Anda di halaman 1dari 30

PROPOSAL PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS PEJAMBON KEC.NEGRI
KATON PESAWARAN LAMPUNG
TAHUN 2014

DISUSUN OLEH :
FAJAR RAMADANSYAH
142012011023

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) MUHAMMADIYAH


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
PRINGSEWU-LAMPUNG
2014

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara
berkembang seperti indonesia, survey dilakukan oleh departemen dari tahun 20002010 terlihat kecendrungan insiden naik. Pada tahun 2000 penyakit diare
301/1000 penduduk. Tahun 2003 naik menjadi 374/1000 penduduk. Tahun 2004
menjadi 423/1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Pada
tahun 2008 terjadi KLB (kejadian luar biasa) di 69 kecamatan dengan jumlah
kasus 8133 orang, kematian 239 orang. Sedangkan pada tahun 2010 terjadi KLB
(kejadian luar biasa) diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan
kematian 73 orang (kemenkes RI, 2011).
Hingga saat ini penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat indonesia. Hal ini dapat di lihat dengan meningkatnya angka kesakitan
diare dari tahun ketahun. Didunia sebanyak 6 juta anak meninggal dunia setiap
tahun karena diare, sebagian kematian tersebut terjadi di negara berkembang.
Berdasarkan laporan WHO, kematian karena diare di indonesia sudah menurun
tajam. Begitu pula berdasarkan survey rumah tangga, kematian karena diare di
perkirakan menurun, walaupun angka kematian diare menurun tetapi angka
kesakitan tetap tinggi terutama di negara berkembang (Kemenkes RI,2011)
Hasil riskesdas tahun 2007 menyimpulkan bahwa diare merupakan penyebab
kematian no.4 (13,2%) pada semua umur dalam kelompok penyakit menular.

Proporsi diare sebagai penyebab kematian no.1 pada bayi postneonatal (31,4%)
dan pada anak balita (25,2%). Data lain menyebutkan bahwa penyakit diare
merupakan penyebab no.2 angka kesakitan dan angka kematian pada anak-anak
(Depkes,2008).
Diare merupakan gejala yang terjadi karena kelainan yang melibatkan
fungsi pencernaan, penyerapan dan sekresi. Diare disebabkan oleh transportasi air
dan elektrolit yang abnormal dalam usus. Di seluruh dunia terdapat kurang lebih
500 juta anak menderita diare setiap tahunnya. Dan 20% dari setiap kematiannya
pada anak di negara berkembang berhubungan dengan diare dan dehidrasi(
Depkkes RI 2006 Dalam Kurnia Indah,2010).
Berdasarkan dari data di provinsi lampung angka kesakitan diare mencapai
107/1000 penduduk. Jika dibandingkan dengan target nasional angka ini masih
jauh dibawah angka nasional yang mencapai 374/1000 penduduk. Penyakit diare
di temukan di seluruh kabupaten/ kota provinsi lampung. Wilayah terbanyak di
temukan yaitu di kabupaten tanggamus dan tulang bawang dengan jumlah
379/1000 penduduk. Lalu diikuti kota bandar lampung 497/1000 penduduk (profil
Dinkes Provinsi Lampung,2010)
Sedangkan untuk wilayah desa pejambon menunjukan bahwa kasus diare
untuk untuk balita mencapai 21/1000 penduduk (puskesmas pejambon tahun
2014).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakag diatas diatas , yang menjadi masalah dalam
peelitian ini adalah Faktor-faktor apa saja yag berhubugan dengan kejadian diare
di Puskesmas Pejambon Kecamatan Negri Katon Kabupaten Pesawaran tahun
2014?

1.3 Tujuan Penelitian


1.

Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadiya diare pada anak di

Puskesmas Pejambon Kecamatan Negri Katon Kabupaten Pesawaran tahun 2014.

2.

Tujuan khusus
a.

Mengetahui distribusi frekwensi kejadian diare di puskesmas Pejambon


Kecamatan Negri Katon Kabupaten Pesawaran tahun 2014.

b.

Mengetahui distribusi frekwensi sumber air minum di puskesmas


Pejambon Kecamatan Negri Katon Kabupaten Pesawaran tahun 2014.

c.

Mengetahui distribusi frekwensi jenis tempat pembuangan tinja di


puskesmas Pejambon Kecamatan Negri Katon Kabupaten Pesawaran
tahun 2014.

d.

Mengetahui frekwensi kebiasaan cuci tangan di puskesmas Pejambon


Kecamatan Negri Katon Kabupaten Pesawaran tahun 2014.

e.

Menganalisis hubungan antara faktor sumber air minum dengan


kejadian diare di puskesmas Pejambon Kecamatan Negri Katon
Kabupaten Pesawaran tahun 2014.

f.

Menganalisis hubungan antara faktor jenis tempat pembuangan tinja


dengan kejadian diare di puskesmas Pejambon Kecamatan Negri Katon
Kabupaten Pesawaran tahun 2014.

g.

Menganalisis hubungan antara faktor kebiasaan cuci tangan dengan


kejadian diare

puskesmas Pejambon

Kecamatan Negri Katon

Kabupaten Pesawaran tahun 2014.

1.4 Ruang Lingkup


Ruang Lingkup dalam penelitian ini adalah :
1. Lingkup waktu :
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan november - desember 2014.
2. Lingkup tempat :
Penelitian ini akan dilakukan di puskesmas Pejambon Kecamatan Negri
Katon Kabupaten Pesawaran Lampung 2014.
3. Lingkup Masalah :
Masalah dibatasi pada faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
diare pada balitaKecamatan Negri Katon Kabupaten Pesawaran
4. Lingkup Sasaran :
Sasaran peneliti adalah anak balita yang pernah berobat di puskesmas
Pejambon Kecamatan Negri Katon Kabupaten Pesawaran

1.5 Manfaat Penelitian


1. Bagi Penulis :
Hasil peelitian ini diharapkan dapat diketahuinya faktor-faktor yang
menyebabkan diare, menambah pengalaman penelitian serta penerapan
ilmu yang didapat selama kuliah, khususnya mata kuliah metodologi
penelitian.
2. Bagi Institusi Pendidikan:
Dapat dijadikan sebagai bahan masukan literatur dan pengembangan
materi bagi institusi.
3. Bagi Puskesmas :
Sebagai bahan masukan dalam penentuan aarah kebijakan program
penanggulangan penyakit diare.
4. Bagi Masyarakat :
Sebagai bahan pertimbangan dalam upaya mewujudkan kesehata yang
optimal, sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak tidak terhambat
karena mengalami sakit.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1

Pegertian Diare
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau

tidak seperti biasanya, di tandai dengan peningkatan volume, keenceran serta


frekwensi lebih dari 3kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4kali sehari dengan
atau tanpa lendir darah. Diare dapat juga di definisikan sebagai suatu kondisi
dimana terjadi perubahan dalam kepadatan dan karakter tinja, atau tinja cair di
keluarkan 3kali atau lebih perhari. Diare merupakan salah satu gejala dan penyakit
pada sistem gastrointestinal atau penyakit lain diluar saluraan pencernaan(Diare).
Suradi dan Rita(2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya
kehilangan cairaan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekwensi
buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.
Sesuai dengan definisi hipocrattes, maka diare adalah buang air besar dengan
frekuensi yang tidak normal ( meningkat) dan konsisten tinja lebih lembek atau
cair (Nelson dkk,1996;Morley,1973) berpendapat bahwa istilah gastrointestinal
hendaknya di kesampingkan saja, karna memberikan kesan terdapatnya suatu
radang sehingga selama ini menyelidiki tentang diare cenderung lebih di tekankan
pada penyebabnya(Suharyono,1991).

1.2 Etiologi
A.

Faktor infeksi

1.

Infeksi internal
Infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama
diare pada anak meliputi infeksi internal sebagai berikut:
a.

Infeksi bakteri : Vibrio, E. Coli, salmonella, Stigella, Campilobakter,


Yersinia, Acromonas, dan sebagainya.

b.

Infeksi virus : Entro Virus (Virus echo, Coxsackie, Poliomielitis).

c.

Infeksi parasit : Cacing ( Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides).

2.

Infeksi parental ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti :


Otitis media akut (OMA), Tonsillitis, Bronkokneumonia, Ensefalitis dan
sebagainya.

B. Faktor malabsorsi
Malabsorsi karbohidrat disakarida

C. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan

D.

Faktor psikologis

Rasa takut dan cemas (Suharyono,1991)

1.3 Patofisiologi
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi :
a.

Kehilangan air dan elektrolit yang mengakibatkan gangguan keseimbangan


asam basa (asidosis metabolik, hipokalemia)

b.

Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran bertambah)

c.

Hipoglikemia

d.

Gangguan sirkulasi darah

1.4

Tanda Dan Gejala


Mula- mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat,

naafsu maakan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair,
mungkin disertai lendir dan darah. Warna tinja berubah menjadi kehijauan karena
tercampur empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defeksi
dan tinja menjadi asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari
laktosa yang tidak di absorsi oleh usus selama diare. Pada keadaan dehidrasi berat
nafas tampak sesak karena tubuh kekurangan zat basa (menderita asidosis). Bila
terjadi kekurangan elektrolit dapat terjadi kejang. Dehidrasi berat nafas tampak
sesak karena tubuh kekurangan zat basa. Bila terjadi kekurangan elektrolit dapat
terjadi kejang ( Tanda dan Gejala Pasien Cengeng,2007)

1.5

Pencegahan Diare

Diare umumnya di tularkan melalui 4f, yaitu : food, feces, fly dan finger.
Oleh karena itu upaya pencegahan diare yang paling praktis adalah dengan
memutuskan rantai penularan tersebut. Beberapa upaya yang mudah diterapkan :
a.

Penyiapan makanan yang higenis.

b.

Penyediaan air minum yang bersih.

c.

Kebersihan perorangan (personal hygiene)

d.

Cuci tangan sebelum makan.

e.

Pemberian ASI eksklusif

f.

Buang air besar pada tempatnya

g.

Tempat pembuangan sampah yang memadai

h.

Berantas lalat agar tidak menghimggapi makanan.

i.

Lingkungan hidup yang bersih (Brunner & Suddart 2002).

1.6

Pengertian Balita
Balita adalah bayi yang berumur dibawah 5 tahun atau masih kecil yang

perlu di tempatkan bergantung pada seorang dewasa yang mempunyai kekuatan


untuk mandiri dengan usaha anak balita yang tumbuh. Balita adalah manusia yang
berusia 0-6 tahun (UU No.20 Tahun 2003).

1.7
1.

Tahap-tahap Pertumbuhan dan Perkembangan


Masa neonatus : usia 0 28 hari
a.

Masa neonatal dini :0 7 hari

b.

Masa neonatal lanjut :8 20 hari

c.

2.

3.

Masa pasca neonatal :29 hari 1 tahun

Masa bayi : usia 0 1 tahun


a.

Masa bayi dini :0 1 tahun

b.

Masa bayi akhir :1 2 tahun

Masa prasekolah (usia 2 6 tahun)


a.

Prasekolah awal (masa balita) : mulai 2-3 tahun

b.

Prasekolah

akhir:

mulai

4-6

tahun

(pertumbuhan

dan

perkembangan,2009)

1.8
1.

Faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit diare


Faktor sosiodemografi
Faktor sosiodemografi meliputi tingkat pendidikan ibu, jenis
pekerjaan ibu dan umur ibu.

a.

Timgkat pendidikan
Jenjang pendidikan memegang peranan cukup penting dalam
kesehatan masyaraakat. Pendidikan masyarakat yang rendah menjadikan
mereka sulit diberi tahu mengenai pentingnya hiygiene per orangan dan
sanitasi lingkungan untuk mencegah terjangkitnya penyakit menular ,
diantaranya diare. Dengan sulitnya mereka menerima penyuluhan,
menyebabkan mereka tidak peduli terhadap upaya pencegahan penyakit
menular(Sanider,2005).

b.

Jenis pekerjaan
Karakteristik pekerjaan seseorang dapat mencerminkan pendapatan,
status sosial, pendidikan, status sosial ekonomi, resiko cedera atau masalah
kesehatan dalam suatu kelompok populasi. Pekerjaan juga merupakan suatu
diterminan resiko dan diterminan terpapar yang khusus dalaam bidang
pekerjaan tertentu serta merupakan predictor status kesehatan dan kondisi
tempat suatu populasi bekerja(Widyastuti,2003).

c.

Umur ibu
Sifat manusia yang dapat membawa perbedaan hasil suatu penelitian
ataau yang dapat membantu memastikan hubungan sebab akibat dalam hal
hubungan yang dapat menyengsarakan manusia. Umur mempunyai lebih
banyak efek pengganggu daripadaa yang dimiliki karakter tunggal lain.
Umur merupakan salaah satu variable terkuat yang dipakai untuk
memprediksi perbedaan dalam hal penyakit, kondisi, dan peristiwa
kesehatan, dan karna saling di perbandingkan maka kekuataan variable
umur menjadi mudah dilihaat(Widyastuti,2005)

2.

Faktor lingkungan

a.

Sumber air minum


Air sangat pentingbagi kehidupan manusia. Didalam tubuh manusia
sebagian besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa sekitar 55-60% berat
badaan terdiri air, untuk anak-anak sekitar 65% dan untuk bayi sekitar 80%.
Kebutuhan manusia akan air sangat komplek antaraa lain untuk minum,
masak, mandi, mencuci dan sebagaainya. Dinegara negara berkembang

termasuk indonesia tiap oraang memerlukan air antara 30 60 liter perhari


diantara kegunaan air tersebut. Yang sangat penting adalah untuk minum,
oleh karena itu untuk keperluan minum dan masaak air harus mempunyai
persyaratan khusus agar air tersebut tidak menimbulkan penyakit bagi
manusia (Notoatmodjo,2003).

Menurut Depkes RI(2002), hal-hal yang perlu di perhatikan dalam


penyediaan air bersih adalaah:
1.

Mengambil air dari sumber air yang bersih

2.

Mengambil dan menyimpan dalam tempat yang bersih dan tertutup serta
menggunakan gayung khusus untuk mengambil air

3.

Memelihara atau menjaga sumber air dari pencemaaran oleh binatang, anakanak, dan sumber pengeluaran jarak antara sumber air minum dengan
sumber pengotoran seperti septictank, tempat pembuangan sampah dan air
limbah harus lebih dari 10meter

4.

Menggunakan air yang sudah direbus

5.

Mencuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang bersih dan
cukup.

b.

Jenis tempat pembuangan tinja


Pembuangan tinja merupakan bagiaan yang penting dari kesehataan
lingkungan. Pembuangan tinja yaang tidak menurut aturan memudah kan

terjadinya penyebaran penyakit tertentu yang penularannya melalui tinja


antara lain penyakit diare.

Menurut Notoadmojo 2003, syarat pembuangan kotoran yaang


memenuhi aturan kesehatan adalaah :
1.

Tidak mengotori permukaan tanah di sekitarnya

2.

Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya

3.

Tidak mengotori air dalam tanah di sekitarnya

4.

Kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat dipakai tempat laalat bertelur
atau perkmbang biakan vector penyakit lainnya.

5.

Tidak menimbulkan baau busuk

6.

Pembuatannya murah

7.

Mudah digunakan dan di pelihara


Menurut Entjang(2000), macam-macam tempat pembuangan tinja, antara
lain :

1.

Jamban cemplung
Jamban ini dibuat dengan jalan membuat lubang kedalam tanah
dengan diameter 80 -120 cm sedalam 2,5 8 m. Jamban cemplung tidak
boleh terlalu dalam karena akan mengotori air tanah dibawahnya . Jarak dari
sumber air minum sekurang-kurangnya 15 meter.

2.

Jamban air

Jamban ini terdiri dari bak yang kedap air, diisi air di dalam taanah
sebagai tempat pembuangan tinja. Proses pembusukannya sama seperti
pembusukan tinja dalaam air

3.

Jamban leher angsa


Jamban ini berbentuk leher angsa sehingga akan selalu terisi air.
Fungsi air ini sebagai sambat sehingga bau busuk dari kakus tidaak tercium.
Bila dipakai, tinjanya terapung sebentar dan bila disiram air , baru masuk ke
bagian yang menurun untuk masuk ke tempat penampungannya.

4.

Jamban bor
Tipe ini sama dengan jamban cemplung hanya ukurannya lebih kecil
karena untuk pemakaiannya yang tidak lama, misalnya untuk perkampungan
sementara.

5.

Jamban keranjang
Tinja di tampung kedalam ember aataau bejana lain dan dibuang di
tempat lain, misalnya untuk penderita yang tidak dapat meninggalkan
tempat tidur. System jamban keranjang biasanya menarik lalat daalam
jumlah besar, tidak di lokasi jambannya , tetapi di sepanjang perjalanan
ketempat pembuangan penggunaan jenis jamban ini biasanya meninggalkan
bau.

6.

Jamban parit

Dibuat lubang dalam tanah sedalam 30-40 cm untuk tempat defaciatic.


Tanah galiannya dipakai untuk menimbunnya penggunaan jamban parit
sering mengakibatkan pelanggaran standart dasar sanitasi, terutama yang
berhubungan dengan pencegahan pencemaran tanah, pemberantaasan lalat,
dan pencegahan pencapalan tinja oleh hewan.

7.

Jamban empang
Jamban ini semacam rumah-rumahan dibuat diatas kolam, selokan,
kali, rawa dan sebagainya. Kerugiannya mengotori air permukaan sehingga
bibit penyakit yang terdapat di dalamnya dapat tersebaar kemana-mana
dengan air, yang menimbulkan wabah.

8.

Jamban kimia
Tinja di tampung dalam suatu bejana yang berisi canatic soda
sehingga di hancurkan sekalian disinfeksi. Biasanya digunakan dalam
umum misalnya dalam pesawat udara, dan dapat pula digunakan dalam
rumah.

c.

Jenis lantai rumah


Lantai yang baik adalah lantai yang dalam keadaan kering dan tidak
lembab. Bahan lantai harus kedap air den mudah di bersihkan, paling tidak
perlu di plaster dan akan lebih baik kalau dilapisi ubin atau keramik yang
mudah di bersihkan(Depkes,2002).

3.

Faktor prilaku

Menurut Depkes RI(2005), faktor prilaku yang dapat menyebabkan


penyebaran kuman enteric dan meningkatkan resiko terjadinya diare adalah
sebagai berikut :
1. Pemberian ASI Ekslusif
ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare. Tidak memberikan
ASI Eksklusif secara penuh selama 4 sampai 6 bulan. Pada bayi yang tidak
diberikan ASI resiko untuk menderita diare lebih besar dari pada bayi yang
diberi ASI penuh dan kemungkinan menderita dehidrasi berat juga lebih
besar. Pada bayi yang baru lahir, pemberian ASI secara penuh mempunyai
daya lindung 4 kali lebih besar terhadap diare daari pada pemberiaan ASI
yang disertai dengan susu formula.
2. Penggunaan botol susu
Penggunaan botol susu memudahkan pencemaran oleh kuman, karena
botol susu susah di bersihkan. Penggunaan botol untuk susu formula
biasanya menyebabkan resiko tinggi terkena diare sehingga mengakibatkan
terjadinya gizi buruk.
3. Kebiasaan cuci tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan penggolongan yang
penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan.Mencuci
tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang
tinja anak, sebelum menyuapi makan anak dan setelah makan, mempunyai
dampak dalam kejadian diare.
4. Kebiasaan membuang tinja

Membuang tinja (termasuk tinja bayi) harus dilakukan secara bersih dan
benar. Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi tidaklah berbahaya,
padahal sesungguhnya mengandung virus atau bakteri dalam jumlah yang
besar. Tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan orang
dewasa.

5.

Menggunakan air minum yang tercemar


Air mungkin sudah tercemar dari sumbernya atau pada saat di simpan
di rumah. Pencemaran di rumah dapat terjadi kalau tempat penyimpann
tidak tertutup ataau taangan yang tercemar menyentuh air pada saat
mengambil air dari tempat penyimpanan. Untuk mengurangi resiko terhadap
diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih.

6.

Menggunakan jamban
Penggunaan jamban mempunyai dampak yaang besar dalam penularan
resiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban
sebaiknya membuat jamban dan keluarga harus buang air besar di jamban.
Bila tidak mempunyai jamban, jangan biarkan anak-anak pergi ke tempat
buang air besar hendaknya jauh dari rumah , jalan setapak, tempat anakanak bermain dan harus berjarak kurang lebih 10 meter dari sumber air.

7.

Pemberian imunisasi campek


Diare sering timbul menyertai campak, sehingga pemberian imunisasi
campek juga dapat mencegah diare. Oleh karena itu segera memberikan
anaak imunisasi campek setelah 9 bulan.

1.9

Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan ringkasan dari tinjauan pustaka yang

digunakan untuk mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diteliti (amati)


yang berkaitan dengan konteks ilmu pengetahuan yang digunakan untuk
mengembangkan kerangka konsep penelitian (Notoatmodjo S,2010).
Bagan 2.4 Kerangka Teori

Faktor sosiodemografi
1. Tingkat pendidikan 2.
Jenis pekerjaan 3. Umur
ibu
Faktor lingkungan 1.
Sumber air minuman 2.
Jenis tempat
pembuangan tinja dan
jenis lantai rumah

Faktor prilaku 1.
Pemberian ASI
2.Penggunaan botol
minum 3. Kebiasaan
cuci tangan 4.
Kebiasaan membuang
tinja 5. Kebiasaan
menggunakan jamban
6. Pemberian imunisasi
campak

Diare

Sumber : Notoatmodjo(2010).
1.10

Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan

atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel
yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo
S, 2012).
Bagan 2.5 Kerangka Konsep
Independen Dependen
Faktor lingkungan
1. Sumber air minum
2. Jenis pembuangan tinja

Diare

Faktor prilaku
1. Kebiasaan cuci tangan

Sumber : Notoatmodjo(2010).

1.11

Hipotesa

Ha pada penelitian ini adalah :


1.

Ada hubungan faktor sumber air minum dengan kejadian diare di puskesmas
pejambon kecamatan negri katon kabupaten pesawaran tahun 2014 .

2.

Ada hubungan faktor jenis pembuangan tinja dengan kejadian diare di


puskesmas pejambon kecamatan negri katon kabupaten pesawaran tahun
2014

3.

Ada hubungan faktor kebiasaan cuci tangan dengan kejadian diare di


puskesmas pejambon kecamatan negri katon kabupaten pesawaran tahun
2014.

4.

Ada hubungan penggunaan air minum dengan kejadian diare di puskesmas


pejambon kecamatan negri katon kabupaten pesawaran tahun 2014 .

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Reseach desain atau rancangan penelitian atau ada yang menyebut model
penelitian adalah rencana atau struktur dan strategi penelitian yang disusun
sedemikian rupa dapat memperoleh jawaban mengenai masalah penelitian dan
juga untuk mengontrol varian (Machfoedz,2006)
Pada penelitian ini, desain yang di gunakan adalah deskriftif analitik
dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari
dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara
pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point
time approach) artinya setiap subjek penelitian hanya di observasi sekali saja dan
pengukuran di lakukan terhadap status karakter atau variable subjek pada saat
pemeriksaan (Notoatmodjo,2010).

3.2 Variabel Penelitian

Menurut Notoatmodjo(2010), variabel mengandung pengertian ukuran


atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda
dengan yang dimiliki oleh kelompok lain.
Variabel dalam penilitian ini adalah dependen yaitu sumber air minum,
jenis tempat pembuangan tinja, kebiasaan cuci tangan. Variabel terikatnya adalah
kejadian diare
3.3

Definisi Operasional
Menurut

Notoatmodjo(2010),

definisi

operasional

berguna

untuk

membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang di amati dan di


teliti. Definisi operasional ini bermanfaaat untuk mengarahkan kepada
pengukuran atas pengamatan terhadap variabel-variabel bersangkutan serta
pengembangan instrument/alat ukur.

No

Variabel

Diare

Definisi Operasional

Cara Ukur

Buang air besar dengan Kuisioner


frekwensi yang tidak normal
(meningkat) dan konsisten
tinja lembek atau cair.
Sumber air Sumber air minum yang di Kuesioner
minum
pergunakan oleh keluarga
untuk masak dan minum
dengan syarat jarak >10m, air
minum di rebus, sumber air
minum
tidak
berbau/
berwarna/berasa.
Jenis
Tempat membuang tinja Kuesioner
tempat
manusia yang di gunakan
pembuang oleh keluarga dengan syarat
an tinja
tempat pembuangan tinja
tidak mengotori permukaan
air, tidak terbuka, tidak
menimbulkan bau dan mudah

Hasil Ukur Skala


0= Ya
1= Tidak

Ordinal

0=
Ordinal
Memeriks
a
1= Tidak
memeriksa

0= Bersih Ordinal
1= Tidak
bersih

di gunakan serta di pelihara.

3.4
1.

Kebiasaan
cuci
tangan

Kebiasaan
cuci
tangan Kuesioner
responden
dengan
menggunakan air mengalir
dan sabun setelah BAB ,
setelah membuang tinja anak
dan sebelum menyuapi anak.

0=
Ordinal
Mencuci
tangan
1= Tidak
mencuci
tangan

Populasi Dan Sampel


Populasi
Populasi adalah dimana di jelaskan secara spesifik tentang siapa atau

golongan mana yang menjadi sasaran(Notoatmodjo,2010). Populasi dalam


penelitian ini adalah seluruh ibu balita di wilayah puskesmas pejambon kecamatan
negri katon kabupaten pesawaran yang berjumlah 21 balita.

2.

Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang merupakan wakil dari populasi

itu. Pada penilitian ini , peniliti menggunakan teknik total sampling , yaitu semua
populasi di jadikan sample dalam penelitian . Sampel dalam penelitian ini yaitu
sebanyak 21.
Dengan Rumus= n =

Keterangan :
n : besar sample
Z1 a/2 : 1,96 pada a 0,05
P : proporsi prevalensi kejadian
Q

: 1-p

: presisi yang di tetapkan

3.5

Tepat Dan Waktu Penelitian

Tempat

: Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja puskesmas pejambon


Kecamatan Negri Katon Kabupaten Pesawaran.

Waktu

3.6

: Penelitian ini dilaksanakan pada bulan november - desember 2014.

Instrumen Dan Metode Pengumpulan Data


Untuk mendapatkan data penelitian yang berguna, di butuhkan instrumen

yang akurasi, persisi dan pekat. Kwalitas data sangat menentukan kwalitas
penelitian. Kwalitas data tergantung dari kwalitas (instrumen) yang digunakan
untuk mengumpulkan data penelitian.
1.

Kuisioner yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang faktor-faktor


yang berhubungan dengan kejadian diare.

2.

Daftar tilik (checklist) untuk mengembalikan data yang di lakukan secara


observasi/pengamatan.

3.7

Metode Pengumpulan Data


Sumber data pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

Data primer diperoleh dari survey dengan wawancara menggunakan kuisioner


terhadap responden, serta observasi dengan oengamatan langsung dilapangan.
Data sekunder diperoleh dari pencatatan dan pelaporan dipuskesmas pejambon
kecamatan negri katon kabupaten pesawaran yang berhubungan dengan penelitian
ini.
Untuk memperoleh data primer pada penelitian ini dilakukan dengan wawancara
dan observasi. Wawancara dan observasi dilakukan secara langsung kepada ibu
balita untuk mengetahui variabel yang teliti.

3.8

Metode Pengolahan dan Analisa Data


Yang terdiri dari beberapa pertanyaan yang di computer sehingga di

peroleh nilai total. Selanjutnya dilakukan record

1.

Metode Pengolahan Data


Notoatmodjo,2010, tahapan dalam pengolahan data :

a.

Menurut Editing (Penyunting Data)


Proses editing ialah melakukan pengecekan isian formulir atau kuesioner
apakah jawaban yang sudah ada di kuesioner sudah lengkap, jelas, relevan
dan konsisten.

1.

Variabel sumber air minum yang terdiri dari beberapa pertanyaan yang di
peroleh nilai total. Selanjutnya dilakukan record untuk merubah data
menjadi 2 kategori.

2.

Variabel tempat pembuangan tinja yang terdiri dari beberapapertanyaan


yang di compute sehingga diperoleh nilai total. Selanjutnya dilakukan
record untuk merubah data menjadi 2 kategori.

3.

Variabel kebiasaan mencuci tangan untuk merubah data menjadi 2


kategori.

b.

Membuat Lembaran Kode (Coding Sheet)


Lembaran atau kartu kode adalah instrumen berupa kolom-kolom
untuk merekam data secara manual. Lembaran atau kartu kode berisi nomor
responden, dan nomor-nomor pertanyaan.

c.

Memasukan data (Data Entry)


Yakni mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode atau kartu
kode sesuai dengan jawaban masing2 pertanyaan.

d.

Tabulasi
Yakni membuat tabel-tabel data , sesuai dengan tujuan penelitian atau
yang diinginkan oleh peneliti.

2.
a.

Metode Analisa Data


Analisa Univariat

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah


univariat, yaitu untuk mengetahui gambaran distribusi frekwensi masingmasing variable dengan menggunakan persentase (Notoatmodjo,2010).
Analisa data univariat untuk variable diare, faktor sosiodemografi,
faktor lingkungan, faktor prilaku dengan menggunakan presentase yang
dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan :
P

: Presentasi

: Sub variable yang di teliti

: Jumlah subjek

(Notoatmodjo,2010)

b.

Analisa Bivariat
Menurut Notoatmodjo(2010), analisa bivariat dilakukan terhadap dua
variable yang di duga berhubungan atau berkorelasi. Dalam analisis ini di
gunakan pengujian statistik chi-kuadrat untuk pengujian independensi, yaitu
untuk mengetahui apakah diantara dua variable terdapat hubungan atau
tidak, dengan kata lain apakah kedua variable bersifat dependen atau
independen, maka pengujian hipotesis dilakukan menggunakan rumus :

(0 )2

Keterangan :
X2

: Nilai harga chi-kuadrat

: Nilai observasi (frekuensi yang terjadi)

: Nilai ekspektasi (frekuensi harapan)

Hasil dibandingkan dengan X2 tabel bila X2 tabel dihitung lebih dari X2


tabel maka Ho ditolak.

3.9

Jalannya Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menempuh beberapa tahapan

yaitu :
1.

Persiapan
a.

Meminta surat izin untuk melakukan penelitian di puskesmas pejambon


kecamatan negri kabupaten pesawaran.

b.

Melakukan pra survey di puskesmas pejambon kecamatan negri katon


kabupaten pesawaran untuk kasus kejadian diare.

c.

2.

Mengumpulkan format data bulanan dari januari desember 2014

Pelaksanaan
a.

Memberikan surat izin kepada dinas kesehatan pesawan.

b.

Mencatat data dari format yang didapat dari data bulanan.

3.

c.

Identifikasi variable yang akan di teliti.

d.

Menetapkan subjek, populasi, dan sampel.

e.

Pengumpulan data.

Akhir
Setelah semua data terkumpul, akan dilakukan analisa data, hasil

pengolahan data adalah analisis data sebagai kesimpulan. Langkah selanjutnya


adalah pengolahan data.

Anda mungkin juga menyukai