Anda di halaman 1dari 79

SURVEILANS VEKTOR

DAN
PENGENDALIAN VEKTOR
Bahan diskusi

1. Vektor malaria
2. Tempat perindukan vektor
3. Wilayah Reseptif Malaria (pemetaan tempat
perindukan, dan pengamatan perilaku/bionomik
vektor)
4. Kegiatan pengendalian vektor

 Penyemprotan rumah dengan insektisida (IRS)


 Kelambu anti nyamuk (LLINs)
 Larviciding
 Penebaran ikan pemakan larva
 Pengelolaan lingkungan tempat perindukan vektor
Surveilans vektor
Pengamatan terus-menerus dan
sistematis terhadap vektor malaria dan
faktor-faktor yang mempengaruhi
termasuk pola distribusinya melalui
proses pengumpulan data,
pengolahan, analisis dan penyebaran
informasi kepada LS dan LP terkait,
sebagai dasar dalam tindakan
pengendalian vektor secara efektif dan
efisien
TUJUAN

Menyiapkan data dan informasi


tentang vektor sebagai dasar dalam
tindakan pengendalian vektor
SIKLUS HIDUP NYAMUK

Telur Jentik Pupa Dewasa

1-2 hari 6-8 hari 1-2 hari

8-12 hari
SIKLUS HIDUP

 Nyamuk bertelur di permukaan air

 Telur 100–300 butir, (sekitar 0,5 mm)

 1–2 hari menjadi larva (seperti jarum).

 Berganti kulit sebanyak 4 kali

 Telur menjadi pupa sekitar 8 – 10 hari


SIKLUS HIDUP

 Pupa 1-2 hari menjadi nyamuk

 Perkawinan:  setelah jadi nyamuk

 Setelah itu mencari darah

 Nyamuk Jantan umur lebih pendek (1 minggu)

 Nyamuk betina umur rata-rata: 1-2 bulan.


     
LARVA/JENTIK

• Larva yang baru menetas  halus (1,5 mm)

• Pertumbuhan larva  mengalami pelepasan kulit


4 kali

• Tingkatan setelah pelepasan kulit  Instar

• Instar ke-4  10 mm (dilengkapi bulu-bulu,


dapat diidentifikasi)

• Larva Anopheles bernapas  spiracle, yang


terdapat pada ruas abdomen ke-8

• Spiracle pada larva Aedes dan Culex terdapat di


ujung siphon
Larva Anopheles

• Larva tidak bersifon, tetapi punya sepasang


lubang spirakel pada segmen abdomen ke-8

• Posisi istirahat sejajar dengan permukaan air


Jentik Anopheles dan Culex
Siklus hidup

Telur

Larva

Pupa

nyamuk
Nyamuk Jantan dan Betina
BIONOMIK (PERILAKU) VEKTOR
Bionomik (Perilaku) Vektor
(Tiga faktor kelangsungan hidup nyamuk)

Tempat
berkembangbiak

Tempat
Tempat mencari darah
istirahat
Bionomik (Perilaku) Vektor

Bionomik/perilaku vektor adalah pola


hubungan yang erat antara species
nyamuk tertentu dengan faktor-faktor
lingkungan di alam, seperti:
 Kesenangan memilih habitat perkembangbiakan
(breeding habit)
 Kesukaan menggigit (feeding habit)
 Kesukaan tempat istirahat (resting habit)
Perilaku berkembangbiak


Tipe dan Karakteristik tempat Perindukan
• Tipe tempat perindukan:
 mata air, sawah, saluran irigasi, sungai/kali,
rembesan, rawa-rawa, lagun, kolam, dll

• Karakteristik tempat perindukan

(1) Fisik: cahaya, aliran air, kedalaman,


curah hujan, suhu, kelembaban,
kecepatan angin
(2) Lingkungan Kimia
Air payau dengan kadar garam 11-18 per mil
cocok untuk An. sundaicus dan An. subpictus

(3) Lingkungan Biologik


- Flora  jenis tumbuhan
- Fauna: predator seperti ikan kepala timah,
nila, dll

 
PERILAKU/KEBIASAAN MENCARI DARAH

 Waktu:
Aktif mulai senja sampai menjelang pagi

 Tempat:
 eksofagik (cenderung menggigit di luar rumah)
 endofagik (cenderung menggigit di dalam rumah)
 Sumber darah:
 antropofilik (suka darah orang)
 zoofilik (suka darah hewan)
PERILAKU/KEBIASAAN ISTIRAHAT

• Di dinding dalam rumah pada malam hari


(Endofilik)

• Di luar rumah (Eksofilik)

• Beristirahat di alam dekat tanah, di pohon, dedaunan,


semak-semak atau di tempat yang teduh

PENYEBARANVEKTORMALARIADI INDONESIA2008

18 19
25
17
11 22 20 5
25 14 13 21 8
9
16 2 10
16 6
14 15 12
23 15 21
21
1
24
1 22
3 20 17
20 20
16 4 7
21
24

Keterangan :
1. An.aconitus 6. An.barbumbrosus 11. An. kochi 16. An. Maculatus 21. An. subpictus
2. An.annularis 7. An. flavirostris 12. An.punctulatus 17. An.minimus 22. An. sinensis
3. An.balabacensis 8. An.farauti 13. An.ludlowi 18 An.nigerimus 23. An. umbrosus
4. An.barbirostris 9. An.karwari 14.An.letifer 19. An. parangensis 24. An. vagus
5. An.bancrofti 10. An.koliensis 15. An.leucosphyrus 20. An. Sundaicus 25. An. tessellatus
KEGIATAN PEMBERANTASAN PRA-ELIMINASI ELIMINASI PEMELIHARAAN

1. Penemuan &
tatalaksana penderita

2. Pencegahan &
penanggulangan faktor
risiko

3. Surveilans epidemiologi
dan penanggulangan
wabah

4. Peningkatan KIE

5. Peningkatan SDM
PEMBERANTASAN PRA-ELIMINASI ELIMINASI PEMELIHARAAN

1. Surveilans vektor 1. Surveilans 1. Surveilans 1. Surveilans


dan lingkungan vektor dan vektor dan vektor dan
lingkungan lingkungan lingkungan

2. Distribusi kelambu 2. Distribusi kelambu 1. Pengendalian 2. Pengendalian


(LLINs) (LLINS) dan IRS vektor yang sesuai vektor yang
sesuai

3. IRS 3. Pengendalian 2. Larvisida di lokasi 3. Perlindungan


vektor yang sesuai fokus individu

4. Resistensi vektor 4. Resistensi vektor 3. Resistensi vektor


terhadap terhadap terhadap
insektisida insektisida insektisida

5. Efikasi Insektisida 5. Efikasi 4.Efikasi Insektisida


(kelambu & IRS) Insektisida (kelambu (kelambu & IRS
& IRS
KEGIATAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN FAKTOR RISIKO

KEGIATAN PEMBERANTASAN dan ELIMINASI dan


PRA_ELIMINASI PEMELIHARAAN

1. Surveilans  Pemetaan wilayah reseptif   Pemetaan wilayah reseptif 


vektor pemetaan fokus pemetaan fokus
 Monitoring vektor (secara spot  Monitoring vektor di wilayah
survei) reseptif (khusunya monitoring
 Monitoring resistensi vektor larva Anopheles secara berkala
 Monitoring efektifitas insektisida (bulanan)
(LLIN dan IRS)  Monitoring resistensi vektor
 Monitoring efektifitas
insektisida (LLIN dan IRS)

2. Pengendalian  IRS ( > 20 per seribu pddk) Tindakan anti larva:


vektor  Kelambu (LLINs) Larviciding
 Tindakan anti larva (larviciding, penebaran ikan
penebaran ikan, pengelolaan pengelolaan lingkungan
lingkungan) (modifikasi & manipulasi
lingkungan)
3. Upaya  Perlindungan individu  Perlindungan individu
pencegahan (repelent, dll (repelent, dll
lainnya  Pemasangan kawat kasa  Pemasangan kawat kasa
PEMETAAN WILAYAH FOKUS MALARIA

Tingkat Wilayah Fokus Keterangan


Reseptifitas
1) Fokus Aktif Wilayah reseptif yang pada tahun berjalan masih
Wilayah Reseptif ditemukan adanya kasus penularan setempat
(indigenous) malaria

2) Fokus Non-Aktif Wilayah reseptif yang pada tahun berjalan tidak


ada kasus penularan setempat (indigenous)
malaria, tetapi tahun sebelumnya masih
ditemukan kasus indigenous malaria

3) Fokus Bebas Wilayah reseptif yang dalam 3 tahun berturut-


turut tidak ada kasus penularan setempat
(indigenous) malaria
Wilayah Non-Reseptif 4) Non-Fokus Wilayah bebas malaria (tidak ada penularan
malaria)  wilayah yang tidak ditemukan vektor
malaria
WILAYAH RESEPTIF
WILAYAH RESEPTIF

 Wilayah yang memiliki vektor malaria dengan


kepadatan tinggi dan terdapat faktor lingkungan
serta iklim yang menunjang terjadinya penularan
malaria

 Wilayah reseptif ditentukan berdasarkan hasil


survei (penyelidikan) nyamuk pra-dewasa
(larva/jentik) dan/atau nyamuk dewasa
Pemantauan Wilayah Reseptif
• Salinitas  mengukur kadar garam
(salinitas) secara berkala (bulanan)
• Larva/jentik
Pengamatan larva perlu dilakukan secara
sistematis dan terus menerus di wilayah
reseptif untuk mengetahui keberadaan
(fluktuasi) larva vektor dari waktu ke waktu
(bulan) di suatu desa
Kepadatan larva Anopheles per bulan di …….
Laporan hasil kegiatan survei larva/jentik Anopheles

Provinsi : Desa :
Kabupaten : Dusun :
Puskesmas: Waktu : (tanggal, bulan, tahun)

Tempat Perindukan Vektor Survei latva/jentik Anopheles


No Titik koordinat
Jumlah Jumlah Kepadatan
Tipe* Karakteristik** Luas
cidukan larva

* Tipe tempat perindukan sawah, lagun, parit, mata air, tambak, kolam, rawa-rawa, dsb)

Keterangan ** Karakteristik tempat Fisik (pencahayaan, aliran air,kekeruhan, kedalaman, dll)


perindukan Kimia (kadar garam/salinitas, pH, dll)
Biologi (macam tumbuhan, hewan, predator)

………………………………,………..
………………………………,………..

(Petugas
(Petugas Entomologi)
Entomologi)
LUAS TEMPAT PERINDUKAN

Mengukur luas tempat perindukan


yang ditemukan larva/jentik nyamuk
Anopheles  untuk perencanaan
kebutuhan larvisida
Pengendalian vektor
Pengendalian Vektor Terpadu (PVT)
• Pendekatan pengendalian vektor
menggunakan prinsip-prinsip dasar
manajemen (perencanaan, pelaksanaan
& pengawasan) dan pertimbangan
terhadap penularan dan pengendalian
penyakit
• Dalam pelaksanaan PVT, perlu
menerapkan kombinasi penggunaan
metode intervensi
Tujuan Pengendalian Vektor

a. Menurunkan kepadatan vektor


b. Menurunkan umur populasi vektor
c. Mengurangi kontak vektor dengan orang
d. Meminimalkan tempat perindukan vektor
INDOOR RESIDUAL SPRAYING
(IRS)
IRS

Menyemprotkan insektisida dengan dosis


tertentu secara merata pada permukaan dinding
rumah/bangunan, menggunakan alat semprot
standar pengendalian malaria
Persyaratan IRS

1. Sasaran lokasi:
 Daerah/desa endemis malaria tinggi
 Daerah potensial KLB
 Untuk penanggulangan KLB
2. Bangunan:
 Rumah: dinding rumah bagian dalam, bawah meja,
balik pintu/jendela/lemari
 Kandang ternak
 Bangunan lain yang dipakai malam hari
(pos ronda, dll)
Upaya Pencegahan

• Penggunaan kelambu biasa


• Penggunaan insektisida rumah tangga
• Pemasangan kawat kasa
• Penggunaan repelan
• Penutup badan
KELAMBU
LLINs (Long Lasting Insecticidal Nets)

Kelambu yang serat benangnya bercampur


insektisida tertentu dan serat tersebut dipintal
menjadi benang dan dibuat rajutan kelambu
sehingga insektisida bertahan lama pada
kelambu
LLINs

Insektisida pada kelambu dapat bertahan

lama sampai 5 tahun yaitu masih efektif

membunuh nyamuk, meskipun dicuci

sampai 20 kali
CARA MENGGUNAKAN KELAMBU
BERINSEKTISIDA (1)

 Bukalah kantong plastik pembungkus


dengan cara menggunting atau menyobek
ujungnya

 Keluarkan kelambu dari dalam kantong


plastik
CARA MENGGUNAKAN KELAMBU
BERINSEKTISIDA (2)

Sebelum menggunakan kelambu


pertama kali, diangin-anginkan selama
24 jam (1 hari) dan pastikan kelambu
tidak terkena sinar matahari langsung
CARA MENGGUNAKAN KELAMBU
BERINSEKTISIDA (3)

 Pasanglah kelambu di atas tempat tidur


dengan cara mengikatkan ke-4 ujungnya
pada dinding atau tiang
 Pastikan kelambu bagian bawah diselipkan
di bawah kasur atau alas tidur
CARA MENGGUNAKAN KELAMBU
BERINSEKTISIDA (4)

Jika siang hari, naikkan kelambu supaya


tidak dimainkan atau robek saat sedang
tidak digunakan
CARA
MENGGUNAKAN KELAMBU
BERINSEKTISIDA (5)

 Gunakan kelambu anti nyamuk setiap hari

 Sebelum tidur periksalah apakah kelambu


sudah terpasang dengan benar
CARA PERAWATAN KELAMBU
BERINSEKTISIDA (6)

 Jahit atau tambal kelambu yang sobek


agar nyamuk tidak masuk

 Cuci setiap 4 bulan


CARA MENCUCI KELAMBU
BERINSEKTISIDA (7)

 Gunakan air dingin dengan sabun atau bubuk


diterjen. Jangan menggunakan sabun colek,
obat pemutih dan air panas

 Cuci kelambu dengan mencelupkannya


Jangan direndam, disikat maupun dikucek
CARA MENCUCI KELAMBU
BERINSEKTISIDA (8)

Keringkan kelambu dengan


menggantungnya di tempat teduh, di
bawah pohon atau di dalam rumah
CARA MENCUCI KELAMBU
BERINSEKTISIDA (9)

 Jangan menjemur kelambu di bawah


sinar matahari langsung
 Jangan mencuci kelambu di sungai
atau kali, karena dapat mencemari air
PENGENDALIAN HAYATI
(BIOLOGICAL CONTROL)
Tujuan dan Sasaran Lokasi

• Tujuan:
Mengurangi populasi jentik vektor
• Sasaran:
Desa endemis malaria yang
habitat perkembangbiakan
potensial
PENEBARAN IKAN PEMAKAN LARVA

• Sasaran: daerah endemis dan reseptif

• Lokasi penebaran: (mata air, anak


sungai, persawahan, rawa-rawa, dll)
Jenis Ikan pemakan jentik

Aplocheilus panchax (ikan kepala timah)

 Ikan ini mudah dikenali yaitu dengan adanya


bintik-bintik putih (seperti warna timah) di
kepalanya
 Mudah berkembang biak di sawah, kolam, rawa-
rawa dan lain-lain
 Berkembangbiak: bertelur, dan meletakan telur
pada tanaman air
Ikan kepala timah (Aplocheilus pancax)

- Mempunyai kemampuan adaptasi tinggi dari air tawar sampai


payau
- Efektif menanggulang jentik.
- Satu ekor ikan kepala timah dapat memangsa 53-65 ekor
jentik Cx. Quinquefasciatus dalam waktu 3 jam
Ikan kepala timah (Aplocheilus pancax)

Aplocheilus pancax
LARVICIDING
LARVICIDING

• Aplikasi larvisida pada tempat


perindukan vektor yang ditemukan
larva/jentik

• Tujuan: Menekan populasi larva


nyamuk Anopheles
1. S-methopren (Altosid® 1,8 BR)

 Larvisida ini berbentuk Briket yang dapat


larut dalam air
 Lokasi aplikasinya tempat perindukan
yang terpencil, relatif tenang
 Briket ini bertahan di air sampai 3 bulan
Dosis aplikasi:

1 briket untuk 10 m² luas permukaan air


Cara aplikasi:

 Menempatkan pada tempat perindukan


yang relatif sulit dan terpencil
 Dibungkus dengan kain berpori atau
jaring
 Diikat pada pasak (tiang) kemudian
masukkan ke dalam air kurang lebih
15-20 cm
 Larvisida ini berbentuk butiran
berwarna kuning coklat yang dapat
larut dalam air
 Lokasi aplikasinya:
Genangan air pada sungai yang
mengering, tambak terbengkalai,
rawa, lagun, dll
2. Pyriproxyfen 0,5% (Sumilarv 0,5 G)

 Larvisida ini berbentuk butiran berwarna kuning


coklat yang dapat larut dalam air

 Lokasi aplikasinya:
Genangan air pada sungai yang mengering,
tambak terbengkalai, rawa, lagun, dll
Dosis aplikasi:

- Dosis 2 g /10 m² per luas permukaan


untuk kedalaman air rata-rata 10 cm.

- Takaran:
 1 sendok teh = 4 gram

 1 sendok makan = 14 gram
Cara kerja
Methoprene dan Pyriproksifen

• Bersifat IGR (Insect Growth Regulator) yaitu


tidak menyebabkan kematian larva secara
langsung, tetapi mencegah berlangsungnya
siklus hidup nyamuk secara normal di air
• Oleh karena itu dikenal sebagai penghambat
perkembangan hidup nyamuk atau
developmental inhibitors
3. Bti H-14

Bacillus thuringiensis var. israelensis


Cara kerja bio-larvisida Bti

• Bekerja sebagai racun perut, setelah larva


menelan kristal endotoksin, maka kristal tersebut
akan mengikatkan diri pada reseptor yaitu
dinding usus larva nyamuk
• Kristal endotoksin akan larut pada cairan usus
yang bersifat alkali (basa), sehingga
mengakibatkan sel epitel usus rusak dan larva
berhenti makan, lalu mati.
mesin Mist Blower

Aplikasi menggunakan mesin Mist


blower:

Penyemprot harus melatih kecepatan


jalan  55 meter per menit
Data mesin Mist-blower

• Berat kosong 10,5 kg


• Kapasitas tangki bahan bakar 1,4 liter/jam
• Bhan bakar  campuran premium + oli SAE 30,
dengan perbandingan 1 liter oli SAE 30 : 25 liter
premium
• Kapasitas tangki 10 liter
• Ukuran 420 x 300 x 620 mm
• Starter: cara menarik pegangan starter
Mist-blower

• Isi bahan bakar


• Menghidupkan mesin
• Tangki diisi air dan Bti sesuai kebutuhan, tutup tangki
lalu goyangkan agar merata.
• Sandang alat semprot, dan gas diatur sehingga tekanan
menjadi optimal baru buka kran larutan.
• Berjalan dengan kecepatan seperti ditentukan sepanjang
tepi tempat perindukan, dengan arah ujung alat semprot
horizontal ke tengah, sehingga jangkauan dapat tercapai
secara optimal. Hindari menentang arah angin.
Mist-blower

• Aplikasi Bti H-14


• Nozzle tip : 40
• Discharge rate : 840 ml/menit
• Lebar jangkauan efektif : 6 meter
• Kecepatan operator : 55 meter/menit
• Waktu menyemprot 1 Ha : 30 menit
• Larutan keluar per Ha : 25.455 ml
• Dosis per hektare 1.000 ml AAU (Aedes Aegypti Unit).
Kebutuhan per tangki (diisi 5 liter):
5.000 x 1.000 ml = 200 ml.
25.455
PENGELOLAAN LINGKUNGAN
(ENVIRONMENTAL MANAGEMENT)

Modifikasi lingkungan (permanen)


– Penimbunan dan atau
Pengeringan

Manipulasi lingkungan (sementara)


– Pembersihan lumut/tanaman air dari tempat
perindukan vektor
– Pembuatan saluran penghubung
– Pengeringan sawah berkala
Zooprofilaksis
(Cattle-barrier)

• Zooprofilaksis adalah pemanfaatan hewan


ternak sebagai umpan untuk mengalihkan
gigitan nyamuk Anopheles dari manusia ke
hewan
• Contoh: sapi, kerbau, dll)
Cattle-barrier
TERIMA KASIH
Pengantar Diskusi
PENGENDALIAN FAKTOR RISIKO

 SURVEILANS VEKTOR
• HH
• FF
• Data vektor yang diperlukan ..?
• Suatu wilayah reseptif mempunyai TP permanen yang luas
• Alternatif tindakan penanggulangan

Anda mungkin juga menyukai