I. Latar Belakang
a. Dasar Hukum
1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2.
b. Gambaran Umum
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) khususnya pnemonia banyak menyebabkan
kematian pada balita. Berdasarkan Bryce at al (2005) dikatakan bahwa Proportional
Mortality Ratio (PMR) balita karena pnemonia di dunia adalah 19 % dan PMR bayi karena
pnemonia di dunia adalah 26 %. Kemudian berdasarkan WHO (2005) dikatakan bahwa PMR
karena pnemonia untuk regional Asia Tenggara 2000 – 2003 adalah sebesar 19 %.
SKRT (1986) menunjukkan bahwa PMR bayi akibat ISPA adalah sebesar 21,8 dan PMR balita
akibat ISPA adalah 36 %. Hasil SKRT (1992) menunjukkan bahwa PMR bayi akibat ISPA adalah
25,2 % dan PMR balita akibat ISPA 18,2 %. Hasil SKRT (2001) menunjukkan bahwa PMR bayi
Page1
akibat ISPA 28 % dan PMR balita akibat ISPA 25 %. Hal tersebut menunjukkan bahwa
kejadian ISPA pada bayi dan balita menunjukkan peningkatan dan penurunan setiap tahun.
Survei Kesehatan Nasional (Suskernas, 2001) menunjukkan bahwa PMR bayi akibat ISPA
adalah sebesar 23,9 % di Jawa dan Bali , 15,8 % di Sumatera, dan 42,6 % di kawasan Timur
Indonesia. Sementara itu, PMR balita akibat ISPA adalah sebesar 16,7 % di Jawa-Bali, 29,4 %
di Sumatera dan dan 30,3 % di kawasan Timur Indonesia. Pembangunan pada sektor
kesehatan di Kabupaten Sumbawa Barat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat masih dihadapkan pada berbagai permasalahan, salah satunya adalah ISPA
(pneumonia balita), dimana cakupan penemuan kasus pneumonia balita selama tahun 2009
yaitu sebesar 1.068 (70 %) dan pada tahun 2010 sebanyak 823 (63,0 %) dari yang target
yang ditentukan yaitu 1306 (10 % dari jumlah balita yaitu 13040 balita).
Dalam upaya meningkatkan cakupan penemuan dan kualitas tatalaksana penderita
pneumonia telah diterapkan pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sehat (MTBS) di unit
pelayanan kesehatan. Disamping itu pula dikembangkan audit kasus serta autopsi verbal
untuk mengetahui kualitas dan dampak pemberian tatalaksana pada penderita pneumonia .
c. Maksud dan Tujuan Kegiatan
1. Tujuan Umum
Turunnya angka kesakitan balita akibat pneumonia dari 5 per 1000 balita pada
tahun 2000 menjadi 2 per 1000 balita pada akhir tahun 2018
III. Sasaran
2. Kualitatif
1. Cakupan penemuan penderita pneumonia 86 % dari perkiraan penderita pneumonia balita
2. Penderita pneumonia balita yang mendapatkan tatalaksana standar sebesar 63% dari
target cakupan penemuan penderita pneumonia balita
3. Proporsi Puskesmas yang melaksanakan program P2-ISPA sekurang-kurangnya 90%.
Pembiayaan kegiatan ini di bebankan pada DIPA Tahun 2017 Seksi Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Barat.
Biaya kegiatan:
1. Belanja Honorarium : Rp. 7,650,000
2. Belanja ATK
: Rp. 2,593,000
Page3
: Rp. 500.000
5. Biaya cetak
: 8,550,000
6. Belanja Penggandaan : Rp. 22,500.000
7. Belanja akomodasi : 24,000,000
8. Makan Minum : Rp. 13.730.000
9. Belanja Transportasi Peserta : Rp. 8,850.000
10. SPPD : Rp. 5, 000,000
Jumlah : Rp. 95,873,000
b. Hasil (outcome)
Meningkatnya penanganan kasus pneumonia berdasarkan tatalaksana (20 %)