Anda di halaman 1dari 2

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN DBD


DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PROGRAM PENANGGULANGAN DEMAM BERDARAH

No.
No. Revisi Halaman
Dokumen

Tanggal Disusun, Ditetapkan,


Terbit Kasi P2M Dinkes Sumbawa
Kepala Dinkes Sumbawa Barat
Barat

PROSEDUR
Januari 2017
TETAP SULASTRI H.TUWUH,S.AP

NIP, NIP,
Pengertian Demam berdarah dengue adalah penyakit menular yang di tularkan melalui
gigitan nyamuk Aedes aegepty dan Aedes albopictus  yang sebelumnya
telah terinfeksi oleh virus Dengeu dari penderita DBD lainnya terutama
menyerang anak-anak, ditandai dengan panas tinggi, perdarahan dan dapat
menimbulkan kematian. Penyakit ini termasuk salah satu penyakit yang
dapat menimbulkan wabah.

Tujuan 1.      Menurunkan angka insidens kasus DBD sebesar 1/100.000 penduduk di


daerah endemis.
2.      Tercapainya angka bebas jentik ( ABJ ) > 95 %.
3.      Tercapainya angka kematian DBD / CFR < 1 %.
4.      Daerah KLB DBD < 5 %.
1.      Meningkatkan prilaku hidup bersih  sehat  dan kemandirian terhadap
Kebijakan P2DBD.
2.      Meningkatkan perlindungan Kesehatan masyarakat terhadap penyakit DBD.
3.      Meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi program DBD.
4.      Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sektor.

Prosedur 1.      Penemuan suspek penderita DBD baik aktif dan pasive di unit pelayanan
kesehatan dengan gejala tidak ada tanda kedaruratan dilakukan uji
Tourniquet dan dilakukan pemeriksaan laboratorium atau RDT.
2.      Jika hasil positif dengan Jumlah  trombosit ≤ 100.000/µl, penderita di rujuk
ke Rumah Sakit.
3.      Selanjutnya dilakukan Penyelidikan Epidemiologi di wilayah penderita dan
apabila memenuhi kriteria fogging maka dilakukan pengasapan dengan 2
siklus dengan interval 1 minggu.
4.      Jika hasil positif dengan Jumlah  trombosit > 100.000/µl,penderita tidak
perlu di rujuk cukup dilakukan kontrol dan tetap dilakukan Penyelidikan
Epidemiologi di wilayah penderita apabila memenuhi kriteria fogging maka
dilakukan pengasapan dengan 2 siklus dengan interval 1 minggu.
1.      Dan jika hasil negatif maka akan diberikan pengobatan sesuai simptomatis.
2.      Jika ditemukan penderita dengan tanda kedaruratan atau penderita dari
Rumah Sakit, PE dilaksanakan berdasarkan laporan dari RS ( S0 dan hasil
laboratorium )
3.      Apabila memenuhi kriteria fogging maka dilakukan pengasapan dengan 2
siklus dengan interval 1 minggu.

Unit terkait 1.       Dinas Kesehatan.


2.       Rumah Sakit
3.       UPTD Kesehatan/Puskesmas.
4.       Pustu.
5.      Poskesdes/Polindes.

Anda mungkin juga menyukai