Anda di halaman 1dari 82

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
Jalan Universitas No.21 Kampus USU Medan 20155
Telp. (061) 8213221, Fax. (061) 8213221 Wibesite :http://fkm.usu.ac.id - Email : fkm.usu.medan@gmail.com

SURAT PENGANTAR KEPK


Medan, 04 Januari 2023

Nomor :

Hal : Surat Pengantar Ethical Clearance


Lampiran : -

Kepada Yth.

Komisi Etik Penelitian Kesehatan


(KEPK)Universitas Prima Indonesia

Dengan hormat,
Sehubungan dengan rencana pelaksanaan penelitian mahasiswa program S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara. Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama Mahasiswa : Indri Hardiyanti
NIM 207032053
No. Hp 082237872425
Alamat Email : Indrihardiyanti78@gmail.com
Judul Penelitian : Pengaruh Karakteristik Ibu, Faktor Pemudah dan Penguat terhadap Pemberian Imunisasi
Dasar Lengkap pada Bayi di Puskemas Sadabuan
Maka Bersama ini kami sampaikan permohonan surat Ethical Clearance untuk penelitian tersebut.
Demikian surat permohonan ini dibuat, atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terimakasih.

Medan, 04 Januari 2023

Proposal Telah disetujui Mahasiswa/Peneliti


Dosen Pembimbing

(Dr. Asfriyati, SKM, M.Kes) (Indri Hardiyanti)


NIP. 197012201994032001 NIM. 207032053
LAMPIRAN 2

FORMULIR KEPK MANUAL

Formulir Pendaftaran
Tanda*Wajib Isi oleh
Peneliti
*Tanggal Masuk 04 Januari 2023 No. Register :
*Jenis Dokumen:
Protokol Baru Protokol yang diajukan kembali (Revisi) Protokol
Amandemen
Protokol Lanjutan Laporan Akhir
*Judul Penelitian: Pengaruh Karakteristik Ibu, Faktor Pemudah Dan Penguat Terhadap
Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi Di Puskesmas Sadabuan
*Peneliti Utama: *Alamat, email, telp/fax: *Komunikasi yang diinginkan:
Telepon/sms Email :
Indrihardiyanti78@gmail.com
Cara Pengiriman:
Pribadi Pos
*Institusi Pengusul: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
*Dimanfaatkan untuk:
Skripsi Tesis Disertasi Kerjasama/Hibah/dari luar UNPRI
*Foímulií Penelitian:
Uji Klinik Non Uji Klinik Hewan Coba
Kelengkapan usulan penelitian yang diajukan untuk telaah awal (beri tanda ):
Surat pengantar dari institusi
Formulir Etik yang telah diisi Manusia 1-4, Hewan 1-2 tim
peneliti beserta keahliannya
Biodata Pembimbing/Peneliti lain
Protokol/Proposal penelitian
Persetujuan atasan/Pembimbing
Ethical approval institusi lain (Jika ada)
Surat persetujuan pengambilan bahan/ penelitian Hewan dari Institusi
Dokumen yang dikiíim:
Lengkap
Tidak lengkap, Sebutkan Kekurangan:Akan
dikirim pada:
Nama & ttd Nama & ttd petugas Penanggungjawab
yg penerima: administrasi:
menyeíahkan:
Kategori Penilaian:
Exempted
Expedited
Indri Hardiyanti Board Meeting
Ketua menunjuk
Verifikasi2 reviewer atau lebih:
Paraf Tgl

Deadline hasil review:

No. Nama Reviewer


LAMPIRAN 3

Formulir Uji klinis

No.:
A. Informasi Umum

1. Peneliti Utama (gelar dan


nama)
Keahlian/ Spesialisasi
Jabatan/ Kedudukan
Telp. Rumah: HP.: e-mail:
2. Asal Instansi Telp. Kantor, Fax.,
e-mail
Sponsor
Clinical Monitor
Pembimbing/ Peneliti Lain:
3. Judul Penelitian:

4. Penelitian multisenter: Senter Penelitian Utama: Senter Penelitian


Ya Bukan Satelit:

5. Penelitian:
Bukan kerja sama Kerjasama nasional Kerjasama Internasional, jumlah
negara:
sebutkan
:
Melibatkan Ketua Peneliti asing (lampirkan izin):
6. Diisi Apabila Melibatkan Ketua Peneliti Asing
No. Nama, gelar, intitusi Ketua Tugas & fungsi Telp., Fax,HP,e-mail:
Peneliti
Asing
1.
2.
3.
7. Tempat Penelitian (Sebutkan nama jumah sakit, ruang perawatan, poliklinik,
atau tempat pelayanan kesehatan lainnya):

8. Rencana waktu Penelitian: Mulai: Selesai:

9. Waktu Pengumpulan Data mulai:

10. Apakah Protokol Ini Pernah Diajukan ke Komite Ya Diterima Ditolak


Etik Lain? Bila ya, lampir fotocopy
dokumen:
Tidak
11. Alokasi dan Rincian Dana Penelitian:
B. Uji Klinik

B.1. Metode Penelitian


1. Ringkasan usulan penelitian mencakup alasan/motivasi dilakukannya penelitian,
tujuan/objektif dan manfaat penelitian, serta risiko yang mungkin timbul disertai cara
mengatasinya (ditulis dalam bahasa yang mudah dipahami oleh orang yang
bukan dokter):
Alasan/Motivasi Dilakukannya Penelitian:

Tujuan Penelitian:

Manfaat Penelitian:

Risiko yang Mungkin Timbul Disertai Cara Mengatasinya:

2. Jenis dan Studi eksperimen Desain paíalel


disain Desain menyilang/ cross-over design
Penelitian Dan lain-lain, sebutkan
3. Metode Penelitian: Randomisasi
Open labeled Plasebo Cross-over
Single Blind Treatment controlled Paralel
Double Blind Lain-lain sebutkan,
4. Penelitian Obat Baru (Investigasional New Grug = IND)/ Peralatan
Baru (Investigasional New
Equipment=INE)
Bukan Ya IND INE
yaitu: No.Reg. No.Reg.
POM: POM:
Nama: Nama:
Sponsor: Sponsor:
Nama perusahaan: Nama perusahaan:
5. Untuk penelitian genetik, indikasikan apakah menggunakan teknik rekayasa genetik?
Ya, sudah ditelaah oleh: Recombinant DNA Advisoíy Commitee
Biosafety Committee
Ya, belum ditelaah
Tidak menggunakan teknik rekayasa genetik

6. Apakah Menggunakan Plasebo Ya Tidak


7. Apakah Menggunakan Kelompok Ya Tidak
Kontrol
8. Cara Mendapatkan Subjek Penelitian
Kontak perorangan Rujukan Dari data dasar penelitian lain
Iklan (lampirkan) Lainnya, jelaskan
9. Jika penelitian ini adalah penelitian uji klinis menggunakan subjek manusia, apakah
percobaan/uji praklinik pada hewan sudah pernah dilakukan, data dari keamanan dan
kemanfaatan dari studi terdahulu/di negara lain)?
Tidak Ya
Nama
Peneliti: Judul
Penelitian:
Hasil
Penelitian:

Pengalaman yang terdahulu (sendiri atau orang lain) dari tindakan yang akan dilakukan
(apakah uji klinis pada manusia sudah pernah dilakukan, data keamanan dan
kemanfaatan studi terdahulu/di negara lain):
Tidak Ya
Nama
Peneliti:
Judul
Penelitian:
Hasil
Penelitian:

10. Proses Uji Klinis


a) Pemberian intervensi (regimen dosis, tindakan invasif, obat pembanding,
plasebo):

b) Penetapan indikator outcame

c) Interim analisis:

d) Prosedur penghentian uji klinis:

e) Perkiraan waktu penelitian yang diperlukan untuk satu subjek: …………


(menit/ jam/ hari/minggu/bulan/tahun)

f) Masalah etik (nyatakan pendapat anda tentang masalah etik yang mungkin
akan dihadapi):
• Respect for person (menghormati harkat dan martabat manusia):
• Beneficence (bermanfaat) non-maleficence (tidak merugikan):
• Justice(keadilan):
11. Adverse Event (AE) yang pernah terjadi sebelumnya (diisi bila ditemukan kasus)
a. Pencatatan (apa saja yang teíjadi pada subjek dan lainnya saat menerima
perlakuan):

b. Analisis:

c. Emergency resque system

d. Penghentian subjek dalam penelitian akibat adverse event.


12. Informasi Tentang Bahan Coba:
a. Efikasi:

b. Keamanan:
13. Bila penelitian ini menggunakan subjek manusia, apakah biaya penanggulangan efek
samping menjadi tanggung jawab penelitian ini? Tidak Ya

- Bila ya, tanggung jawab pasca penelitian (capacity building, manfaat bagi komunitas
lokal,kelanjutan terapi pada subjek, dll.)

- Apakah subjek diasuransikan?


Tidak Ya Bila ya,
sebutkan lembaga asuransinya:
Bila ya, apakah asuíansi menanggung risiko teíkait penelitian? Tidak Ya
14. Jika menggunakan sampel biologis apakah akan dikirim ke luar negeri?
Tidak Ya, sebutkan Negara tujuan dan lampirkan Material Trasfed
Agrement(MTA)!
C. Proses Mendapatkan Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP)/ Informed Consent (IC)

1. Kepada Siapa PSP Individu Kelompok Wali


Dijelaskan:
2. a. Siapa yang memberikan penjelasan?
b. Kapan akan dijelaskan?
c. Apakah subjek diberi waktu cukup untuk
membuat
keputusan?
d. Siapa yang menandatangani PSP?
e. Siapa yang menyaksikan penandatanganan PSP?

3. Masalah etik yang mungkin akan dihadapi subjek


a. Risiko penelitian
1. Menggangu kegiatan pelayanan kesehatan Ya Tidak
rutin
2. Menimbulkan efek samping terhadap subjek Ya Tidak
3. Bertentangan dengan norma dan Ya Tidak
adat istiadat
Setempat
4. Terjadi kerugian ekonomi dan stigmatisasi Ya Tidak
subjek
b. Manfaat untuk ikut serta
1. Pengetahuan baru bertambah Ya Tidak
2. Mendapatkan pelayanan kesehatan Ya Tidak
3. Kompensasi Uang tunai
Barang
Asuransi
c. Memengaruhi secara berlebihan coercion
1. Hubungan antara Ketua Peneliti dan subjek Tidak Ada
2. Bila ada: Dokter--pasien Guru/dosen- Atasan-bawahan Lain-lain
murid/mahasiswa
d. > Jika penelitian ini menggunakan orang sehat, jelaskan cara pemeriksaan
kesehatannya:

> Jika penelitian ini menggunakan orang sakit, jelaskan cara mendiagnosis
dan nama dokter yang bertanggung jawab!
D. Pernyataan

1. Pernahkah ketua pelaksana penelitian terlibat/ dihukum karena tindak kriminal/ disiplin oleh
masyarakat atau organisasi kedokteran swasta/suatu badan yang berwenang?
Tidak Ya, jelaskan

2. Berapa lama data penelitian akan disimpan oleh Peneliti Utama ? …. tahun setelah
penelitian
Selesai
3. Apa tindakan pencegahan yang dilakukan untuk menjaga kerahasian data kesehatan?

Dokumen/ berkas penelitian akan disimpan pada lokasi yang aman dan hanya
dapat diakses oleh petugas yang terlibat dalam penelitian
Data dikomputer hanya diperuntukkan bagi petugas yang teílibat dalam
penelitian dan
dapat diakses dengan menggunakan password dan akses pribadi
Sebelum mengakses setiap informasi yang berkaitan dengan penelitian, petugas
harus menandatangani formulir pernyataan persetujuan untuk melindungi
keamanan dan kerahasiaan informasi kesehatan subjek
Sebelum membuka berkas penelitian, petugas harus menandatangani persetujuan
untuk
menjaga kerahasiaan dokumen
Apabila memungkinkan, indentifikasi subjek penelitian dihapus (anonim) dari
informasi yang berhubungan dengan penelitian
Lainnya, jelaskan

4. Isi formulir ini akan saya pertanggungjawabkan dan akan dilaksanakan sesuai dengan
proposal/usulan penelitian yang diajukan serta sesuai dengan prinsip etika penelitian.

Medan,
Mengetahui,

Pembimbing I. Peneliti Utama ,

( ) ( )
LAMPIRAN 4
Formulir Survei/Registri/Epidemiologi-Humaniora/Sosial-Budaya/BBT & Nonklinis

lainnya

No.:
A. Informasi Umum
1. Peneliti Utama (gelar dan nama) Indri Hardiyanti, S.K.M

Keahlian/Spesialisasi Calon Promotor Handal


Jabatan/Kedudukan Mahasiswa
Telp. Rumah: HP:082237872425 email:
Indrihardiyanti78@gmail.
com
2. Asal Instansi Fakultas Kesehatan Masyarakat Telp. 061-8213221
Universitas Sumatera Utara. Kantor. Jl. Universitas
Prodi S2 USU no 21. Kampus USU
e-mail.fkm@usu.ac.id
Sponsor -
Clinical Monitor -
Pembimbing/Peneliti Lain: Dr. Asfriyati, SKM, M.Kes. Sri Rahayu Sanusi,
SKM, MKM. Ph.D.
3. Judul Penelitian: Pengaruh Karakteristik Ibu, Faktor Pemudah dan Penguat terhadap
Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi di Puskesmas Sadabuan
4. Penelitian multisenteí: Senter Penelitian Utama: Senter Penelitian Satelit:
Ya Bukan
5. Penelitian:
Bukan kerja sama Kerjasama nasional Kerjasama Internasional, jumlah
negara:
sebutkan
:
Melibatkan Ketua Peneliti asing (lampirkan izin):
6. Diisi Apabila Melibatkan Ketua Peneliti Asing
No. Nama, gelar, intitusi Ketua Tugas & fungsi Telp., Fax,HP,e-mail:
Peneliti asing
1.
2.
3.
7. Tempat Penelitian (Sebutkan nama rumah sakit, ruang perawatan, poliklinik, atau
tempat pelayanan kesehatan lainnya): Puskemas Sadabuan

8. Rencana waktu Penelitian: Mulai: 09/01/2023 Selesai: 18/01/2023

9. Waktu Pengumpulan Data mulai: 09/01/2023


10. Apakah Protokol Ini Pernah Diajukan Ya Diteima DitolakBila
keKomite Etik Lain? ya, lampir fotocopy dokumen:
Tidak

11. Alokasi dan Rincian Dana Penelitian: Biaya Pribadi (Kurang lebih Rp.3.000.000,-)
B. Penelitian Survei/Registri/Epidemiologi-Humaniora/Sosial-Budaya/BBT &
Non klinis lainnya
B.1. Metode Penelitian
1. Ringkasan usulan penelitian mencakup alasan/motivasi dilakukannya penelitian,
tujuan/objektif dan manfaat penelitian, serta risiko yang mungkin timbul disertai cara
mengatasinya (ditulis dalam bahasa yang mudah dipahami oleh orang yang bukan
dokter):
Alasan/Motivasi Dilakukannya Penelitian:
Permasalahan tentang imunisasi dasar menjadi salah satu prioritas program kesehatan di
Padangsidimpuan terutama di Puskemas Sadabuan. Permasalahan tersebut dapat terlihat dari
rendahnya cakupan imunisasi dasar di Puskemas Sadabuan dengan angka prevalensi 86,5%. Oleh
karena itu saya tertarik untuk mengetahui lebih mendalam tentang pengaruh karakteristik ibu
(pekerjaan dan paritas), faktor pemudah (pengetahuan dan kepercayaan) dan penguat (dukungan
suami dan dukungan tenaga kesehatan) terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi di
Puskemas Sadabuan
Tujuan Penelitian: Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
karakteristik ibu (pekerjaan dan paritas), faktor pemudah (pengetahuan dan kepercayaan)
dan penguat (dukungan suami dan dukungan tenaga kesehatan) terhadap pemberian
imunisasi dasar lengkap pada bayi di Puskemas Sadabuan.
Manfaat Penelitian:
1. Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan tentang pemberian imunisasi dasarlengkap
pada bayi berdasarkan karakteristik ibu (pekerjaan dan paritas), faktor pemudah
(pengetahuan dan kepercayaan) dan penguat (dukungan suami dan dukungan tenaga
kesehatan) di Puskesmas Sadabuan.
2. Dapat digunakan sebagai informasi dan masukan bagi pihak PuskesmasSadabuan untuk
mengatasi masalah imunisasi di Puskesmas Sadabuan.
Risiko yang Mungkin Timbul Disertai Cara Mengatasinya:
Kemungkinan akan ada informasi sensitive yang kesampaikan informan terkait institusi,
sehingga peneliti akan merahasiakan informan dari penelitian

2. Jenis dan Ob Obseívasi Eksploíatif Kualitatif/Etnogíafis


desain Participatory
Penelitian
Deskriptif Studi Kasus
Seri Kasus
Potong lintang
Registíi
Analitik Korelasi
 Kasus Kontrol
Kohort
Kualitatif Studi Eksperimental Eksperimental Semu
Eksperimental Murni
Mixed Triangulasi Design Aone-phased
Methods Conveígence
Data Tíansformation
Validating Quantitative Data
Multilevel
Embedded Design Embedded Eksperimental
Embedded Correlational

Explanatory Design Quan


EmphasizedQual
Emphasized
Exploratory Design Intrument Development
Taxonomy Development
3. Unit Sampel BBT-Linked
BBT-Unlinked
 Individu
Masyaíakat
Institusi
4. Sumber BBT Spesimen arsip penelitian sebelumnya (archived specimen)
Spesimen pemeriksaan klinis ((left oveír clinical specimen Lainnya
sebutkan:
5. Cara Berdasarkan besaran masalah dan presisi perkiraannya
Penetapan Berdasarkan jumlah kebutuhan minimal dalam kegiatannya:
Besar Participant observation
Sampel Indepth interview
Berdasarkan total populasi (sensus)
6. Cara a. Píobability Acak sederhana Acak sistematik Acak bertingkat
Penarikan Acak berstrata PPS Cluster Lain-lain sebutkan
Sampel b.Non Purposive Samples Quota Samples Shunk Samples
Probability Volunteer Samples Snow Ball
Judgemental Samples Lain-lain sebutkan:
7. Jenis data
Data Primer
Data Sekunder
8. Cara Pengumpulan data
Wawancara Pemeriksaan Laboratorium Penelusuran Dokumen
Pemeriksaan fisik Pengamatan
9. a) Perkiraan waktu yang diperlukan untuk wawancara atau pengukuran/pemeriksaan
terhadap satu subjek:kurang lebih 1 ½ jam(menit/ jam/ hari)
b) Masalah etik (nyatakan pendapat anda tentang masalah etik yang mungkin akan
dihadapi):
• Respectfor person(menghormati harkat dan martabat manusia):

• Benefience (bermanfaat) Non-malefience (tidak merugikan):

• Justice(keadilan):
10. Pengalaman yang Terdahulu (sendiri atau orang lain) dari Tindakan yang Akan Dilakukan:
Nama Peneliti:
Judul penelitian:
Hasil Penelitian:

11. Bagaimana Cara Memilih Subjek Penelitian


KriteriaInklusi:
Kriteria Eksklusi:
C. Proses Mendapatkan Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP)/ InformedConsent(IC)

1. Kepada siapa PSP dijelaskan: Individu Kelompok Wali


2. a. Siapa yang memberikan penjelasan? Peneliti
b. Kapan akan dijelaskan? Sebelum melakukan wawancara
c. Apakah subjek diberi waktu cukup untuk membuat keputusan? Iya
c. Tempat memberikan penjelasan: Kantor/Rumah Sampel (Informan)
d. Siapa yang menandatangani PSP? Subjek (Informan)
e. Siapa yang menyaksikan penandatanganan PSP? Peneliti
3. Masalah etik yang mungkin akan dihadapi subjek
a. Risiko penelitian
1. Menggangu kegiatan pelayanan kesehatan rutin Ya Tidak
2. Menimbulkan efek samping terhadap subjek Ya Tidak
3. Beítentangan dengan norma, adat istiadat Ya Tidak
Setempat
4. Timbulnya kerugian ekonomi, stigmatisasi dari Ya Tidak
Subjek
b. Manfaat untuk ikut serta
1. Bertambahnya pengetahuan baru Ya Tidak
2. Mendapatkan pelayanan kesehatan Ya Tidak
3. Kompensasi Uang tunai
Barang
Asuransi

c. Mempengaruhi secara berlebihan (coercion)


1. Hubungan antara Ketua Peneliti dengan subjek Tidak Ada
2. Bila ada:
Dokter - pasien
Guru/dosen - murid/mahasiswa
Atasan - bawahan
Lain-lain
d. Jika penelitian ini menggunakan orang sehat, jelaskan cara pemeriksaan
kesehatannya:
Jika penelitian ini menggunakan orang sakit, jelaskan cara mendiagnosis dan
nama dokter yang bertanggung jawab.
D. Isi Penjelasan/ Informasi ke Subjek
1. Apakah Narasi dalam Persetujuan Setelah Penjelasan Subjek Menerangkan
Tentang:
a. Keterangan ringkasan penelitian Ya Tidak
b. Perlakuan yang diterapkan pada subjek Ya Tidak
c. Manfaat untuk subjek Ya Tidak
d. Bahaya potensial Ya Tidak
e. Hak untuk mengundurkan diri Ya Tidak
f. Adanya insentif untuk subjek (bila ada) Ya Tidak
g. Jenis insentif yang diberikan (bila ada) Ya Tidak
2. Pengambilan Spesimen (bila tidak, langsung ke poin 3)
a. Apakah ada spesimen yang diambil dari subjek Tidak Ya, sebutkan
b. Adakah keterangan jumlah spesimen yang diambil Ya Tidak
c. Adakah keterangan tentang frekuensi pengambilan Ya Tidak
d. Adakah keterangan tentang cara pengambilan Ya Tidak
e. Adakah keterangan tentang cara penanganan Ya Tidak
f. Adakah keterangan tentang risiko potensial Ya Tidak
pengambilan
g. Apakah ada tindakan invasif pada subjek Tidak Ya, sebutkan
3. Kerahasian Subjek
a. Adakah keterangan tentang kerahasian subjek? Ada
d. Adakah keterangan tentang kerahasian spesimen? Tidak
e. Adakah keterangan tentang kerahasian data? Tidak
E. Pernyataan
1. Pernahkah ketua pelaksana penelitian terlibat/dihukum karena tindak kriminal/disiplin oleh
masyarakat atau organisasi kedokteran swasta/suatu badan yang berwenang?
ľidak Ya, jelaskan:
2. Berapa lama data penelitian akan disimpan oleh Peneliti Utama ? Tidak ada batasan
tahun setelah penelitian selesai.

3. Apa tindakan pencegahan yang dilakukan untuk menjaga kerahasian data kesehatan?

Dokumen/berkas penelitian akan disimpan pada lokasi yang aman dan hanya
dapat diakses oleh petugas yang terlibat dalam penelitian
Data dikomputer hanya diperuntukkan bagi petugas yang terlibat dalam
penelitian dan dapat diakses dengan menggunakan password dan akses pribadi

Sebelum mengakses setiap informasi yang berkaitan dengan penelitian, petugas


harus menandatangani formulir pernyataan persetujuan untuk melindungi
keamanan dan kerahasiaan informasi kesehatan subjek
Sebelum membuka berkas penelitian, petugas harus menandatangani persetujuan
untuk menjaga kerahasiaan dokumen

Apabila memungkinkan, indentifikasi subjek penelitian dihapus (anonim) dari


informasi yang berhubungan dengan penelitian
Lainnya, jelaskan

4. Isi formulir ini akan saya pertanggungjawabkan dan akan dilaksanakan sesuai dengan
proposal/usulan penelitian yang diajukan serta sesuai dengan prinsip etika penelitian.
Medan, 04 Januari 2023

Proposal Telah disetujui Mahasiswa/Peneliti


Dosen Pembimbing

(Dr. Asfriyati, SKM, M.Kes) (Indri Hardiyanti)


NIP. 197012201994032001 NIM. 207032053
PENGARUH KARAKTERISTIK IBU, FAKTOR PEMUDAH
DAN PENGUAT TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI
DASAR LENGKAP PADA BAYI DI
PUSKESMAS SADABUAN

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh

INDRI HARDIYANTI
NIM. 207032053

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA
2022
Daftar Isi

Halaman
Halaman Persetujuan i
Daftar Isi ii
Daftar Tabel iv
Daftar Gambar v
Daftar Istilah vi

Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 9
Tujuan 11
Tujuan umum 11
Tujuan khusus 12
Manfaat Penelitian 12

Tinjauan Pustaka 12
Defenisi Imunisasi 12
Tujuan Imunisasi 12
Manfaat Imunisasi 13
Macam Imunisasi 13
Imunisasi Aktif 13
Imunisasi Pasif 14
Jenis-Jenis Imunisasi 14
Imunisasi Hepatitis B 14
Imunisasi BCG 15
Imunisasi DPT 15
Imunisasi Polio 15
Imunisasi Campak 16
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Imunisasi 17
Status Imun Pejamu 17
Faktor Genetik Pejamu 18
Kualitas dan Kuantitas Vaksin 18
Prosedur Imunisasi 19
Tata Cara Pemberian Imunisasi 19
Penyimpanan 20
Pengenceran 20
Pembersihan Kulit 21
Pemberian Suntikan 21
Imunisasi Dasar Lengkap 21
Defenisi Ibu 21

ii
Defenisi Bayi 22
Karakteristik Ibu 22
Pekerjaan 22
Paritas 23
Faktor Pemudah 23
Pengetahuan 23
Kepercayaan 25
Faktor Penguat 25
Dukungan Suami 25
Dukungan Tenaga Kesehatan 27
Landasan Teori 29
Kerangka Konsep Penelitian 30
Hipotesis Penelitian 30

Metode Penelitian 32
Jenis Penelitian 32
Lokasi dan Waktu Penelitian 32
Lokasi Penelitian 32
Waktu Penelitian 33
Populasi dan Sampel Penelitian 33
Populasi Penelitian 33
Sampel Penelitian 33
Besar Sampel 34
Metode Pengumpulan Data 35
Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel 36
Defenisi Operasional 36
Pengukuran Variabel 37
Metode Analisis Data 37
Analisi Univariat 37
Analisi Bivariat 38
Analisi Multivariat 38

Daftar Pustaka
Lampiran

iii
i

Daftar Tabel

No Judul Halaman
16
Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap
1
2 Pengukuran Variabel 37

iv
i

Daftar Gambar

No Judul Halaman
29
1 Landasan Teori

2 Kerangka Konsep Penelitian 30

v
Daftar Istilah
CRS Congenital Rubella Syndrome
DPT3 Difteri, Tetanus, Pertusis
GAVI Global Alliance For Vaccine and Immunization
IDL Imunisasi Dasar Lengkap
KLB Kejadian Luar Biasa
KMS Kartu Menuju Sehat
Renstra Rencana Strategis
TBC Tuberkulosis
UCI Univeersal Child Immunization
UNICEF United Nations Internasional Children’s Emergency Fund
WHO World Health Organization

vi
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Imunisasi adalah upaya memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan

cara menyuntikkan vaksin ke dalam tubuh. Vaksinasi bertujuan agar tubuh

memproduksi antibodi yang mencegah ancaman penyakit tertentu. Vaksin

merupakan bahan yang digunakan untuk merangsang produksi antibodi yang

disuntikkan ke dalam tubuh (Yuliana & Sitorus, 2018; Rahmawatiet al., 2022).

Imunisasi adalah pencegahan primer yang sangat efektif terhadap penyakit

menular, melindungi seseorang dari penyakit serius. Imunisasi juga mencegah

penyebaran penyakit menular. Menurunnya kunjungan imunisasi dapat

meningkatkan risiko berkembangnya penyakit yang dapat dicegah dengan

imunisasi, dengan kekhawatiran akan kejadian luar biasa. (Irawati, 2020).

Program imunisasi merupakan bagian dari upaya untuk menurunkan angka

kesakitan, kecacatan dan kematian pada bayi dan anak balita. Program ini

dilaksanakan untuk penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi seperti

tuberkulosis, difteri, tetanus, hepatitis B, polio, campak, rubella, meningitis dan

pneumonia. Anak-anak yang divaksinasi terlindungi dari penyakit berbahaya ini.

Imunisasi merupakan salah satu intervensi kesehatan yang cost-effective karena

dapat mencegah dan menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian akibat

PD3I yang diperkirakan menyebabkan 2-3 juta kematian setiap tahunnya.

(Kemenkes RI, 2020).

1
2

Universal Child Immunization (UCI) adalah kondisi dimana imunisasi

dasar secara lengkap berhasil mendapatkan secara menyeluruh pada bayi dimana

target UCI adalah 100 persen / desa para bayi sudah mendapatkan layanan

imunisasi dasar lengkap. Indonesia telah berhasil menerapkan UCI namun menurut

WHO Indonesia masih berada di urutan ke-5 di dunia dalam Undervaksinasi

imunisasi DPT3. Hal ini mendorong Indonesia memproritaskan vaksinasi seperti

yang ditetapkan oleh UNICEF dan WHO untuk tujuan 100 persen UCI di setiap

desa. Diperkirakan 1,7 juta bayi belum memenuhi jadwal imunisasi dasar atau

vaksin lain yang perlu diberikan (WHO, 2018).

Menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009, setiap anak berhak

mendapatkan imunisasi dasar yang sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Imunisasi dilakukan untuk mencegah penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin/

imunisasi. Pemerintah harus memberikan imunisasi lengkap pada semua bayi dan

anak-anak. Pelaksanaan imunisasi ini tertuang dalam Keputusan Menteri

Kesehatan Nomor 12 Tahun 2017 yang diterbitkan 11 April 2017 (Kemenkes RI,

2020).

Data dari Global Alliance For Vaccine and Immunization (GAVI), World

Health Organization (WHO), dan United Nations Internasional Children’s

Emergency Fund (UNICEF) menunjukkan bahwa setidaknya 80 juta anak di

bawah usia 1 tahun berisiko untuk menderita penyakit difteri, campak dan polio

akibat terganggunya pelayanan imunisasi rutin di tengah pandemi COVID-19.

Terdapat 64 persen dari 107 negara mengalami gangguan atau keterlambatan

dalam mengembangkan layanan imunisasi rutin dan 60 negara menunda pelaksaan

kampanye imunisasi khususnya campak dan polio. Hal ini jelas merupakan risiko

bagi Kejadian Luar Biasa (KLB) PD3I (Kemenkes, 2020).


3

Menurut data dari UNICEF (2018) jumlah anak yang tidak divaksinasi

adalah yang pertama di benua Afrika dengan total 11,3 juta anak dari 19,4 juta. Di

Asia 6,5 juta anak divaksinasi atau tidak divaksinasi. Dari 194 negara anggota

WHO, 65 negara memiliki cakupan imunisasi DPT di bawah target global 90

persen termasuk Indonesia. Menurut data WHO, Asia Tenggara menempati urutan

pertama di dunia untuk kasus difteri setiap tahun dari tahun 2011 hingga 2019,

Indonesia menempati urutan kedua dengan 3.203 kasus difteri setelah India

dengan jumlah kasus difteri sebesar 18.350 (WHO, 2017). Pada tahun 2018,

sekitar 86 persen bayi di seluruh dunia (116,3 juta bayi) menerima tiga dosis

vaksin difteri-tetanus- pertusis (DTP3), yang melindungi mereka dari penyakit

serius dan kecacatan bahkan kematian (WHO, 2018).

Kesehatan anak-anak di dunia, terutama di negara-negara berkembang

masih tergolong rendah. Data global menunjukkan bahwa 11 juta anak di bawah

usia 5 tahun meninggal setiap tahun, dan beberapa anak menderita kondisi

kesehatan seperti polio, diare, cacat bawaan dan perkembangan seperti berjalan

lambat dan berbicara. Kematian bayi yang tinggi biasanya disebabkan oleh faktor

yang dapat dihindari seperti malnutrisi dan infeksi. (Simanjuntak & Nurnisa,

2019).

Salah satu permasalahan di bidang kesehatan yang masih menjadi

prioritas di Indonesia adalah masalah kesehatan pada anak. Angka kematian bayi

menjadi tolok ukur yang dapat menentukan status kesehatan anak di suatu negara

(Lestari, 2020). Kematian bayi adalah kematian yang menimpa bayi antara umur

0-1 tahun. Laporan organisasi medis kemanusiaan dunia yaitu Medecins Sans

Frontieres (MSF) melaporkan bahwa Indonesia masuk dalam satu dari enam

negara yang teridentifikasi mempunyai angka tertinggi pada anak-anak yang

imunisasinya tidak terjangkau. Masalah imunisasi di Indonesia sangat penting

guna untuk perlindungan


4

terhadap berbagai penyakit, dimana apabila anak tidak di imunisasi anak akan

rentan mengalami sakit berat, lebih mudah untuk menularkan penyakit

dilingkungan, penurunan kualitas hidup dan harapan hidup, kecatatan bahkan

kematian. Jumlah kasus difteri di Indonesia yaitu 948 kasus atau 81 persen orang

yang menderita penyakit difteri karena tidak menerima imunisasi secara lengkap

(WHO, 2019).

Berbagai upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan

cakupan imunisasi, seperti membuat program BIAN, program pengembangan

imunisasi (PPI), program UCI target 100 persen dan bekerja sama dengan lintas

sektor lainnya untuk menjamin akses pelayanan imunisasi, menjamin ketersediaan

vaksin, pelatihan bagi petugas kesehatan serta upaya-upaya meningkatkan

pengetahuan masyarakat terutama ibu melalui media dan iklan layanan

masyarakat serta pendekatan keluarga (Kemenkes, 2017).

Indonesia menjadi salah sebagai negara prioritas yang diidentifikasi oleh

UNICEF untuk mempercepat target vaksinasi 100 persen. Pada tahun 2020

cakupan imunisasi dasar lengkap secara nasional sebesar 83,3 persen. Cakupan

imunisasi dasar lengkap pada tahun 2020 merupakan cakupan imunisasi dasar

lengkap yang terendah alam kurun waktu 2011-2020. Saat ini Indonesia

menempati urutan ketiga di dunia untuk imunisasi anak setelah India dan Pakistan

dan ada sekitar 23 juta anak di seluruh dunia yang belum mendapatkan vaksinasi

dasar atau vaksin lainnya (UNICEF, 2020).

Menurut laporan WHO tahun 2020, terdapat 20 juta anak di seluruh

dunia yang belum mendapatkan imunisasi rutin pada balita. Banyaknya anak yang

tidak divaksinasi menyebabkan beberapa penyakit yang dapat menyebabkan

kelumpuhan bahkan kematian seharusnya dapat dicegah dengan vaksin,

muncul kembali di
5

negara maju dan berkembang. Penyakit tersebut antara lain campak, batuk rejan,

difteri dan polio (Hidayah et al., 2018; UNICEF, 2020).

Gambaran cakupan imunisasi dasar lengkap di Indonesia dari tahun 2016

sampai dengan tahun 2020 yaitu sebesar 91,58 persen pada tahun 2016. Pada

tahun 2017 cakupan imunisasi dasar lengkap turun menjadi 85,41 persen. Pada

tahun 2018 cakupan imunisasi dasar lengkap menurun lagi yaitu sebesar 57,95

persen Pada tahun 2019, cakupan imunisasi dasar lengkap di Indonesia mencapai

93,7 persen. Angka tersebut mencapai target Renstra tahun 2019 yaitu sebesar 93

persen. Cakupan imunisasi dasar lengkap secara nasional sebesar 83,3 persen dan

angka ini tidak mencapai target Renstra tahun 2020 sebesar 92,9 persen. Cakupan

imunisasi dasar lengkap pada tahun 2020 merupakan cakupan imunisasi dasar

lengkap terendah dalam kurun waktu 2011-2020 (Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia, 2020; WHO, 2020).

Cakupan imunisasi dasar lengkap yang mencapai target Renstra di

Indoneisa pada tahun 2020 terdapat 6 provinsi yaitu Bali, Nusa Tenggara Barat,

Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta dan Jambi (Kemenkes RI, 2021) . Di

Indonesia, setiap bayi usia 0-11 bulan dianjurkan harus mendapatkan imunisasi

dasar lengkap yang terdiri dari 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 1 dosis hepatitis B, 4

dosis P o l i o d a n campak/MR terdapat 1 dosis. Sementara menurut provinsi,

baru 15 provinsi yang mencapai target, dari 15 provinsi tersebut provinsi

Sumatera Utara masih belum mencapai target yaitu sebesar 85,17 persen

(Kemenkes RI, 2020).

Data Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara 2020 menunjukkan

cakupan IDL di Provinsi Sumatera Utara tahun 2019 sebesar 85,17 persen pada

tahun 2020 sebesar 74,97 persen. Provinsi Sumatera Utara tidak termasuk provinsi
6

yang memenuhi target IDL karena belum mampu mencapai target Renstra Dinas

Kesehatan Provinsi Sumatera Utara sebesar 93,5 persen. Sumatera Utara

merupakan salah satu daerah yang cakupan imunisasi dasarnya rendah. Salah satu

daerah di Sumatera Utara yaitu Kota Padangsidimpuan memiliki 68,04 persen.

(Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2020).

Menurut Profil Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan tahun 2020,

cakupan IDL di Kota Padangsidimpuan sebesar 80,54 persen pada tahun 2019,

sedangkan cakupan IDL tahun 2020 di Kota Padangsidimpuan yaitu sebesar yaitu

68,04 persen dengan HB 0 (83,4 persen), BCG (76,1 persen), DPT 2- HB 3 (76,2

persen), Polio 4 (73,8 persen) dan Campak (67,6 persen). Kota Padangsidimpuan

belum mampu mencapai target yang telah ditetapkan di Renstra sebesar 95 persen.

(Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan, 2020).

Kota Padangsidimpuan terdiri dari 6 Kecamatan, 42 Desa, 37 Kelurahan

dan 10 Puskesmas. Dari 10 Puskemas yang ada, terdapat beberapa Puskemas yang

program imunisasinya belum memenuhi target nasional, antara lain Puskemas

Sadabuan. Puskesmas Sadabuan memiliki 8 Kelurahan dengan jumlah Posyandu

sebanyak 16 Posyandu. Setiap Posyandu memiliki 5 Kader . Pelaksanaan

imunisasi di Puskesmas Sadabuan dilaksanakan secara rutin setiap bulan dengan

pelaksana imunisasi sebanyak 4 orang petugas. (Dinas Kesehatan Kota

Padangsidimpuan, 2018).

Peneliti mengangkat masalah imunisasi di Puskesmas ini karena pada

tahun 2020 Puskesmas Sadabuan menjadi puskesmas dengan cakupan IDL yang

masih rendah yaitu 78,8 persen, artinya belum mencapai target Renstra yang telah

ditetapkan sebesar 95 persen. Menurut data Puskesmes Sadabuan, hanya 3

Kelurahan yang mencapai target imunisasi dasar lengkap pada tahun 2020. Data
7

tersebut menunjukkan rendahnya cakupan imunisasi di wilayah kerja Puskesmas

Sadabuan sehingga menimbulkan banyak kerugian di segala aspek, baik untuk

bayi, keluarga dan negara. Kerugian atau efek negatif yang akan ditimbulkan

adalah penyebaran penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

Berdasarkan dari data survey awal imunisasi dasar lengkap pada tahun

2020 di Puskesmas Sadabuan baru mencapai angka 78,8 persen sedangkan pada

tahun 2021 mencapai angka 86,5% dengan masing – masing jenis imunisasinya

sebagai berikutHB 0 (76,5 persen), BCG (76,1 persen), Polio 1 (78,6 persen),

DPT 1 (78,2

persen), Polio 2 (86 persen), DPT 2 (55,8 persen), Polio 3 (89,2 persen), DPT 3

(86,9 persen), Polio 4 (91,6 persen), dan IPV (38,7 persen). Cakupan imunisasi di

Puskemas Sadabuan masih rendah dan jauh dari target pencapaian imunisasi yang

ditetapkan sebesar 95 persen.

Cakupan imunisasi yang rendah di Puskemas Sadabuan membuat para

tenaga kesehatan bekerja keras untuk mencapai target pencapaian imunisasi yang

optimal. Pencapaian imunisasi yang optimal tidak hanya menjadi tanggung jawab

tenaga kesehatan, tetapi membutuhkan dukungan ibu dan dukungan suami untuk

meningkatkan cakupan imunisasi. Hal ini sesuai dengan penelitian Igiany (2019)

tentang hubungan dukungan keluarga dengan kelengkapan imunisasi dasar yang

dapat menunjukkan bahwa 54 persen responden memiliki dukungan keluarga yang

tinggi dari total responden, sedangkan sisanya 46 persen memiliki dukungan

keluarga rendah.

Berdasarkan survey pendahuluan, peneliti mewawancarai dengan

pengelola program imunisasi di Puskesmas Sadabuan Kecamatan

Padangsidimpuan Utara. Menurut pengelola program imunisasi, ibu tidak

membawa anak imunisasi dasar lengkap secara keseluruhan sehingga masih rendah

di bawah target disebabkan faktor


8

penghambatnya yaitu rumor yang salah tentang imunisasi, ibu berpendapat

imunisasi menyebabkan anaknya menjadi sakit, cacat atau bahkan meninggal dunia,

pengetahuan ibu kurang tentang imunisasi dasar lengkap, kurangnya kepercayaan

akan manfaat imunisasi, dan kurangnya dukungan suami tentang imunisasi dan

tenaga kesehatan seperti bidan desa yang tidak tinggal di desa membuat peran

tenaga kesehatan kurang terhadap pemberian imunisasi.

Sedangkan menurut ibu bayi dari 30 responden hanya 10 ibu yang

mengimunisasi bayi secara lengkap dan 20 ibu tidak membawa bayi imunisasi

dasar secara lengkap karena ibu merasa takut dan cemas setelah imunisasi anak

menjadi demam dan rewel, tidak mengetahui manfaat dilakukan imunisasi, ada

pula ibu yang mengatakan bahwa imunisasi tidak perlu untuk bayinya karena

menganggap anaknya selalu sehat, ibu tidak membawa bayinya imunisasi

disebabkan bekerja sehingga tidak punya waktu untuk datang ke Puskemas, dan

ada juga ibu yang memilih tidak mengimunisasi bayinya dengan alasan dari

kelurga besar mereka tidak ada anak yang diimunisasi, dan ibu juga mengatakan

tidak ingat jadwal imunisasi serta jarak dan tidak memiliki kendaraan untuk

datang ke puskemas.

Hasil wawancara penulis dengan ibu dari 30 bayi di wilayah kerja

Puskesmas Sadabuan, menurut ibu takut untuk mengimunisasi bayinya ada 21

orang (70 persen) dikarenakan setelah imunisasi anak menjadi demam dan rewel,

selain itu 18 orang (60 persen) ibu tidak mengetahui tentang manfaat imunisasi

karena suami juga beranggapan bahwa ketika mereka masih kecil tidak imunisasi

oleh orang tuanya dan menurut ibu banyak anak-anak yang tidak diimunisasi

tetapi selalu sehat sebanyak 11 orang (36,7 persen) dan ada juga mengatakan tidak

ingat jadwal imunisasi sebanyak 8 orang (26,6 persen).


9

Salah satu penyebab ibu tidak membawa anaknya untuk imunisasi adalah

karena mereka bekerja sehingga tidak sempat datang ke Puskesmas. Hasil

penelitian Budiarti (2019) menunjukkan mayoritas ibu tidak bekerja tidak lengkap

dalam pemberian imunisasi dasar (93,3 persen). Perempuan yang tidak bekerja

memiliki lebih banyak waktu untuk bertukar pendapat dan berinteraksi dengan

orang lain, namun tidak memiliki pengetahuan yang memadai.

Suami melimpahkan tanggung jawab penuh untuk mengimunisasi bayinya

kepada istrinya, dengan anggapan bahwa mengimunisasi bayi adalah tanggung

jawab istri semata, dan suami juga melarang istrinya untuk mengimunisasi

bayinya, karena takut bayinya sakit setelah di imunisasi. Hal ini sesuai dengan

penelitian Dinengsih & Hendriyan (2018) dimana suami berperan penting dalam

mendorong ibu untuk datang ke setiap kegiatan Posyandu. Dukungan orang-orang

terdekat seperti suami, keluarga dan lingkungan sangat berperan dalam

mendorong ibu untuk aktif mengikuti Posyandu dan mengimunisasi bayinya.

Setelah melihat kartu sehat (KMS) di buku, ternyata ada beberapa bayi

yang belum lengkap imunisasinya, dimana ibu bayi tersebut mengatakan tidak

memiliki banyak waktu untuk datang ke puskesmas serta jarak dan kendaraan juga

salah satu faktor imunisasi yang tidak lengkap pada bayi. Hal ini sesuai dengan

penelitian Febrianti & Efendi (2019) yang menemukan bahwa kelengkapan

imunisasi dasar berhubungan dengan dukungan keluarga, status pekerja dan jarak

ke pelayanan kesehatan.

Beberapa ibu memilih untuk tidak mengimunisasi anaknya karena tidak

ada anak yang di imunisasi dalam keluarga besarnya atau dilarang oleh

mertuanya, bahkan ada yang mengatakan bahwa imunisasi itu haram. Hal ini

sesuai dengan penelitian Harlan (2019) tentang pelaksanaan program imunisasi

dasar lengkap di
1

Puskesmas Kalangan Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah diketahui

banyak ibu yang tidak membawa bayinya ke Posyandu karena masih kurangnya

pengetahuan tentang manfaat imunisasi dasar lengkap dan beberapa percaya

bahwa imunisasi bayi itu haram.

Penelitian yang dilakukan oleh Girmay dan Dadi (2019) di Ethiopia

menemukan bahwa cakupan imunisasi masih di bawah target yang diharapkan

sesuai ketentuan yang diumumkan oleh WHO. Faktor tingkat pendidikan dan

pengetahuan ibu yang menyebabkan perilaku kesehatan ibu yang buruk terhadap

anak selama pemberian imunisasi. Ditemukan bahwa 49,9 persen ibu tidak

mengetahui imunisasi dasar lengkap sehingga ibu tidak membawa bayinya untuk

di imunisasi secara lengkap. Sementara itu, penelitian Town (2016) tentang alasan

orang tua tidak memberikan imunisasi lengkap pada usia 1 tahun di Mawatch

Goth, Kota Kemari, Karachi, Pakistan menemukan bahwa 32 persen diantaranya

karena kesibukan ibu kerja mereka tidak punya waktu untuk mengimunisasi anak-

anak mereka.

Berdasarkan permasalahan diatas juga dapat diasumsikan kemungkinan

penyebab rendahnya cakupan imunisasi dasar lengkap di Puskesmas Sadabuan

disebabkan oleh beberapa hal yaitu pertama, kurangnya pemanfaatan SDM seperti

jumlah petugas dan kader serta masa pelatihannya. Kedua, kurang layaknya

sarana prasarana pendukung pelaksanaan program imunisasi . Ketiga, Dana.

Kemungkinan dana yang dibutuhkan petugas untuk turun ke lapangan tidak

memenuhi kebutuhan petugas selama dilapangan.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis merasa tertarik dan ingin mengetahui

lebih mendalam tentang pengaruh karakteristik ibu (pekerjaan dan paritas), faktor

pemudah (pengetahuan dan kepercayaan) dan penguat (dukungan suami dan


1

dukungan tenaga kesehatan) terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi

di Puskesmas Sadabuan.

Rumusan Masalah

Imunisasi berguna untuk kekebalan tubuh bayi dan anak-anak yang dapat

melawan penyakit dan dicegah oleh imunisasi. Imunisasi dapat menyelamatkan

kita, terutama anak-anak, agar tidak tertular berbagai penyakit menular serius

yang dapat menyebabkan kecacatan bahkan kematian. Manfaat imunisasi

dirasakan baik secara langsung maupun tidak langsung. Manfaat nyata dari

imunisasi adalah untuk mengurangi penyakit, kecacatan dan kematian akibat

penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Imunisasi dapat melindungi oleh

individu dan juga populasi.

Masalah ketika melakukan imunisasi dasar lengkap adalah ketakutan anak

akan demam, sering sakit, keluarga tidak mengizinkan, tempat imunisasi jauh,

tidak tahu dimana mendapatkan imunisasi, dan sibuk. Penyakit yang dapat

dicegah dengan imunisasi termasuk polio, tuberkulosis, hepatitis B, difteri,

campak, rubella, dan congenital rubella syndrome (CRS).

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, maka yang menjadi

permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh karakteristik ibu

(pekerjaan dan paritas), faktor pem udah (pengetahuan dan kepercayaan),


.

penguat (dukungan suam i dan dukungan tenaga kesehatan) terhadap pem berian
. .

im unisasi dasar lengkap pada bayi di Puskemas Sadabuan.


.

Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan um um
. . penelitian yaitu untuk m engetahui
.

pengaruh karakteristik ibu (pekerjaan dan paritas), faktor pem udah .

(pengetahuan dan kepercayaan) dan penguat (dukungan suam i . dan

dukungan tenaga kesehatan)


1

terhadap pem berian im unisasi dasar lengkap pada bayi di Puskesm as Sadabuan.
. . .

2. Tujuan Khusus
1.
Untuk mengetahui pengaruh karakteristik ibu bayi (pekerjaan dan paritas)

dengan pemberian im unisasi dasar lengkap pada bayi.


.

2.
Untuk mengetahui pengaruh faktor pem udah
. (pengetahuan

dan kepercayaan) dengan pem berian im unisasi dasar lengkap pada bayi.
. .

3.
Untuk m engetahui pengaruh penguat (dukungan suam i dan
. .

dukungan tenaga kesehatan) terhadap pem berian im unisasi dasar lengkap


. .

pada bayi .

Manfaat Penelitian

1. Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan tentang pemberian imunisasi dasar

lengkap pada bayi berdasarkan karakteristik ibu (pekerjaan dan paritas), faktor

pemudah (pengetahuan dan kepercayaan) dan penguat (dukungan suami dan

dukungan tenaga kesehatan) di Puskesmas Sadabuan.

2. Dapat digunakan sebagai informasi dan masukan bagi pihak Puskesmas

Sadabuan untuk mengatasi masalah imunisasi di Puskesmas Sadabuan.


TINJAUAN PUSTAKA

Defenisi

Imunisasi merupakan upaya kesehatan masyarakat yang efektif dan efisien

untuk mencegah beberapa penyakit seperti cacar, polio, tuberkulosis, hepatitis B

yang dapat menyebabkan kanker hati, difteri, campak, rubella dan sindrom

kecacatan bawaan akibat rubela (Congenital Rubella Syndrom/CRS), tetanus pada

ibu hamil dan bayi baru lahir, pneumonia ( radang paru-paru), meningitis (radang

selaput otak), kanker serviks yang disebabkan oleh infeksi human papillomavirus

(Kemenkes, 2020).

Menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009, setiap anak berhak

mendapatkan imunisasi dasar sesuai dengan peraturan yang berlaku. Imunisasi

dilakukan untuk mencegah penyakit yang dapat dicegah dengan melaksanakan

imunisasi. Pemerintah wajib memberikan imunisasi lengkap semua bayi dan anak-

anak. Pelaksanaan imunisasi ini tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan

Nomor 12 Tahun 2017 yang diterbitkan pada 11 April 2017 (Kemenkes RI,

2020).

Pemberian imunisasi pada anak akan lebih baik mengikuti jadwal yang

sudah ada. Dengan memberikan imunisasi sesuai jadwal yang telah ditetapkan,

hasil pembentukan antibodi juga lebih optimal sehingga anak dapat terlindungi

dari penyakit infeksi (Kemenkes RI, 2018).

Tujuan Pemberian Imunisasi

Menurut (Haris, 2018) tujuan program imunisasi adalah untuk memberikan

kekebalan pada bayi agar terhindar dari penyakit, kecacatan dan kematian pada

bayi serta pada anak akibat penyakit yang biasa ditemukan pada anak.

12
1

Secara umum tujuan imunisasi yaitu :

1. Imunisasi sangat efektif untuk mencegah penyakit menular dan tidak

mudah terserang penyakit menular tersebut.

2. Imunisasi juga menurunkan angka kesakitan dan angka kematian pada

anak.

Manfaat Imunisasi

1. Untuk anak : dapat mencegah penderitaan yang disebabkan penyakit dan

yang kemungkinan cacat atau kematian.

2. Untuk keluarga : dapat menghilangkan perasaan cemas dan psikologi

pengobatan apabila anak sakit. Dan mendorong orang tua untuk percaya

bahwa anak-anak mereka akan memiliki masa kecil yang lebih nyaman.

3. Untuk negara : dapat meningkatkan derajat kesehatan dan mengwujudkan

bangsa yang kuat untuk melanjutkan pembangunan bangsa (Arianti, 2017).

Macam Imunisasi
1.
Imunisasi Aktif

Imunisasi aktif adalah pemberian vaksin yang dilemahkan untuk

memunginkan sistem kekebalan tubuh merespon secara khusus dan membentuk

suatu ingatan terhadap antigen. Ketika penyakit terjadi, tubuh mengenalinya dan

beraksi terhadapnya. Contoh dari imunisasi aktif adalah imunisasi polio atau

campak. Imunisasi aktif menyebabkan tubuh anak memproduksi antibodinya sendiri

dengan rangsangan antigen yang berasal dari luar tubuh, misalnya dengan

merangsang virus yang dilemahkan pada imunisasi polio dan campak. Setelah

dilakukan stimulasi ini, kadar antibodi dalam tubuh anak akan meningkat,

sehingga anak memiliki sistem kekebalan tubuh. Jelas bahwa dengan imunisasi

aktif tubuh anak aktif memproduksi antibody dari luar setelah adanya rangsangan

vaksin (Mulyani dan Rinawati, 2018).


1

2.
Imunisasi Pasif

Imunisasi pasif adalah proses peningkatan daya tahan tubuh dengan

pemberian zat imunoglobulin yaitu zat yang dihasilkan oleh proses infeksi dan

berasal dari plasma manusia (kekebalan yang diterima bayi dari ibu melalui

plasenta) atau dari hewan (bisa ular) digunakan untuk mengobati mikroba yang

masuk ke dalam tubuh dalam tubuh yang terinfeksi. Contoh imunisasi pasif adalah

bayi baru lahir, dimana bayi dalam kandungan menerima antibodi dari ibunya,

misalnya antibodi campak melalui darah plasenta (Mulyani dan Rinawati, 2018).

Jenis-Jenis Imunisasi Dasar

Berdasarkan program pembinaan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

Program Pengembangan Imunisasi (PPI) yang diwajibkan dan Program Imunisasi

Non PPI yang dianjurkan. Wajib bila kejadian penyakit cukup tinggi dan

menimbulkan cacat atau kematian. Imunisasi yang dianjurkan untuk penyakit

tertentu yang biasanya tidak seserius kelompok pertama. Jenis imunisasi dasar

terdiri dari:

a. Imunisasi Hepatitis B

Imunisasi Hepatitis B monovalen paling baik diberikan kepada bayi segera

setelah lahir, sebelum berumur 24 jam dan didahului dengan suntikan vitamin K1

minimal 30 menit sebelumnya. Imunisasi hepatitis B harus diberikan segera

setelah bayi lahir, karena imunisasi hepatitis B merupakan tindakan pencegahan

yang sangat efektif untuk segera memutus mata rantai penularan hepatitis B dari

ibu ke bayi

setelah lahir. Jadi imunisasi HepB-0 diberikan dalam jangka 12 jam setelah bayi

lahir. Imunisasi HepB-1 diberikan saat bayi berusia 2 bulan. Imunisasi HepB-2

diberikan ketika bayi berusia 3 bulan. Imunisasi HepB-3 diberikan saat bayi

berusia 4 bulan. (IDAI, 2020).


1

b. Imunisasi BCG

Imunisasi BCG sebaiknya diberikan segera setelah lahir atau sesegera

mungkin sebelum bayi berusia 1 bulan. Bila berumur 2 bulan atau lebih, BCG

diberikan jika uji tuberkulin negatif. Vaksinasi BCG dianggap berhasil jika kadar

tuberculin berubah di tempat suntikan. Ada atau tidaknya tuberculin berubah

tergantung pada keefektifan vaksin dan dosis yang tepat pada cara penyuntikan

yang benar. Dosis suntikan yang terlalu rendah akan menyebabkan terjadinya

abses di tempat suntikan. Untuk menjaga efektivitasnya, vaksin BCG harus

disimpan pada suhu 20C. (IDAI, 2020).

c. Imunisasi DPT

Imunisasi DPT dapat diberikan sebanyak tiga kali sejak bayi berusia 2

bulan dengan interval 4-8 minggu. DPT sebaiknya tidak diberikan sampai bayi

berusia 6 minggu. DPT-1 diberikan saat bayi berusia 2 bulan, DPT-2 saat bayi

berusia 4 bulan dan DPT-3 saat bayi berusia 6 bulan. Tidak ada reaksi spesifik

yang terjadi setelah penyuntikan. Gejala biasanya demam ringan dan reaksi lokal

di tempat suntikan. (IDAI, 2020).

d. Imunisasi Polio

Imunisasi Polio harus diberikan segera setelah lahir. Imunisasi polio

diberikan sebanyak 4 kali. Imunisasi polio diberikan minimal 4 minggu sekali.

Imunisasi polio-1 diberikan saat bayi berusia 2 bulan, imunisasi polio-2 berusia 3

bulan, imunisasi polio-3 berusia 4 bulan dan imunisasi polio-4 berusia 5-6 bulan.

imunisasi polio diberikan melalui mulut. (IDAI, 2020).


1

e. Imunisasi Campak

Imunisasi campak pada usia 9 bulan berikan vaksin MR. Jik anda tidak

mendapat vaksin MR sebelum usia12 bulan, anda bias mendapatkan MMR umur 18

bulan berikan MR atau MMR. Umur 5-7 tahun memberikan MR (kelas1 dalam

program BIAS) atau MMR (IDAI, 2020).

Jadwal pemberian imunisasi dasar pelaksanaan kegiatan program imunisasi

tidak terlepas dari jadwal yang sudah ditentukan pihak pengelolah sesuai dengan

jadwal yang ditetapkan oleh peraturan Menteri Kesehatan. Situasi ini

dimaksudkan untuk memudahkan masyarakat mengetahui kapan kegiatan tersebut

dilakukan. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pelaksanaan

Imunisasi Nomor 12 Tahun 2017 sebagai berikut:

Jadwal pemberian imunisasi dasar lengkap. Jadwal imunisasi pada bayi

meliputi:

Tabel 1
Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap
Umur Jenis Interval Minimal untuk Jenis
Imunisasi yang Sama
0 -24 jam Hepatitis B
1 Bulan BCG, Polio 1
2 Bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 2 1 Bulan
3 Bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 3
4 Bulan DPT-HB-Hib 3, Polio 4, IPV
9 -12 Bulan Campak
(Sumber : Permenkes Nomor 12 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Imunisasi)
1

Catatan:

a. Dosis Hepatitis B yang optimal diberikan pada bayi kurang dari 24 jam

setelah lahir dan didahului dengan suntikan vitamin K1 2-3 jam sebelumnya,

terutama di tempat yang sulit dijangkau, pemberian Hepatitis B masih

diperbolehkan kurang dari 7 hari.

b. Imunisasi BCG dan Polio 1 dilakukan di rumah sakit, klinik dan bidan praktik

swasta sebelum pulang.

c. Pemberian BCG optimal diberikan sampai usia 2 bulan, bisa usia kurang dari 1

tahun tanpa tes Montoux.

d. Pada keadaan tertentu, semua vaksinasi kecuali HB 0 dapat diberikan sebelum

bayi berusia 1 tahun.

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Keberhasilan Imunisasi

1) Status Imun Pejamu

Kehadiran antibodi spesifik pejamu terhadap vaksin yang diberikan

memengaruhi keberhasilan imunisasi. Bayi mengembangkan antibodi spesifik

terhadap virus campak selama periode janin. Jika vaksin campak diberikan

padasaat kadar antibodi spesifik campak masih tinggi, maka efeknya akan kurang

memuaskan. Demikian juga ASI yang mengandung secretory IgA (sIgA) terhadap

virus polio dapat menggangu keberhasilan vaksinasi polio oral. Namun, kadar

sIgA dalam ASI biasanya sensitif terhadap virus polio saat bayi berusia beberapa

bulan. Kadar polio sIgA tidak lagi ditemukan pada ASI saat bayi berusia 5 tahun,

menurut penelitan Sub Bagian Alergi-Imunologi KIA FKUI/RSCM Jakarta. Kadar

sIgA yang tinggi ditemukan pada kolostrum. Oleh karena itu, dengan vaksinasi

polio
1

oral pada pemberian kolostrum (pada usia 0-3 hari), ASI (kolostrum) tidak boleh

diberikan 2 jam sebelum dan sesudah vaksinasi.

2) Faktor Genetik Pejamu

Interaksi sel-sel dari system kekebalan dipengaruhi oleh variasi genetik.

Secara genetik, respon imun manusia terbagi menjadi respons baik, sedang dan

buruk terhadap antigen spesifik. Seseorang mungkin memiliki respons lemah

terhadap antigen tertentu, tetapi respons imun terhadap antigen lain mungkin

sangat kuat. Oleh karena itu, ditetapkan bahwa keberhasilan vaksinasi tidak 100

persen.

3) Kualitas dan Kuantitas Vaksin

Cara pemberian vaksin akan mempengaruhi respon imun, misalnya vaksin

polio oral memberikan kekebalan lokal dan sistemik sedangkan vaksin polio

parenteral hanya memberikan kekebalan sistemik. Dosis vaksin yang tidak tepat

juga mempengaruhi respon imun. Dosis yang terlalu tinggi mencegah respons

imun yang diharapkan, sedangkan dosis yang terlalu rendah tidak dapat

menstimulasi sel- sel imun. Dosis yang tepat dapat ditentukan dari hasil uji klinis,

oleh karena itu dosis vaksin harus sesuai dengan dosis yang dianjurkan.

Frekuensi dan interval pemberian juga mempengaruhi respon imun. Jika

vaksin berikutnya diberikan pada saat kadar antibodi spesifik masih tinggi, maka

antigen yang masuk akan segera dinetralkan, sehingga tidak sempat merangsang

sel imun, bahkan dapat menimbulkan reaksi Arthus, yaitu pembengkakan

kemerahan pada daerah tersebut, dimana antigen disuntikkan karena pembentukan

kompleks antigen antibodi lokal. Saat pemberian ulang vaksin, rekomendasi

berdasarkan hasil uji klinis harus diikuti.


1

Jenis vaksin juga akan mempengaruhi respon imun. Vaksin hidup

menghasilkan respons kekebalan yang lebih baik, dari pada vaksin mati atau tidak

aktif atau bagian (komponen) dari mikroorganisme.(Muslihatun, 2010).

Prosedur Imunisasi

Ada beberapa prosedur imunisasi yang harus dilakukan saat pemberian

imunisasi, yaitu :

1) Prosedur Pemberian Imunisasi

(1) Sebelum melakukan imunisasi dianjurkan untuk melakukan prosedur

sebagai berikut :

a) Jelaskan secara rinci tentang risiko vaksinasi dan risiko apabila tidak

diimunisasi.

b) Periksa kembali persiapan untuk menyelesaikan pelayanan sesegera

mungkin jika terjadi reaksi samping yang tidak terduga.

c) Baca dengan cermat informasi tentang produk yang akan diberikan

(vaksin), jangan lupa persetujuan orangtua.

d) Tanya jawab dengan orang tua sebelum melakukan imunisasi.

e) Periksa kembali apakah ada kontradiksi terhadap vaksin yang akan

diberikan.

f) Verifikasi identitas penerima vaksin dan berikan antipiretik jika perlu.

g) Periksa vaksin yang akan diberikan apakah ada tanda-tanda

perubahan, periksa tanggal kadaluwarsa dan tandai sesuatu yang

spesifik, misalnya perubahan warna menunjukkan adanya kerusakan.


2

h) Pastikan bahwa vaksin yang akan diberikan sesuai dengan jadwal, dan

jika perlu, vaksin lain juga ditawarkan untuk mengejar imunisasi yang

tertinggal bila diperlukan.

i) Berikan vaksin dengan teknik yang benar mengenai pemilihan jarum

suntik, sudut arah jarum suntik, tampat penyuntikan dan posisi

penerima vaksin.

(2) Setelah vaksinasi, lakukan hal-hal berikut :

a) Intruksi (sebaiknya secara tertulis) untuk orang tua tentang apa yang

harus dilakukan jika terjadi reaksi umum atau reaksi yang lebih serius.

b) Masukkan imunisasi dalam rekam medis pribadi dan dalam catatan klinis.

c) Catatan rinci imunisasi harus dikirim kepada Dinas Kesehatan

Bidang Pemberantasan Penyakit Menular.

d) Periksa status imunisasi anggota keluarga lainnya dan tawarkan

vaksinasi lanjutan jika perlu.

2) Penyimpanan

Vaksin yang disimpan dan diangkut dengan tidak benar akan kehilangan

potensinya. Vaksin harus didinginkan pada suhu 2-8˚C dan tidak boleh dibekukan.

Beberapa vaksin (DPT, Hepatisis B) dinonaktifkan setelah pembekuan.

3) Pengenceran

Vaksin beku harus diencerkan dengan pelarut khusus dan digunakan dalam

jangka waktu tertentu. Jika vaksin telah diencerkan, harus diperiksa terhadap

tanda- tanda kerusakan (warna atau kejernihan). Vaksin campak yang encer, dapat

berubah warna pada suhu kamar.


2

4) Membersihkan kulit

Tempat suntikan harus dibersihkan sebelum imunisasi, tetapi jika kulit telah

bersih, antiseptik kulit tidak diperlukan.

5) Memberian suntikan

Sebagian besar vaksin diberikan secara intramuscular atau jauh di bawah kulit.

Ada pengecualian untuk dua jenis vaksin yang berbeda, yaitu vaksin polio oral

dan vaksin BCG, yang diberikan secara injeksi intadermal (ke dalam kulit).

(Maryanti, 2011)

Imunisasi Dasar Lengkap

Permenkes RI No. 12 Tahun 2017 tentang pemberian imunisasi dalam pasal

5 dan 6 mengatur tentang imunisasi dasar lengkap yaitu imunisasi yang diberikan

kepada bayi atau anak sesuai dengan jenis yang telah ditetapkan. Imunisasi dasar

lengkap dilakukan sebelum bayi berusia satu tahun. Imunisasi dasar lengkap yaitu

HepB, BCG, DPT-HB, polio dan campak.

Imunisasi dasar lengkap adalah bila anak telah mendapatkan satu kali

imunisasi HB-0, satu kali BCG, tiga kali DPT-HB, empat kali polio dan satu kali

campak. Total imunisasi untuk bayi atau anak adalah 10 kali sebelum anak berusia

satu tahun. (Kemenkes RI, 2020).

Definisi Ibu

Ibu adalah seseorang yang memiliki banyak peran, peran sebagai seorang istri,

ibu dari anak-anaknya, dan orang yang melahirkan dan mengasuh anak-anaknya.

Seorang ibu juga bisa menjadi benteng bagi keluarganya yang bisa menguatkan

setiap anggota keluarga (Santoso, 2009).


2

Definisi Bayi

Bayi adalah individu yang sejak lahir hingga umur 11 bulan yang ditandai

dengan pertumbuhan dan perkembangan fisik yang cepat serta perubahan

kebutuhan nutrisi. Bayi juga merupakan individu yang lemah dan membutuhkan

proses penyesuaian. Bayi perlu dapat melakukan 4 penyesuaian untuk tetap tetap

hidup, yaitu mengatur perubahan suhu, menghisap dan menelan, bernafas dan

buang air kecil/besar. Kesulitan menyesuaikan atau beradaptasi menyebabkan bayi

mengalami penurunan berat badan, keterlambatan perkembangan bahkan bisa

sampai meniggal (Mansur, 2009).

Karakteristik Ibu Bayi

1) Pekerjaan

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, pekerjaan adalah mata

pencaharian, yang dijadikan pokok kehidupan sesuatu yang dilakukan untuk

mencari nafkah. Semakin luas lapangan kerja, semakin menggembirakan

jumlah perempuan yang bekerja, terutama di sektor swasta. Di satu sisi

berpengaruh positif terhadap pertambahan pendapatan, di sisi lain

berdampak negatif terhadap pengasuhan anak (Hidayah etal., 2018).

Hubungan pekerjaan ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar bayi

artinya, jika ibu bekerja untuk mencari nafkah, waktu dan perhatian untuk

membawa bayinya ke tempat pelayanan imunisasi berkurang sehingga

bayinya tidak di imunisasi (Hidayah et al., 2018).


2

2) Paritas

Paritas adalah jumlah anak hidup yang pernah dilahirkan oleh seorang

ibu. Tingkat paritas telah menarik perhatian para peneliti dalam kaitannya

dengan kesehatan ibu dan anak. Misalnya, dikatakan bahwa ibu dengan

berparitas rendah cenderung memiliki kesehatan yang lebih baik dari pada

ibu yang berparitas tinggi. (Mubarok, 2011).

Kategori paritas adalah :

a) Primipara adalah wanita yang pernah melahirkan satu kali.

b) Scundipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi hidup sebanyak

dua kali.

c) Multipara adalah wanita yangpernah melahirkan bayi hidup sebanyak

tiga sampai lima kali.

d) Grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi lebih

dari 5 kali.

Faktor Pemudah

1) Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2018), pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini

terjadi setelah orang mempersepsikan objek tertentu. Persepsi terjadi melalui

indera manusia, yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Kebanyakan dari itu pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga. Pengetahuan atau kognisi merupakan area yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang.

Menurut penelitian Harmasdiani (2015), di Probolinggo yang

menunjukkan bahwa pengetahuan ibu yang rendah memiliki risiko 21 kali

lebih mungkin mengunjungi layanan kesehatan dan memberikan imunisasi

dibandingkan ibu dengan pengetahuan tinggi.


2

Menurut (Notoadmodjo, 2018) tingkat pengetahuan yang dicakup di dalam

domain kognitif memiliki 6 (enam) tingkatan, yaitu:

a) Tahu (Know)

Didefenisikan untuk tingkat pengetahuan ini, materi yang dipelajari

sebelumnya adalah sesuatu yang terpisah untuk diingat dari materi apapun

yang dipelajari atau rangsangan yang diterima, jadi “tahu” adalah tingkat

pengetahuan yang paling rendah.

b) Memahami (Comprehension)

Ini didefenisikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan dan

menafsirkan objek yang sudah dikenal dengan benar.

c) Aplikasi (Appalication)

Didefenisikan sebagai kemampuan menerapkan materi yang dipelajari

pada situasi atau kondisi nyata.

d) Analisis (Analysis)

Didefenisikan sebagai kemampuan untuk menggambarkan bahan atau

objek dalam komponen tetapi masih dalam sturuktur organisasi dan

bagaimanapun saling terikat satu sama lain.

e) Sintesis (Synthesis)

Didefenisikan sebagai suatu kemampuan untuk menyesuaikan atau

menggabungkan bagian-bagian menjadi keseluruhan yang baru.

f) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini mengacu pada kemampuan untuk menalar atau menilai

suatu bahan atau benda.


2

2) Kepercayaan

Menurut Notoatmodjo, (2010), Kepercayaan atau keyakinan, ide dan

konsep tentang objek. Artinya, sebagai keyakinan dan opini atau pemikiran

sendiri tentang objek. Sikap masyarakat terhadap penyakit kusta, misalnya

berarti apa pendapat atau keyakinan seseorang tentang penyakit kusta. Sama

halnya dengan imunisasi, bagaimana pendapat atau keyakinan masyarakat

terhadap imunisasi.

Keyakinan dan perilaku terkait kesehatan ibu juga hal yang penting,

karena pemanfaatan sarana kesehatan anak terkait erat dengan perilaku dan

keyakinan terkait kesehatan ibu dan memengaruhi status imunisasi. Masalah

pemahaman dan keikutsertaan orang tua dalam program imunisasi bukan

menjadi kendala utama jika diberikan pendidikan kesehatan yang memadai.

Peran ibu dalam program imunisasi sangat penting.

Keyakinan juga menjadi faktor dalam kelengkapan imunisasi anak.

Kepercayaan merupakan keyakinan seseorang terhadap sesuatu,dalam hal ini

adalah keyakinan seseorang terhadap imunisasi. Kepercayaan orang tua

terhadap imunisasi cukup rendah, tercermin dari penolakan yang terus

menerus terhadap imunisasi di beberapa daerah. (Novianda & Bagus, 2020)

Faktor Penguat

1) Dukungan Suami

Pemberian imunisasi pada bayi memerlukan dukungan suami untuk

mencapai cakupan imunisasi secara lengkap. Itulah mengapa kita

membutuhkan pernikahan dan keluarga, yang merupakan sumber utama

dukungan sosial. Dukungan sosial seperti informasi verbal/nonverbal,

bantuan aktual atau perilaku yang diberikan oleh individu yang

berpengalaman untuk mempengaruhi perilaku penerima.


2

Menurut Cohen & Syne (1985), mengklasifikasikan dukungan sosial

menjadi empat kategori yaitu:

1. Dukungan informasi (information support), yaitu penjelasan tentang

situasi dan pertanyaan terkait masalah yang dihadapi individu.

Dukungan ini meliputi petunjuk, nasehat, masukan atau penjelasan

tentang bagaimana seharusnya seseorang bersikap.

2. Dukungan instrumental (instrumental support), yaitu bantuan

langsung yang meliputi materi atau peralatan yang diberikan, seperti

misalnya pinjaman uang, pemberian makanan, sarana bermain atau

bantuan lainnya.

3. Dukungan emosional (emotional support) adalah meliputi ungkapan

simpati seperti mendengarkan saran, percaya terhadap apa yang

dikeluhkan, keterbukaan, kemampuan memahami dan

mengungkapkan perhatian dan kasih sayang. Dukungan ini akan

membuat penerima merasa dihargai dan dicintai, aman, nyaman, dan

terjamin.

4. Dukungan penilaian (apprasial support), yaitu dukungan yang

menimbulkan evaluasi positif, perasaan melakukan sesuatu yang

benar, atau interaksi yang menunjukkan perbandingan sosial yang

melepaskan pengetahuan seseorang yang sedang stress.

Hal ini sesuai dengan penelitian Rahmawati & Chatarina (2014),

dimana keluarga merupakan salah satu unit terkecil dari masyarakat yang

terdiri dari kepala keluarga dan anggota keluarga lainnya yang tinggal

dalam satu rumah yang sama karena ikatan darah atau perkawinan, begitu

juga interaksi antara sesama anggota keluarganya yang lainnya.


2

Ketika salah satu anggota keluarga memiliki masalah kesehatan,

anggota keluarga lainnya dapat terpengaruh. Hal ini menjadikan keluarga

sebagai fokus strategis pelayanan kesehatan karena keluarga berperan

besar dalam kaitannya dengan kesehatan umum anggota keluarga dan

masalah- masalah keluarga saling terkait, sehingga keluarga juga dapat

disebut sebagai tempat pengambil keputusan.

2) Dukungan Tenaga Kesehatan

Dukungan dan peran tenaga kesehatan berperan penting dalam

memastikan bayi mendapatkan program pemberian imunisasi dasar secara

lengkap. Oleh karena itu, diperlukan dukungan dan peran tenaga kesehatan

yang optimal dalam pemberian imunisasi sangat diperlukan. Tenaga

kesehatan harus menjaga mutu pelayanan dalam pelaksanaan tugasnya.

Pengertian mutu pelayanan bagi petugas kesehatan dapat melakukan yang

terbaik secara professional untuk meningkatkan kesehatan pasien dan

masyarakat, sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan yang maju, mutu

peralatan yang bermutu dan standar yang baik, serta komitmen dan

motivasi petugas tergantung pada kemampuannya untuk melakukan

tugasnya secara optimal (Falawati, 2020).

Peran petugas sangat penting dalam meningkatkan cakupan imunisasi

dan dalam menginformasikan dan mengedukasi tentang manfaat imunisasi

dan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Untuk mencegah

kesakitan dan kematian, otoritas petugas imunisasi dapat berperan aktif

dalam pelaksanaan imunisasi (Falawati, 2020)


2

Kader kesehatan masyarakat adalah orang yang dipilih oleh masyarakat

yang menangani masalah kesehatan individu dan masyarakat dan bekerja

dalam hubungan yang sangat dekat dengan penyampaian layanan

kesehatan. Dukungan kader juga menjadi salah satu faktor terpenting

dalam pelaksaan kegiatan imunisasi agar kegiatan pelayanan tetap berjalan

(Septianingtyas et al., 2018)

Landasan Teori

Menurut Lawrence W. Green (1980) perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor

utama, yaitu:

1) Faktor-faktor Pemudah (Predisposing Factors)

Faktor-faktor tersebut merupakan faktor yang mempermudah atau

mempengaruhi terjadinya perilaku. Faktor-faktor ini meliputi: pengetahuan,

keyakinan, nilai, sikap masyarakat terhadap kesehatan, keyakinan masyarakat

tentang hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan dan fungsi. Faktor ini lebih

terletak pada individu.

2) Faktor-faktor Pendukung (Enabling Factors)

Faktor-faktor tersebut merupakan faktor yang memungkinkan atau

mempermudah tingkah laku atau perbuatan seseorang. Faktor ini meliputi akses

terhadap sumber daya kesehatan, ketersediaan sumber daya kesehatan, komitmen

masyarakat untuk mengutamakan kesehatan, dan keterampilan tenaga kesehatan

yang bertanggung jawab. Faktor-faktor tersebut pada hakikatnya mendukung atau

memungkinkan terwujudnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan

manusia, sehingga faktor-faktor tersebut disebut juga faktor pendukung.


2

3) Faktor-faktor Penguat (Reinforcing Factors)

Faktor-faktor tersebut merupakan faktor yang mendorong atau

memperkuat terjadinya perilaku kesehatan seseorang. Meskipun orang tahu

mereka sehat, terkadang tidak melakukannya. Faktor-faktor ini meliputi :

dukungan dari keluarga, teman sebaya, guru, pemimpin, petugas kesehatan, tokoh

masyarakat, dan pembuat kebijakan.

Kerangka teori pada penelitian ini menurut Lawrence W. Green (1980) yaitu:

Faktor Predisposisi Pengetahuan Keyakinan


Nilai Sikap
Kepercayaan Kapasitas

Genetik

Faktor Pendukung Ketersediaan Sumber Daya Kesehatan Aksesibilitas Sumber Daya Kesehatan Komunitas

Perilaku Spesipik Baik Dari Individu


Kesehatan
Maupun Organisasi

Lingkungan (Kondisi Kehidupan)


Faktor Penguat
Keluarga Teman Sebaya Guru Karyawan
Penyedia Layanan Kesehatan
Tokoh Masyarakat Pengambil Keputusan

Gambar 2.1 Landasan Teori


Dikutip dari: Lawrence W. Green
(1980)
3

Kerangka Konsep Penelitian

Adapun yang menjadi kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Variabel Bebas Variabel Terikat


Karakteristik Ibu Bayi

1. Pekerjaan
2. Paritas
Pemberian Imunisasi
Faktor Pemudah Dasar Tidak Lengkap
(Kasus)
1. Pengetahuan
2. Kepercayaan
Pemberian Imunisasi
Dasar Lengkap
Faktor Penguat (Kontrol)
1. Dukungan suami
2. Dukungan tenaga kesehatan

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Penelitian Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis yang akan diuji adalah

1) Ada pengaruh antara karakteristik ibu (pekerjaan) dengan pemberian

imunisasi dasar lengkap pada bayi di Puskesmas Sadabuan.

2) Ada pengaruh antara karakteristik ibu (paritas) dengan pemberian

imunisasi dasar lengkap pada bayi di Puskesmas Sadabuan.

3) Ada pengaruh antara faktor pemudah (pengetahuan) ibu dengan

pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi di Puskesmas Sadabuan.


3

4) Ada pengaruh antara faktor pemudah (kenyakinan) ibu dengan

pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi di Puskesmas Sadabuan.

5) Ada pengaruh antara faktor penguat (dukungan suami) ibu dengan

pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi di Puskesmas Sadabuan.

6) Ada pengaruh antara faktor penguat (dukungan tenaga kesehatan) ibu

dengan pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi di Puskesmas

Sadabuan.
METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

observasional analitik dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini dilakukan

dengan desain penelitian case control study. Sebuah studi case control digunakan

sebagai desain penelitian, yang tujuannya adalah untuk menemukan hubungan

seberapa kuat risiko mempengaruhi terjadinya suatu penyakit dengan

mengidentifikasi efek (penyakit) saat ini dan kemudian mengidentifikasi faktor

risiko yang ada atau masa lalu.

Pada penelitian ini faktor risiko meliputi karakteristik ibu, faktor pemudah

dan penguat terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap di Puskemas Sadabuan

yang meliputi pekerjaan, paritas, pengetahuan, kepercayaan,dukungan suami dan

dukungan tenaga kesehatan. Kelompok kasus dalam penelitian ini adalah

kelompok bayi yang pemberian imunisasi dasar tidak lengkap, kelompok kontrol

pada penelitian ini adalah kelompok bayi yang pemberian imunisasi dasar

lengkap. (Hidayat, 2015).

Lokasi dan Waktu

Penelitian Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Sadabuan. Alasan memilih lokasi ini

karena berdasarkan survei awal menemukan bahwa cakupan imunisasi dasar lengkap

pada bayi masih rendah dengan tingkat prevalensi 86,5 persen.

32
3

Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai pada bulan Juni 2022 sampai dengan selesai yaitu

melakukan survei awal, penelusuran kepustakaan, penyusunan proposal, seminar

proposal.

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan yang terdiri dari objek atau subjek yang

memiliki jumlah dan karakteristik tertentu yang ditentukan oleh peneliti untuk

dipelajari dan ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2011). Penelitian ini melibatkan semua

ibu yang memiliki bayi terhadap pemberian imunisasi dasar tidak lengkap di

Puskesmas Sadabuan dengan tujuan mengevaluasi hubungan antara faktor risiko

mengapa kasus terpengaruh sedangkan kontrol tidak terpengaruh.

Sampel Penelitian

Sampel merupakan sebagian kecil dari populasi yang akan diteliti atau

sebagian kecil dari sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut

(Hidayat, 2015). Pada penelitian ini yang menjadi sampel adalah ibu yang

memiliki bayi terhadap pemberian imunisasi dasar tidak lengkap di Puskesmas

Sadabuan. Sampel kontrol dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi

terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap bayi di Puskesmas Sadabuan.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik pengambilan

sampel binomunal proportional.


3

Besar Sampel

Pada studi kasus kontrol dalam penelitian ini besar sampel dihitung

menggunakan rumus sampel Lemeshow sebagai berikut :

𝑛1 = 𝑛2 = 𝑍𝛼 2𝑃𝑄 + 𝑍𝛽 𝑃1𝑄1 + 𝑃2𝑄2


𝑃1 − 𝑃2
Di mana kesalahan tipe I ditetapkan 5 persen sehingga nilai tingkat kemaknaan

(Zα) adalah 1,96, kesalahan tipe II ditetapkkan 20 persen maka nilai power

penelitian (Zβ) adalah 0,84

P2 = Proposi pajanan pada kelompok kontrol 0,5 (estimasi maksimal)

Q2 = 1 - 0,5
= 0,5

P1-P2 = Selisih proporsi pajanan minimal yang dianggap bermakna,ditetapkan


sebesar 0,15

P1 = P2 + 0,15
= 0,5 + 0,15
= 0,65

Q1 = 1 - P1
= 1 - 0,65
= 0,35

𝑃1 + 𝑃2
𝑃=
2
0,65 + 0,5
𝑃=
2

𝑃 = 0,575

Q = 1-P
= 1-0,575
= 0,425

sehingga:
2
𝑍𝛼 2𝑃𝑄 + 𝑍𝛽 𝑃1𝑄1 + 𝑃2𝑄2
𝑛1 = 𝑛2 = 𝑃1 − 𝑝2
2
1,96 2𝑥0,575𝑥0,425 + 0,84 0,65𝑥0,35 + 0,5𝑥0,5
𝑛1 = 𝑛2 = 0,65 − 0,5
𝑛1 = 𝑛2 = 73,49 (dibulatkan 74)
3

Keterangan :

N1 dan N2 : Jumlah sampel untuk masing-masing kelompok

𝑍𝛼 : Nilai Z untuk 𝛼 = 0,05, 𝑍𝛼 = 1,96

𝑍𝛽 : Nilai Z untuk 𝛽 = 0,2, 𝑍𝛽 = 0,84

P1 : Proporsi pemberian imunisasi tidak lengkap pada kelompok

kasus

P2 : Proporsi pemberian imunisasi lengkap pada kelompok

kontrol Berdasarkan perhitungan besar sampel di atas dibutuhkan minimal

74

orang untuk setiap kelompok. Sebagai perbandingan, rasio kelompok kasus

dengan kelompok kontrol adalah 1 : 1. Jadi total sampel penelitian ini adalah 148

responden. Penentuan sampel yang akan di pilih menggunakan purposive

sampling yaitu teknik pengambilan sampel ini dilakukan oleh peneliti sendiri

berdasarkan ciri atau sifat populasi yang telah diketahui sebelumnya.

Kriteria inklusi kasus dan kontrol

1) Ibu yang memiliki bayi usia 12-18 bulan karena untuk melihat kelengkapan

imunisasi dasar balita.

2) Memiliki buku KIA yang lengkap dan aktif dalam kegiatan posyandu.

3) Ibu bersedia menjadi responden.

Sedangkan kriteria ekslusi sampel adalah :

1) Ibu dari bayi yang t idak berdomisili di wilayah kerja Puskesmas

Sadabuan Kota Padangsidimpuan.

Metode Pengumpulan Data

Jenis data pada penelitian ini terdiri dari dua jenis data: data primer dan data

skunder. Data primer merupakan informasi/ data yang diperoleh melalui

pengumpulan penyebarankuesioner yang dibuat oleh peneliti. Data sekunder

merupakan data yang diperoleh daricatatan Puskesmas Sadabuan Kecamatan


3

Padangsidimpuan Utara dan Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan.


3

Definisi Operasional dan Pengukuran

Variabel Definisi Operasional

Adapun definisi operasional dari penelitian ini adalah :

1) Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden tentang

imunisasi dasar lengkap pada bayi meliputi pengertian imunisasi, jenis-

jenis imunisasi dasar, jadwal pemberian imunisasi, manfaat imunisasi,

tujuan pemberian imunisasi.

2) Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan secara teratur oleh responden

yang mendapat imbalan atas hasil pekerjaanya sehari-hari.

3) Kepercayaan adalah pemikiran responden atau sesuatu yang diyakini

responden untuk imunisasi dasar lengkap.

4) Paritas adalah jumlah anak masih hidup yang dimiliki responden dalam

penelitian ini.

5) Dukungan suami adalah dorongan yang diberikan oleh suami kepada ibu

untuk memberikan imunisasi dasar lengkap kepada bayinya, dimulai

dengan memberi izin sampai dengan mengantar ibu ke pelayanan

kesehatan

6) Dukungan tenaga kesehatan adalah peran, motivasi dan pelayanan yang

diberikan tenaga kesehatan dalam memberian imunisasi dasar lengkap

pada bayi.

7) Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi pertama pada bayi yang baru

lahir sampai dengan usia satu tahun dan disesuaikan dengan waktu untuk

memberikan kekebalan pada bayi.


3

Pengukuran Variabel

Adapun pengukuran variabel dalam penelitian ini terdapat pada Tabel 3.1
yaitu
: Tabel 3.1 Pengukuran Variabel

No. Variabel Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur


1. Pengetahuan 10 Kuesioner Baik : menjawab ≥ 50 % dari Ordinal
seluruh pertanyaan
5-10
Kurang : < 50% dari seluruh
pertanyaan 1-4
2. Pekerjaan Kuesioner - Bekerja Nominal
- Tidak bekerja

3. Kepercayaan 5 Kuesioner - Baik: menjawab ≥ 50 % Ordinal


dari seluruh pertanyaan 3-5
- Kurang: < 50% dari seluruh
pertanyaan 1-2
4. Paritas Kuesioner - 1 anak Ordinal
- > 1 anak

5. Dukungan 5 Kuesioner - Baik : ≥ 50 % dari seluruh Ordinal


suami pertanyaan 3-5
- Kurang: < 50 % dari seluruh
pertanyaan 1-2
6. Dukungan 4 Kuesioner - Baik : ≥ 50 % dari seluruh Ordinal
tenaga pertanyaan 2-4
Kesehatan - Kurang: < 50 % dari seluruh
pertanyaan 1

7. Pemberian Buku KIA - Sesuai(Lengkap,waktu sesuai) Nominal


Imunisasi - Tidak sesuai (Lengkap dengan
Dasar tidak lengkap, waktu tidak
kap sesuai)

Metode Analisis Data

Metode analisis data dilakukan sebagai berikut :

1) Analisis Univariat

Analisis data secara univariat memberikan gambaran mengenai distribusi

frekuensi responden. Analisis ini digunakan untuk memberikan gambaran masing

- masing variabel independen/ bebas yaitu karakteristik ibu bayi, faktor

pendukung
3

(pengetahuan dan kepercayaan) dan faktor penguat (dukungan suami dan

dukungan tenaga kesehatan) terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap di

Puskesmas Sadabuan.

2) Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan dengan uji chi square untuk menguji hipotesis

pengaruh karakteristik ibu bayi, pengetahuan, kepercayaan, dukungan suami dan

tenaga kesehatan terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap di Puskesmas

Sadabuan.

Keputusan untuk menerima hipotesis penelitian didasarkan pada tingkat

signifikansi (nilai p) adalah :

a) Jika nilai p > 0,05 maka hipotesis penelitian ditolak.

b) Jika nilai p < 0,05 maka hipotesis penelitian diterima.

3) Analisis Multivariat

Analisis multivariat digunakan untuk menilai pengaruh secara bersama-

sama variabel bebas (pengetahuan, pekerjaan, kepercayaan, paritas, dukungan

suami dan dukungan tenaga kesehatan) terhadap variabel terikat (imunisasi

lengkap atau tidak lengkap), dan variabel bebas yang paling besar pengaruhnya

terhadap variabel terikat dengan menggunakan uji regresi logistik ganda. Analisis

regresi logistik untuk menjelaskan pengaruh beberapa variabel bebas secara

bersamaan dengan variabel terikat. Prosedur yang dilakukan terhadap uji regresi

logistik, apabila masing-masing variabel bebas dengan hasil menunjukkan nilai p

< 0,25 pada analisis bivariat maka variabel tersebut dapat dilanjutkan dalam

model multivariat.
4

Semua kandidat variabel yang dimasukkan bersama-sama digunakan

sebagai model dengan hasil menunjukkan nilai p < 0,05. Variabel yang dipilih

dimasukkan kedalam model dan nilai p yang tidak signifikan berturut-turut

dikeluarkan dari model nilai p tertinggi, uji Regresi Logistik Berganda (Multiple

Logistik Regression), dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

1
𝑃 (𝑋) =
1 + 𝑒− (𝑎+𝛽1𝑋1+𝛽2𝑥2+⋯𝛽𝑖𝑋𝑖)
Keterangan:

P (X) : Probabilitas Individu Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap

Bo : Koefisien Regresi

X1 : Pekerjaan

X2 : Paritas

X3 : Pengetahuan

X4 : Kepercayaan

X5 : Dukungan suami

X6 : Dukungan tenaga kesehatan


Daftar Pustaka

Arianti, W. I. (2017). Pengaruh Faktor Predisposisi, Pendukung dan Pendorong


Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi di Wilayah
Kerja Puskesmas Sei Apung Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan.

Azis, A., Nurbaya, S., & Sari, A. P. 2020. Pattingalloang. 15, 168–174. Budastra,
I. K. (2020). Dampak Sosial Ekonomi COVID-19 dan Program Potensial
Untuk Penanganannya : Studi Kasus Di Kabupaten Lombok Barat. Jurnal
Agrimansion, 20(1), 48–57.

Budiarti. (2019). Hubungan faktor Pendidikan ,pekerjaan, Sikap Dan Dukungan


keluarga Terhadap Imunisasi Imunisasi dasar di Kelurahan Kenjeran
Surabaya. Journal Kesehatan Masyarakat Stikes Hang Tuah Surabaya

Cohen, S., & Syne, S. (1985). Social support and health. London: Academic Press
Inc.

Dinengsih, S. and Hendriyani, H. (2018) ‘Hubungan Antara Pendidikan,


Pengetahuan, Dukungan Keluarga Dan Peran Tenaga Kesehatan Dengan
Kepatuhan Ibu Dalam Melakukan Imunisasi Dasar Pada Bayi Usia 0-12
Bulan Di Desa Aweh Kabupaten Lebak Provinsi Banten’, Jurnal Kesehatan
Kusuma Husada, pp. 202–212. doi: 10.34035/jk.v9i2.281.

Diharja, N. U., Syamsiah, S., & Choirunnisa, R. 2020. Pengaruh Pandemi Covid
19 Terhadap Kunjungan Imunisasi Di Posyandu Desa Tanjungwangi
Kecamatan Cijambe Tahun 2020. Asian Research Midwifery and Basic
Science Journal, 1(1), 60–72.

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. (2020). Profil kesehatan Provinsi


Sumatera Utara Tahun 2020. Diakses dari
http://dinkes.sumutprov.go.id/v2/download.html

Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan. (2018). Profil kesehatan Kota


Padangsidimpuan Tahun 2017. Diakses dari
https://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KAB_KOT
A_2017/1277_Sumut_Kota_Padang_Sidempuan_2017.pdf

Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan. (2020). Profil kesehatan Kota


Padangsidimpuan Tahun 2020. Diakses dari
https://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KAB_KOT
A_2017/1277_Sumut_Kota_Padang_Sidempuan_2020.pdf

Falawati, W. F. 2020. Hubungan Status Imunisasi Dan Peran Petugas Imunisasi.


Dengan Kejadian Campak Di Kabupaten Muna. Midwifery Journal: Jurnal

Febrianti, T., & Efendi, R. (2019). Faktor Determinan Pemberian Imunisasi


Dasar Lengkap Balita Di Kecamatan Padarincang 2017. VISIKES: Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 18(2), Article 2. Diakses dari
http://publikasi.dinus.ac.id/index.php/visikes/article/view/2779

41
4

Girmay dan Dadi. (2019). Faktor-faktor yang berhubungan dengan imunisasi dasar
lengkap di Ethiopia.

Green, Lawrence, 1980. Health Education: A Diagnosis Approach, The John


Hopkins University, Mayfield Publishing Co.

Haris, R. W. (2018). Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi DPT Dengan


Kelengkapan Imunisasi DPT Pada Bayi Usia 4-12 Bulan Di Wilayah Kerja
Puskesmas Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2018.

Harlan T. (2019). Analisis Pelaksanaan Program Imunisasi Dasar Lengkap di


Puskesmas Kalangan Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah
Tahun 2019.

Harmasdiyani, R. 2015. Faktor yang Memengaruhi Kepatuhan Ibu Melaksanakan


Imunisasi Dasar Lengkap pada Baduta. Studi di Puskesmas Kanigaran Kota
Probolinggo. Jurnal Berkala Epidemiologi Volume 3, Nomor 3, 304-314.
www.e-journal.unair.ac.id

Hidayah, N., Sihotang, H. M., & Lestari, W. 2018. Faktor Yang Berhubungan
Dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi Tahun 2017.
Jurnal Endurance, 3(1), 153. Diakses dari
https://doi.org/10.22216/jen.v3i1.2820

Hidayat, S. S. dkk. (2015). Panduan Penulisan Skripsi Sarjana, Edisi Revisi – Juli
2015. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha

Hidayat, A. A. (2017). Metodologi Penelitian Keperawatan dan Kesehatan (A.


Suslia & T. Utami, eds.). Penerbit Salemba Medika.

IDAI. 2020. Jadwal imunisasi anak umur 0-18 tahun, rekomendasi Ikatan Dokter
Anak Indonesia (IDAI), tahun 2020 (p. 2020).

Igiany, P. D. (2019).. Hubungan dukungan keluarga dengan kelengkapan


imunisasi dasar. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Berkala 67-75.

Irawati, N. A. V. (2020). Imunisasi Dasar dalam Masa Pandemi Covid-19. Jurnal


Kedokteran Universitas Lampung, 4(2), 205-210.

Kemenkes RI. (2018). Panduan Imunisasi Dasar Lengkap yang Perlu


Diperhatikan Orangtua. SehatQ. Diakses 18 Juli 2022 dari
https://www.sehatq.com/artikel/jadwal-imunisasi-dasar-lengkap

Kemenkes Indonesia. (2020). Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi Pada Masa


Pandemi COVID-19. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Diakses
14 Juli 2022 dari
https://www.google.com/url?sa=t&soutce=web&rct=j&url=http://infeksiem
erging.kemenkes.go.id/download/final_juknis_pelayanan_Imunisasi_pada_
masa_pandemi_COVID-19.
4

Kemenkes Indonesia. (2020). Petunjuk Teknis Pelayanan Puskesmas Pada Masa


Pandemi COVID-19. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Kemenkes RI. (2020). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019. Kemenkes RI.

Kemenkes RI. (2021). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2020. Kemenkes RI.

Nursalam. 2016. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis


Edisi.4. Jakarta : Salemba Medika.

Novianda, D. G., & Mochammad Bagus, Q. (2020). Faktor yang Berhubungan


dengan Perilaku Ibu dalam Pemenuhan Imunisasi Dasar. Journal of Health
Science and Prevention, 4(2) : 125–133.

Notoatmodjo S. Metodologi penelitian kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta; 2010.

Notoatmodjo S. 2018. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Mansur, 2009. Psikologi Ibu & Anak untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Maryanti, dkk. Buku ajar neonatus, bayi & balita. Jakarta: CV Trans Info Media;
2011.

Mubarak, Wahit Iqbal. Promosi kesehatan untuk kebidanan. Jakarta: Salemba


Medika; 2011.

Mulyani, NS., dan Rinawati, M. 2018. Imunisasi Untuk Anak. Jogjakarta: Nuha
Medika. Mulyanti, Y. 2013

Muslihatun W (2010). Asuhan neonatus bayi dan balita. Yogyakarta: Fitramaya;


2010

Permenkes. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12


Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi.

Puskesmas Sadabuan. (2020). Laporan bulanan imunisasi rutin bayi puskesmas


Tahun 2020. Diakses dari http://www.puskesmas.sadabuan.co.id

Rahmawati, Adzaniyah I dan Chatarina UW. 2014. Faktor yang Mempengaruhi


Kelengkapan Imunisasi Dasar di Kelurahan Krembangan Utara. Jurnal
Berkala Epidemiologi, Vol.2, No. 1, pp. 59-70

Rakhmawati, N., Utami, R. D. P., & Mustikarani, I. K. 2020. Faktor-Faktor yang


Mempengaruhi Kelengkapan Imunissai Dasar Bayi Di Posyandu Balita
Kalinga Kelurahan Bayuanyar Surakarta. 8(2), 74–86.

Santoso S. (2009). Kesehatan dan Gizi. Jakarta : Rineka Cipta; 2009

Septianingtyas, W. R., Ady, S., & Ristya, W. (2018). Pengaruh Dukungan Kader
dalam Imunisasi Dasar Lengkap di wilayah kerja Puskesmas Jelbuk dan
Klatakan, Kabupaten Jember. Multidisciplinary Journal, 1(1), 21–24.
4

Simanjuntak, S. M., & Nurnisa, I. N. (2019). Peningkatan Pengetahuan dan Sikap


Ibu Tentang Imunisasi dengan Pendekatan Promosi Kesehatan Tentang
Imuniasi Dasar. Media Karya Kesehatan, 2(1), Article 1. Diakses dari
https://doi.org/10.24198/mkk.v2i1.21275

Sugiyono (2011). Metode penelitian kuntitatif kualitatif dan R&D. Alfabeta

Sukidin & Mundir (2005). Metode Penelitian: Membimbing dan Mengantar


Kesuksesan Anda dalam Dunia Penelitian, Surabaya: Insan Cendekia.

Yuliana, Y., & Sitorus, S. (2018). Faktor yang Berhubungan Dengan Pemberian
Imunisasi Dasar Lengkap di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Area. Jurnal
Kesehatan Global, 1(3), 137-143.

UNICEF. 2020. Laporan UNICEF tentang mitos atau fakta tentang imunisasi.
Diakses dari
https://www.unicef.org/indonesia/id/cerita/mitos-atau-fakta-tentang-imunisasi

WHO. (2018). Deafness and hearing loss. Diakses 24 Juni 2022 dari
https://www.who.int/docs/default-source/gho-documents/world-health-
statistic-reports/6-june-18108-world-health-statistics-2018.pdf.

WHO. 2020. Pelayanan kesehatan berbasis komunitas, termasuk penjangkauan


dan kampanye, dalam konteks pandemi COVID-19.
4

Lampiran 1

KUESIONER PENELITIAN
PENGARUH KARAKTERISTIK IBU, FAKTOR PEMUDAH DAN FAKTOR
PENGUAT TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP
PADA BAYI DI PUSKESMAS SADABUAN

1. Isilah data-data saudara sesuai dengan keadaan sekarang


a. Nama :
b. Alamat :
c. Pekerjaan :
d. Paritas :

2. Jawablah pertanyaan berikut dengan memberikan tanda ceklis () pada jawaban
yang menurut saudara benar.

Pertanyaan tentang Pengetahuan dalam Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi

Jawaban
No Pertanyaan
Benar Salah

1. Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan


tubuh bayi dan anak
2. Pemberian imunisasi bertujuan untuk mencegah
terjadinya penyakit tertentu pada bayi dan anak
3 Pemberian imunisasi dasar lengkap harus
diberikan sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan
4 Imunisasi dasar yang harus diberikan pada bayi
yaitu, Hep-B, BCG, DPT-HB, polio.
5 Imunisasi bermanfaat untuk mencegah kecacatan
dan kematian pada bayi
6 Imunisasi HB-0 diberikan pada bayi segera setelah
bayi lahir
7 Imunisasi DPT-HB diberikan pada umur 2-12
bulan sebanyak 3 kali
8 Imunisasi polio diberikan melalui mulut pada bayi
umur 2 -11 bulan sebanyak 3 kali
9 Imunisasi campak diberikan pada bayi mulai
berumur 9 bulan
10 Imunisasi BCG diberikan 2 kali pada bayi
umur 1-11 bulan
4

Pertanyaan tentang Kepercayaan dalam Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi

Jawaban
No Pertanyaan
Benar Salah

1. Pemberian imunisasi bisa menyebabkan anak sakit

2. Dengan imunisasi anak tidak akan terkena penyakit

3 Vaksin imunisasi terbuat dari bahan yang haram

4 Anak yang sakit flu tidak boleh diimunisasi

5 Pemberian imunisasi membuat anak yang sehat


menjadi sakit

Pertanyaan tentang Dukungan Suami

Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tidak

Apakah suami mengijinkan ibu untuk


mengimunisasi bayi ibu
1. Alasannya :

Apakah suami menganjurkan agar bayi


dibawa untuk imunisasi
2.
Alasannya :

Apakah suami memberikan dukungan untuk


mengimunisasi bayi
3
Alasannya :

Apakah ada suami yang mengingatkan tentang


waktu imunisasi
4
Alasannya :

Apakah suami menemani ke sarana pelayanan


kesehatan untuk mengimunisasi bayi
5
Alasannya :
4

Pertanyaan tentang Dukungan Tenaga Kesehatan

Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tidak

Tenaga kesehatan pernah memberi penyuluhan


tentang imunisasi
1.
Alasannya :

Tenaga kesehatan memberi penjelasan yang mudah


dimengerti tentang imunisasi
2. Alasannya :

Tenaga kesehatan selalu mengingatkan kepada ibu


untuk melakukan imunisasi pada bayi
3 Alasannya :

Tenaga kesehatan selalu ada disaat ibu datang


mengimunisasikan bayi ibu.
4
Alasannya :

Pertanyaan tentang Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap

Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tidak

Apakah ibu memberikan imunisasi dasar lengkap


kepada bayi?
1.
Alasannya :
4

Pertanyaan diatas dadapat dilihat melalui cakupan imunisasi dibawah ini dengan

melihat Kartu Menuju Sehat (KMS) Bayi :

Imunisasi Bulan
Lahir 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Hepatitis
B
Polio
BCG
DPT
Campak
Alasannya

(Catatan : Hepatisis B 1 kali, Polio 4 kali, BCG 1 kali, DPT 3 kali, Campak 1 kali)
4

Lampiran 2 Surat Izin Survei Awal


5
5
5

Lampiran 3. Dokumentasi

Photo Bersama Ibu Kapus Sadabuan Wawancara degan pemegang program


imunisasi Puskesmas Sadabuan
5

Wawancara degan ibu bayi di Puskesmas Sadabuan

Anda mungkin juga menyukai