BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit diare sampai saat ini masih merupakan salah satu penyebab
utama kesakitan dan kematian. Di Indonesia diare merupakan salah satu masalah
utama kesehatan masyarakat. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan
urutan kelima dari 10 penyakit utama pada pasien rawat jalan di rumah sakit dan
menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di rumah sakit (Adisasmito,
2007).
penyakit kedua penyebab kesakitan dan kematian terutama pada anak balita di
Kesehatan Dasar menyatakan bahwa dari tahun ketahun penyakit diare masih
2007 menyatakan kejadian diare bila dilihat dari kelompok umur yang menderita
diare yaitu prevalensi tertinggi pada anak balita (1-4 tahun) yaitu 16,7%.Hasil
kajian morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare dan Infeksi Saluran
Pencernaan (ISP) menunjukkan bahwa angka kesakitan diare semua umur tahun
2012 adalah 214/1.000 penduduk semua umur dan angka kesakitan diare
padabalita adalah 900/1.000 balita. Kematian diare pada balita 75,3/100.000 balita
2
penyakit yang sering terjadi pada anak balita. Penyebab diare yang menjadi
seperti sanitasi jamban, sarana air bersih (SAB), saluran pembuangan air limbah
(SPAL), kualitas bakteriologis air, dan kondisi rumah. Sanitasi dasar rumah
sangat berpengaruh pada terjadinya dan tersebarnya diare. Hal ini didasarkan pada
prevalensi penyakit diare yang tinggi disebabkan oleh adanya sanitasi yang buruk,
kontrol kondisi lingkungan yang buruk, kepadatan yang tinggi dan penyediaan air
dari jumlah target penemuan 5.120 kasus, balita yang dilayani 59,3 % sedangkan
3
di Puskesmas Bumi Ratu Nuban jumlah balita yang dilayani 85 balita dan desa
yang paling tinggi angka diare pada balita adalah Kampung Bumi Ratu
Puskesmas Bumi Ratu Nuban merupakan salah satu puskesmas rawat inap
yang berada di wilayah Kecamatan Bumi Ratu Nuban. Kampung Bumi Ratu
merupakan desa dengan jumlah cakupan diare pada balita cukup tinggi yaitu 44
orang (IR=6,54%) pada tahun 2018. Kondisi sanitasi rumah masih kurang
memadai, masih banyak masyarakat yang masih menggunakan mata air sebagai
yang rendah dari jumlah kepala keluarga yaitu sebanyak 256 KK, yang memili
jamban lebih kurang 78 kk dan dari 178 yang memiliki jamban,lebih kurang 70 kk
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah adalah masih tinggi nya
angka kejadian diare dan rendah nya status kepemilikan jamban yang memenuhi
syarat
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Lampung Tengah
D. Manfaat Penelitian
Lampung Tengah.
5
E. Ruang Lingkup
Kampung Bumi Ratu Kecamatan Bumi Ratu Nuban Kabupaten Lampung Tengah.
Penelitian ini dilakukan dengan desain studi cross sectional menggunakan data
primer yang didapatkan dari hasil kuesioner dan observasi serta data sekunder
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diare
1. Pengertian diare.
penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang
lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih
dari biasa, yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai
dengan muntah atau tinja yang berdarah. Diare ( inggris = diarrhea) atau dalam
mengalami rangsangan buang air besar yang terus menerus dan tinja atau feses
nya memiliki kandungan air berlebihan. Diare dapat pula didefinisikan sebagai
buang air besar dengan feses yang tidak berbentuk atau cair dengan frekwensi
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair, dan frekuensinya lebih dari 3 kali sehari. Kemudian
menurut syafruddin dkk (2011) diare adalah penyakit yang ditandai dengan tinja
yang lembek dan cair, seringkali disertai kejang perut.Menurut Hossain dan
Gupta (2002) diare merupakan gangguan usus akut atau kronis yang ditandai oleh
peningkatan frekuensi, keenceran atau volume gerakan usus. Secara umum, diare
dapat berkembang akibat infeksi bakteri, virus, jamur, atau parasit, perubahan
flora usus atau transit usus, gangguan penyerapan atau malabsorpsi, alergi
ketidakmampuan mentolerir laktosa dan gula lainya, konsusmsi obat tertentu atau
7
2. Klasifikasi diare.
a) Diare Akut
Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak
yang sebelumnya sehat. Biasanya diare ini berlangsung selama kurang dari 14
hari.
b) Diare Kronik
Diare kronik adalah diare yang berlanjut selama 2 minggu atau lebih (>14
hari), dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah selama
3. Patofisiologi.
osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang
usus akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit kedalam rongga usus dan
4. Etiologi.
reaksiobat-obatan dan juga faktor psikis. Pendekatan klinis yang sederhana dan
a) Akibat bakteri
b) Akibat virus
c) Malabsorsi
d) Alergi
e) Keracunan
dibandingkan dengan pola yang biasa. Tinja dapat bersifat terlalu encer atau
mengandung darah, lendir, nanah atau kelebihan bahan berlemak. Kondisi ini
buang air besar terus menerus disertai mual dan muntah. Tetapi gejala lainya
9
yang dapat timbul antara lain pegal pada punggung, dan perut berbunyi (Zulkoni,
2011).
a) Gejala umum
1) Berak cair atau lembek dan sering adalah gejala khas diare
c) Gejala spesifik
a) Dehidrasi
b) gangguan sirkulasi
Pada diare akut, kehilangan cairan dapat terjadi dalam waktu yang
singkat. Bila kehilangan cairan ini lebih dari 10% berat badan,
c) Gangguan asam-basa
Hal ini terjadi akibat kehilangan cairan elektrolit dari dalam tubuh.
10
meningkatkan pH arteri.
e) Gangguan gizi
1) Virus
2) Bakteri
usus halus, dan enterotoksin heat labile (HL) dan heat stabile (ST)
Sifat bakteri ini adalah melekat pada usus halus dan dapat
memegang peranan.
syndrome.
12
dan toksin (Shiga toxin dan Shiga-like toxin) yang bersifat sitotoksik
anjing, kucing, domba dan babi) atau dengan feses hewan melalui
invasi kedalam usus halus dan usus besar. Ada 2 tipe toksin yang
Apabila air atau makanan terkontaminasi oleh bakteri ini akan dapat
ini sangat mirip dengan heat-labile toxin (LT) dari ETEC. Terkahir
13
B. Jamban
pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk
dengan leher angsa atau tanpa leher angsa yang dilengkapi dengan unit
itu menurut Madjid (2009), jamban adalah suatu bangunan yang dipergunakan
untuk membuang tinja atau kotoran manusia yang lazim disebut kakus.
kotoran tersebut tersimpan dalam suatu tempat tertentu dan tidak menjadi
penyebab suatu penyakit serta tidak mengotori permukaan. Suatu ruangan yang
14
jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung)
yang tidak dikelola dengan baik. Sebaliknya jika pembuangan tinja tidak baik
sumber infeksi dan akan mendatangkan bahaya bagi kesehatan karena penyakit
yang tergolong water born disease seperti diare, kolera dan kulit akan mudah
berjangkit.
adalah jamban yang tidak menimbulkan bau dan memiliki kebutuhan air yang
Namun Kurang sempurna, Jamban cemplung ini hanya terdiri atas sebuah galian
yang di atasnya diberi lantai dan tempat jongkok. Lantai jamban ini dapat dibuat
dari bambu atau kayu tetapi dapat juga terbuat dari batu bata atau beton. Jamban
b) Jamban plengsengan.
oleh saluran miring ketempat pembuangan kotoran. Jadi tempat jongkok dari
jamban ini tidak dibuat persis diatas penampungan, tetapi agak jauh. Jamban
semacam ini sedikit lebih baik dan menguntungkan daripada jamban cemplung
karena baunya agak berkurang dan keamanan bagi pemakai lebih terjamin
c) Jamban bor.
dengan menggunakan bor. Bor yang digunakan adalah bor tangan yang disebut
bor auger dengan diameter antara 30-40 cm. Jamban bor ini mempunyai
keuntungan, yaitu bau yang ditimbulkan sangat berkurang. Akan tetapi kerugian
jamban bor ini adalah perembesan kotoran akan lebih jauh dan mengotori air
tanah.
Di bawah tempat jongkok jamban ini ditempatkan atau dipasang suatu alat
yang berbentuk seperti leher angsa yang disebut bowl. Bowl ini berfungsi
tercium baunya, karena terhalang oleh air yang selalu terdapat dalam bagian yang
melengkung.
adalah cara pembuangan kotoran yang tidak dianjurkan. tetapi sulit untuk
Septic tank berasal dari kata septic yang berarti pembusukan secara anaerobic.
Nama septic tank digunakan karena dalam pembuangan kotoran terjadi proses
Septictank dapat terdiri dari dua bak atau lebih serta dapat pula terdiri atas
satu bak saja dengan mengatur sedemikian rupa (misalnya dengan memasang
pengaliran air kotor di dalam bak tersebut. Dalam bak bagian pertama akan
2) Lapisan cair
3) Lapisan endapan
e) Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun
tikus.
18
sekitarnya.
subjek yang memiliki hubungan erat. Oleh karena itu,penelitian terhadap tanah
dan prosesbiologi dan kimia yang berlangsung di dalamnya adalah merupakan hal
sangat perlu untuk dapat memahami pembuangan limbah dan kotoran yang dapat
saja menjadi pencemaran tanah yang dapat menimbulkan bahaya, berbagai jenis
filter dimana limbah kadangkala diolah agar tetap berada dalam kondisi yang
stabil dan tidak mengalami pembusukan bukan sesuatu yang lebih dari usaha
untuk menduplikasikan kondisi tanah dalam suatu cara dimana proses reduksinya
dapat terkontrol.Hampir semua bakteri di tanah adalah saprofit yaitu hidup pada
bahan organik yang sudah mati. Kondisi tanah ini tidak mendukung untuk
lama waktu tertentu. Ini tentu berkaitan dengan suhu dan kondisi kelembaban dan
juga sejumlah saprofit. Jumlah bakteri mengalami penurunan yang cukup besar
tanpa aktifitas bakteri,dan tanah yang steril adalah pada kedalaman 10-12 kaki
19
jamban dalam hal buang air besar yang dilakukan oleh masyarakat untuk
Tarigan (2008), upaya pemanfaatan jamban yang dilakukan oleh keluarga akan
Maka perlu diperhatikan oleh kepala keluarga dan setiap anggota lainnya
yaitu :
menggunakan jamban
Jamban hendaknya selalu dijaga dan dipelihara dengan baik. Adapun cara
Menurut Depkes RI (2009), dalam menjaga jamban tetap sehat dan bersih
kotoran manusia sebagai sumber penyakit melalui mulut sehingga menjadi sakit
mencemari tangan, air, tanah, atau dapat menempel pada lalat dan
21
mulut.
manusia.
dengan kejadian diare di Kampung Bumi Ratu Kecamatan Bumi Ratu Nuban
GENETIKA
STATUS
LINGKUNGAN PELAYANAN
KESEHATAN KESEHATAN
PERILAKU
D. Kerangka Konsep
dengan kejadian diare di Kampung Bumi Ratu Kecamatan Bumi Ratu Nuban
jamban.
GENETIKA
PERILAKU
E. Hipotesis
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
dengan jenis penelitian cross sectional dimana objek penelitian diukur dan di
kumpulkan secara simultan, sesaat atau satu kali saja dalam satu kali waktu, dan
tidak ada follow up (Setiadi, 2010). Dalam penelitian ini bertujuan untuk
B. Tempat Penelitian
C. Waktu Penelitia
D. Populasi
Ratu Kecamatan Bumi Ratu Nuban Kabupaten Lampung Tengah yang menderita
diare , dan yang mempunyai riwayat diare berdasarkan observasi awal kasus diare
penderita .
E. Sampel
Kampung Bumi Ratu Kecamatan Bumi Ratu Nuban Kabupaten Lampung Tengah
25
N
N¿ 2
1+ N ( e ) ❑
44
N¿ 2
1+ 44 ( 0,05 ) ❑
44
N¿
1,1
= 40
Jadi Sampel yang diperlukan dalam penelitian ini adalah 40 kepala keluarga.
F. Definisi Operasional
G. Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data penelitian ini menggunakan data primer dan data
kepemilikan jamban masyarakat. Data penelitian ini dilakukan dengan dua cara,
26
1. Data primer
dengan responden.
2. Data sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini adalah data kejadian Malaria yang
H. Analisa Data
dilakukan dengan memeriksa kembali lembar kuesioner yang telah diisi kemudian
melengkapi kembali jika ada lembar kuesioner yang tidak lengkap atau masih
kurang.
uji Chi-Square.