Anda di halaman 1dari 3

BAB IV

FOGGING

A. Alat dan Bahan


1. Alat
1) Thermal Fogger
2) Wearpack
3) Masker
4) Bensin
5) Solar
6) Pestisida
B. Kegiatan yang dilakukan
Fogging (pengasapan) adalah salah satu teknis pengendalian nyamuk yang
dilakukan diluar ruangan. Alat yang digunakan adalah mesin fogging (Termal
Fogger). Target dari cara pengendalian ini adalah nyamuk dewasa yang berada diluar
gedung. Area yang biasa dilakukan pengasapan antara lain Garbage Area
(tempat sampah), drainage (STP), pengasapan tebal pada seluruh jalur got
(drainage) yang tertutup treatment dengan insektisida khusus termal fogger
(Iskandar, 2005).
Foging merupakan alat yang digunakan untuk pengendalian persebaran
nyamuk. Foging memiliki bagian-bagian seperti tempat untuk larutan insektisida,
mesin atau diesel, tempat untuk bahan bakar, bagian untuk menyemprot (Said, G,P,S.
2012).
Dalam melakukan foging, hal-hal yang harus diperhatikan adalah waktu
ketika melakukan foging, dosis/takaran insektisida yang digunakan, dan lokasi foging.
Waktu yang tepat ketika melakukan foging adalah pada pagi hari ketika angin belum
terlalu kencang berhembus, matahari belum terlalu tinggi karena dapat mempercepat
penguapan insektisida ke awan dan tidak dapat tepat sasaran (Said, G,P,S. 2012).
Foging dilakukan ketika adanya kasus wabah yang terjadi di suatu wilayah
akibat nyamuk Aedes atau Anopheles seperti DBD dan Malaria dan atau wilayah
yang dekat dengan wilayah endemis Malaria/DBD dan berpotensi terjadinya wabah.
Pada umumnya, foging dilakukan oleh petugas dari Dinas Kesehatan atau petugas
puskesmas daerah setempat. Teknik atau cara ketika melakukan foging adalah dengan
meletakkan foging di bahu dan berjalan mundur menjauhi arah asap/ fog yang keluar
dari machine fog (Sembel, D. 2009).

Cara kerja:
1. Campurkan bahan pestisida (larutan molotion) dengan solar dengan
perbandingan 20:1 artinya 1 liter malation dan 20 liter solar, lalu masuk
kan kedalam tangki larutan.
2. Isi bensin kedalam tangki bahan bakar mesin.
3. Sebelum menyalakan mesin pastikan tali berada disebelah kiri mesin.
4. Buka keran bensin kearah jarum jam kemudian pompa mesin beberapa kali
sampai mesin menyala. Tunggu sampai 5 menit sampai mesin panas.
5. Atur keran bensin hingga bunyi mesin terdengar normal dan stabil.
6. Angkat mesin. Jika didalam ruangan masuk sampai ruangan paling
belakang. Buka keran asap jalan mundur sampai keluar ruangan sambil
menyemprotkan asap ke sudut-sudut ruangan. Jika diluar ruangan pastikan
arah angin dulu (jangan sampai berlawanan dengan arah angin).
7. Jarak antara menyemprot tempat pertama dan kedua adalah 100 meter. Jika
sudah selesai jangan lupa tutup kembali lubang udara (pastikan asap tidak
keluar lagi dari mesin).
8. Matikan mesin dengan cara menutup keran bahan bakar.

C. Tujuan dan manfaat fogging

Keberadaan nyamuk dalam kehidupan sehari-hari sangat dekat dengan manusia.


Nyamuk tinggal dan berkembang biak disekitar lingkungan hidup manusia, dekat
penampungan air, dibawah daun, baju yang tergantung, dalam botol bekas, pot bunga,
saluran air dan lain lain. Secara umum nyamuk dikenal dalam tiga kelompok: Aedes,
Culex, Anopheles. Nyamuk sebagai penyebab demam berdarah dan juga malaria,
oleh karena itu harus ada upaya yang dibutuhkan untuk mencegah penyakit tersebut.

Kemerebakan kasus demam berdarah dengue (DBD) menggugah minat


masyarakat untuk melindungi diri dan memerangi penyakit tersebut, karena takut
terhadap akibatnya yang fatal. Fogging (pengasapan) secara swadaya marak di mana-
mana. Namun bila hal ini tidak dikendalikan bisa memicu ledakan masalah pada masa
datang karena umumnya dikerjakan tanpa dilandasi pengetahuan yang benar.
Permintaan fogging swadaya meningkat di berbagai tempat yang endemis DBD.
Tingginya morbiditas penyakit itu memaksa masyarakat bertindak: memberantas
nyamuk Aedes aegypti sebagai serangga yang menularkannya. Akhir-akhir ini,
hampir setiap hari Minggu terdengar dengung mesin fogging di kampung dan
perumahan sejak pagi hingga sore.

Fogging atau pengasapan merupakan salah satu kebijakan yang ditetapkan


pemerintah khususnya Kementerian Kesehatan yang bertujuan menekan angka
kejadian DBD ( Demam Berdarah Dengue ) di beberapa daerah-daerah di seluruh
Indonesia. Pengasapan atau fogging yang dimaksud bertujuan untuk menyebarkan
pestisida ke udara/lingkungan melalui asap, yang diharapkan dapat membunuh
nyamuk dewasa (yang infektif), sehingga rantai penularan DBD bisa diputuskan dan
populasinya secara keseluruhan akan menurun. Pengasapan dalam rangka
pengendalian nyamuk vektor DBD, lazimnya digunakan fog machine atau fog
generator dengan spesifikasi dan tertentu ( Depkes RI. 2007).

Mahalnya biaya perawatan penderita DBD di rumah sakit serta kecemasan


terjadinya akibat fatal, membuat masyarakat rela berkorban biaya yang lebih kecil,
serta bergotong-royong membeli insektisida, menyewa perangkat dan operator
fogging. Di balik sisi positifnya, sindroma fogging secara swadaya menggoreskan
keprihatinan akan bahaya besar yang mengancam masyarakat di kelak kemudian hari,
akibat aplikasinya tidak sesuai ketentuan. Kekeliruan yang banyak terjadi adalah
dosis insektisida, waktu, dan cara pelaksanaan yang tidak mengikuti kaidah yang
benar. Dosis yang digunakan di bawah standar. Seharusnya, dosis malathion 10 liter
per hektare luas wilayah sasaran, namun kenyataan di lapangan hanya setengah atau
sepertiganya. Lebih tidak rasional lagi, dalam campuran tersebut ditambahkan
insektisida komersial berwujud cair (untuk rumah tanga) merek tertentu, yang dapat
dibeli dari minimarket (Soebaktiningsih, 2008).

Kegiatan fogging bukanlah satu-satunya cara untuk menurunkan kasus DBD,


karena dengan fogging yang mati hanya nyamuk dewasa. Selama jentiknya tidak
dibasmi, setiap hari akan muncul nyamuk baru yang menetas dari tempat
perkembangbiakannya. Oleh karena itu penanggulangan kasus DBD perlu dilakukan
secara terpadu terutama pemberantasan jentiknya dengan PSN. Antara lain kebijakan
pemerintah melalui program 3M Plus, yaitu menguras bak penampungan air,
mengubur barang bekas, dan menutup bak penampungan air, serta plusnya yaitu
menaburkan bubuk abate dan melakukan upaya-upaya lain sebagai langkah
pencegahan berkembang biaknya vektor penyakit (Iskandar, 2005).

D. Foto Kegiatan

E. Referensi
Depkes RI. 2007. Modul Pelatihan bagi Pengelolan program Pen gendalian
Penyakit Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta; Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.

Iskandar, H.A, dkk,.2005 Pemberantasan Serangga dan Binatang Pengganggu.


Jakarta; Balai Penerbit FKUI.

Said, G,P,S. 2012. Survai keberadaan jentik Nyamuk Aedes sp pada Sumur
Gali Milik Warga di Kelurahan Bulusan Kota Semarang (Studi di Wilayah
Kerja Puskesmas Rowosari Semarang). Jurnal kesehatan masyarakat, volume
1, nomer 2: 326-337

Sembel, D. 2009. Enmilogi kedokteran. Yogyakarta; penerbit Andi; 49-105.

Soebaktiningsih. 2008. Entomology kedokteran . Malang; Fakultas


Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang.

Anda mungkin juga menyukai