RESIKO BAHAYA
PEMINATAN :
Oleh:
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan resisdensi yang
berjudul “Laporan Pelaksanaan Residensi terkait Kecelakaan Kerja dan
Penyakit Akibat Kerja di PT Terminal Petikemas Belawan”. Laporan ini adalah
salah satu syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Residensi sebanyak 1 SKS
dalam Perkuliahan Magister Kesehatan Masyarakat dalam Program Studi S2 Ilmu
Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini tidak dapat terlaksana
dengan baik tanpa adanya bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak-pihak yang bersangkutan. Terutama kepada General
Manager PT Terminal Petikemas Belawan dan seluruh jajaran staff dan non-staff
yang telah mengijinkan dan senantiasa selalu mendampingi penulis dalam
pelaksanaan kegiatan Residensi.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih terdapat banyak kekurangan.
Oleh sebab itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan laporan ini. Akhir kata, penulis
berharap laporan ini dapat memberikan kontribusi yang positif dan bermanfaat
bagi pembaca.
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL..................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................ix
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.2 Tujuan......................................................................................................2
BAB 4 PEMBAHASAN........................................................................................35
4.1 Perencanaan...........................................................................................35
4.2 Pengorganisasian...................................................................................38
4.3 Pelaksanaan...........................................................................................39
4.5 Monitoring dan Evaluasi......................................................................42
BAB 5 PENUTUP.................................................................................................43
5.1 Kesimpulan............................................................................................43
5.2 Rekomendasi..........................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................45
LAMPIRAN...........................................................................................................46
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1...............................................................................................................16
Tabel 3. 2 19
Tabel 3. 3 20
Tabel 3. 4 20
Tabel 3. 5...............................................................................................................20
DAFTAR GAMBAR
1
2009 pasal 7 setiap orang berhak mendapatkan informasi dan edukasi tentang
kesehatan yang seimbang dan bertanggung jawab. Pengobatan yang efektif yang
merupakan tujuan dari pengobatan rumah sakit dipengaruhi pula oleh pola
pelayanan termasuk promosi kesehatan.
Materi promosi kesehatan di rumah sakit juga beragam mulai dari pesan
kesehatan yang terkait dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, pesan
kesehatan yang terkait dengan pencegahan serangan penyakit yang meliputi gejala
atau tanda-tanda penyakit, penyebab penyakit, cara penularan penyakit serta cara
pencegahan penyakit. Tidak hanya itu promosi kesehatan di rumah sakit juga
berisi pesan kesehatan yang terkait dengan proses penyembuhan dan pemulihan.
Sejalan upaya Indonesia dalam membangun sector ekonomi salah satunya dengan
kegiatan perdagangan khususnya memperlancar arus barang dan jasa baik melalui
darat, laut, maupun udara. Secara geografis luas lautan Indonesia lebih besar
dibandingkan dengan negara lainnya, sehingga sarana pengangkutan laut lebih di
unggulkan peranannya dalam proses menghubungkan pulau-pulau yang ada di
tanah air maupun skala lintas internasional dan meningkatkan peran serta
keberadaan perusahaan jasa pengangkutan laut seperti perusahaan bongkar muat
kapal maupun perusahaan ekspedisi muatan kapal.
2
Umumnya setiap perusahaan jasa bongkar muat kapal memiliki risiko
bahaya yang tinggi serta memiliki potensi besar terhadap pekerja untuk
mengalami penyakit akibat kerja hingga kecelakaan kerja, salah satunya pada
pekerja PT Terminal Petikemas Belawan yang berpusat di Medan. PT TPK
merupakan anak perusahaan BUMN PT Pelabuhan Indonesia (Persero)
perusahaan ini merupakan tempat pertemuan angkutan laut dan darat, terhubung
dengan ndust terintegrasi (loading system association) dan petikemas (container)
sebagai wadah/ndust. Petikemas yang akan diekspor berasal dari area produksi
atau pabrik di darat (hinterland), sehingga dapat digunakan truk petikemas untuk
memindahkan barang-barang tersebut, yang kemudian dikirim ke terminal
sebelum dimuat ke kapal sesuai tujuan. Berbagai macam jenis pekerjaan yang
terdapat didalamnya antara lain pekerja kantor, petugas teknis, pekerja buruh,
serta operator alat berat pada proses angkat angkut.
PT Terminal Petikemas Belawan sudah berkomitmen dalam penerapan
pelaksanaan keselamatan dan ndustry kerja dimulai dengan upaya pencegahan
terjadinya kecelakaan kerja yaitu dengan mencapai upaya zero accident,
mencegah dan menurunkan angka penyakit akibat kerja dengan dilakukannya
medical check up setahun sekali terhadap setiap karyawan tetap, serta
menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat yaitu wajib dalam penerapan
APD bagi seluruh pekerja yang berada di zona kerja.
3
Rumah Sakit Mitra Medika Premiere merupakan rumah sakit swasra yang
sudah terakreditasi penuh lima Pelayanan dasar. Sebagai upaya pengembangan
PKRS dari pemerintah, PKRS menjadi salah satu penilaian dalam akreditasi
rumah sakit, Rumah Sakit Mitra Medika Premiere sudah mempunyai unit kerja
PKRS yang digabung dengan bagian Hubungan Masyarakat dan Pemasaran
(Humsar).
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
merupakan salah satu program yang ditujukan untuk menciptakan Magister
Kesehatan Masyarakat (M.K.M.) yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan
lapangan kerja. Mahasiswa Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat harus
dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan serta meningkatkan dan
mengembangkan di bidang ilmu kesehatan masyarakat sehingga selanjutnya dapat
memecahkan masalah kesehatan masyarakat melalui perencanaan dan
pelaksanaan yang praktis.
Residensi adalah salah satu dari beberapa ndust yang digunakan dalam
kombinasi untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk memahami dan
menganalisis peristiwa terkini dan kemajuan dalam pekerjaan ndustry masyarakat
dalam teori dan praktek. Serta keahlian dalam bidang tersebut. Tujuannya agar
siswa menemukan pengalaman yang relevan dengan minat dan bidang studi
mereka.
Residensi juga merupakan kesempatan bagi siswa untuk mempraktekkan
apa yang telah mereka pelajari di kelas, terutama strategi promosi kesehatan.
Dengan keyakinan bahwa penerapan ilmu tersebut di atas telah berjalan dengan
sangat baik, Rumah Sakit Mitra Medika Premiere menjadi salah satu institusi
yang dipilih oleh mahasiswa sebagai tempat residensi.
4
1.2 Tujuan
Tujuan utama pelaksanaan residensi untuk menyelesaikan mata kuliah
residensi sekaligus mempersiapkan mahasiswa dalam menerapkan mempraktikan
teori-teori dan keilmuan yang diperoleh di universitas secara langsung pada dunia
pekerjaan. Selain itu pelaksanaan residensi memiliki tujuan khusus, yakni:
1. Memperoleh gambaran nyata tentang Promosi Kesehatan Rumah Sakit
(PKRS) di Rumah Sakit Mitra Medika.
2. Menemukan permasalahan promosi kesehatan di Rumah Sakit Mitra Medika
Premiere dan memberikan rekomendasi yang relevan untuk pelaksanaan
sistem yang lebih baik.
3. Melakukan pengamatan sekaligus evaluasi dalam pelaksanaan promosi
kesehatan di Rumah Sakit Mitra Medika Premiere.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Bahaya / Hazard
Hazard atau bahaya merupakan sumber potensi kerusakan atau situasi
yang berpotensi untuk menimbulkan kerugian. Sesuatu disebut sebagai sumber
bahaya hanya jika memiliki resiko menimbulkan hasil yang negatif (Cross, 1998).
Bahaya ditempat kerja adalah segala sesuatu di tempat kerja yang dapat melukai
pekerja, baik secara fisik maupun mental. Bahaya merupakan potensi yang
dimiliki oleh bahan/ material, proses atau cara dari pekerja yang dapat
menimbulkan kerugian terhadap keselamatan dan kesehatan jiwa seseorang.
(Dharma, 2017) Bahaya atau hazard adalah suatu sumber yang berpotensi
menimbulkan kerugian baik berupa luka terhadap manusia, penyakit, kerusakan
properties, lingkungan atau kombinasinya (frank bird-loss control management).
Bahaya dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu: (Dharma, 2017)
6
hubungan kerja pada perusahaan. Santoso (2004) kecelakaan kerja merupakan
suatu kejadian yang tidak diduga dan tidak dikehendaki, yang mengacaukan
proses aktifitas yang telah diatur, dan terdapat empat faktor bergerak dalam suatu
bagian berantai yaitu : lingkungan, bahaya, peralatan dan manusia.
Peraturan pemerintah No.33/1947 pasal 1 ayat 2, menjelaskan bahwa
kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang menimpa tenaga kerja berhubungan
dengan hubungan kerja dan penyakit yang timbul karena hubungan kerja. Dalam
Permenaker No. 03/ MEN/1998 tentang tata cara pelaporan dan pemeriksaan
kecelakaan, disebutkan bahwa kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak
diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda.
Kecelakaan kerja dapat terjadi dari berbagai sumber permasalahan, baik itu akibat
kesalahan manusia maupun faktor diluar individu tersebut termasuk lingkungan
kerja. Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), arti kata kecelakaan adalah
mendapat celaka, bencana, kemalangan, kejadian (peristiwa) yang menyebabkan
orang celakaFaktor-faktor yang bisa menyebabkan gangguan pada keselamatan
dan kesehatan kerja bisa berasal dari keadaan di lingkungan kerja, mulai dari
aspek suhu udara, penerangan, peralatan kerja, hingga pada kondisi fisik dan
mental karyawan itu sendiri.
a. Penyebab Langsung
Penyebab Langsung (Immediate Causes) adalah perbuatan atau kondisi
yang secara langsung berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja. Penyebab
langsung dalam kasus kecelakaan kerja adalah kecelakaan kerja akibat
perbuatan tidak aman dari pekerja (unsafe act) dan kecelakaan kerja akibat
kondisi lapangan kerja yang buruk (unsafe conditions).
Unsafe Act atau perbuatan yang tidak aman adalah segala kegiatan yang
dilakukan seseorang yang mana akan meningkatkan risiko atau kemungkinan
orang tersebut mendapatkan kecelakaan. Contoh dari unsafe act seperti: tidak
7
memakai perlengkapan pelindung yang tersedia, bahaya yang timbul akibat
kesalahan penggunaan material, kurang cakap dalam menggunakan peralatan,
bahaya yang timbul akibat suatu gerakan yang berbahaya seperti berlari,
melompat, melempar, dan bahaya yang timbul akibat senda gurau dengan
pekerja lain.
Unsafe conditions atau keadaan yang tidak aman adalah sebuah kondisi
dalam linkungan kerja yang berpotensi meningkatkan risiko atau
kemungkinan terjadinya kecelakaan pada pekerja proyek. Sebagian besar
penyebab dari unsafe conditions adalah manajemen lapangan yang buruk.
Contoh dari unsafe conditions seperti : Perencanaan keselamatan kerja yang
tidak efektif, tidak tersedia perlengkapan keselamatan kerja, penataan
lapangan yang buruk, pengaturan peralatan, mesin, elektrikal yang buruk,
perlengkapan tenaga kerja yang tidak layak, dan kurang memperhatikan
penerangan, ventilasi, dan lain-lain.
b. Penyebab Tidak Langsung
Suatu kegiatan atau kondisi yang secara tidak langsung dalam
pelaksanaannya dapat berisiko menimbulkan kecelakaan. Termasuk dalam
faktor penyebab tidak langsung kecelakaan kerja ialah faktor pekerjaan dan
faktor pribadi. Yang termasuk dalam faktor pekerjaan antara lain: pekerjaan
tidak sesuai dengan tenaga kerja, pekerjaan tidak sesuai dengan kondisi
sebenarnya, pekerjaan tidak sesuai dengan acuan kerja, pekerjaan beresiko
tinggi namun belum ada upaya pengendalian di dalamnya, beban kerja yang
tidak sesuai. Faktor pekerja dapat ditinjau dari aspek:
1. Mental pekerja, yang disebabkan tidak ada pelatihan dan penghargaan
keselamatan kerja, kurangnya koordinasi, kurang cakap dalam berpikir,
lambat bereaksi terhadap suatu bahaya, kurang perhatian, emosi yang tidak
stabil, mudah gugup, dan sebagainya.
2. Fisik pekerja, yang disebabkan kelelahan karena harus bekerja lembur,
pendengaran yang kurang baik, pandangan mata yang buruk, kesehatan
jantung, mempunyai tekanan darah tinggi, tidak memenuhi klasifikasi
untuk melakukan pekerjaan konstruksi.
8
Pencegahan Kecelakaan Kerja
International Labour Office (1989) mengungkapkan beberapa cara yang
dapat digunakan untuk meningkatkan keselamatan kerja di dalam sektor industri,
antara lain:
9
1) Kematian (Deaths), merupakan akibat terburuk dari suatu kecelakaan yaitu
kematian pada pekerja proyek.
2) Cacat total yang permanen (Permanent Total Disabilities), merupakan segala
luka yang tidak dapat diubah dan tidak dapat disembuhkan sehingga
mengakibatkan pekerja menjadi tidak mampu bekerja lagi.
3) Cacat sebagian yang pearmanen (Permanent Partial Disabilities), merupakan
luka yang tidak dapat diubah dan mengakibatkan pekerja kehilangan fungsi
dari salah satu anggota atau organ tubuhnya.
4) Cacat total yang tidak permanent (Temporary Total Disabilities), merupakan
luka yang tidak mengakibatkan kematian ataupun kerusakan yang permanen,
tapi membuat pekerja tidak dapat bekerja secara efektif dalam beberapa hari
10
g) Kerugian akibat pelaksanaan sistem kesejahteraan maslahat bagi karyawan
h) Kerugian akibat keharusan untuk meneruskan pembayaran upah penuh
bagi karyawan yang terluka setelah mereka kembali bekerja, walaupun
mereka hanya menghasilkan separuh dari kemampuan pada saat normal
i) Kerugian akibat hilangnya kesempatan memperoleh laba dari
produktiviyas karyawan yang luka dan akibat dari mesin yang
menganggur
j) Kerugian yang timbul akibat ketegangan ataupun menurunnya moral kerja
karena kecelakaan tersebut
k) Kerugian biaya umum per karyawan yang luka, misalnya biaya
penerangan, pemanasan, sewa, dan hal lain yang serupa yang terus
berlangsung selama karyawan yang terluka tidak produktif.
Jenis bahaya keselamatan kerja yang mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja
dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Bahaya mekanis, yaitu bersumber dari peralatan mekanis atau benda
bergerak baik secara manual maupun dengan penggerak. Gerakan
mekanis ini dapat menimbulkan cedera atau kerusakan seperti tersayat,
terpotong, terjatuh, terjepit dan terpeleset.
b. Bahaya elektrikal, yaitu bahaya yang berasal dari energy listrik yang
dapat mengakibatkan berbagai bahaya kebakaran, sengatan listrik dan
hubungan singkat
c. Bahaya kebakaran dan peledakan, yaitu bahaya yang berasal dari bahan
kimia yang bersifat flammable dan explosive.
11
meminimalkan kerusakan industri, dan ancaman bahaya bagi masyarakat
sekitarnya dapat terhindar. Bahaya tersebut dapat dicegah apabila industri
memiliki kemauan dan kemampuan untuk mencegahnya. Oleh karena itu, potensi
bahaya kebakaran harus ditemukan dan diteliti, agar selanjutnya risiko yang
dihasilkan tidak berdampak besar atau bahkan dapat dicegah.
Keadaan darurat merupakan suatu kejadian mendadak yang menyebabkan
banyak kematian atau cedera yang parah kepada pekerja dan masyarakat sekitar
atau yang dapat mengganggu dan menghentikan proses industri, perdagangan, dan
menyebabkan kerusakan lingkungan, serta merugikan secara finansial dan citra
masyarakat secara umum. Setiap perusahaan memiliki potensi bencana yang
berasal dari alam maupun non alam. Oleh sebab itu dibutuhkan persiapan dalam
menghadapi bencana/ keadaan darurat untuk meminimalkan kerugian yang dapat
terjadi akibat keadaan darurat tersebut, sehingga dibutuhkan kesiapsiagaan
tanggap darurat. Kebakaran merupakan salah satu keadaan darurat yang paling
umum terjadi (OSHA, 1984).
Bahaya kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan oleh adanya ancaman
potensial terkena pancaran api sejak dari awal terjadi kebakaran hingga penjalaran
api, asap, dan gas yang ditimbulkan (Permen PU No. 26/2008). Kebakaran juga
merupakan peristiwa yang sangat merugikan semua pihak, hal ini menimbulkan
menimbulkan berbagai macam kerugian yang bersifat ekonomi maupun non
ekonomi seperti sakit, cedera, dan bahkan meninggal dunia. Manajemen
kebakaran dilaksanakan dalam tiga tahapan yang dimulai dari pencegahan,
penanggulangan kebakaran, dan rehabilitasinya. Pencegahan dilakukan sebelum
kebakaran terjadi (pra kebakaran), penanggulangan saat kejadian, dan rehabilitasi
dijalankan setelah kebakaran (pasca kebakaran) (Ramli, 2010). Terdapat 2
klasifikasi sarana dalam tanggap darurat kebakaran yaitu:
12
dan selang kebakaran, serta sistem pemadam kebakaran berbasis bahan kimia,
seperti APAR dan pemadam khusus (Permen PU No. 26/2008).
2. Sarana Penyelamatan Jiwa
Sarana penyelamatan adalah sarana yang dipersiapkan untuk dipergunakan
oleh penghuni maupun petugas kebakaran dalam upaya penyelamatan jiwa
manusia
maupun harta benda bila terjadi kebakaran pada suatu bangunan gedung dan
lingkungan (Permen PU No. 26/2008).
Klasifikasi Kebakaran
Kebakaran dapat terjadi jika ketiga unsur api (bahan bakar, sumber panas,
dan oksigen) saling bereaksi satu dengan lainnya. Api akan terbentuk dari suatu
proses kimiawi antara uap bahan bakar dengan oksigen dan bantuan panas. Teori
ini dikenal sebagai segitiga api (fire triangle) (Ramli, 2010). Dalam
Permenakertrans No. 4/1980, kebakaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 2. 1
B Bahan Cair dan Gas Kebakaran dengan bahan berupa cair dan
gas seperti, solar, bensin, LPG
Alat memadamkan dapat menggunakan air
dalam bentuk spray, tepung pemadam, foam
13
tepung kering
a. Sumber Kebakaran
Dapat diidentifikasi dengan melakukan pendekatan segitiga api, yaitu
sumber bahan bakar, sumber panas, dan sumber oksigen.
b. Proses Produksi
Proses produksi mengandung beberapa potensi terjadinya kebakaran dan
peledakan, seperti reactor, proses pemanasan, dll.
c. Material Mudah Terbakar
Identifikasi risiko kebakaran dapat dilakukan dengan memperhitungkan
jenis material yang digunakan, disimpan, diolah, dan diproduksi
dilingkungan kerja.
14
kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, serta pemulihan prasarana
dan saran.
15
2. Lingkungan kerja adalah lingkungan yang lebih luas dari tempat kerja yang
mendukung aktivitas karyawan dalam bekerja.
16
c. Bahaya biologis (Biological hazard) bahaya yang dapat berasal dari
mikroorganisme khususnya yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan, seperti bakteri, jamur, virus.
d. Bahaya ergonomik merupakan bahaya yang dapat menimbulkan
gangguan pada tubuh secara fisik sebagai akibat dari ketidaksesusaian dan
cara kerja yang salah
e. Bahaya psikologi (Psychological Hazard Stress) dapat berupa tekanan
pekerjaan, kekerasan ditempat kerja, dan jam kerja yang panjang kurang
teratur.
17
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya
(cost) perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka
panjang yang memberi keuntungan yang berlimpah pada masa yang akan datang.
Menurut Peraturan Pemerintah No. Per. 50/PP/2012 Pasal 3: Setiap
perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 100 orang atau lebih dan
mengandung potensi bahaya yang dapat ditimbulkan oleh karakteristik proses atau
bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja, seperti peledakan,
kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja wajib menerapkan Sistem
Manajemen K3.
Tujuan utama dilakukan Pelaksanaan Sistem Pengendalian K3
diharapakan mampu membentuk suatu Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja
ditempat kerja melalui integrasi dengan berbagai unsur manajemen, tenaga kerja,
kondisi, dan lingkungan kerja dalam rangka mencegah dan mengurangi
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Menciptakan tempat kerja yang aman
dari kejadian kebakaran, peledakan dan kerusakan yang pada akhirnya akan
melindungi investasi perusahaan serta menciptakan kondisi tempat kerja yang
sehat. Selain itu, pelaksanaan penerapan K3 juga diharapkan meningkatkan
efisisensi dan produtivitas kerja. Hal tersebut dapat terwujud sebab perusahaan
dapat menghemat biaya kompensasi akibat sakit atau kecelakaan kerja
(Kementrian Ketenaga kerjaan Republik Indonesia, 1996). Tujuan dan sasaran
Sistem Pengendalian K3 adalah menciptakan suatu sistem keselamatan dan
kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga
kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan
mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja
yang aman, efisien, dan produktif. Manfaat penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) bagi perusahaan menurut Tarwaka
(2008) adalah:
18
2. apat diketahui gambaran secara jelas dan lengkap tentang kinerja K3 di
perusahaan.
3. Dapat meningkatkan pemenuhan terhadap peraturan perundangan bidang K3.
4. Dapat meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan kesadaran tentang K3
khususnya bagi karyawan yang terlibat dalam pelaksanaan audit.
5. Dapat meningkatkan produktivitas kerja.
a. Kemanusiaan.
Para karyawan merupakan manusia biasa yang bukan semata mata sebagai
alat produk di perusahaan, melainkan sosok manusia yang merupakan asset
perusahaan. Dengan demikian, setiap manusia perlu mendapat perlindungan dari
segala ancaman dan bahaya yang selalu mengintaai di sekitarya.
b. Peraturaan Pemerintah.
Suatu perusahaan, apapun jenis usaha yang dilakukan, bertujuan agar
produknya itu dapat dipakai atau digunakan oleh masyarakat dan keberadaan
perusahaan di tengah masyarakat tersebut mempunyai hubugan sehingga
keberadaannya itu diatur melalui berbagai mekanisme peraturan perundang-
undangan.
c. Ekonomi
Faktor ekonomi juga merupakan pendorong diberlakukannya
pemeliharaan K3 dalam suatu perusahaan. Hal in dapat dipahami bahwa suatu
perusahaan dalam operasinya akan selalu bergerak menurut pertimbangan
19
ekonomis yaitu mencari keuntungan. Dengan melakukan pemeliharaan K3 secara
terus menerus. Dengan demikian maka perusahaan harus mengelurkan akan lebih
besar lagi apabila terjadi kecelakaan kerja. Pemeliharaan K3 ditujukan untuk
mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
20
Helm pengaman (safety helmet)
Alat pelindung pendengaran (ear protection)
Alat pelindung mata (googles)
Alat pelindung pernapasan
Pelindung muka
Pelindung tangan (gloves)
Pelindung kaki (safety shoes)
Pelayanan dan fasilitas kesehatan
Hal ini memegang peranan penting dalam menjaga keselamatan dan
kesehatan kerja karena sejumlah malasah yang berkaitan dengan kesehatan akan
dapat merusak kinerja pegawai. Oleh karena itu, adanya perhatian atas hal ini
menjadi sesuatu yang penting.
1. Petugas Mooring.
2. Supir Angkutan.
3. Operator Alat Berat
4. Petugas Kebersihan
5. Petugas Penyedia Makan dan Minum untuk Tenaga Kerja Bongkar Muat
BAB 3
HASIL KEGIATAN
21
3.1 Gambaran Umum Institusi Residensi
3.1.1 Sejarah Singkat PT Pelabuhan Indonesia
PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia merupakan Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang bergerak di bidang jasa kepelabuhanan yang secara teknis
operasional berada dibawah lingkungan Departemen Perhubungan. Periode 1951-
1956 Haven Bedrijf berubah menjadi “jawatan Pelabuhan”
yang dipimpin oleh seorang Direktur Pelabuhan. Jawatan Pelabuhan berubah
menjadi “Perusahaan Pelabuhan Negara” pada perioder 1956-1961 yang dipimpin
oleh Direktur Perusahaan Pelabuhan Belawan.“Perusahaan Negara Pelabuhan
Daerah I” menggantikan Perusahaan Pelabuhan Negara berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 128 Tahun 1961. Selanjutnya pada tahun 1964 berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1964 terjadi perubahan dalam struktur
kepelabuhanan dengan diperkenalkannya istilah “Komando Pelabuhan” sebgaia
penguasa Pelabuhan yang membawahi syahbandar dan Perusahaan Negara
Pelabuhan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 1969 Penguasa
Pelabuhan berubah menjadi “ Badan Pengusahaan Pelabuhan (BPP)”.
Pemerintah kemudian mendirikan “Perusahaan Pelabuhan” melalui
Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1983 sebagai respon meningkatknya
kebutuhan akan sarana kepelabuhanan yang kemudian disempurnakan menjadi
“Perusahaan Umum (Perum) Pelabuhan I” yang memiliki wilayah kerja meliputi
empat provinsi Aceh, Sumatera Utara, Riau dan Kepualauan Riau melalui
Peraturan Pemerintah no. 56 Tahun 1991 dengan Akta Notaris Imas Fatimah,
Perusahaan Umum Pelabuhan I secara resmi berubah menjadi “PT. (Persero)
Pelabuhan Indonesia I” yang selanjutnya disingkat menjadi PT Pelindo I.
Dioperasikan pertama kali tahun 1984, terminal petikemas ini mulanya
menjadi bagian dari Pelabuhan Belawan. Tahun 2009, terminal ini resmi berdiri
sendiri. Lima tahun kemudian, dibagi menjadi dua cabang, yang melayani
internasional dan domestik. Terminal Petikemas ini merupakan pelabuhan
kontainer terbesar di Pulau Sumatera. Lokasi yang dijadikan sebagai tempat
residensi yaitu Terminal Peti Kemas Belawan Terminal A Internasional, yaitu
penyediaan fasilitas bongkar muat petikemas dalam skala internasional.
22
3.1.2 Profil Institusi Residensi
Secara administratif lokasi Terminal A Peti Kemas Belawan berada di
Jalan Raya Gabion Belawan. Status Fasilitas/Pelabuhan yaitu Badan Usaha
Pelabuhan. Dengan jenis pelabuhan Terminal Peti Kemas Internasional, lokasi
kegiatan secara hidrogafi yaitu:
23
Fasilitas Listrik Terminal A
Panjang 550 m
Lebar 31 m
Kedalaman 10 m
24
3.1.3 Sasaran Mutu Perusahaan Terminal Peti Kemas Belawan
Dalam rangka mencapai Visi dan Misi Perusahaan, Terminal Petikemas
Belawan bertekad memberikan pelayanan yang terbaik kepada Stakeholder
melalui pencapaian target sebagai berikut:
A. Operasi
1. Trafik petikemas sebesar 1.015.729 Boxes / 1.225.173 Teus
2. Produktivitas bongkar muat peti kemas 38 Boxes/Ship/Hour Gross
3. Tingkat efektifitas tambahan (ET/BT) 76,45%
B. Teknik
1. Availability Container Crane 90%
2. Availability RTG 90%
3. Melakukan 100% perawatan alat produksi
C. Hukum dan Umum
1. Memastikan diperpanjangnya 100% sertifikat alat, sertifikasi operator
dan ahli K3 umum yang habis masa berlakunya
2. Memastikan terlaksananya General Check Up bagi 100% pegawai yang
bekerja pada risiko tinggi 1(satu) kali dalam setahun
D. Keuangan
1. EBITDA Rp. 1.119.220.984.971
2. EBITDA MARGIN 75,83%
3. Laba Bersih Tahun Berjalan 100%
4. Tingkat Pencapaian Piutang 95%
E. Sistem Manajemen
1. Tercapainya 0 (nol) kecelakaan kerja major yang menyebabkan cacat
dan korban jiwa
2. Terlaksananya 100% pemberian safety induction bagi tamu atau
pengunjung
3. Terlaksananya 100% inspeksi rutin K3 setiap bulan
4. Terlaksananya Implementasi Sistem Manajemen Keamanan (SPS
Code), Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015, dan Sistem
Manajemen Lingkungan ISO 14001:2015
25
F. Teknologi Informasi
Melakukan pengawasan, perawatan, peralatan, dan sistem TI sesuai
dengan jadwal yang telah ditetapkan guna menjamin berjalannya 100%
kegiatan operasional dan administrasi kantor.
26
3.2 Struktur Organisasi PT Terminal Petikemas Belawan
General Manager
Deputi General
Manager
Assist Manager Assist Manager Assistant Assistant Assistant Assistant Assistant Assistant
Perencanaan Perencanaan Manager Manager Manager Manager Manager Manager K3,
dan dan Fasilitas I Fasilitas II Akuntansi Operasi dan Hukum dan Risiko dan
Pengendalian Pengendalian Dukungan HUMAS Keamanan
Operasi I Operasi II Teknis
27
3.3 Struktur Organisasi Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) Terminal Petikemas Belawan
KETUA
General
Manager
SEKRETARIS II SEKRETARIS I
Yahya Tarjan
Yulia Valencia
Ginting
SEKSI
SEKSI SEKSI
KEGIATAN, SEKSI
SEKSI PENGAWASAN PENELITIAN IDENTIFIKASI
PENDIDIKAN INVESTIGASI
DAN PENERAPAN K3 DAN BAHAYA
DAN KEC. KERJA
PEMBINAAN K3
PELATIHAN
Koordinator : Koordinator :
Koordinator : Koordinator : Koordinator :
Halimatun Muhammad
Rudi Widodo Fauzi Amri Sudirmansyah
Sakdiah Suaib
Anggota :
Ali Bosar Hasibuan
Zahlulsyah
Bonny Sibarani
Jonris P. Simaremare Anggota :
Roni Simamora Anggota : Anggota :
Anggota : Syamsu Alamsyah
Suryadi Saddam Husein Isnu Gunawan Hariem Purba
Saturi Librianti Doglas
Adrian Asputra Ali Hanafiah Mustafa Santoso
Muhammad Izen Situmorang
M. Arief Daulay
Dhoni Sandy Wiyata
Krisno Wagiman Silitonga
Fitrizal
Amiruddin
28
3.4 Kegiatan Residensi
Adapun kegiatan yang dilakukan selama masa residensi di PT Terminal
Petikemas Belawan berlangsung pada tanggal 3 sampai 7 Januari 2022 ialah
sebagai berikut:
29
Hari Kedua (4 Januari 2022)
Mengikuti Safety talk pagi hari atau pada shift pertama. Pada safety talk
pagi ini kepala supervisi memberitahukan bahwa ada satu kapal yang
bermuatan 700 ton kemudian beliau mengarahkan untuk seluruh pekerja
agar tetap berhati-hati terhadap keadaan tempat kerja yang licin,
mengingatkan terkait target Zero Accident maka setiap pekerja dipertegas
agar tetap bekerja sesuai SOP yang berlaku tetap patuhi wajib APD. Selain
itu arahan dari bapak Benni Irrianto selaku manager bidang system
manajemen dan HSSE Mengingatkan supaya pekerja bekerja dengan
menerapkan Semboyan kerja yaitu berakhlak,beramal, kreatif, harmoni
dan kolaboratif.
Perkenalan dan arahan dari bidang workshop oleh kepala bidang Teknis
yaitu bapak Muhammad Suaib dimana pada kegiatan tersebut diawali
dengan perkenalan antara kepala bidang dan anggota residensi, setelah itu
penjelasan dari kepala bidang Teknis terkait pengenalan alat dan Safety At
Work terkait alat dan pekerja. Pada Terminal Internasional Petikemas
Belawan terdapat 9 jenis alat yang digunakan dalam pengoperasiannya
yaitu:
1. CC/QC (Container Crane) ada 6
2. MHC (Mobile Harbous Crane) ada 6
3. RIG/ Transtainer/Rubber Tyre Gautry ada 14
4. Reach Stacker ada 1
5. Side Toader = tidak ada
6. Terminal Tractor/Trucking ada 20
7. Forklift ada 1
8. Pick up ada 1
9. Shuttle Bus ada 1
30
Gambar 3. 3 Diskusi Sekaligus Wawancara Terkait Penerapan K3 Pada Bidang
Teknis
Dalam upaya pemeliharaan keselamatan dan kesehatan pekerja yang bekerja pada
masing-masing alat dan juga pemeliharaan alat maka dalam proses Maintenance
Mesin (Workshop) melakukan dua kegiatan yaitu:
31
Gambar 3. 4 Situasi Kegiatan Pre-Safety
2) Safety At Work, hal yang berkaitan tentang perlindungan keselamatan
pekerja saat bekerja dengan melakukan pekerjaan sesuai Standar
Operasional Prosedur (SOP) dan instruksi dari Safety Officer yang
bertugas. Masalah keselamatan kerja yang sangat dominan yaitu terkait
ketinggian, dimana diketahui pekerja yang ada pada RTG melakukan
pekerjaannya pada ketinggian 14 meter dan Terminal Tractor Trucking
memiliki ketinggian 20 meter, selain itu operator dan petugas teknik
biasanya memiliki masalah kurang tidur sehingga dapat menyebabkan
gejala pusing. Terkait hal tersebut diperlukan kegiatan pemeliharaan
keselamatan pekerja di ketinggian dengan melakukan pemeriksaan
kebugaran dengan test berjalan lurus pada satu garis lurus sehingga
dari test tersebut dapat diketahui kelayakan operator tersebut dalam
melakukan pekerjaan pada ketinggian. Selain itu terkait perawatan alat
maka setiap hari akan dilakukan Daily Check terhadap setiap bagian
dari mesin.
Melihat perawatan CC atau Container Crane dan melakukan wawancara
dengan safety Officer terkait penerapan K3 yang dilakukan pada tempat
kerja.
32
Gambar 3. 5 Diskusi Sekaligus Pengecekan Perawatan Alat Berat
Hari Ketiga (5 Januari 2022)
Melakukan Pengecekan kadaluarsa APAR yang ada pada 14 crane RTG
(Rubber Tyred Gantry)
33
Gambar 3. 6 Pengecekan Kadaluarsa APAR
Melakukan wawancara bersama pak Rudi selaku kepala bidang sismen dan
selaku kepala bagian pengawasan dan penerapan K3 terkait penerapan K3
di PT Terminal Petikemas Belawan
34
Gambar 3. 8 Pelaksanaan Patroli Pada Malam Hari
Dari patroli malam tersebut, diketahui bahwa lingkungan kerja pada
malam hari sudah sangat baik. Dilihat bahwa penerangan tempat kerja sudah baik
dan pekerja tetap dikontrol keselamatannya oleh asissmant dan safety officer
sehingga keselamatan pekerja juga tetap diperhatikan pada seluruh shift kerja.
Mengikuti safety talk pada malam hari yang dibawakan oleh supervisi
35
Gambar 3. 9 Pemberian Plakat Kepada Manager Bagian Umum
3.5 Kegiatan/Permasalahan/Program Fokus Residensi
Adapun kegiatan atau permasalahan yang ada pada Terminal A Petikemas
Belawan yaitu :
3.5.1 Perencanaan
1. Identifikasi Potensi Bahaya Operasional
Faktor Fisik : Panas/suhu, Cahaya atau penerangan, Kebisingan dan
Debu
Bahaya Listrik : Bahaya kebakaran dan sengatan arus listrik hingga
ledakan
Bahaya Mekanik : Terjatuh, Terjepit, Tertimpa, Terpeleset
Bahaya Ergonomi : Sikap Kerja dan Postur Kerja pada seluruh
pekerjaan
Bahaya Kimia : Timbal, Carbon Monoksida, Grease atau minyak
pelumas perlindungan mesin dengan bahan kimia unsur penyusunnya
yaitu Octadecanoic Acid, 12- Hydroxystearic Acid dan Litium
Hydroxide (LiOH)
Kecelakaan Lalu lintas : Menabrak kontainer, menabrak beton,
menabrak rambu lalu lintas
2. Menunjukkan dan mewajibkan kepada setiap tenaga kerja terkait Alat
Pelindung Diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan.
3. Mengevaluasi penyebab timbulnya kecelakaan, penyakit akibat kerja
4. Memeriksa kelengkapan peralatan keselamatan kerja
5. Mengembangkan pelayanan kesehatan tenaga kerja melakukan
pemeriksaan laboratorium kesehatan dan keselamatan kerja.
6. Membantu pimpinan perusahaan menyusun kebijakan manajemen dan
pedoman kerja dalam rangka upaya meningkatkan keselamatan kerja,
higiene perusahaan, kesehatan kerja, ergonomi dan gizi tenaga kerja.
7. Mengadakan pemeriksaan/inspeksi ditempat kerja
36
3.5.2 Pengorganisasian
Pengorganisasian K3 PT Terminal Petikemas menggunakan struktur
organisasi panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja (P2K3) terlampir
pada bagan diatas. Keseluruhan bagian akan bekerja sesuai tugas dan fungsi
masing-masing dalam penerapan K3 di tempat kerja.
3.5.3 Pelaksanaan
Adapun pelaksanaan K3 yang telah dilakukan berdasarkan perencanaan
yang telah dibuat pada PT Terminal Petikemas Belawan sebagai berikut :
37
3. Tindakan perbaikan dan pencegahan
4. Penilaian implementasi SMK3 dan pemberian reward serta punishment
pada pekerja yang sangat bagus dalam penerapan K3 nya dan yang
sangat buruk setiap satu tahun sekali pada peringatan Bulan K3
38
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Perencanaan
1. Identifikasi Potensi Bahaya Operasional
39
Bahaya Listrik : Terdiri atas bahaya kebakaran dan sengatan listrik.
Bahaya listrik menjadi hal yang diperhatikan pada lingkungan kerja
Terminal A Peti Kemas Belawan, karena peralatan dan mesin yang
digunakan bertegangan tinggi dan sangat berpotensi memicu
terjadinya kebakaran.
Bahaya Mekanis : Terjatuh, Terjepit, Tertimpa, Terpeleset. Bahaya
mekanis yang ditemukan dilapangan berdasarkan wawancara yang
dilakukan dengan Kepala Bidang Teknis yaitu terjatuh, terjepit, dan
terpeleset yang merupakan faktor dari human error pada saat
melakukan maintenance alat dan mesin.
Bahaya Ergonomi : Sikap Kerja dan Postur Kerja. Bahaya ergonomi
yang paling besar terlihat pada operator CC dan RTG. Postur kerja
yang menunduk dalam waktu yang lama sangat berisiko terhadap
kejadian Low Back Pain serta Neck Pain pada operator. Postur kerja
menunduk terjadi karena operator melakukan pekerjaan
memindahkan container dari kapal ke truck, sementara pada operator
RTG terjadi pada saat memindahkan container dari truck ketempat
penyusunan container dengan objek yang dipindahkan berada
dibawah. Sikap kerja yang menjadi potensi bahaya yaitu faktor dari
human error, dimana pekerja yang ceroboh, dan tidak taat dalam
penerapan K3 dilingkungan kerja menjadi salah satu potensi
meningkatnya terjadinya kelelahan kerja hingga dislokasi pada tulang
pekerja.
40
Bahaya Kimia : Timbal, Carbon Monoksida Bahaya Grease atau
minyak pelumas perlindungan mesin dengan bahan kimia unsur
penyusunnya yaitu Octadecanoic Acid, 12- Hydroxystearic Acid dan
Litium Hydroxide (LiOH). Bahaya kimia diperoleh dari kendaraan
yang lalu lalang pada lingkungan kerja, yang mengeluarkan buangan
gas emisi. Gas buangan kendaraan menjadi sumber polusi dan
bersifat berbahaya karena dapat langsung terhirup oleh para pekerja
sehingga dapat sangat berpotensi mengganggu sistem pernafasan
pekerja.
Kecelakaan Lalu lintas : Kecelakaan lalu lintas menjadi potensi
bahaya karena banyaknya kendaraan berbobot besar yang melintas
serta alat dan mesin yang bekerja pada saat bersamaan. Oleh sebab
itu kecelakaan lalu lintas dilingkungan kerja menjadi potensi bahaya
bagi pekerja maupun kerusakan alat maupun rambu lalu lintas.
41
Gambar 4. 2 Kondisi Lalu Lintas Pada Malam Hari Dalam Operasi Kerja
2. Menunjukkan dan mewajibkan kepada setiap tenaga kerja terkait Alat
Pelindung Diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan. Hal ini dilakukan
pada saat safety induction sebelum bekerja pada setiap perputaran shift
kerja, melakukan pemberian arahan dan peringatan terhadap risiko
pekerjaan yang akan dilakukan, serta potensi bahaya yang ditimbulkan
saat bekerja.
3. Mengevaluasi penyebab timbulnya kecelakaan, penyakit akibat kerja.
Evaluasi dilakukan pada saat safety induction setelah pekerjaan selesai
dilakukan, yang ditemukan pada saat dilakukan patroli selama proses
pekerjaan berlangsung.
4. Memeriksa kelengkapan peralatan keselamatan kerja. Pemeriksaan
dilakukan pada saat safety induction sebelum dan setelah selesai
bekerja. Pada saat safety induction berlangsung pekerja harus
menggunakan kelengkapan peralatan keselamatan kerja.
5. Mengembangkan pelayanan kesehatan tenaga kerja, melakukan
pemeriksaan laboratorium kesehatan dan keselamatan kerja.
Merencanakan pelaksanaan kegiatan Medical Check Up secara berkala
dalam jangka waktu 1 tahun sekali terhadap seluruh pekerja PT
Terminal Petikemas Belawan.
6. Membantu pimpinan perusahaan menyusun kebijakan manajemen dan
pedoman kerja dalam rangka upaya meningkatkan keselamatan kerja,
higiene perusahaan, kesehatan kerja, ergonomi dan gizi tenaga kerja.
42
7. Mengadakan pemeriksaan/inspeksi ditempat kerja secara rutin maupun
dadakan dengan melaksanakan kegiatan patrol disetiap shift kerja.
4.2 Pengorganisasian
PT Terminal Petikemas Belawan memastikan peran, tanggung jawab dan
wewenang secara jelas dengan didefinisikan dan dikomunikasikan kepada seluruh
anggota pekerja baik staff hingga pekerja vendor. Semua personil pekerja
diberitahukan dan mereka akan menandatangani untuk menerima tugas dan
tanggung jawab dan tersedia sumber daya yang diperlukan untuk memenuhi tugas
dan tanggung jawab mereka. PT Terminal Petikemas Belawan memastikan bahwa
semua personil dinilai pada kompetensi atas dasar pendidikan, pelatihan dan
pengalaman sebelum bekerja. Untuk mencapai tujuannya, TPK membutuhkan
tenaga kerja yang berkompeten, menyadari tugas dan tanggung jawab mereka.
Semua pelatihan dilakukan dalam bahasa yang dimengerti oleh peserta pelatihan.
Semua personil yang telah dilakukan pelatihan, termasuk induksi, Pelatihan
internal dan pelatihan dari pihak ketiga (eksternal), terdaftar oleh TimHSE/
Trainer. Sehubungan dengan implementasi Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di wilayah kerja Terminal Petikemas Belawan, adapun struktur
organisasi panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja (P2K3) terlampir
pada bagan diatas. Keseluruhan bagian akan bekerja sesuai tugas dan fungsi
masing-masing dalam penerapan K3 di tempat kerja.
4.3 Pelaksanaan
Adapun pelaksanaan K3 yang telah dilakukan berdasarkan perencanaan
yang telah dibuat pada PT Terminal Petikemas Belawan sebagai berikut:
1. Safety Induction yang dilakukan setiap pergantian shift kerja
Kegiatan safety induction dilakukan sebanyak 2 kali pada masing-masing
shift kerja yang dibagi menjadi 3 shift, yaitu saat sebelum bekerja dan
setelah bekerja. Arahan yang dilakukan sebelum bekerja yaitu berupa
pemeriksaan kelengkapan alat pelindung diri, pekerjaan yang akan
dilakukan, dan potensi bahaya yang ditimbulkan akibat pekerjaan yang
akan dilakukan. Kemudian setelah bekerja yaitu arahan terkait evaluasi
43
terhadap pekerjaan yang dilakukan, serta pemberian peringatan kepada
pekerja yang ditemukan ceroboh pada saat dilakukannya patrol atau
inspeksi oleh pengawas.
44
sangat besar timbul pada lingkungan kerja Terminal A Peti Kemas
Belawan, karena penggunaan alat dan mesin dengan listrik bertegangan
tinggi dan jumlah yang cukup banyak. Setiap tahun dilakukan pengecekan
terhadap APAR yang terdapat pada masing-masing alat dan mesin.
Kemudian akan banyak ditemukan APAR yang sudah kadaluarsa karena
tidak digunakan. APAR yang kadaluarsa tersebut akan digunakan oleh
setiap pekerja yang belum mendapat pelatihan pemadaman api. Karena
setiap pekerja dituntut untuk mengetahui tindakan tanggap darurat, dan
melakukan pelatihan tanggap darurat terutama dalam hal kebakaran.
4. Daily check petugas perawatan alat dan mesin sebelum dioperasikan.
Daily check yaitu pengecekan sederhana yang dilakukan oleh setiap
pekerja dibidang teknik sebelum alat dan mesin mulai dioperasikan. Hal
tersebut dilakukan dengan tujuan untuk meminimalisir terjadinya
permasalahan pada alat yang akan berdampak bagi keselamatan pekerja.
Kemudian setiap operator CC dan RTG sebelum bekerja akan melakukan
pemeriksaan secara sederhana. Karena operator CC dan RTG bekerja pada
ketinggian, mulai dari 45m sampai 60 m. Pemeriksaan sederhana yang
dilakukan yaitu setiap operator diminta untuk berjalan lurus pada garis
yang ditetapkan. Apabila operator berjalan keluar dari garis, maka tidak
diperkenankan untuk bekerja mengoperasikan alat, karena dianggap
kehilangan keseimbangan dan berisiko jika tetap melakukan pekerjaan.
5. Maintenance rutin pada setiap alat berat dan mesin yang dilakukan oleh
petugas teknik.
Pada proses ini petugas teknik melakukan pengecekan wire rope apakah
penggunaan tali tersebut masih sesuai dengan batas waktu pemakaiannya,
dan juga pemberian grease pada wire rope untuk menghindari trouble
pada tali saat pengoperasian alat crane.
6. Fogging rutin satu tahun sekali.
Kegiatan fogging dilakukan setiap satu tahun sekali dalam bentuk
pengendalian penyakit akibat faktor biologi ditempat kerja. Kegiatan ini
45
dilakukan dengan tujuan agar terhindar dari penyakit demam berdarah
yang disebab kan oleh nyamuk aedes aegypti.
7. Keamanan ketat terhadap orang yang tidak berkepentingan.
Pemeriksaan dilakukan kepada setiap orang yang masuk kedalam
lingkungan Terminal A Peti Kemas Belawan. Kegiatan tersebut dilakukan
untuk mencegah kejadian yang tidak diinginkan dilapangan kerja. Oleh
sebab itu keamanan pada lingkungan Terminal A Peti Kemas Belawan
bersifat sangat ketat. Setiap tamu yang berkepentingan dan ingin melihat
keadaan dilapangan akan selalu mendapat pengawalan khusus oleh pekerja
lapangan. Setiap pekerja pengamanan juga mendapatkan safety induction
terkait pemberian arahan terkait pekerjaan yang akan dilakukan dan
penerapan K3 dilingkungan kerja.
46
4.5 Monitoring dan Evaluasi
Seluruh penerapan K3 yang telah dilakukan di PT Terminal Petikemas
dimonitoring dan evaluasi dengan :
1. Inspeksi secara berkala
Inspeksi secara berkala dilakukan melalui kegiatan safety induction
disetiap shift kerja dan pelaksanaan patroli untuk melihat keadaan
pekerja dan lingkungan kerja.
2. Melakukan audit SMK3
3. Tindakan perbaikan dan pencegahan
4. Penilaian Implementasi SMK3 dan pemberian reward pada pekerja
yang sangat bagus dalam penerapan K3 dan punishment bagi pekerja
yang tidak menerapkan K3 dalam bekerja. Pemberian reward dan
punishment diberikan satu tahun sekali pada peringatan Bulan K3.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
47
accident dan mendapatkan pencapaian berupa bendera emas dari
kemenaker.
3. Komitmen budaya K3 yang tinggi dalam penerapan APD serta
pelaksanaan safety induction pada setiap segmen pekerjaan dan setiap
pergantian shift bekerja. Dan untuk setiap tahunnya perusahaan
melaksanakan kegiatan pemberian reward kepada pekerja di bulan K3.
4. Perusahaan berkomitmen dalam pelaksanaan pemeriksaan kesehatan
pekerja secara berkala yaitu setiap setahun sekali dengan tujuan untuk
mencegah penyakit akibat kerja yang dapat ditimbulkan dalam setiap
proses bekerja.
5.2 Rekomendasi
Pada akhir penulisan ini, ada beberapa hal yang disarankan penulis bagi
kemajuan dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja di PT Terminal Petikemas
Belawan, yaitu:
48
49
DAFTAR PUSTAKA
Aswin, B., & Syukri, M. (2020). Analisis Upaya Pencegahan , Potensi Kecelakaan
Kerja dan Gangguan Kesehatan Pada Pekerja Pengemasan Ikan Prevention
Efforts , Potential of Work Accidents and Health Disorders Analysis in Fish
Packaging Workers. JIK (Jurnal Ilmu Kesehatan), 4(2), 177–183.
https://doi.org/10.33757/jik.v4i2.341.g142
Noor, R., Harianto, F., & Susanti, E. (2014). Karakteristik Kecelakaan Kerja Pada
Pelaksanaan Proyek Konstruksi di Surabaya. Proceeding SNTEKPAN,
Proceeding, 1–10.
Atmaja, J., Suardi, E., Natalia, M., Mirani, Z., & Alpina, M. P. (2018). Penerapan
Sistem Pengendalian Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Pelaksanaan
Proyek Konstruksi di Kota Padang. Jurnal Ilmiah Rekayasa Sipil, 15(2), 64–
76. https://doi.org/10.30630/jirs.15.2.125
Lubis, Z. M., Soemirat, J., & Permadi, D. A. (2019). Analisis penerapan sistem
tanggap darurat kebakaran di PT X. Jurnal EnviroSan, 2(2), 70–77.
Supartini, S., Dekanawati, V., Handojo, B., & Juniarto, K. (2021). Implementasi
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) bagi Pekerja Lapangan di Pelabuhan
New Priok Container Terminal 1. Majalah Ilmiah Bahari Jogja, 19(2), 43–
63. https://doi.org/10.33489/mibj.v19i2.272
50
LAMPIRAN
51
Lampiran 2 Logbook Peserta Residensi
52
Lampiran 3 Form Penilaian Residensi
Total Nilai :
Angka :
53