Anda di halaman 1dari 3

SOP/PROTAP

GANGGUAN DEPRESI

PUSKESMAS NO. DOKUMEN : NO. REVISI : HALAMAN : 1 / 3


JEREWEH
Tanggal Diterbitkan : Ditetapkan Di : Jereweh, September 2014
Kepala UPTD Puskesmas Jereweh

STANDAR
PELAYANAN
KESEHATAN ROCHIMIN,SKM
JIWA Penata Muda Tk I / III b
NIP. 19740525 199503 1 006

Gangguan Depresi adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan suasana


PENGERTIAN hati (alam perasaan) yang menurun, proses fikir melambat dan perilaku
lamban (trias depresi).

Tertanganinya kasus kesehatan jiwa pada pasien yang datang berobat ke


TUJUAN
pelayanan kesehatan dasar.

Dilakukan oleh Perawat dan Dokter Puskesmas


KEBIJAKAN
PROSEDUR
A. PENATALAKSANAAN
1. Informasikan kepada pasien dan keluarga bahwa depresi adalah
penyakit yang lazim dan tersedia therapy yang efektif. Depresi bukan
merupakan kelemahan atau kemalasan, pasien berupaya keras untuk
mengatasi, tapi tidak berdaya.
2. Tanyakan tentang resiko bunuh diri. Apakah pasien sering berpikir
tentang kematian atau mati. Apakah pasien mempunyai rencana
bunuh diri yang khas. Apakah ia telah membuat rencana yang serius
untuk percobaan bunuh diri dimasa yang lalu. Apakah pasien bisa
yakin untuk tidak bertindak atas ide bunuh diri. Mungkin diperlukan
pengawasan yang ketat oleh keluarga dan teman, atau hospitalisasi
(rawat inap). Tanyakan tentang resiko mencederai orang lain.
3. Rencanakan kegiatan jangka pendek yang menyenangkan pasien
atau yang membangkitkan kepercayaan diri.
4. Dorong pasien untuk melawan pesimisme atau kritik diri yang
berlebihan, tidak bertindak atas pemikiran pesimistik (misalnya
mengakhiri perkawinan, meninggalkan pekerjaan) dan tidak
memusatkan pada pikiran negative atau bersalah).
5. Identifikasi adanya stress social atau problem kehidupan yang
mutakhir. Fokuskan pada langkah kecil yang khas, yang dapat
dilakukan oleh pasien untuk mengurangi atau mengatasi problem
dengan lebih baik. Hindari keputusan yang besar atau perubahan
pola hidup.
6. Jika terdapat gejala fisik, bicarakan hubungan antara gejala fisik
dengan suasana perasaan (lihat gejala gangguan somatoform-F45).
7. Jika sudah ada perbaikan, rencanakan bersama pasien tindakan yang
harus diambil jika terjadi kemabuhan.

B. MEDIKASI
1. Pertimbangkan pemberian antidepresan jika suasana perasaan sedih
atau kehilangan minat menonjol selama 2 minggu dan 4 atau lebih
gejala berikut ditemukan;
a. Kelelahan tau kehilangan tenaga.
b. Konsentrasi kurang.
c. Agitasi atau perlambanan gerak dan pembicaraan.
d. Gangguan tidur, khususnya terbangun dini hari dan tidak bias
tidur kembali.
e. Pikiran tentang bunuh diri atau kematian.
f. Rasa bersalah atau menyalahkan diri.
g. Nafsu makan terganggu.
2. Pada kasus yang berat, pertimbangkan medikasi pada kunjungan
pertama,
3. Pada kasus sedang pertimbangkan medikasi pada kunjungan
berikut, jika konseling tidak bias menolong secara memadai.
4. Pilihan medikasi:
a. Jika pasien bereaksi baik terhadap obat tertentu di masa lampau,
gunakan obat itu lagi.
b. Jika pasien usia lanjut atau sakit fisik, gunakan medikasi dengan
efek samping antikolinergik dan kardiovaskuler yang lebih
ringan.
c. Jika pasien cemas atau tidak bias tidur, gunakan obat dengan
efek sedative yang lebih kuat.
5. Berikan antidepresan sampai mencapai dosis efektif (misalnya
Imipramin), dimulai dengan dosis 25-50 mg setiap malam dan
dinaikkan sampai 100-150 mg dalam dosis terbagi. Pada pasien usia
lanjut atau sakit fisik, berikan dosis lebih rendah atau menggunakan
antidepresan lain dengan efek samping lebih minimal.
6. Jelaskan kepada pasien bahwa medikasi harus diminum setiap hari,
bahwa perbaikan akan terjadi dalam 2-3 minggu sesudah medikasi
dimulai, dan mungkin timbul efek samping ringan tapi biasanya
menghilang dalam 7-10 hari. Tekankan bahwa pasien harus
berkonsultasi dengan dokter sebelum menghentikan obat.
7. Lenjutkan pemberian antidepresan sekurang-kurangnya 3 bulan
sesudah keadaan membaik.

C. KONSULTASI KE SPESIALIS
Jika pasien menunjukkan:
1. Resiko bunuh diri atau berbahaya terhadap orang lain.
2. Gejala psikotik
3. Depresi tetap bertahan sesudah tindakan pengobatan di atas.
4. Kebutuhan akan psikotherapi yang lebih intensif (misalnya; therapy
kognitif, therapy interpersonal) yang mungkin bermanfaat sebagai
therapy awal dan mencegah kekambuhan.

UNIT TERKAIT PUSKESMAS, RUMAH SAKIT

 Buku Pedoman pelayanan Kesehatan Jiwa di fasilitas pelayanan


Kesehatan, Depkes tahun 2011
REFERENSI  Pelayanan Kesehatan Jiwa Dasar di Puskesmas, Dirjen Bina Keswamas
tahun 2004
 Modul pelatihan keperawatan kesehatan jiwa masyarakat tahun 2013

Anda mungkin juga menyukai