Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM PENGENDALIAN VEKTOR

FOGGING

NAMA : NURUL ALIF KHOFIFAH

NIM : J410170065

SHIFT :E

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2018
A. ALAT DAN BAHAN
1. ALAT
a) Fog Machine / fog generator dan kelengkapannya
b) Jerican plastic vol 20 Liter
c) Jerican plastic vol 50 Liter
d) Alat Penakar 1 Liter
e) Ember Plastik
f) Aalat Pelindung Diri
g) Alat Tulis
h) Metran hygrometer
i) Anemometer
2. BAHAN
a) Pestisida cair
b) Bahan pelarut (solar)
c) Bahan bakar (bensin)
d) Batu baterai (4 buah)
e) Serbet
f) Sabun cuci
g) Pewarna Minyak
h) Kertas saring wathman
B. CARA KERJA

Satu persatu dari mahasiswa menghidupkan mesin dengan cara memutar


tombol on/off menjadi on dan memutar kran bensin ke arah kiri dan kemudian
menarik pompa sampai mesin berbunyi dan mengeluarkan asap. Atur kran bensin
ke arah kanan saat asap dari mesin Thermal Fog sudah berhenti atau tidak lagi
mengeluarkan asap.

Angkat atau gendong Thermal Fog Machine kemudian arahkan moncong


mesin atau nozzle ketempat –tempat yang akan di fogging. Pada saat melakukan
fogging diusahakan membentuk sudut lancip, jadi moncong mesin lebih rendah
dari bagian mesin yang berada di samping tubuh. Agar larutan turun ke arah
moncong.

Selanjutnya memperhatikan arah mata angin, pengasapan atau fogging


dilakukan searah dengan mata angin. Maka jika arah mata angin menuju timur
maka nozzle atau moncong mesin diarahkan ke arah timur dan melakukan
pengasapan dari belakang ke depan.

Kemudian putar kran bensin ke arah kiri untuk mengatur asap agar keluar
lagi dari moncong mesin. Kemudian putar kran bensin ke arah kanan untuk
mengurangi asap dan mengurangi asap yang keluar dari moncong mesin.

Jika target fogging sudah selesai, tutup kran ke arah kanan sehingga asap
tidak lagi keluar dari ujung moncong mesin dan kemudian mematikan Thermal
Fog Machine dengan cara menutup kran bahan bakar.

Pada saat melakukan Praktikum Fogging menggunakan Thermal Fog


Machine, kendala sering terjadi dimulai dari awal dimana saat memompa bulb
atau pompa sampai mesin tersebut menyala, namun sampai beberapa kali
terkadang mesing belum nyala atau nyala namun tidak mengeluarkan asap.

Ketika sudah dipompa dan berhasil menyala, mesin Thermal Fog tersebut
tidak mengeluarkan banyak asap. Bahkan ketika sudah tiga kali digunakan, mesin
tersebut tidak mengeluarkan asap sama sekali sehingga kami hanya bisa
menyalakan mesin tanpa melakukan fogging dengan asap.

Atas terjadinya kendala tersebut kami menyalakan mesin dan melakukan


Praktikum Pengendalian Vektor Fogging tanpa adanya asap yang keluar dari
Thermal Fog Machine tersebut yang kemungkinan dikarenakan habisnya pestisida
atau bensin. Yang mana karena telah digunakan oleh beberapa shift praktikum
sebelumnya, sehingga kemungkinan bahan bakar terkuras habis pada saat
praktikum shift kami.

Pada saat melakukan fogging ada 4 orang yang bekerja dengan satu
sebagai pembawa alat thermal Fog, satu lagi sebagai pengarah dari si pembawa
alat dan satu lagi sebagai pengecek di dalam rumah masih adakah orang atau
makhluk hidup lainnya yang mungkin bisa terkontaminasi pestisida dari fogging.

Penyemprotan dilakukan dimulai dari belakang rumah atau bagian dari


dalam rumah menuju keluar rumah dan biasanya akan memakan waktu selama
kurang lebih 45 menit sampai satu jam. Fogging juga lebih baik dilakukan pada
saat pagi sekitar pukul 08.00-10.00. karena nyamuk lebih sering keluar disaat
udara masih sejuk. Asap fogging pun tidak mudah menguap pada saat jam
tersebut dikarenakan suhu masih pagi sehingga masih mengendap dibawah dan
diharapkan dapat mengenai nyamuk dan jentik-jentik di sarangnya yang terdapat
pada tempat yang di fogging.

Fogging dilaksanakan jika terdapat wabah DBD atau Demam berdarah


dengue pada suatu wilayah dan sudah terjangkit lebih dari 10 penderita. Melalui
persetujuan RT/RW dari wilayah setempat maka akan dilakukan Fogging pada
wilayah tersebut. Fogging dilakukan dengan kurun waktu setidaknya 3 bulan
sekali, atau setidaknya satu rumah pernah di fogging selama 2 kali.

C. TUJUAN DAN MANFAAT

Ditinjau daripada praktikum yang telah dilakukan, maka dapat diambil


kesimpulan tujuan secara umun dari fogging adalah pengasapan yang mana di
dalam asap tersebut sudah terdapat pestisida yang dapat membunuh nyamuk
Aedes aegypti, sebagai salah satu tindakan pencegahan penyakit DBD atau
Demam Berdarah Dengue. Yang mana fogging tersebut menggunakan alat yakni
Thermal Fog Machine. Pengasapan dalam rangka pengendalian nyamuk vektor
DBD, lazimnya digunakan fog machine atau fog generator dengan spesifikasi dan
persyaratan tertentu. Ada dua jenis fog generator, yakni sistem panas misalnya
Pulsfog, Swingfogg dan sistem dingin yaitu, ULV ground sprayer (Kristiono,
2008).

Fogging juga memiliki tujuan lain yakni dimaksud bertujuan untuk


menyebarkan larutan pestisida ke udara/lingkungan melalui asap, yang diharapkan
dapat membunuh nyamuk dewasa (yang infektif), sehingga rantai penularan DBD
bisa diputuskan dan populasinya secara keseluruhan akan menurun.

Pemberantasan nyamuk Aedes aegypti dengan fogging (pengasapan) pada


mulanya dianggap oleh masyarakat sebagai cara yang paling tepat untuk
mengatasi masalah penyakit demam berdarah. Hal tersebut ternyata tidak selalu
benar, karena pemberantasan nyamuk Aedes aegypti dengan metode ini hanyalah
bertujuan untuk membunuh nyamuk dewasa yang infektif, yaitu nyamuk yang di
dalam tubuhnya telah mengandung virus dengue dan siap menularkan pada orang
lain.

Tujuan khusus untuk mahasiswa sendiri adalah :

1. Para mahasiswa memiliki pengetahuan mengenai konsep penyakit DBD yang


mencakup penyebab, gejala, akibat dan penularannya, sehingga diharapkan
mahasiswa dapat mengenali secara dini adanya kasus DBD dan dapat secara dini
mencegah penyebarannya.

2. Para mahasiswa memiliki pengetahuan mengenai pemberantasan nyamuk


dengan metode fogging atau penyemprotan yang meliputi gambaran fogging,
syarat fogging, kelebihan dan kekurangan fogging.

3. Diharapkan mahasiswa secara bijaksana memberi pencerahan pada masyarakat


bahwa fogging bukanlah alternatif terbaik memberantas DBD.

4. Para mahasiswa memiliki pengetahuan dan ketrampilan mengenai PSN


(Pemberantasan Sarang Nyamuk) meliputi pengelolaan tempat-tempat
penampungan air.

5. Para mahasiswa memiliki pengetahuan dan ketrampilan mengenai pengelolaan


lingkungan disekitarnya yang berkaitan dengan pemutusan rantai penularan dan
penyebaran DBD.

Sedangkan manfaat yang bisa diambil dari kegiatan Fogging adalah


diharapkan para mahasiswa yang telah memiliki pengetahuan dan ketrampilan
yang berkaitan dengan penyakit DBD akan menerapkannya untuk masyarakat
sekitarnya sehingga konsep-konsep penyakit DBD dan cara pencegahan dan
pemberantasannya dapat di terima oleh masyarakat luas (Candra, 2010).

Selain itu diharapkan pula para mahasiswa dengan bekal pengetahuan dan
ketrampilan tersebut permasalahan yang berkaitan dengan penyakit DBD dapat
ditekan sekecil-kecilnya, antara lain turunnya jumlah kasus penderita (insidence
rate) DBD, turunnya angka kematian (case fatality rate) karena DBD, turunnya
angka kepadatan jentik di setiap rumah (house index), dan meningkatnya angka
bebas jentik (ABJ) dari hasil pemantauan jentik berkala.

Fogging pula dapat terlaksana dengan baik apabila seluruh warga dapat
berkoordinasi dengan baik, terlebih setelah dilakukannya fogging dan diberi
pengarahan tentang PSN atau Pemberantasan Sarang Nyamuk yang bisa
dilakukan dengan 3M+ serentak oleh seluruh warga, maka akan mengurangi
resiko tingginya terkena DBD.

Dengan maksud dari 3M+ sendiri ialah, Mengubur, Menguras, Menutup.


Mengubur barang barang yang tidak terpakai dan rawan menjadi sarang nyamuk
Aedes Aegypti. Menguras bak mandi atau tempat penampungan air 3 kali dalam
seminggu. Dan menutup penampungan air agar tidak dihinggapi nyamuk untuk
dijadikan tempat bertelur / berkembang biak. Dan terakhir menggunakan kelambu,
obat nyamuk, dan abatisasi.
D. FOTO KEGIATAN
DAFTAR PUSTAKA

Adriani F. (2013) Hubungan Keberadaan Jentik Aedes aegypti dan pelaksanaan


3M Plus dengan kejadian penyakit DBD di Lingkungan XVIII
Kelurahan Binjai Kota Medan tahun 2012 (Skripsi). Universitas
Sumatera Utara. Medan. p3-4.

Candra A. 2010. Demam berdarah dengue: epidemiologi, patogenesis, dan faktor


risiko penularan. J of Aspirator. 2(2):110-119.

Chahaya, I. (2003). Pemberantasan Vektor Demam Berdarah di Indonesia. USU


digital library. Medan

Depkes RI. (2010). Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Depkes RI.

Kristiono. (2008). Pengasapan Nyamuk. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Anda mungkin juga menyukai