DISUSUN OLEH :
FAJAR RAMADANSYAH
142012011023
BAB 1
PENDAHULUAN
Proporsi diare sebagai penyebab kematian no.1 pada bayi postneonatal (31,4%)
dan pada anak balita (25,2%). Data lain menyebutkan bahwa penyakit diare
merupakan penyebab no.2 angka kesakitan dan angka kematian pada anak-anak
(Depkes,2008).
Diare merupakan gejala yang terjadi karena kelainan yang melibatkan
fungsi pencernaan, penyerapan dan sekresi. Diare disebabkan oleh transportasi air
dan elektrolit yang abnormal dalam usus. Di seluruh dunia terdapat kurang lebih
500 juta anak menderita diare setiap tahunnya. Dan 20% dari setiap kematiannya
pada anak di negara berkembang berhubungan dengan diare dan dehidrasi(
Depkkes RI 2006 Dalam Kurnia Indah,2010).
Berdasarkan dari data di provinsi lampung angka kesakitan diare mencapai
107/1000 penduduk. Jika dibandingkan dengan target nasional angka ini masih
jauh dibawah angka nasional yang mencapai 374/1000 penduduk. Penyakit diare
di temukan di seluruh kabupaten/ kota provinsi lampung. Wilayah terbanyak di
temukan yaitu di kabupaten tanggamus dan tulang bawang dengan jumlah
379/1000 penduduk. Lalu diikuti kota bandar lampung 497/1000 penduduk (profil
Dinkes Provinsi Lampung,2010)
Sedangkan untuk wilayah desa pejambon menunjukan bahwa kasus diare
untuk untuk balita mencapai 21/1000 penduduk (puskesmas pejambon tahun
2014).
Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadiya diare pada anak di
2.
Tujuan khusus
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
puskesmas Pejambon
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1
Pegertian Diare
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau
1.2 Etiologi
A.
Faktor infeksi
1.
Infeksi internal
Infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama
diare pada anak meliputi infeksi internal sebagai berikut:
a.
b.
c.
2.
B. Faktor malabsorsi
Malabsorsi karbohidrat disakarida
C. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
D.
Faktor psikologis
1.3 Patofisiologi
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi :
a.
b.
c.
Hipoglikemia
d.
1.4
naafsu maakan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair,
mungkin disertai lendir dan darah. Warna tinja berubah menjadi kehijauan karena
tercampur empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defeksi
dan tinja menjadi asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari
laktosa yang tidak di absorsi oleh usus selama diare. Pada keadaan dehidrasi berat
nafas tampak sesak karena tubuh kekurangan zat basa (menderita asidosis). Bila
terjadi kekurangan elektrolit dapat terjadi kejang. Dehidrasi berat nafas tampak
sesak karena tubuh kekurangan zat basa. Bila terjadi kekurangan elektrolit dapat
terjadi kejang ( Tanda dan Gejala Pasien Cengeng,2007)
1.5
Pencegahan Diare
Diare umumnya di tularkan melalui 4f, yaitu : food, feces, fly dan finger.
Oleh karena itu upaya pencegahan diare yang paling praktis adalah dengan
memutuskan rantai penularan tersebut. Beberapa upaya yang mudah diterapkan :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
1.6
Pengertian Balita
Balita adalah bayi yang berumur dibawah 5 tahun atau masih kecil yang
1.7
1.
b.
c.
2.
3.
b.
b.
Prasekolah
akhir:
mulai
4-6
tahun
(pertumbuhan
dan
perkembangan,2009)
1.8
1.
a.
Timgkat pendidikan
Jenjang pendidikan memegang peranan cukup penting dalam
kesehatan masyaraakat. Pendidikan masyarakat yang rendah menjadikan
mereka sulit diberi tahu mengenai pentingnya hiygiene per orangan dan
sanitasi lingkungan untuk mencegah terjangkitnya penyakit menular ,
diantaranya diare. Dengan sulitnya mereka menerima penyuluhan,
menyebabkan mereka tidak peduli terhadap upaya pencegahan penyakit
menular(Sanider,2005).
b.
Jenis pekerjaan
Karakteristik pekerjaan seseorang dapat mencerminkan pendapatan,
status sosial, pendidikan, status sosial ekonomi, resiko cedera atau masalah
kesehatan dalam suatu kelompok populasi. Pekerjaan juga merupakan suatu
diterminan resiko dan diterminan terpapar yang khusus dalaam bidang
pekerjaan tertentu serta merupakan predictor status kesehatan dan kondisi
tempat suatu populasi bekerja(Widyastuti,2003).
c.
Umur ibu
Sifat manusia yang dapat membawa perbedaan hasil suatu penelitian
ataau yang dapat membantu memastikan hubungan sebab akibat dalam hal
hubungan yang dapat menyengsarakan manusia. Umur mempunyai lebih
banyak efek pengganggu daripadaa yang dimiliki karakter tunggal lain.
Umur merupakan salaah satu variable terkuat yang dipakai untuk
memprediksi perbedaan dalam hal penyakit, kondisi, dan peristiwa
kesehatan, dan karna saling di perbandingkan maka kekuataan variable
umur menjadi mudah dilihaat(Widyastuti,2005)
2.
Faktor lingkungan
a.
2.
Mengambil dan menyimpan dalam tempat yang bersih dan tertutup serta
menggunakan gayung khusus untuk mengambil air
3.
Memelihara atau menjaga sumber air dari pencemaaran oleh binatang, anakanak, dan sumber pengeluaran jarak antara sumber air minum dengan
sumber pengotoran seperti septictank, tempat pembuangan sampah dan air
limbah harus lebih dari 10meter
4.
5.
Mencuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang bersih dan
cukup.
b.
2.
3.
4.
Kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat dipakai tempat laalat bertelur
atau perkmbang biakan vector penyakit lainnya.
5.
6.
Pembuatannya murah
7.
1.
Jamban cemplung
Jamban ini dibuat dengan jalan membuat lubang kedalam tanah
dengan diameter 80 -120 cm sedalam 2,5 8 m. Jamban cemplung tidak
boleh terlalu dalam karena akan mengotori air tanah dibawahnya . Jarak dari
sumber air minum sekurang-kurangnya 15 meter.
2.
Jamban air
Jamban ini terdiri dari bak yang kedap air, diisi air di dalam taanah
sebagai tempat pembuangan tinja. Proses pembusukannya sama seperti
pembusukan tinja dalaam air
3.
4.
Jamban bor
Tipe ini sama dengan jamban cemplung hanya ukurannya lebih kecil
karena untuk pemakaiannya yang tidak lama, misalnya untuk perkampungan
sementara.
5.
Jamban keranjang
Tinja di tampung kedalam ember aataau bejana lain dan dibuang di
tempat lain, misalnya untuk penderita yang tidak dapat meninggalkan
tempat tidur. System jamban keranjang biasanya menarik lalat daalam
jumlah besar, tidak di lokasi jambannya , tetapi di sepanjang perjalanan
ketempat pembuangan penggunaan jenis jamban ini biasanya meninggalkan
bau.
6.
Jamban parit
7.
Jamban empang
Jamban ini semacam rumah-rumahan dibuat diatas kolam, selokan,
kali, rawa dan sebagainya. Kerugiannya mengotori air permukaan sehingga
bibit penyakit yang terdapat di dalamnya dapat tersebaar kemana-mana
dengan air, yang menimbulkan wabah.
8.
Jamban kimia
Tinja di tampung dalam suatu bejana yang berisi canatic soda
sehingga di hancurkan sekalian disinfeksi. Biasanya digunakan dalam
umum misalnya dalam pesawat udara, dan dapat pula digunakan dalam
rumah.
c.
3.
Faktor prilaku
Membuang tinja (termasuk tinja bayi) harus dilakukan secara bersih dan
benar. Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi tidaklah berbahaya,
padahal sesungguhnya mengandung virus atau bakteri dalam jumlah yang
besar. Tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan orang
dewasa.
5.
6.
Menggunakan jamban
Penggunaan jamban mempunyai dampak yaang besar dalam penularan
resiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban
sebaiknya membuat jamban dan keluarga harus buang air besar di jamban.
Bila tidak mempunyai jamban, jangan biarkan anak-anak pergi ke tempat
buang air besar hendaknya jauh dari rumah , jalan setapak, tempat anakanak bermain dan harus berjarak kurang lebih 10 meter dari sumber air.
7.
1.9
Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan ringkasan dari tinjauan pustaka yang
Faktor sosiodemografi
1. Tingkat pendidikan 2.
Jenis pekerjaan 3. Umur
ibu
Faktor lingkungan 1.
Sumber air minuman 2.
Jenis tempat
pembuangan tinja dan
jenis lantai rumah
Faktor prilaku 1.
Pemberian ASI
2.Penggunaan botol
minum 3. Kebiasaan
cuci tangan 4.
Kebiasaan membuang
tinja 5. Kebiasaan
menggunakan jamban
6. Pemberian imunisasi
campak
Diare
Sumber : Notoatmodjo(2010).
1.10
Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan
atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel
yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo
S, 2012).
Bagan 2.5 Kerangka Konsep
Independen Dependen
Faktor lingkungan
1. Sumber air minum
2. Jenis pembuangan tinja
Diare
Faktor prilaku
1. Kebiasaan cuci tangan
Sumber : Notoatmodjo(2010).
1.11
Hipotesa
Ada hubungan faktor sumber air minum dengan kejadian diare di puskesmas
pejambon kecamatan negri katon kabupaten pesawaran tahun 2014 .
2.
3.
4.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Definisi Operasional
Menurut
Notoatmodjo(2010),
definisi
operasional
berguna
untuk
No
Variabel
Diare
Definisi Operasional
Cara Ukur
Ordinal
0=
Ordinal
Memeriks
a
1= Tidak
memeriksa
0= Bersih Ordinal
1= Tidak
bersih
3.4
1.
Kebiasaan
cuci
tangan
Kebiasaan
cuci
tangan Kuesioner
responden
dengan
menggunakan air mengalir
dan sabun setelah BAB ,
setelah membuang tinja anak
dan sebelum menyuapi anak.
0=
Ordinal
Mencuci
tangan
1= Tidak
mencuci
tangan
2.
Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang merupakan wakil dari populasi
itu. Pada penilitian ini , peniliti menggunakan teknik total sampling , yaitu semua
populasi di jadikan sample dalam penelitian . Sampel dalam penelitian ini yaitu
sebanyak 21.
Dengan Rumus= n =
Keterangan :
n : besar sample
Z1 a/2 : 1,96 pada a 0,05
P : proporsi prevalensi kejadian
Q
: 1-p
3.5
Tempat
Waktu
3.6
yang akurasi, persisi dan pekat. Kwalitas data sangat menentukan kwalitas
penelitian. Kwalitas data tergantung dari kwalitas (instrumen) yang digunakan
untuk mengumpulkan data penelitian.
1.
2.
3.7
3.8
1.
a.
1.
Variabel sumber air minum yang terdiri dari beberapa pertanyaan yang di
peroleh nilai total. Selanjutnya dilakukan record untuk merubah data
menjadi 2 kategori.
2.
3.
b.
c.
d.
Tabulasi
Yakni membuat tabel-tabel data , sesuai dengan tujuan penelitian atau
yang diinginkan oleh peneliti.
2.
a.
Keterangan :
P
: Presentasi
: Jumlah subjek
(Notoatmodjo,2010)
b.
Analisa Bivariat
Menurut Notoatmodjo(2010), analisa bivariat dilakukan terhadap dua
variable yang di duga berhubungan atau berkorelasi. Dalam analisis ini di
gunakan pengujian statistik chi-kuadrat untuk pengujian independensi, yaitu
untuk mengetahui apakah diantara dua variable terdapat hubungan atau
tidak, dengan kata lain apakah kedua variable bersifat dependen atau
independen, maka pengujian hipotesis dilakukan menggunakan rumus :
(0 )2
Keterangan :
X2
3.9
Jalannya Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menempuh beberapa tahapan
yaitu :
1.
Persiapan
a.
b.
c.
2.
Pelaksanaan
a.
b.
3.
c.
d.
e.
Pengumpulan data.
Akhir
Setelah semua data terkumpul, akan dilakukan analisa data, hasil