Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nyamuk dalam kehidupan sehari hari keberadaan nyamuk sangat dekat
dengan manusia. Nyamuk tinggal dan berkembang biak disekitar lingkungan hidup
manusia, dekat penampungan air, dibawah daun, baju yang tergantung, dalam
botol bekas, pot bunga, saluran air dan lain lain. Secara umum nyamuk dikenal
dalam tiga kelompok: Aedes, Culex, Anopheles. Nyamuk sebagai penyebab
demam berdarah dan juga malaria, oleh karena itu harus ada upaya yang
dibutuhkan untuk mencegah penyakit tersebut.
Daerah Indonesia hampir seluruhnya adalah endemik penyakit DBD dan
malaria. Penyakit ini memiliki angka kesakitan yang tinggi dan juga dapat
menyebabkan hal fatal seperti kematian akibat penaggulangan yang terlambat.
Penyakit ini masih menjadi permasalahan yang utama di Indonesia dan masih
belum bisa ditanggulangi secara efektif baik oleh masyarakat maupun pemerintah.
Dewasa ini upaya pemberantasan penyakit malaria dan DBD dilakukan melalui
pemberantasan vektor penyebab malaria (nyamuk Anopheles) dan vektor penyebab
DBD (nyamuk Aedes aegyptie). Namun saat ini telah ada langkah nyata dari
masyarakat yang dibantu oleh pemerintah untuk memberantas vektor yang
membawa penyakit DBD dan malaria yaitu salah satunya dengan cara fogging
(Pengasapan).
Pengasapan/fogging adalah pemberantasan nyamuk yang menggunakan mesin/alat,
dimana nantinya alat tersebut akan mengeluarkan asap yang mengandung
insektisida untuk membunuh nyamuk dewasa saja. Namun dalam penggunaan alat
fogging sendiri haruslah dilakukan oleh orang yang benar-benar terlatih dan sudah
mengerti cara melakukannya. Sebab, fogging memiliki resiko negatif yang tinggi
mulai dari resistensi, kebakaran, kematian (bersifat racun) dan lain sebagainya.
Oleh sebab itu harus benar-benar dilakukan oleh pegawai Puskesmas yang sudah
terlatih untuk menggunakanannya. Fogging (pengabutan dengan insektisida)

1
dilakukan bila hasil penyelidikan epidemiologi positif, yakni ditemukan
penderita/tersangka DBD lainnya, atau ditemukan 3 atau lebih penderita panas
tanpa sebab yang jelas dan ditemukan jentik.
Pemberantasan dengan menggunakan fogging dianggap paling baik dan
tepat oleh masyarakat. Namun pada dasarnya fogging dilakukan jika terpaksa dan
sudah terjadi banyak kejadian karena sifat fogging yang beracun. Hal tersebut
ternyata tidak selalu benar, karena pemberantasan nyamuk Aedes aegypti dengan
metode ini hanyalah bertujuan untuk membunuh nyamuk dewasa yang infektif,
yaitu nyamuk yang didalam tubuhnya telah mengandung virus dengue dan siap
menularkan pada orang lain. Sedangkan cara mengatasi/mencegah terjangkitnya
penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang paling penting adalah
menanamkan pengetahuan kepada masyarakat, agar masyarakat berperilaku hidup
bersih dan sehat, yaitu menjaga kebersihan lingkungan yang dapat menjadi sarang
dan tempat berkembangbiaknya vektor penyakit termasuk nyamuk Aedes aegypti.
Hal ini dilakukan untuk memutus rantai penularan penyakit, yaitu memutus mata
rantai perkembangbiakan jentik nyamuk menjadi nyamuk dewasa.

B. Rumusan Masalah
1. Apa defenisi dari fogging?
2. Apa saja sistem dari fogging?
3. Apa saja persyaratan penggunaan fogging?
4. Apa saja operasional fogging (fogging fokus maupun fogging masal)?
5. Mengapa fogging penting akibat terjadinya penularan penyakit Demam
Berdarah Dengue (DBD)?
6. Apa saja perencanaan pelaksanaan fogging yang dilakukan pada saat kejadian
DBD?
7. Apa contoh kasus DBD yang pernah terjadi di Indonesia?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui defenisi dari fogging

2
2. Untuk mengetahui sistem dari fogging
3. Untuk mengetahui persyaratan penggunaan fogging
4. Untuk mengetahui operasional fogging (fogging fokus maupun fogging
masal)
5. Untuk mengetahui fogging penting akibat terjadinya penularan penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD)
6. Untuk mengetahui perencanaan pelaksanaan fogging yang dilakukan pada
saat kejadian DBD
7. Untuk mengetahui contoh kasus DBD yang pernah terjadi di Indonesia

BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi Fogging
Fogging merupakan salah satu kegiatan penanggulangan DBD (Demam Berdarah
Dengue) yang dilaksanakan pada saat terjadi penularan DBD melalui penyemprotan

3
insektisida daerah sekitar kasus DBD yang bertujuan memutus rantai penularan penyakit.
Sasaran fogging adalah rumah serta bangunan dipinggir jalan yang dapat dilalui mobil di
desa endemis tinggi.
Cara ini dapat dilakukan untuk membunuh nyamuk dewasa maupun larva.
Pemberantasan nyamuk dewasa tidak dengan menggunakan cara penyemprotan pada
dinding (resisual spraying) karena nyamuk Aedes aegypti tidak suka hinggap pada
dinding, melainkan pada benda-benda yang tergantung seperti kelambu pada kain
tergantung
Pengendalian vektor penyakit dengan bahan kimia menggunakan insektisida harus
dilengkapi dengan peralatan aplikasi yang tepat dan sesuai. Banyak cara yang dapat
digunakan dalam aplikasi antara lain pengasapan (Fogging) dan penyemprotan (Spraying)

B. Sistem Fogging
1. Sistem Dingin (Cold System)
Sistem ini biasanya menggunakan alat aplikator Ultra Low Volume (ULV)
berupa aerosol dingin yang disemprotkan dengan batuan kendaraan khusus biasanya
mobil, traktor, motor helikopter maupun pesawat terbang sebagai space spraying
yang menggunakan racun insektisida yang relatif lebih sedikit pada areal yang lebih
luas.
2. Sistem panas (Thermal System)
Sistem panas merupakan cara aplikasi insektisida bersama peralatannya
menghasilkan panas yang keluar bersama asap/fogdari mesin aplikator dari
pemecahan larutan insektisida yang disemburkan udara panas dari
cerobong/knalpothasil pembakaran dari mesin aplikator. Asap yang keluar dan
kontak dengan udara serta bidang pengasapan terhadap vektor sasaran setelah
dikontakan dengan efek sasaran akan lemah, jatuh dan mati (Knock Down
Effect).Penggunaan sistem ini sangat cocok di dalam ruangan (Indoor) karena
efektifitasnya tidak terlalu dipengaruhi oleh perubahan cuaca seperti suhu, panas dan
kecepatan angin yang ekstrim.Pengasapan dapat dilakukan dengan mesin
aplikator/mesin fogging dengan merek yang beragam, antara lain Swingfog SN 11,
SN 50, Pulsfog, Dynafog,Infog, Jetfog,Superfogger dan lain-lain.Fogging yang
dilakukan dengan peralatan tersebut diatas termasuk peristiwa thermal, karena kabut
yang disemprotkan oleh mesin aplikator menghasilkan akibat tekanan dan arus.

4
C. Persyaratan Penggunaan Fogging
Adapun syarat-syarat untuk melakukan fogging, yaitu :
1. Adanya pasien yang meninggal disuatu daerah akibat DBD.
2. Tercatat dua orang yang positif yang terkena DBD di daerah tersebut.
3. Lebih dari tiga orang di daerah yang sama mengalami demam dan adanya jentik-
jentik nyamuk Aedes Aegypti.
Apabila ada laporan DBD di rumah sakit atau Puskesmas di suatu daerah,
maka pihak rumah sakit harus segera melaporkan dalam waktu 24 jam, setelah itu
akan diadakan penyelidikan epidemiologi kemudian baru fogging fokus.

D. Operasional fogging (fogging fokus maupun fogging masal)


1. Fogging Fokus
Adalah pemberantasan nyamuk DBD dengan cara pengasapan terfokus pada
daerah tempat ditemukannya tersangka / penderita DBD. kegiatan pengendalian
nyamuk Aedes aegypti pada areal Kasus DBD dalam radius ± 100 m dari titik kasus
(Rumah Penderita) dengan 2 kali siklus fogging antara ( 7 –14 hari) biasanya diikuti
dengan abatisasi

2. Fogging Massal
Adalah kegiatan pengasapan secara serentak dan menyeluruh pada saat terjadi
KLB DBD. fogging massal dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan pengendalian
lainnya yaitu Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan Gerakan menguras, menutup,
dan menimbun (3M plus).

E. Pentingnya Fogging Akibat Terjadinya Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)


Upaya pemberantasan dengan menggunakan fogging harus dilakukan pada saat
yang benar-benar sangat membahayakan masyarakat karena mengingat efek dari fogging
yang bersifat racun dan dapat membunuh makhluk hidup. Pengendalian menggunakan
fogging harus dilaksanakan pada penaggulangan kejadian luar biasa (KLB) dimana vektor
di berantas untuk memutus rantai penularan penyakit. Selain itu dalam melakukan fogging
harus disesuaikan dengan saat dimana vektor banyak dan suka menggigit seperti vektor
DBD yang biasanya banyak pada pagi sampai sore hari. Sehingga pagi sampai sore

5
merupakan saat yang baik untuk fogging. Dalam melakukan pengendalian menggunakan
fogging haruslah merupakan pilihan terakhir setelah PSN memang tidak efektif.
Fogging hanya membunuh nyamuk dewasa saja, artinya larva dan telur nyamuk
masih dapat tumbuh menjadi vektor baru yang juga dapat menularkan DBD dan malaria.
Oleh sebab itu fogging harus dilengkapi juga dengan beberapa usaha yaitu Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN) dengan melakukan 3M+ , serta menggunakan larvasida untuk
membunuh jentik dan telur nyamuk. Fogging sebenarnya kurang efektif apabila tidak
ditindak lanjuti dengan gerakan 3M+.
Fogging yang efektif dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 07.00 sampai dengan
10.00 dan sore hari pukul 15.00 sampai 17.00, bila dilakukan pada siang hari nyamuk
sudah tidak beraktiftas dan asap fogging mudah menguap karena udara terlalu panas.
Fogging sebaiknya jangan dilakukan pada keadaan hujan karena sia-sia saja melakukan
pengasapan.
Fogging dapat memutuskan rantai penularan DBD dengan membunuh nyamuk
dewasa yang mengandung virus . Namun, fogging hanya efektif selama dua hari. Selain
itu, jenis insektisida yang digunakan untuk fogging ini juga harus ganti-ganti untuk
menghindari resistensi dari nyamuk.
Nyamuk Aedes paling sering hinggap di baju-baju yang menggantung dan berada
di tempat-tempat gelap, seperti di bawah tempat tidur. Selain juga suka bertelur di air
yang bersih, seperti di tempayan, bak mandi, vas bunga, dan lainnya. Telur atau jentik
nyamuknya bisa bertahan selama 2-3 bulan.

F. Perencanaan Pelaksanaan Fogging Pada Saat Kejadian DBD


Prosedur dan tata laksana pelaksanaan pengasapan atau fogging antara lain sebagai
berikut :
1. Sebagai langkah awal pengasapan/fogging dalam suatu area tertentu, dengan
membuat gambaran atau memetakan area yang disemprot. Area yang tercakup
sedikitnya berjarak 200 meter di dalam radius rumah yang terindikasi sebagai
lokasi dengue. Kemudian dilakukan peringatan kepada warga terlebih dahulu
untuk keluar ruamh dengan terlebih dahulu menutup makanan atau
mengeluarkan piaraan.

6
2. Berbagai bahan insektisida yang dipergunakan dalam pelaksanaan operasional
fogging fokus adalah golongan sintentik piretroit dengan dosis penggunaan 100
ml/Ha. Semaentara perbandingan campuran 100 ml : 10 liter solar.
3. Sasaran fogging adalah semua ruangan baik dalam bangunan rumah maupun di
luar bangunan (halaman/pekarangan), karena obyek sasaran adalah nyamuk
yang terbang. Sifat kerja dari fogging adalah knock down effect yang artinya
setelah nyamuk kontak dengan partikel (droplet) isektisida diharapkan mati
setelah 24 jam.
4. Terdapat dua macam peralatan yang digunakan untuk pengasapan atau fogging
antara lain mesin fog dan ULV (Ultra Low Volume). Mesin fog dipergunakan
untuk keperluan operasional fogging dari rumah ke rumah (door to door
operation). Untuk keperluan ini dipergunakan swing fog machine SN 11, KeRF
fog machine, pulls fog dan dina fog. Beberapa jenis peralatan ini mempunyai
prinsip kerja yang sama yakni menghasilkan fog (kabut) racun serangga
sebagai hasil kerja semburan gas pembakaran yang memecah larutan racun
serangga (bahan kimia yang digunakan), menjadi droplet yang sangat halus dan
berwujud sebagai fog. Rata-rata alokasi waktu yang diperlukan dengan
penggunaan peralatan ini adalah 2-3 menit untuk setiap rumah dan
halamannya. Sementara Ultra Low Volume (ULV) menghasilkan cold fog.
hasil ini didaptkan dengan mekanisme terjadinya  tekanan mekanik biasa
terhadap racun serangga melewati system nozzle. Dengan alat ini droplet racun
serangga yang dihasilkan jauh lebih halus daripada fog biasa. ULV sangat
cocok dipergunakan pada area out door atau luar ruangan.
5. Menurut Depkes RI (2005), untuk membatasi penularan virus dengue
dilakukan dua siklus pengasapan atau penyemprotan, dengan interval satu
minggu. Penentuan siklus ini dengan asumsi, bahwa pada penyemprotan siklus
pertama semua nyamuk yang mengandung virus dengue atau nyamuk infektif,
dan nyamuk-nyamuk lainnya akan mati. Kemudian akan segera diikuti dengan
munculnya nyamuk baru yang akan mengisap darah penderita viremia yang
masih ada yang berpotensi menimbulkan terjadinya penularan kembali,
sehingga perlu dilakukan penyemprotan siklus kedua. Penyemprotan yang
kedua dilakukan satu minggu sesudah penyemprotan yang pertama, agar

7
nyamuk baru yang infektif tersebut akan terbasmi sebelum sempat menularkan
pada orang lain.

G. Contoh Kasus DBD di Indonesia

DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/19779773/Laporan_foging
http://jawarakesehatan.blogspot.com/2015/06/praktikum-pengendalian-vektor-
v-fogging.html
https://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-735-bab%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai