Anda di halaman 1dari 7

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

Prosedur Operasional Standar Departemen Parasitologi


Pemeriksaan Jentik Nyamuk Aedes sp
Tanggal Terbit No Revisi : Halaman :

I. SOP Pemeriksaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti (Survei Larva)

Latar Belakang :
Pemantauan kepadatan populasi Aedes aegypti merupakam hal yang penting untuk
meningkatkan kewaspadaan wabah DB / DBD. Pengukuran kepadatan populasi dilakukan
dengan cara survei larva. Pada survei larva, semua tempat atau bejana yang dapat menjadi
tempat berkembang biak nyamuk Aedes aegypti diperiksa untuk mengetahui ada atau
tidaknya larva.

Tujuan :
Setelah melakukan pemeriksaan jentik nyamuk Aedes aegypti, mahasiswa mampu :
- Mengetahui cara serta langkah-langkah pemeriksaan jentik nyamuk melalui
metode visual dan metode single larva
- Melakukan pengamatan serta simulasi secara langsung cara pemeriksaan jentik
nyamuk dengan metode visual
- Mengetahui tentang indeks larva untuk menggambarkan kepadatan jentik nyamuk,
yaitu Angka Bebas Jentik (ABJ), House Index (HI), Container Index (CI), Breteau
Index (BI)

Pelaksanaan : di Modul IKM (KKD 3) Semester 6/7

Bahan yang dibutuhkan untuk melakukan Survei larva:


1. Senter untuk menerangi sasaran survei (larva)
2. Petri dish untuk pemeriksaan larva
3. Kertas label untuk pemberian etiket
4. Formulir survei larva
5. Alat tulis
6. Kertas tissue untuk membersihkan kaca benda
7. Kompound miskroskop untuk memeriksa larva
8. Pipet untuk mengambil larva
9. Botol kecil untuk wadah larva

Prosedur
Single Larva Methode dan Metode Visual
Langkah kerja pemeriksaan jentik nyamuk dengan metode visual adalah:
1. Memeriksa setiap kontainer yang sudah ditentukan secara random sebelumnya.
2. Mengamati setiap kontainer yang ditemukan dengan menggunakan senter, apakah di
dalam kontainer tersebut terdapat jentik nyamuk.
3. Mencatat setiap kontainer yang ada, serta kontainer yang ditemukan jentik nyamuk di
dalamnya.
4. Setelah dilakukan pencatatan tersebut, dilanjutkan dengan melakukan perhitungan CI
untuk mengetahui kepadatan jentik.

Definisi Kontainer
Kontainer merupakan semua tempat/wadah yang dapat menampung. Dalam
container seringkali ditemukan jentik nyamuk karena biasanya digunakan untuk
perindukan telurnya. Misalnya saja nyamuk Aedes aegypti menyukai kontainer yang
menampung air jernih yang tidak langsung berhubungan langsung dengan tanah dan
berada di tempat gelap sebagai tempat perindukan telurnya. (Dinkes DKI Jakarta, 2003)

Menurut Dinas Kesehatan DKI Jakarta (2003), tempat perindukan nyamuk Aedes
aegypti dibedakan menjadi 3, yaitu:
1. Tempat penampungan air (TPA), yaitu tempat untuk menampung air guna keperluan
seharihari seperti tempayan, bak mandi, bak WC, ember, dan lainlain.
2. Bukan TPA, seperti tempat minum hewan peliharaan, barangbarang bekas (ban
bekas, kaleng bekas, botol, pecahan piring/gelas), vas bunga, dll.
3. Tempat penampungan air alami (natural/alamiah) misalnya tempurung kelapa,
lubang di pohon, pelepah daun, lubang batu, potongan bambu, kulit kerang dll.
Kontainer ini pada umumnya ditemukan diluar rumah.
Gambar 1. Perbedaan nyamuk Anopheles, Aedes dan Culex
Angka Kepadatan Jentik
Dalam pelaksanaannya, survei dapat dilakukan dengan menggunakan 2 metode
(Depkes RI, 2005), yakni :
1. Metode Single Larva (Single Larval Method)
Survei ini dilakukan dengan cara mengambil satu jentik disetiap tempat-
tempat yang menampung air yang ditemukan ada jentiknya untuk selanjutnya
dilakukan identifikasi lebih lanjut mengenai jenis jentiknya. Bila hasil identifikasi
menunjukkan adanya larva Aedes aegypti, maka seluruh larva yang ada dinyatakan
sebagai larva Aedes aegypti. Survei ini hanya dilakukan pada survei pendahuluan
untuk memperoleh data dasar.
Dari hasil survei secara Single Larval Method, maka dapat diketahui :
a. Macam TPA (Tempat Penampungan Air), Non TPA dan kontainer alamiah
yang ada.
b. Macam bahan, volume, letak, pencahayaan, penutup, asal air dan jenis larva
yang ada dari kontainer.
c. Macam TPA, Non TPA dan kontainer alamiah yang dominan berdasarkan
point 2 dan macam TPA, Non TPA dan kontainer alamiah yang potensial.
d. Dari hal-hal yang didapatkan pada poin 1, 2 dan 3 dapat direncanakan
pemberian pesan khusus cara pelaksanaan yang diperkirakan dapat dilakukan
oleh masyarakat untuk Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN).
e. Indeks-indeks larva.

2. Metode Visual
Survei ini dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya larva di setiap tempat
genangan air tanpa mengambil larvanya dan kemudian dilakukan pencatatan. Survei
ini dilakukan pada survei lanjutan untuk memonitor indeks-indeks larva atau untuk
menilai hasil Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN) yang telah dilakukan.

Setelah dilakukan survei dengan metode diatas, pada survei jentik nyamuk Aedes aegypti
akan dilanjutkan dengan pemeriksaan kepadatan jentik dengan ukuran sebagai berikut:
a. Angka Bebas Jentik (ABJ) / Larva Free Index adalah persentase rumah dan atau
tempat umum yang tidak ditemukan jentik pada saat pemeriksaan jentik.

Jumlah rumah/bangunan yang tidak ditemukan jentik


ABJ = X 100 %
Jumlah rumah/bangunan yang diperiksa
b. House Index (HI) adalah jumlah rumah positif jentik dari seluruh rumah yang
diperiksa.
Jumlah rumah yang positif jentik
HI = X 100 %
Jumlah rumah yang diperiksa
c. Container Index (CI) adalah jumlah kontainer yang ditemukan larva dari seluruh
kontainer yang diperiksa
Jumlah kontainer yang positif jentik
CI = X 100 %
Jumlah kontainer yang diperiksa

d. Breteu Index (BI) adalah jumlah kontainer dengan larva dalam seratus rumah.

Jumlah kontainer yang positif jentik


BI = X 100 %
Jumlah rumah yang diperiksa

Tabel 1. Larva Index


Container Index
Density figure (DF) House Index (HI) Breteau Index (BI)
(CI)
1 13 1-2 1-4
2 47 3-5 59
3 8 17 6-9 10 19
4 18 28 10 -1 4 20 34
5 29 37 15 20 35 -49
6 38 49 21 - 27 50 74
7 50 -59 28 - 31 75 99
8 60 76 32 40 100 199
9 >77 >41 >200
Sumber: WHO (1972)

Keterangan Tabel :
DF = 1 = kepadatan rendah
DF = 2-5 = kepadatan sedang
DF = 6-9 = kepadatan tinggi.

Berdasarkan hasil survei larva dapat ditentukan Density Figure. Density Figure
ditentukan setelah menghitung hasil HI, CI, BI kemudian dibandingkan dengan tabel
Larva Index. Apabila angka DF kurang dari 1 menunjukan risiko penularan rendah, 1-5
resiko penularan sedang dan diatas 5 risiko penularan tinggi.

Anda mungkin juga menyukai