila persitaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul

berlebihan yanng selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.

4. Etiologi.

Secara etiologi diare dapat disebabkan oleh infeksi, intoksikasi, alergi,

reaksiobat-obatan dan juga faktor psikis. Pendekatan klinis yang sederhana dan

mudah adalah pembagian diare berdasarkan proses patofisiologis enteric

infection, yaitu membagi diare atas mekanisme inflammatory, non inflammatory

dan penetrating (Zein, 2011).

Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan:

a) Akibat bakteri

b) Akibat virus

c) Malabsorsi

d) Alergi

e) Keracunan

5. Gejala dan tanda diare.

Menurut Hossain dan Gupta (2002) gambaran klinis pasien mengalami

peningkatan frekuensi, keenceran atau volume tinja yang dikeluarkan

dibandingkan dengan pola yang biasa. Tinja dapat bersifat terlalu encer atau

mengandung darah, lendir, nanah atau kelebihan bahan berlemak. Kondisi ini

tentu dapat mengakibatkan dehidrasi, hilangnya elektrolit, shock dan kolaps

sebagai komplikasi yang ditimbulkan. Gejala yang biasanya ditemukan adalah

buang air besar terus menerus disertai mual dan muntah. Tetapi gejala lainya
9

yang dapat timbul antara lain pegal pada punggung, dan perut berbunyi (Zulkoni,

2011).

Menurut Widoyono (2008) beberapa gejala dan tanda diare antara


lain :

a) Gejala umum

1) Berak cair atau lembek dan sering adalah gejala khas diare

2) Muntah, biasanya menyertai diare pada gastroenteritis akut

3) Demam, dapat mendahului atau tidak mendahului gejala diare

b) Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan kulit

menurun, apatis bahkan gelisah

c) Gejala spesifik

1) Vibrio Cholera: diare hebat, warna tinja seperti


cucian beras dan berbau amis

2) Disenteriform : tinja berlendir dan berdarah.

Diare yang berkepanjangan dapat menyebabkan,

a) Dehidrasi

Tergantung dari persentase cairan tubuh yang hilang, dehidrasi

dapat terjadi ringan, sedang, atau berat.

b) gangguan sirkulasi

Pada diare akut, kehilangan cairan dapat terjadi dalam waktu yang

singkat. Bila kehilangan cairan ini lebih dari 10% berat badan,

pasien dapat mengalami syok atau presyok yang disebabkan oleh

berkurangnya volume darah.

c) Gangguan asam-basa

Hal ini terjadi akibat kehilangan cairan elektrolit dari dalam tubuh.
10

Sebagai kompensasinya tubuh akanbernafas cepat untuk membantu

meningkatkan pH arteri.

d) Hipoglikemia (kadar gula darah rendah)

Hipoglikemia sering terjadi pada anak yang sebelumnya mengalami

malnutrisi. Hipoglikemia dapat mengakibatkan koma. Penyebab

yang pasti belum diketahu, kemungkinan karena cairan

ekstraseluler menjadi hipotonik dan air masuk kedalam cairan

intraseluler sehingga terjadi edema otak yang mengakibatkan koma.

e) Gangguan gizi

Gangguan ini terjadi karena asupan makanan yang kurang dan

output yang berlebihan. Hal ini akan bertambah berat bila

pemberian makana dihentikan, serta sebelumnya penderita sudah

mengalami kekurangan gizi (malnutrisi).

Menurut Zein (2011), penyakit diare dapat disebabkan oleh infeksi

atau non infeksi.

a) Diare akibat infeksi

Diare infeksi dapat disebabkan oleh :

1) Virus

Virus merupakan penyebab diare terbanyak pada anak ( 70 –80% ).

2) Bakteri

Beberapa bakteri penyebab diare adalah :

2).1.Enterotoxigenic E.coli (ETEC)

Bakteri ini mempunyai dua virulensi yang penting, yaitu faktor

kolonisasai yang menyebabkan bakteri ini melekat pada eritrosit pada


11

usus halus, dan enterotoksin heat labile (HL) dan heat stabile (ST)

yang menyebabkan sekresi cairan dan eletrolit yang menghailkan

watery diarrhea. ETEC tidak menyebabkan kerusakan pada brush

border atau menginvasi mukosa.

2)2. Enterophatogenic E.coli (EPEC)

Mekanisme terjadinya diare yang disebabkan bakteri ini belum jelas.

Didapatinya proses perlekatan EPEC ke epitel usus menyebabkan

kerusakan dari membran mikro vili yang akan mengganggu

permukaan absorbs dan aktifitas disakaridase.

2).3. Enteroaggregative E.coli (EAggEC)

Sifat bakteri ini adalah melekat pada usus halus dan dapat

menyebabkan perubahan morfologi yang khas. Begaimana terjadinya

diare oleh bakteri ini belum jelas, tetapi sitotoksin mungkin

memegang peranan.

2).4. Enteroinvasisve E.coli (EIEC)

Bakteri ini secara serologi dan biokimia mirip dengan shigella.

Seperti shigella, bakteri EIEC dapat melakukan penetrasi dan

multifikasi di dalam sel epitel kolon.

2).5. Enterohemorrhagic E.coli (EHEC)

EHEC mampu memroduksi verocytoxin (VT) 1 dan 2 yang disebut

juga Shiga-like toxin yang dapat menimbulkan edema dan pendarahan

diffuse di kolon. Pada anak sering berlanjut menjadi hemolyticuremic

syndrome.
12

2).6. Shigella spp.

Bakteri Shigella dapat menginvasi dan melakukan multifikasi di dalam

sel epitel kolon, sehingga menyebabkan kematian sel mukosa dan

timbulnya ulkus. Kuman Shigella jarang masuk kedalam aliran darah.

Faktor virulensi termasuk : smooth lipopolysaccharide sel wall antigen

yang mempunyai aktivitas endotoksin serta membantu proses invasi

dan toksin (Shiga toxin dan Shiga-like toxin) yang bersifat sitotoksik

dan neurotoksik dan mungkin menimbulkan watery diarrhea.

2).7. Campylobacter jajuni (helicobacter jejuni)

Manusia terinfeksi melalui kontak langsung dengan hewan (unggas,

anjing, kucing, domba dan babi) atau dengan feses hewan melalui

kontak makanan yang terkontaminasi seperi daging ayam dan air.

Kadang-kadang infeksi dapat menyebar melalui kontak langsung

person to person. C.jejuni mungkin dapat menyebabkan diare melalui

invasi kedalam usus halus dan usus besar. Ada 2 tipe toksin yang

dihasilkannya, yiatu cytotoxin dan heat-labile enterotoxin. Perubahan

histopatologi yang terjadi mirip dengan proses ulcerative colitis.

2).8. Vibrio cholera 01 dan V.cholerae 0139

Apabila air atau makanan terkontaminasi oleh bakteri ini akan dapat

menularkan kolera. Penularan melalui orang ke orang jarang terjadi. V.

cholera melekat dan berkembangbiak pada mukosa usus halus dan

menghasilkan enteroktoksin yang menyebabkan diare. Toksin kolera

ini sangat mirip dengan heat-labile toxin (LT) dari ETEC. Terkahir
13

ditemukan bahwa adanya enterotoksin yang lain yang memunyai

karakterik tersendiri, seperti accessory choleraenterotoxin(ACE) dan

zonular occludens toxin (ZOT). Kedua toksin ini menyebabkan sekresi

cairan kedalam lumen usus.

2).9. Salmonella ( non thypoi )

Bakteri salmonella dapat menginvasi sel epitel usus. Enterotksin yang

dihasilkan dapat menyebabkan diare bila terjadi kerusakan pada mukosa

yang menimbulkan ulkus, akan terjadi bloody diarrhea. Prinsip pengobatan

menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang mengandung

elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lainya.

B. Jamban

1. Pengertian Jamban Keluarga

Jamban merupakan salah satu fasilitas sanitasi dasar yang dibutuhkan

dalam setiap rumah untuk mendukung kesehatan penghuninya sebagai fasilitas

pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk

dengan leher angsa atau tanpa leher angsa yang dilengkapi dengan unit

penampungan kotoran dan air untuk membersihkanya (Pruverawati, 2012). Selain

itu menurut Madjid (2009), jamban adalah suatu bangunan yang dipergunakan

untuk membuang tinja atau kotoran manusia yang lazim disebut kakus.

Sedangkan menurut Kusnoputranto (2005), Jamban adalah suatu bangunan

yang dipergunakan untuk membuang dan mengumpulkan kotoran sehingga

kotoran tersebut tersimpan dalam suatu tempat tertentu dan tidak menjadi

penyebab suatu penyakit serta tidak mengotori permukaan. Suatu ruangan yang
14

mempunyai fasilitas pembuangan tinja manusia. Jamban terdiri atas tempat

jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung)

yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk

membersihkannya (Akbdullah, 2010).

Menurut Chandra (2007), Jamban sangat berguna bagi manusia dan

merupakan bagian dari kehidupan manusia karena jamban dapat mencegah

berkembangbiaknya berbagai penyakit yang disebabkan oleh kotoran manusia

yang tidak dikelola dengan baik. Sebaliknya jika pembuangan tinja tidak baik

sembarangan dapat mengakibatkan kontaminasi pada air, tanah atau menjadi

sumber infeksi dan akan mendatangkan bahaya bagi kesehatan karena penyakit

yang tergolong water born disease seperti diare, kolera dan kulit akan mudah

berjangkit.

2. Jenis-jenis jamban keluarga.

Jamban yang didirikan mempunyai beberapa pilihan. Pilihan yang terbaik

adalah jamban yang tidak menimbulkan bau dan memiliki kebutuhan air yang

tercukupi. Menurut Mubarak (2010), jenis- jenis jamban dibedakan berdasarkan

konstruksi dan cara menggunakannya, yaitu:

a) Jamban cemplung (Pit latrine).

Bentuk jamban ini adalah paling sederhana yang digunakan masyarakat.

Namun Kurang sempurna, Jamban cemplung ini hanya terdiri atas sebuah galian

yang di atasnya diberi lantai dan tempat jongkok. Lantai jamban ini dapat dibuat

dari bambu atau kayu tetapi dapat juga terbuat dari batu bata atau beton. Jamban

semacam ini masih menimbulkan gangguan karena baunya.


15

b) Jamban plengsengan.

Jamban semacam ini memiliki lubang tempat jongkok yang dihubungkan

oleh saluran miring ketempat pembuangan kotoran. Jadi tempat jongkok dari

jamban ini tidak dibuat persis diatas penampungan, tetapi agak jauh. Jamban

semacam ini sedikit lebih baik dan menguntungkan daripada jamban cemplung

karena baunya agak berkurang dan keamanan bagi pemakai lebih terjamin

Gambar 1. Jamban leher angsa, cemplung, plengsengan

c) Jamban bor.

Dinamakan demikian karena tempat penampungan kotorannya dibuat

dengan menggunakan bor. Bor yang digunakan adalah bor tangan yang disebut

bor auger dengan diameter antara 30-40 cm. Jamban bor ini mempunyai

keuntungan, yaitu bau yang ditimbulkan sangat berkurang. Akan tetapi kerugian

jamban bor ini adalah perembesan kotoran akan lebih jauh dan mengotori air

tanah.

d) Angsatrine (Water seal latrine).

Di bawah tempat jongkok jamban ini ditempatkan atau dipasang suatu alat

yang berbentuk seperti leher angsa yang disebut bowl. Bowl ini berfungsi

mencegah timbulnya bau. Kotoran yang berada di tempat penampungan tidak


16

tercium baunya, karena terhalang oleh air yang selalu terdapat dalam bagian yang

melengkung.

e) Jamban diatas balong (empang).

Gambar berikut adalah jamban di atas balong (empang) :

Gambar 2. Jamban diatas balong (empang)

Membuat jamban diatas balong (yang kotorannya dialirkan ke balong)

adalah cara pembuangan kotoran yang tidak dianjurkan. tetapi sulit untuk

menghilangkannya, terutama di daerah yang terdapat banyak balong.

f) Jamban septic tank.


Gambar berikut adalah jamban septic tank.
17

Gambar 4. Jamban septic tank dengan sumur resapan air

Septic tank berasal dari kata septic yang berarti pembusukan secara anaerobic.

Nama septic tank digunakan karena dalam pembuangan kotoran terjadi proses

pembusukan oleh kuman-kuman pembusuk yang sifatnya anaerob.

Septictank dapat terdiri dari dua bak atau lebih serta dapat pula terdiri atas

satu bak saja dengan mengatur sedemikian rupa (misalnya dengan memasang

beberapa sekat atau tembok penghalang) sehingga dapat memperlambat

pengaliran air kotor di dalam bak tersebut. Dalam bak bagian pertama akan

terdapat proses penghancuran, pembusukan dan pengendapan.

Dalam bak terdapat tiga macam lapisan yaitu:

1) Lapisan yang terapung, yang terdiri atas kotoran-kotoran padat

2) Lapisan cair

3) Lapisan endapan

3. Syarat jamban sehat.

Menurut Depkes RI (2009), jamban keluarga sehat adalah jamban

yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

a) Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang

penampung berjarak 10-15 meter dari sumber air minum.

b) Mudah dibersihkan dan aman penggunannya.

c) Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan


berwarna.

d) Penerangan dan ventilasi cukup

e) Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun

tikus.
18

f) Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang

jongkok sehingga tidak mencemari tanah di

sekitarnya.

g) Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan

h) Lantai kedap air

i) Ventilasi cukup baik

j) Tersedia air dan alat pembersih.

k) Murah dapat diterima pemakainya

4. Prinsip pembuangan kotoran.

Pembuangan kotoran, polusi tanah dan sifat-sifat tanah adalah merupakan

subjek yang memiliki hubungan erat. Oleh karena itu,penelitian terhadap tanah

dan prosesbiologi dan kimia yang berlangsung di dalamnya adalah merupakan hal

sangat perlu untuk dapat memahami pembuangan limbah dan kotoran yang dapat

saja menjadi pencemaran tanah yang dapat menimbulkan bahaya, berbagai jenis

filter dimana limbah kadangkala diolah agar tetap berada dalam kondisi yang

stabil dan tidak mengalami pembusukan bukan sesuatu yang lebih dari usaha

untuk menduplikasikan kondisi tanah dalam suatu cara dimana proses reduksinya

dapat terkontrol.Hampir semua bakteri di tanah adalah saprofit yaitu hidup pada

bahan organik yang sudah mati. Kondisi tanah ini tidak mendukung untuk

perbanyakan organisme patogen dan bahkan eksistensinya didalam tanah untuk

lama waktu tertentu. Ini tentu berkaitan dengan suhu dan kondisi kelembaban dan

juga sejumlah saprofit. Jumlah bakteri mengalami penurunan yang cukup besar

seiring dengankedalaman tanah,kedalaman hingga 4-6 kaki dengan sedikit atau

tanpa aktifitas bakteri,dan tanah yang steril adalah pada kedalaman 10-12 kaki
19

bila tidak ada celahdan lubang.

5. Pemanfaatan jamban keluarga.

Menurut Hamzah (2012), Pemanfaatan berarti penggunaan atau memakai

jamban dalam hal buang air besar yang dilakukan oleh masyarakat untuk

memperoleh lingkungan yang sehat. Dimulai dari pemamfaatan jamban,syarat

jamban sehat,hingga partisipatif masyarakat untuk memanfaatkannya. Menurut

Tarigan (2008), upaya pemanfaatan jamban yang dilakukan oleh keluarga akan

berdampak kepada penurunan penyakit, karena setiap anggota keluarga sudah

buang air besar di jamban.

Maka perlu diperhatikan oleh kepala keluarga dan setiap anggota lainnya

yaitu :

a) Jamban Keluarga layak digunakan oleh setiap anggota keluarga

b) Membiasakan diri untuk menyiram

menggunakan air bersih setelah

menggunakan jamban

c) Membersihkan jamban dengan alat pembersih setidaknya 2-3 kali


seminggu

6. Pemeliharaan jamban keluarga.

Jamban hendaknya selalu dijaga dan dipelihara dengan baik. Adapun cara

pemeliharaan yang baik menurut Dedi (2013) adalah sebagai berikut:

a) Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan kering

b) Di sekeliling jamban tidak ada genangan air

c) Tidak ada sampah berserakanan

d) Rumah jamban dalam keadaan baik

e) Lantai selalu bersih dan tidak ada kotoran yang terlihat


20

f) Lalat, tikus dan kecoa tidak ada

g) Tersedia alat pembersih

h) Bila ada yang rusak segera diperbaiki

Menurut Depkes RI (2009), dalam menjaga jamban tetap sehat dan bersih

kegiatan keluarga yang dapat dilakukan adalah:

a) Bersihkan dinding, lantai dan pintu ruang jamban secara teratur

b) Bersihkan jamban secara rutin

c) Cuci dan bersihkan tempat duduk (jika ada) dengan

menggunakan sabun dan air bersih

d) Perbaiki setiap celah, retak pada dinding, lantai dan pintu

e) Jangan membuang sampah di lantai

f) Selalu sediakan sabun untuk mencuci tangan

g) Yakinkan bahwa ruangan jamban ada ventilasinya

h) Tutup lubang ventilasi jamban dengan kasa anti lalat

i) Beritahukan pada anak-anak cara menggunakan jamban yang benar

j) Cucilah tangan dengan sabun dan air bersih

yang mengalir setelah menggunakan jamban

7. Transmisi penyakit dari tinja.

Menurut Depkes RI (2004), jalur penularan penyakit dari tinja atau

kotoran manusia sebagai sumber penyakit melalui mulut sehingga menjadi sakit

dapat digambarkan sebagai berikut:

a) Tinja atau kotoran manusia mengandung agent penyakit sebagai

sumber penularan bila pembuangannya tidak aman maka dapat

mencemari tangan, air, tanah, atau dapat menempel pada lalat dan
21

serangga lainnya yang menghinggapinya.

b) Air yang tercemar tinja dapat mencemari makanan yang selanjutnya

makanan tersebut dimakan oleh manusia atau air yang tercemar

diminum oleh manusia.

c) Tinja dapat mencemari tangan atau jari-jari manusia selanjutnya dapat

mencemari makanan pada waktu memasak atau menyiapkan makanan,

demikian juga yang telah tercemar dapat langsung kontak dengan

mulut.

d) Tinja secara langsung dapat mencemari makanan yang kemudian

makanan tersebut dimakan oleh manusia, melalui lalat/serangga kuman

penyakit dapat mencemari makanan yang kemudian dimakan oleh

manusia.

e) Melalui lalat atau serangga lainnya kuman penyakit dapat mencemari

makanan sewaktu hinggap dimakanan yang kemudian dimakan oleh

manusia. Tinja juga dapat mencemari tanah sebagai akibat tidak

baiknya sarana pembuangan tinja atau membuang tinja disembarang

tempat di mana tanah tersebut selanjutnya dapat mencemari makanan

atau kontak langsung dengan mulut manusia.


22

C. Kerangka Teori Penelitian

Kerangka teori dalam penelitian ini menggunakan teori Hendrik L. Blum

dalam Notoatmodjo (2007), dimana status kesehatan dipengaruhi oleh empat

faktor, yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan.

Berdasarkan tinjauan pustaka diatas hubungan kepemilikan jamban masyarakat

dengan kejadian diare di Kampung Bumi Ratu Kecamatan Bumi Ratu Nuban

Kabupaten Lampung Tengah, maka digambarkan dalam bagan sebagai berikut:

GENETIKA

STATUS
LINGKUNGAN PELAYANAN
KESEHATAN KESEHATAN

PERILAKU

Sumber : Teori Hendrik L. Blum dalam Notoatmodjo (2007)


23

D. Kerangka Konsep

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepemilikan jamban

dengan kejadian diare di Kampung Bumi Ratu Kecamatan Bumi Ratu Nuban

Kabupaten Lampung Tengah. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah

Penyakit diare, variabel independen dalam penelitian ini adalah kepemilikan

jamban.
GENETIKA

LINGKUNGAN STATUS PELAYANAN


KESEHATAN KESEHATAN

PERILAKU

E. Hipotesis

Ho : Ada hubungan antara Kepemilikan Jamban Terhadap Penyakit

Diare di Kampung Bumi Ratu Kecamatan Bumi Ratu Nuban

Kabupaten Lampung Tengah

Hi : Tidak Ada hubungan antara Kepemilikan Jamban Terhadap

Penyakit Diare di Kampung Bumi Ratu Kecamatan Bumi Ratu

Nuban Kabupaten Lampung Tengah


24

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian dalam penelitian ini adalah desain penelitian

Observasional analitik dimana peneliti mencoba mencari hubungan antar variabel,

dengan jenis penelitian cross sectional dimana objek penelitian diukur dan di

kumpulkan secara simultan, sesaat atau satu kali saja dalam satu kali waktu, dan

tidak ada follow up (Setiadi, 2010). Dalam penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis perilaku masyarakat dengan kejadian malaria.

B. Tempat Penelitian

Tempat Penelitian di Kampung Bumi Ratu Kecamatan Bumi Ratu Nuban

Kabupaten Lampung Tengah

C. Waktu Penelitia

Penelitian tersebut telah dilaksanakan pada tanggal Febuari-Maret 2022

D. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh masyarakat di Kampung Bumi

Ratu Kecamatan Bumi Ratu Nuban Kabupaten Lampung Tengah yang menderita

diare , dan yang mempunyai riwayat diare berdasarkan observasi awal kasus diare

di Puskesmas Bumi Ratu Nuban Kabupaten Lampung Tengah dengan jumlah 44

penderita .

E. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah sebagian dari populasi Masyarakat di

Kampung Bumi Ratu Kecamatan Bumi Ratu Nuban Kabupaten Lampung Tengah
25

yang diperoleh melalui rumus slovin yaitu :

N
N¿ 2
1+ N ( e ) ❑

44
N¿ 2
1+ 44 ( 0,05 ) ❑

44
N¿
1,1
= 40

Jadi Sampel yang diperlukan dalam penelitian ini adalah 40 kepala keluarga.

F. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Konseptual Definisi Alat Ukur Skala Hasil Ukur


Operasional ukur

Diare diare adalah suatu Masyarakat Lembar


penyakit yang yang menderita kuesioner
ditandai dengan diare dan Nominal Diare = 1
mempunyai
perubahan bentuk
riwayat diare Riwayat
dan konsistensi tinja berdasarkan Diare = 2
yang lembek sampai data dari
mencair dan puskesmas
bertambahnya yang bertempat
frekuensi buang air tinggal di
besar yang lebih dari kampung bumi
biasa ratu Tahun
2021
Kepemilikan Mempunyai jamban atau Masyarakat di Lembar Nominal Memiliki
Jamban kampung bumi ratu Kuesioner jamban = 1
tidak mempunyai jamban
kec.bumi ratu nuban
kab.lampung tengah Tidak
yang mempunyai memiliki
jamban atau yang Jamban = 2
tidak mempunyai
jamban tahun 2021

G. Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data penelitian ini menggunakan data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner kepada

masyarakat yang bersedia mengisi, sehingga akan diperoleh data mengenai

kepemilikan jamban masyarakat. Data penelitian ini dilakukan dengan dua cara,
26

yaitu pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder.

1. Data primer

Data primer didapatkan secara langsung dari responden dengan melakukan

observasi, wawancara dan pengukuran langsung variabel dependen dan

independen dilapangan. didapatkan dengan observasi dan wawancara langsung

dengan responden.

2. Data sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini adalah data kejadian Malaria yang

diperoleh dari catatan rekam medik kunjungan pasien di Puskesmas Wates

Kabupaten Lampung Tengah.

H. Analisa Data

Pengolahan data dilakukan dengan prosedur sebagai berikut : Editing data,

dilakukan dengan memeriksa kembali lembar kuesioner yang telah diisi kemudian

melengkapi kembali jika ada lembar kuesioner yang tidak lengkap atau masih

kurang.

1. Koding, memberikan kode pada data yang telah dikumpulkam dalam

lembar kuesioner dan dimasukan dalm kategori jawaban-jawaban.

2. Entry data-data yang sudah diedit dan diberikan koding kemudian

diolah dan dimasukkan dalam bentuk tabel/grafik. Menggunakan

analisa statistik deskriptif. Dan data kemudian dianalisa menggunakan

analisis univariat untuk melihat karakteristik dan frekuensi responden

dalam presentase dan analisa bivariat untuk melihat hubungan antara

variabel independen dan variabel dependen. Dengan menggunakan


27

uji Chi-Square.

Anda mungkin juga menyukai