Kota Ternate merupakan salah satu kabupaten endemis Demam Berdarah
Dengue (DBD) di Provinsi Maluku. Tahun 2015, Kasus DBD di Kota Ternate adalah 45 kasus dengan 1 orang meninggal. Sedangkan pada Tahun 2016, kasus DBD mengalami peningkatan yaitu sebanyak 129 kasus dengan 7 orang meninggal. Kejadian kasus DBD di Kota Ternate sudah mencapai tahap yang mengkhawatirkan.
……………………………………………………
B. TUJUAN
Tersedianya informasi tentang ekologi dan vektor dalam rangka penyelidikan
epidemiologi KLB DBD, dengan melakukan : • Habitat perkembangbiakan potensial jentik Aedes. • Kepadatan vektor • Perubahan pola adaptasi Ae. aegypti
C. METODOLOGI
a. Lokasi dan Waktu Penelitian
Pengambilan sampel telur nyamuk Aedes sp. dilakukan pada .........
b. Penangkapan Larva Nyamuk
Keberadaan jentik dilakukan dengan melakukan survei dan penangkapan jentik di setiap rumah (bak mandi, vas bunga, ember, tempayan, dsb.) sampel dan di lingkungan di sekitar rumah terutama pada tempat-tempat penampungan air umum (selokan, ban bekas, botol bekas, dsb) dan alami (tempurung kelapa, genangan di tanah, potongan bambu, ketiak tanaman, dsb). Metode survei jentik yang digunakan menerapkan metode single larva. Metode ini dilakukan dengan mengambil satu jentik di setiap tempat genangan air yang ditemukan jentik untuk diidentifikasi lebih lanjut. Survei jentik dilakukan dengan cara sebagai berikut: • Penangkapan jentik dilakukan pada tempat penampungan dan keadaan tempat perindukan. Semua tempat atau bejana yang dapat menjadi
tempat perkembangbiakan nyamuk Ae. albopictus diperiksa (dengan mata
telanjang) untuk mengetahui ada tidaknya jentik. • Untuk memeriksa tempat penampungan air yang berukuran besar, seperti: bak mandi, tempayan, drum dan bak penampungan air lainnya. Jika pada pandangan (penglihatan) pertama tidak menemukan jentik, tunggu kira-kira ½-1 menit untuk memastikan bahwa benar jentik tidak ada. • Untuk memeriksa tempat-tempat perkembangbiakan yang kecil, seperti: vas bunga/pot tanaman air/botol yang airnya keruh, seringkali airnya perlu dipindahkan ke tempat lain. • Untuk memeriksa jentik di tempat yang agak gelap, atau airnya keruh, biasanya digunakan senter. • Pemeriksaan jentik dan identifikasi spesies Aedes. • Menghitung jumlah jentik untuk masing-masing spesies yang ditemukan. • Tiap kelurahan sampel yang diambil sebanyak 100 sampel. Jika jumlah rumah kurang, maka dilakukan pengamatan secara menyeluruh.
Parameter-parameter yang dipakai untuk mengetahui kepadatan jentik Ae.
aegypti yaitu : 1) Angka Bebas Jentik (ABJ): Jumlah rumah/bangunan yang tidak ditemukan jentik x 100% Jumlah rumah/bangunan yang diperiksa
2) House Index (HI):
Jumlah rumah/bangunan yang ditemukan jentik x 100% Jumlah rumah/bangunan yang diperiksa
3) Container Index (CI):
Jumlah container dengan jentik x 100% Jumlah container yang diperiksa
4) Breteau Index (BI):
Jumlah container dengan jentik dalam 100 rumah/bangunan
Container adalah tempat atau bejana yang dapat menjadi tempat
berkembang-biaknya nyamuk Ae. aegypti. Angka Bebas Jentik (ABJ) dan House Index lebih menggambarkan luasnya penyebaran nyamuk disuatu wilayah.
D. HASIL KEGIATAN
1. Angka jentik (larval index)
Tabel 1. Angka jentik (larval index) di Kelurahan Dufa-Dufa, Kota Ternate,
Maluku Utara.
Angka Bebas Jentik House Index Container Index Breteau Index