Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM K3

PERCOBAAN 1
PEMADAM KEBAKARAN

Disusun Oleh :
NAMA : Muhammad Reza
NIM : 2103017
KELAS : TPM A 2021

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK PENGOLAHAN MIGAS SEKOLAH


TINGGI TEKNOLOGI MINYAKDAN GAS BUMI
BALIKPAPAN
2022
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIKUM PEMADAM KEBAKARAN

Balikpapan, 29 Mei 2022

Mengetahui,

Dosen Pengampu Praktikan

Dr., Bustam Sulaiman, S.T., M.Si Muhammad Reza


NIDN : 1018096602 NIM : 2103017
PERCOBAAN 1
PEMADAM KEBAKARAN

A. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara pemadaman api
2. Mahasiswa mampu memahami tentang prosedur pemakaian APAR dan
dapat memadamkan kebakaran dengan APAR

B. Dasar Teori
Bahaya kebakaran adalah bahaya yang ditimbulkan oleh adanya nyala api
yang tidak terkendali. Kebakaran adalah suatu reaksi oksidasi eksotermis yang
berlangsung dengan cepat dari suatubahan bakar yang disertai dengan timbulnya
api/penyalaan. Jadi api yang menyala di tempat-tempat yang dikehendaki seperti
kompor, di perindustrian dan tempat atau peralatan lain tidak termasuk dalam
kategori kebakaran. Adapun definisi kebakaran menurut Departemen Tenaga
Kerja adalah “Suatu reaksi oksidasi eksotermis (terjadi karena pemanasan) yang
berlangsung dengan cepat dari suatu bahan bakar yang disertai dengan timbulnya
api atau penyalaan”. Sedangkan definisi kebakaran menurut Asuransi secara
umum adalah “Sesuatu yang benar-benar terbakar yang seharusnya tidak
terbakar yang dibuktikan dengan adanya nyala api secara nyata, terjadi secara
tidak sengaja, tiba-tiba serta menimbulkan kecelakaan atau kerugian”.
Sedangkan penanggulangan kebakaran adalah segala upaya untuk mencegah
timbulnya kebakaran dengan berbagai upaya pengendalian setiap perwujudan
energi, pengadaan sarana proteksi kebakaran dan sarana penyelamatan serta
pembentukan organisasi tanggap darurat untuk memberantas kebakaran
(Sembiring, 2019).
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk
upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja. Mengenai penjelasan undang-undang nomor 3 tahun 1992
tentang Kesehatan telah mengamanatkan antara lain jamsostek khususnya yang
termuat dalam Pasal 10 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan
Sosial Tenaga Kerja yang telah mengatur bahwa pengusaha wajib melaporkan
kecelakaan kerja yang menimpa tenaga kerjak kepada Kantor Departemen
Tenaga Kerja dan Badan Peyelengara dalam waktu tidak lebih dari 2 kali 24 jam
setelah tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan tersebut mendapatkan surat
keterangan dokter yang menyatakan bahwa kondisi tenaga kerja tersebut
sembuh, cacat atau meninggal dunia seperti penelitian yang mengharuskannya
ada jam sostek bagi pekerja. Setiap tempat kerja harus pengembangan Kesehatan
dan Keselamatan Kerja. Dilaboratorium analis kesehatan melaksanakan upaya
kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga,
masyarakat dan lingkungan disekitarnya (Anonim, 2010).
Sebagai seorang praktikan, sebelum melakukan praktikum kita terlebih
dahulu harus mengetahui bagaimana pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) di laboratorium, agar kita dapat melaksanakan praktikum dengan
aman dan lancar. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan
penggunaan alat alat laboratorium, bahan dan proses praktikum, tempat
praktikun & lingkungannya serta cara-cara melakukan praktikum. keselamatan
kerja menyangkut segenap proses Praktikum di laboratorium. Sedangkan
kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan yang
terjadi pada saat praktikum sedang berlangsung. Oleh karena dibelakang
peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk
perencanaan (Rahayuningsih, 2013).
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) akan menciptakan terwujudnya
pemeliharaan laboratorium serta juga tenaga kerja yang baik. Keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) ini harus ditanamkan pada diri masing-masing individu
karyawan dengan cara penyuluhan dan pembinaan yang baik agar mereka
menyadari arti penting keselamatan kerja bagi dirinya maupun untuk
laboratorium dan bagi para pekerja (Syartini, 2010).
Kesehatan kerja (Occupational health) merupakan bagian dari kesehatan
masyarakat yang berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan dengan
faktor potensial yang mempengaruhi kesehatan pekerja (dalam hal ini Dosen,
Mahasiswa dan Karyawan). Bahaya pekerjaan (akibat kerja), seperti halnya
masalah kesehatan lingkungan lain, bersifat akut atau kronis (sementara atau
berkelanjutan) dan efeknya mungkin segera terjadi atau perlu waktu lama. Efek
terhadap kesehatan dapat secara langsung maupun tidak langsung. Kesehatan
masyarakat kerja perlu diperhatikan, oleh karena selain dapat menimbulkan
gangguan tingkat produktifitas, kesehatan masyarakat kerja tersebut dapat
timbul akibat pekerjaanya. Sasaran kesehatan kerja khususnya adalah para
pekerja dan peralatan kerja di lingkungan laboratorium. Dalam laboratorium
harus ada manajemen K3 yang berguna untuk mengantisifasi terjadinya
kecelakaan, dan harus di dukung dengan enabling factor/ pendukung
(lingkungan fisik dan ketersediaan fasilitas dan alat pendukung diri) dan faktor
pendorong (dukungan sosial) dengan kecelakaan kerja yang terjadi
dilaboratorium (Wulandari, 2011).
Adapun contoh manajemen dalam kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
adalah pada RSIA Kasih Ibu Manado dimana disana menerapkan analisis
penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) Hasil
dari penelitian ini adalah adanya komitmen dan kebijakan manajemen dalam
pelaksanaan SMK3, perencanaan disusun oleh pimpinan RS secara lisan dan
pelaksanaan K3 sudah terprogram tetapi belum mempunyai organisasi khusus
dan ahli K3 antara lain penyediaan APD dan pelatih K3 bagi pegawai RS serta
pengukuran dan evaluasi belum maksimal dilaksanakan (Toding, 2016).

C. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Tabung Hydrant/APAR
b. Kain bekas
c. Kaleng cat 25 liter
d. Pemantik

2. Bahan
a. Solar 2 liter
b. Pertalite 2 liter
c. Kertas

D. Prosedur Kerja
1. Pemadaman kebakaran dengan kain basah
a. Disiapkan kain yang akan digunakan terlebih dahulu
b. Dibasahi kain tersebut menggunakan air

c. Ditentukan terlebih dahulu arah angina berhembus sebelum melakukan


pemadaman
d. Ditutupi sumber kebakaran menggunakan kain basah tersebut hingga api
padam.
2. Pemadaman kebakaran dengan tabung Hydrant/APAR
a. Disiapkan tabung APAR yang akan digunakan
b. Dicabut terlebih dahulu pin tabung
c. Dipastikan terlebih dahulu dengan mengeluarkan isi tabung
d. Diarahkan selang tabung ke arah sumber api
e. Dikeluarkan isi tabung dengan menekan pelatuknya
f. Dilakukan hingga api padam

E. Hasil Pengamatan
1. Pemadaman kebakaran dengan kain basah

2. Pemadaman kebakaran dengan tabung Hydrant/APAR


F. Pembahasan

Pada percobaan ini, praktikan melakukan pemadaman api. Sebelum


memadamkan api, praktikan perlu mengethaui prinsip dari pemadaman
kebakaran. Prinsip pemadaman kebakaran adalah suatu tindakan untuk
mematikan api dengan cara memisahkan/menghilangkan salah satu unsur dari
pembentuk api yaitu sumber panas, benda mudah terbakar (bahan bakar), dan
oksigen
Apabila telah terjadi kebakaran maka tindakan pertama yang dapat
dilakukan adalah melenyapkan oksigen dalam kebakaran tersebut. Hal ini
dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan konvensional berupa kain
basah, pasir, maupun Alat Pemadam Api Ringan (APAR).
Menguraikan bahan yang terbakar juga merupakan cara untuk memperkecil
atau mematikan api/kebakaran, seperti memindahkan kayu/kertas,
memindahkan minyak/menutup kran, maka api akan mengecil sehingga mudah
untuk dipadamkan.
Setelah mengetahui prinsip-prinsip pemadaman kebakaran maka kita dapat
menggunakan peralatan/bahan pemadam kebakaran secara tepat. Peralatan
pemadam kebakaran dikelompokkan dalam dua kelompok, yakni peralatan
pemadam konvensional (seperti air, karung goni/kain basah, pasir/lumpur, dll),
dan Peralatan modern seperti Alat Pemadam Api ringan (APAR).
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) APAR adalah alat yang ringan serta
mudah dilayani oleh satu orang untuk memadamkan api pada awal terjadinya
kebakaran. Tabung APAR harus diisi ulang sesuai dengan jenis dan
konstruksinya. Jenis APAR meliputi jenis air (water), busa (foam), serbuk kering
(dry chemical) dan gas CO2, yang berfungsi untuk menyelimuti benda terbakar
dari oksigen di sekitar bahan terbakar sehingga suplai oksigen terhenti. Zat
keluar dari tabung karena dorongan gas bertekanan.
Pada percobaan ini, praktikan melakukan pemadaman kebakaran dengan 2
cara, yakni menggunakan kain dan tabung Hydrant/APAR. Ketika menggunakan
kain, praktikan perlu untuk membasahi kain tersebut menggunakan air. Setelah
itu perhatikan arah angina berhembus untuk mempermudah dalam memadamkan
api. Jika dirasa siap, tutup api dan sumbernya menggunakan kain basah
sebelumnya.
Ketika memadamkan api menggunakan tabung Hydrant/APAR,
tabung terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan dengan menekan pelatuk tabung
tersebut. Hal ini dilakukan untuk memastikan isi tabung tersebut masih ada.
Setelah itu, arahkan selang tabung menuju sumber api dan kemudian tekan
pelatuknya untuk memadamkan api tersebut.
G. Kesimpulan

1. Pemadaman api dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan


menggunakan kain basah dan tabung hydrant/APAR

2. Sebelum menggunakan APAR, akan lebih baik jika praktikan memeriksa


beberapa hal, seperti jenis APAR, tekanan, dan pin pengaman
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. “Standar Laboratorium Analisis Kesehatan Pendidik Tenaga


Kesehatan. Kementerian Kesehatan RI Badan PPSDM Kesehatan Pusat
Pendidik Tenaga Kerja”. Jakarta

Rahayuningsih. 2014. “Pegaruh Pengetahuan K3 dan Sikap Terhadap Kesadaran


Berperilaku K3 Di Laboratorium CNC dan PLC SMK Negeri 3 Yogyakarta”.
Fakultas Teknik UNY. Yogyakarta
Syartini, Titi. 2010. “Penerapan SMK3 dan Upaya Pencegahan Kecelakaan di PT”.
Indofood CBP Sukses Makmur Divisi Noodle Cabang Semarang. UNS.
Sembiring, Laurens. 2019. “Latihan Pemadaman Api Besar. POLITEKNIK
ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS PEM AKAMIGAS”. Cepu
Toding Ryane, dkk. 2016. “Analisis Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (SMK3) Di RSIA Kasih Ibu Manado”. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Univ. Sam Ratulangi. Manado
Wulandari Nindi. 2011. “Hubungan Perilaku dan Penerapan Manajemen
Keselamatan Kesehatan Kerja dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja Di
Laboratorium Patologi Klinik RSD dr. Soebandi Jember”. FKM Universitas
Jember. Jember

Anda mungkin juga menyukai