Anda di halaman 1dari 24

MANAJEMEN RISIKO K3

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Safety & Health Environment yang
diampu oleh:
Bapak Ignatius Oki Dewa Brata, S.E., M.Si., Ak., C.A.

Oleh:
Meilani Putri Mayasari
0320244002

UNIVERSITAS WIDYATAMA
FAKULTAS EKONOMI
AKUNTANSI
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan pada Allah subhanahu wa ta’ala dapat
diberikan kesempatan menyelesaikan tugas mata kuliah Safety & Health Environment
dalam waktu singkat, yang diampu oleh Bapak Ignatius Oki Dewa Brata, S.E., M.Si.,
Ak., C.A. Makalah ini disusun atas dasar pengetahuan yang saya terima untuk
dipahami dan digunakan pada saat dibutuhkan nanti.

Tak lupa ucapan terima kasih kepada bapak Dosen yang telah berbaik hati
memberikan saya dan teman-teman kelas modul pembelajaran pembahasan tentang
Manajemen Risiko K3 yang akan dibahas dalam makalah ini.

Saya sadar makalah ini masih banyak kekurangannya, baik dari materi serta
cara penulisannya, maka dari itu kritik dan saran sangat terbuka, serta saya sangat
berharap makalah ini akan berguna bagi pembaca nantinya.

Bandung, 26 Juni 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Identifikasi Masalah
1.3 Tujuan dan Kegunaan Makalah
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan dan Saran
3.1.1 Kesimpulan
3.1.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah suatu


proses kegiatan yang terdiri atas perencanaan, penerapan dan pemeliharaan kebijakan
K3, dan pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja sehingga
terciptanya tempat kerja yang aman, efesien dan produktif.

Dalam penerapan proses manajemen tentu perlu diperhatikan risiko dan nilai-
nilai materalitas lainnya, sehingga perlu diperhatikan manajemen risiko K3 pada .
1.2 Identifikasi Masalah

1) Pengertian Kebakaran.
2) Penyebab Kebakaran.
3) Penanggulangan Kebakaran.

1.3 Tujuan dan Kegunaan Makalah

Selain dari pemenuhan tugas kuliah, makalah ini bertujuan juga sebagai alat
untuk bukti bahwa Saya telah memahami teori atau ilmu dari modul yang telah
diberikan, mengenai Kebakaran.
Makalah ini juga merupakan dasar pengingat pentingnya pelaksanaan
Penerapan Safety Health and Environment pada kebakaran dalam ruang lingkup
pekerjaan.
.
BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Kebakaran
Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat yang
tidak kita kehendaki, merugikan pada umumnya sukar dikendalikan.
Klasifikasi kebakaran
Yang dimaksud dengan klasifikasi kebakaran adalah penggolongan atau
pembagian atas kebakaran berdasarkan pada jenis benda / bahan yang terbakar.
Dengan adanya klasifikasi kebakaran tersebut diharapkan akan lebih mudah atau
lebih cepat dan lebih tepat mengadakan pemilihan media pemadaman yang akan
digunakan untuk melaksanakan pemadaman. Klasifikasi kebakaran sesuai dengan
bahan bakar yang terbakardan bahan pemadaman untuk masing-masing kelas yaitu:
 
 Kelas A
Temasuk dalam kelas ini adalah kebakaran pada bahan yang mudah terbakar
biasa, misalnya: kertas, kayu, maupun plastic. Cara mengatasinya yaitu bisa
dengan menggunakan air untuk menurunkan suhunya sampai di bawah titik
penyulutan, serbuk kering untuk mematikan proses pembakaran atau
menggunakan halogen untuk memutuskan reaksi berantai kebakaran.
 Kelas B
Kebakaran pada kelas ini adalah yang melibatkan bahan cairan combustible
dengan cairan flammable, seperti bensin, minyak tanah dan bahan serupa
lainnya. Cara mengatasinya dengan bahan foam.
 Kelas C
Kebakaran yang disebabkan oleh listrik yang bertegangan untuk mengatasinya
yaitu dengan menggunakan bahan pemadaman kebakaran non kondusif agar
terhindar dari sengatan listrik.
 Kelas D
Kebakaran pada bahan logam yang mudah terbakar seperti titanium,
alumunium,magnesium, dan kalium. Cara mengatasinya yaitu powder khusus
kelas ini.
Penyebab Kebakaran
1.      Terbatasnya keterangan dan pengetahuan tentang kebakaran
2.      Kelalaian manusia/human eror (intalasi listrik tidak standar, lupa mematikan
kompor saat pergi, membuang puntung rokok sembarangan, dll)
3.      Kesengajaan (pembakaran hutan untuk membuka lahan, membakar sampah
sembarangan, dll)
4.      Alam (kebakaran hutan akibat gesekan antar batang, sambaran petir, gunung api
meletus, dll)

SUMBER KEBAKARAN
1.      KORSLETING LISTRIK, (70% Kebakaran pemukiman)
2.      KEBOCORAN TABUNG/KOMPOR GAS
3.      PUNTUNG ROKOK,
4.      CUACA PANAS
5.      DLL

Teknik Pemadaman Kebakaran


Memadamkan kebakaran dapat dilakukan dengan prinsip menghilangkan salah
satu atau beberapa unsur dalam proses nyala api , beberapa cara memadamkan api
yaitu:

A.    Pendinginan (cooling)

Salah satu cara yang umum untuk memadamkan kebakaran adalah dengan

cara pendinginan/menurunkan temperatur bahan bakar sampai tidak dapat

menimbulkan uap atau gas untuk pembakaran. Salah satu bahan yang efektif terbaik

menyerap panas adalah Air. Pendinginan permukaan biasanya tidak efektif pada

produk gas dan cairan yang mudah terbakar dan memiliki flash point dibawah suhu

air yang dipakai untuk pemadaman. Oleh karena itu media air tidak dianjurkan untuk

memadamkan kebakaran dari bahan cairan mudah terbakar dengan flash point di

bawah 100 oC atau 37 oC.


B.      Penyalimutan (smothering)

Pendinginan dengan menggunakan oksigen (smothering), dengan


membatasi/mengurangi oksigen dalam proses pembakaran api akan dapat padam.
Pemadaman kebakaran dengan cara ini dapat lebih cepat apabila uap yang terbentuk
dapat terkumpul di dalam daerah yang terbakar, dan proses penyerapan panas oleh
uap akan berakhir apabila uap tersebut mulai mengembun, dimana dalam proses
pengembunan ini akan dilepasnya sejumlah panas.

C.     Mengurangi/memisahkan benda yang belum terbakar dengan cara diurai

(starvation)

o  Menjauhkan benda yang belum terbakar.

o  Menutup kran aliran minyak/gas yang terbakar.

o  Merobohkan salah satu bangunan guna melindungi bangunan yang

jumlahnya lebih banyak dan belum terbakar.

Jenis Media Pemadaman Kebakaran

Penanggulangan Kebakaran, adalah Dalam mengenal berbagai jenis media


pemadam kebakaran dimaksudkan agar dapat menentukan jenis media yang tepat,
sehingga dapat memadamkan kebakaran secara efektif, efisien, dan aman. Dari
bentuk fisiknya media pemadam kebakaran ada 5 jenis yaitu :
 
1. Air
Air digunakan sebagai media pemadam kebakaran yang cocok atau tepat
untuk memadamkan kebakaran bahan padat (klas A) karena dapat menembus
sampai bagian dalam.
Bahan pada yang cocok dipadamkan dengan menggunakan air adalah seperti:
Kayu,  Arang, Kertas,  Tekstil, Plastik dan sejenisnya.

2. Busa
Jenis media pamadam kebakaran, busa adalah salah satu media yang dapat
digunakan untuk memadamkan api. Ada 2 (dua) macam busa yang berfungsi
untuk memadamkan kebakaran yaitu busa kimia dan busa mekanik. Busa
kimia dibuat dari gelembung yang mengandung zat arang dan carbon
dioksida, sedangkan busa mekanik dibuat dari campuaran zat arang dengan
udara. Busa dapat memadamkan kebakaran melalui kombinasi tiga aksi
pemadaman yaitu:
-          Menutupi yaitu membuat selimut busa diatas bahan yang terbakar,
sehingga kontak dengan oksigen (udara) terputus.
-          Melemahkan yaitu mencegah penguapan cairan yang mudah terbakar.
-          Mendinginkan yaitu menyerap kalori cairan yang mudah terbakar sehingga
suhunya menurun.

3. Serbuk kimia kering


Daya pemadam dari serbuk kimia kering ini bergantung pada jumlah serbuk
yang dapat menutupi permukaan yang terbakar. Makin halus butir – butir
serbuk kimia kering makin luas permukaan yang dapat ditutupi.

Adapun butiran bahan kimia kering yang sering digunakan adalah


Ammonium hydro phospat yang cocok digunakan untuk memadamkan
kebakaran klas A, B dan C. Cara kerja serbuk kimia kering ini adalah secara
fisik dan kimia.

4. Carbon dioksida (CO)


Media pemadam api CO2 didalam tabung harus dalam keadaan fase cair
bertekanan tinggi. Prinsip kerja gas CO2 dalam memadamkan api ialah reaksi
dengan oxygen (O2) sehingga konsentarsi didalam udara berkurang, sehingga
api akan padam hal ini disebut pemadaman dengan cara menutup.
Namun CO2 juga mempunyai kelemahan ialah bahwa media pemadam
tersebut tidak dapat dicegah terjadinya kebakaran kembali setelah api padam
(reignitasi). Hal ini disebabkan CO2 tersebut tidak dapat mengikat oxygen
(O2) secara terus menerus tetapi hanya mengikat O2 sebanding dengan
jumlah CO2 yang tersedia sedang supply oxygen disekitar tempat kebakaran
terus berlangsung.
 
5. Halon
Pada saat terjadi kebakaran apabila digunakan halon untuk memadamkan api
maka seluruh penghuni harus meninggalkan ruangan kecuali bagi yang sudah
mengetahui betul cara penggunaannya. Jika gas halon terkena panas api
kebakaran pada suhu sekitar 485 oC maka akan mengalami penguraian, dan
zat – zat yang dihasilkan akan mengikat unsur hydrogen dan oxygen. Jika
penguraian tersebut terjadi dapat menghasilkan beberapa unsur baru dan zat
baru tersebut beracun dan cukup membahayakan terhadap manusia.
Sebagai langkah persiapan, yang harus dilakukan adalah:
 Membuat rencana penyelamatan dan komunikasi bagi keluarga untuk
menghadapi resiko terjadinya kebakaran.
 Buatlah skema jalur evakuasi di rumah, sekolah, kantor, atau bangunan
lainnya apabila kebakaran terjadi tiba-tiba.
 Hindarkan peralatan dan bahan yang mudah terbakar dari jangkauan anak-
anak.
 Periksa kondisi tungku masak (kompor minyak atau kompor gas, selang,
tabung, dll). Segera ganti apabila ada komponen yang rapuh atau bocor.
 PERHATIKAN INSTALANSI LISTRIK. Periksa secara berkala instalasi
listrikdi rumah Anda. Apabila terdapat kabel, sambungan atau stop kontak
yang rusak, segera perbaiki atau ganti.
 Simpanlah barang-barang yang mudah terbakar secara hati-hati
 Pada saat lampu padam, jangan letakkan lilin dekat bahan yang mudah
terbakar (kasur, kain, kayu.)
 Hindari penggunaan peralatan listrik melebihi beban kapaitas meter listrik.
Pemasangan instalasi listrik dengan terlalu banyak sambungan (memakai
isolasi) akan mudah memuai dan merupakan penyebab utama kebakaran kelas
C.

Apabila kebakaran terjadi, hal-hal yang harus dilakukan adalah:

 Apabila Anda mendengarkan alarm kebakaran, segera keluar dari bangunan

melalui jalur evakuasi yang aman.

 Apabila pakaian Anda terbakar, segera berhenti dan berguling-gulinglah

hingga padam. Lindungi muka dengan tangan.

 Dahulukan keselamatan jiwa Anda sebelum menolong orang lain yang

terjebak dalam kebakaran.

 Segera telepon pemadam kebakaran dan bantu padamkan api dengan cara

yang aman.
Hal hal yang harus Anda lakukan setelah kebakaran berakhir adalah:

 Setelah api seluruhnya padam, jangan langsung masuk ke dalam bangunan.

Waspada terhadap kerusakan bangunan akibat kebakaran, cek kekuatan

bangunan.

 Inventaris barang-barang dan dokumen penting dalam rumah anda sebelum

memilah mana yangakan dibuang.

 Bersihkan sisa abu dan runtuhan dengan menggunakan masker dan sarung tangan

untuk menghindari hirupan debu.

Adapun kebakaran hutan di Indonesia merupakan kedua yang tersebar di Asia

Tenggara. Kawasan hutan hujan tropis memiliki titik-titik panas yang berpotensi

memicu kebakaran hutan secara luas. selain faktor cuaca, kebakaran hutan juga

disebabkan oleh pembakaran hutan oleh peladang.

BANTU KAMPANYE PENYELAMATAN HUTAN INDONESIA agar hutan

kita tetap lestari.

Penyebab terjadinya kebakaran hutan:

 Membersihkan lahan hutan dengan membakar (slash and burn)

 Membiarkan api yang tidak terawasi, seperti misalnya puntung rokok yang

dibuang sembarangan atau api unggun yang ditinggalkan saat masih

menyala.
Jika terjadi kebakaran hutan, segeralah:

 Menghubungi pemadam kebakaran

 Memperingatkan kepada warga yang lain untuk menyelamatkan diri

 Membantu usaha memadamkan api dengan peralatan yang ada

Resiko korban dan kerugian akibat kebakaran dapat diperkecil dengan:

 Membersihkan lahan untuk ladang tanpa menggunakan api

 Jika terpaksa menggunakan api untuk membersihkan lahan, harus

dikendalikan dan diawasi

Pemadam Kebakaran
Pemadam kebakaran disingkat Damkar, Branwir (dari Bahasa
Belanda "Brandweer"), atau PMK adalah orang atau pasukan yang bertugas
memadamkan kebakaran, melakukan penyelamatan, dan menanggulangi bencana atau
kejadian lainya.[1]
Petugas pemadam kebakaran selain terlatih untuk
menyelamatkan korban dari kebakaran atau melakukan pemadaman, juga dilatih
untuk menyelamatkan korban-korban bencana seperti kecelakaan lalu lintas, gedung
runtuh, banjir, gempa bumi, dll. Di lain hal, mereka juga ditugaskan untuk melakukan
tugas-tugas penyelamatan yang tidak menyangkut adanya kebakaran seperti
pengevakuasian sarang tawon, menyelamatkan korban bunuh diri, menyelamatkan
orang atau hewan yang terjebak, menanggulangi pohon tumbang, dll. Pemadam
kebakaran juga terkadang ditugaskan untuk memberi sosialisasi dan pendidikan
kepada rakyat sipil tentang kebakaran dan cara menanggapinya.
Sejarah
Konsep satuan khusus pemadaman kebakaran mulai diwujudkan di akhir
era Republik Romawi. Brigade damkar Romawi pertama dibentuk oleh Marcus
Licinius Crassus, seorang jenderal Romawi, yang beranggotakan sekitar 500 orang.
Kaisar Nero, membentuk satuan Vigiles Urbani di tahun 60 M dimana satuan ini
bertugas memadamkan kebakaran menggunakan ember dan pompa. Satuan ini
berpatroli di sekitar jalan-jalan Roma untuk mengawasi potensi adanya kebakaran
dan juga bertugas sebagai satuan polisi saat itu. Jika kebakaran terjadi, satuan ini akan
berbaris di sumber air terdekat dan mengumpan ember berisi air dari tangan ke tangan
sampai air tiba di tempat kebakaran.

Sejarah Damkar di Hindia Belanda


Sejarah damkar yang dulu dikenal "Branwir" dari Bahasa Belanda:
"Brandweer" bermula pada tahun 1873, di mana terjadi kebakaran besar di Kramat-
Kwitang, dan residen (sekarang Gubernur DKI Jakarta) mengeluarkan peraturan
(reglemet) pada tahun 1915 dengan nama Reglement op de Brandweer in de
Afdeeling stad Vorsteden van Batavia, yang membahas pembentukan satuan
pemadam kebakaran khusus di Batavia, yang kini menjadi Dinas Pemadam
Kebakaran dari Provinsi DKI Jakarta.

Pemadaman kebakaran di Indonesia[sunting | sunting sumber]


Di Indonesia, dinas pemadam kebakaran adalah unsur
pelaksana pemerintah yang diberi tanggung jawab dalam melaksanakan tugas-tugas
penanganan masalah kebakaran dan bencana yang termasuk dalam dinas gawat
darurat atau Rescue (penyelamatan) seperti Ambulans dan Badan SAR Nasional. Para
pemadam kebakaran dilengkapi dengan pakaian anti-panas atau anti-api dan juga
helm serta sepatu khusus dalam melaksanakan tugas, dan biasanya pakaianya
dilengkapi dengan scotlight reflektor berwarna putih mengkilat agar dapat terlihat
pada saat pelaksanaan tugas di malam hari.
Kepangkatan
Pasukan Pemadam Kebakaran juga memiliki sistem kepangkatan seperti di
instansi militer atau kepolisian.
Unit tugas
Pemadam Kebakaran Indonesia memakai Moto yang berbunyi: Pantang Pulang
Sebelum Padam. Sedangkan tugas pokok adalah:

1. Pencegahan dan pengendalian kebakaran


2. Pemadaman kebakaran
3. Penyelamatan Korban
4. Pemberdayaan masyarakat
5. Penanganan bahan bahaya beracun

Kantor atau pusat pemadam kebakaran


Setiap pemadam kebakaran memiliki kantor sebagai lokasi unsur pelaksana
pemadam kebakaran. Kantor ini berguna sebagai lokasi garasi kendaraan pemadam
kebakaran serta penyimpanan alat-alat pemadaman kebakaran, pusat informasi dan
pengaduan, serta lokasi operasi komando pemadam kebakaran. Kantor Pemadam
Kebakaran memiliki dua tingkatan mulai dari tingkat tertinggi yang mewakili suatu
kota/kabupaten yang bernama kantor Suku Dinas Pemadam Kebakaran yang
membawahi beberapa pos pemadam kebakaran untuk mewakili di tingkat
kecamatan/kelurahan.

Kendaraan pemadam kebakaran


Sebuah Truk Pemadam Kebakaran di DKI Jakarta. Kendaraan-kendaraan
Pemadam Kebakaran tergolong sebagai kendaraan unit gawat darurat. Tipe
kendaraaan ini biasanya truk yang bagian belakang merupakan penyimpanan air, dan
kendaraan ini umumnya berwarna merah. Ada beberapa tipe kendaraan yang
digunakan di kesatuan pemadam kebakaran seperti:

 mobil pick-up double cabin atau SUV yang digunakan untuk


membawa perwira/komando pemadam kebakaran,
 truk pemadam kebakaran dengan ukuran kecil dan besar sebagai unit pembawa
air (unit tanker),
 truk pemompa dan penyimpan air (biasanya dapat memompa air dari Hidran dan
sumber air lainya) disebut Pump Unit
 truk dan mobil pembawa alat-alat dan perlengkapan (selang, palu, gergaji, p3k,
lampu, dll) pemadam kebakaran,
 truk pembawa tangga (unit ladder),
 serta kendaraan pembantu operasional lainya seperti: ambulans milik pemadam
kebakaran.
Pada kondisi darurat atau menanggapi suatu kebakaran, kendaraan ini wajib
diberi laluan dan jalan di lalulintas agar sampai di lokasi dengan cepat. Pada kondisi
darurat atau menanggapi suatu kebakaran, kendaraan ini akan membunyikan sirene
dan menyalakan lampu-lampu darurat yang umumnya berwarna merah atau biru
maupun kuning, jika pengemudi melihat ini di jalan raya atau lalulintas, maka seluruh
kendaraan wajib memberi laluan atau minggir untuk memprioritaskan tugas
penyelamatan nyawa tersebut. Dan jika ada pengemudi yang mengabaikan,
membiarkan, atau mengganggu perjalanan kendaraan darurat yang sedang
menjalankan tugas, maka itu merupakan tindakan pelanggaran lalulintas dan sangat
dilarang dalam peraturan lalu-lintas Indonesia maupun seluruh dunia. Pada kondisi
ini, kendaraan darurat juga termasuk seperti: Ambulans.

Perlengkapan pemadam kebakaran


Tabung pemadam api, adalah alat pemadam kebakaran yang terbagi menjadi 2
jenis, yaitu: tabung pemadam api portable unit dan tabung pemadam api trolley unit.
Dari keduanya diatas dibagi 2 lagi berdasarkan sistem, yaitu cartridge sistem dan
Stored Pressure System. dan bagi tabung pemadam api yang memiliki cartridge
sistem adalah media atau isi dalam tabung terpisah dengan gas buang, dan gas buang
dinamakan dengan CO2 (carbon Dioxide). Demikian pula Tabung Pemadam Api
yang menggunakan Stored Pressure System adalah tabung pemadam api dengan
media atau isi menyatu dengan gas buang yang disebut N2 (gas kering).
Alat Pemadam Api Ringan (APAR,) adalah tabung pemadam api yang mudah
dioperasikan bahkan oleh satu orang pengguna. karena bentuknya kecil serta beratnya
dapat ditanggung oleh satu orang saja. Portable Unit ini memiliki kelebihan dan
kekurangan, di mana tabung jenis ini dapat mematikan api pada awal terjadinya
kebakaran. tetapi tidak direkomendasikan untuk kebakaran yang sudah membesar.
Beberapa media yang digunakan di antaranya:

 Dry Chemical Powder


 CO2 (Carbon Dioxide)
 Foam AFFF (Aqueoues Film Forming Foam)
 Gas Pengganti Hallon 141b (Clean Agent)
Seperti yang sudah dikatakan diatas bahwa pemadam api portble adalah pemadam api
modern yang cukup mudah dan instan untuk digunakan dalam penanggulangan
bahaya kebakaran dan pencegah pada awal terjadinya kebakaran.
Sejak bulan Januari 2021, seluruh mobil barang dan mobil penumpang yang dijual di
Indonesia mulai keluaran tahun 2021 wajib dilengkapi alat ini. Hal tersebut
diterapkan sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor:
KP.972/AJ.502/DRJD/2020 tentang Fasilitas Tanggap Darurat Kendaraan Bermotor
yang ditetapkan pada tanggal 18 Februari 2020.[2]

alat pemadam api ini berguna digunakan untuk bahaya kebakaran berat
Alat Pemadam Api Berat (APAB,) adalah tabung pemadam api skala besar dan bisa
dioperasikan oleh dua orang atau lebih, dikarenakan bentuknya yang besar dan juga
berat. Cocok digunakan dalam kebakaran jenis kecil dan sedang, layaknya seperti
portable unit tabung jenis trolley juga memiliki berbagai bahan media atau isi sebagai
bahan pemadam api, di antaranya:

 Dry Chemical Powder


 CO2 (Carbon Dioxide)
 Foam AFFF (Aqueoues Film Forming Foam)
 Gas Pengganti Hallon (Clean Agent)

alat pemadam api isi dalam tabung dry chemical powder


Dry Chemical Powder, Merupakan kombinasi dari fosfat Mono-amonium dan
ammonium sulphate. Yang berfungsi mengganggu reaksi kimia yang terjadi pada
zona pembakaran, sehingga api padam. Dry Chemical powder juga memiliki titik
lebur yang rendah dan pada partikel yang sangat kering serta membengkak untuk
membentuk penghalang yang hingga oksigen tidak dapat masuk sehingga dapat
menutupi area kebakaran (api), akhirnya api tidak akan menyala dikarenakan
pijakannya ditutupi oleh Dry Chemical powder.

 Merupakan media pemadam api serbaguna, aman dan luas pemakaiannya karena
dapat mematikan api kelas A, B, dan C.
 Dapat menahan radiasi panas dengan kabut (serbuk) partikelnya.
 Tidak menghantarkan listrik (Non Konduktif).
 Kimia kering tidak beracun (Non Toxic).
 Tidak berbahaya terhadap tumbuhan, hewan terutama manusia.
Tabung Pemadam Api adalah salah satu produk yang menggunakan bahan dry
chemical powder, karena memiliki tingkat kelas kebakaran A, B, dan C.
alat pemadam api ini digunakan untuk kebakaran kelistrikan
Carbon Dioxide (CO2 ,) adalah Senyawa/bahan kimia yang terbentuk dari 1 atom
karbon + 2 atom oksigen, yang dapat dihasilkan baik dari kegiatan alamiah maupun
kegiatan manusia.

 Dapat digunakan memadamkan kebakaran kelas B dan C karena merupakan


bahan gas, CO2 tidak merusak, dengan daya guna yang efektif dan bersih.
 Sangat efisien serta efektif digunakan dalam ruangan seperti kantor, lab dan
ruangan lainnya.
 Carbon Dioxide (CO2) dapat menyerap panas dan sekaligus mendinginkan.
 Konstruksi tabung dirancang khusus untuk menahan tekanan tinggi dan
dilengkapi dengan selang yang panjang dengan nozzle yang berbentuk corong.
 Tidak berbahaya terhadap tumbuhan, hewan terutama manusia.

Foam AFFF (Aqueous Film Forming Foam,) adalah berbasis air dan sering
mengandung surfaktan berbasis hidrokarbon seperti sulfat sodium alkyl, fluoro
surfactant seperti: fluorotelomers, asam perfluorooctanoic (PFOA), asam
perfluorooctanesulfonic (PFOS). Mereka memiliki kemampuan untuk menyebar di
permukaan cairan berbasis hidrokarbon. Alcohol resistant aqueous film forming
foams (AR AFFF) adalah busa / foam yang tahan terhadap reaksi dari alkohol, dapat
membentuk lapisan/ segmen pelindung ketika dipakai atau di semprot.

 Dapat digunakan untuk memadamkan api kelas A namun sangat cocok bila


digunakan untuk kelas B.
 Bersifat Kondukstif (Penghantar Listrik). Tidak dapat dipakai untuk
memadamkan api kelas C.
 Foam bersifat ringan, sangat efektif untuk memadamkan zat cair yang mudah
terbakar dengan cara mengisolasi oksigen serta menutupi permukaan zat cair
untuk menghindari api yang dapat menjalar (meluas) kembali.
 Tidak berbahaya terhadap tumbuhan, hewan terutama manusia.

alat pemadam api gas pengganti halon ini sangat bersih dan ramah lingkungan
Gas Pengganti Hallon Non CFC (HCFC-141B,) adalah senyawa kimia yaitu
hydrochlorofluorocarbon (HCFC). Merupakan senyawa dari 1,1-dichloro-1-
fluoroethane dan Chemical Abstracts.

 Merupakan pemadam api yang bersih dan tidak meninggalkan residu.


 Sangat efektif untuk digunakan pada semua risiko kelas kebakaran A, B dan C.
 Tidak menghantarkan listrik (Non Konduktif), sehingga tidak akan menyebabkan
kerusakan pada peralatan elektronik dan alat perkantoran modern lainnya.
 Tidak berbahaya terhadap tumbuhan, hewan terutama manusia.
Pengendalian Risiko Kebakaran
Persyaratan pertama dalam proses pengurangan risiko yang efektif bagi
pengusaha adalah pengangkatan seorang manajer yangbertanggungjawab atas
Manajemen Kebakaran. Orang yang diangkat tersebut harus membuat ‘Rencana
Kebakaran’ dan menjalin hubungan kerja yang erat dengan perwakilan pekerja
selama pelaksanaan kebijakan pengusaha dan prosedur pengurangan risiko
kebakaran. Pengusaha harus mempertimbangkan pengangkatan Pengawas Kebakaran
di tiap area bangunan. Pengawas Kebakaran bisa bertanggungjawab atas hal-hal
berikut:
 Membantu Manajer Kebakaran dalam pelaksanaan Rencana Kebakaran;
 Melakukan pemeriksaan tempat kerja mingguan;
 Memastikan bahwa semua orang telah menyelamatkan diri dari area
mereka saat keadaan darurat;
 Memantau pengendalian dan meminimalisir sumber pemantik api; dan
 Penggunaan peralatan pemadam kebakaran.

Kebijakan dan rencana tersebut harus mempertimbangkan unsurunsur penting


berikutini dalam program pengurangan risiko kebakaran:
A. Mengendalikan Bahan Mudah Terbakar, Bahan mudah terbakar harus
dibatasi di dalam bangunan dan disimpan dengan benar. Jumlah bahan yang
disimpan harus dijaga seminimal mungkin. Cairan dan botol gas yang mudah
terbakar harus disimpan di bangunan penyimpanan eksternal. Bahan mudah
terbakar seperti kertas, kain, kayu, plastik, bahan kemasan dan sebagainya
tidak boleh disimpan:
 Di bawah tangga atau di ruang tempat tangga;
 Berhadapan dengan peralatan pemanas;
 Dekat dengan lemari atau peralatan listrik;
 Dekat dengan sumber pekerjaan panas misalnya mengelas dan
menggerinda; dan
 Dekat dengan sumber panas misalnya memasak atau merokok.
Bahan dan cairan yang mudah terbakar ini harus diberi label sedemikian rupa
secara memadai dan disimpan di wadah yang sesuai dan tahan api. Asap kimia
atau asap beracun dapat dihasilkan melalui pembakaran bahan tertentu.
Langkah pencegahan yang diperlukan adalah pemilihan ‘bahan tahan api’
untuk unit akomodasi. Namun, pabrik tempat memproduksi bahan tersebut
bisa menghasilkan asap beracun selama dekomposisi termal sehingga harus
mempertimbangkan potensi peningkatan risiko dan, oleh karenanya,
peningkatan tingkat kendali untuk semua factor yang dijelaskan dalam
panduan ini. Pelaksanaan praktik perawatan rumah yang baik dan inspeksi
tempat kerja rutin bisa membantu pengurangan bahan mudah terbakar di
tempat kerja. Bagian luar bangunan harus dijaga kebersihannya dari bahan
apapun yang mungkin mudah terbakar di musim panas. Bila beberapa lokasi
ditetapkan untuk tempat pekerja merokok, lokasi tersebut harus bebas dari
bahan mudah terbakar.

B. Mengurangi Potensi Pematik Api, Penempatan sumber panas atau pemantik


api harus dipertimbangkan terkait dengan lokasi bahan mudah terbakar.
Faktor kendali berikut harus dipertimbangkan di dalam Rencana Kebakaran:
 dilarang merokok di tempat kerja; akses terkontrol untuk meminimalkan
potensi pembakaran;
 perawatan rumah yang baik di area-area di mana pekerjaan panas dilakukan;
 penggunaan pengawas kebakaran menyusul pelaksanaan pekerjaan panas;
 prosedur pembakaran bahan limbah yang aman;
 pengawasan sumber panas terus-menerus selama pekerjaan dapur; dan
 pemeliharaan dan pemeriksaan listrik yang efektif
Pemeliharaan listrik yang buruk merupakan salah satu faktor utama pemantik
api, dan tindakan pencegahan khusus harus diperhatikan:
 Peralatan listrik harus dipendam di dalam tanah untuk meminimalkan
potensi listrik statis yang menciptakan sumber pemantik api;
 tiap rangkaian listrik harus memiliki sekering atau pemutus arus yang
memadai yang diletakkan di kotak yang bagus di dekat ruang kerja; sirkuit
berkabel keras harus digunakan (bukan kabel ekstensi) untuk meminimalkan
potensi kerusakan pada jaringan kabel;
 isolasi dan untuk menghapus praktik mempergunakan beberapa steker di
satu stop kontak dan kemungkinan kelebihan beban sirkuit; dan
 isolator harus diatur sedemikian rupa sehingga semua peralatan listrik
berpotensi terisolasi dalam keadaan darurat.
C. Identifikasi Cepat Mengenai Terjadinya Kebakaran, Penyediaan detektor
yang terhubung dengan sistem alarm dan peringatan adalah penting dalam
identifikasi cepat mengenai adanya kebakaran. Deteksi kebakaran bisa
didapatkan dengan menggunakan berbagai peralatan bertenaga baterai atau
listrik yang dapat mengidentifikasi adanya asap, panas atau cahaya yang
berkedip-kedip. Peralatan dan perangkat ini perlu diperiksa dan diuji secara
rutin.Lokasi dan distribusinya sangat penting. Keberadaan perangkat tersebut
sangat penting terutama di semua area bangunan tempat bahan-bahan mudah
terbakar disimpan.

D. Ketentuan dan Prosedur, keadaan darurat yang efektif Kemampuan bagi


semua orang untuk mengevakuasi bangunan secara tepat waktu adalah
persyaratan pengendalian yang sangat penting.
Perlu ada rute penyelamatan diri dari kebakaran yang ditetapkan dalam dua
arah berlawanan dari setiap ruang kerja dan area istirahat. Kamar tertutup
boleh memiliki satu pintu keluar (misalnya kantor) sepanjang pintu terbuka ke
rute pintu keluar.
Semua rute penyelamatan diri dari kebakaran harus ditandai, sebaiknya
dengan cat lantai kuning dan harus memiliki lebar minimal 70 cm dan bebas
dari hambatan. Lantai atas di bangunan harus dibangun dengan dua tangga
terpisah, sebaiknya di ujung berbeda dalam bangunan tersebut. Bilan
memungkinkan, tangga ini harus tertutup dalam bangunan yang terlindungi
untuk menghambat masuknya api.
Bila memungkinkan, rute penyelamatan diri dari kebakaran harus diterangi
dengan lampu darurat. Semua rute penyelamatan diri harus membawa ke arah
keluar dari bangunan dan menuju ke tempat yang aman. Semua rute
penyelamatan diri dari kebakaran harus diperiksa setiap minggu untuk
memastikan bahwa rute tersebut tidak terhambat dan pintu penyelamatan diri
dapat dibuka dengan mudah. Jika pengusaha merasa perlu untuk mengunci
pintu penyelamatan diri karena alasan keamanan, maka pintu tersebut harus
dilengkapi dengan kunci pemecah kaca, pelepas tuas dorong atau dikunci
dengan kunci yang anak kunci atau mekanismenya mudah diakses di bagian
dalam pintu. Semua pekerja harus diberi instruksi dan pelatihan tentang
prosedur penyelamatan diri dari kebakaran.

Prosedur penyelamatan diri dari kebakaran harus menjadi unsur utama K3


dalam pelatihan induksi pekerja. Secara rutin, semua pekerja harus mengikuti
latihan penyelamatan diri dari kebakaran. Latihan ini harus diawasi oleh
Manajer Kebakaran dan perbaikan atau tindakan koreksi selanjutnya
dilakukan jika perlu. Pekerja harus diberi instruksi dan informasi mengenai
metode alternative untuk mengevakuasi sebuah bangunan jika rute
penyelamatan diri tidak dapat diakses. Ini mungkin melibatkan penggunaan
kapak untuk memecah dinding atau penghalang. Pekerja juga harus diberi
instruksi tentang praktik merayap bila bangunan dipenuhi asap.

E. Pengendalian Kebakaran Peralatan pemadam kebakaran harus dipilih dan


diletakkan seefektif mungkin. Manajer Kebakaran harus memastikan bahwa
faktor-faktor berikut dipertimbangkan dalam rencana pemadaman kebakaran:
 peralatan pemadam kebakaran yang benar disesuaikan dengan jenis
kebakaran;
 peralatan pemadam kebakaran diletakkan di pintu keluar bangunan sehingga
tersebut bisa diakses dari posisi yang aman;
 peralatan pemadam kebakaran terpasang dengan benar dalam posisi yang
tidak terhalang dan ditandai;
 pekerja dipilih dan dilatih menggunakan alat pemadam;
 penggunaan alat pemadam, untuk tujuan apa pun, harus dengan
pemberitahuan kepada Manajer Kebakaran;
 dan alat pemadam kebakaran harus diperiksa setiap minggu untuk
memastikan alat tersebut diletakkan dengan benar dan terisi penuh untuk
digunakan.
Semua pekerja terkait harus diberi instruksi dan dilatih tentang penggunaan
peralatan pemadam kebakaran yang benar dan tentang cara yang benar
memadamkan api secara aman. Pelaporan tepat waktu kepada atasan dan
departemen pemadam kebakaran sangat penting untuk pengendalian
kebakaran dan penyelamatan pekerja yang terjebak dalam kebakaran. Nomor
kontak darurat harus ditampilkan dengan jelas di tempat kerja dan sarana
untuk melakukan kontak tersebut harus tersedia! Penyebaran api harus
dibatasi dengan pemasangan ‘Pintu Api’ di koridor dan di antara area
bangunan yang luas. Pintu api akan memperlambat laju penyebaran api
sehingga memungkinkan pekerja memiliki lebih banyak waktu untuk
mengevakuasi bangunan.

F. Pengelolaan Risiko Kebakaran, Jumlah pekerja dan tamu di dalam


bangunan harus diketahui oleh Manajer Kebakaran atau Wakil yang ditunjuk.
Pekerja, kontraktor dan tamu harus diberi instruksi tentang prosedur evakuasi.
Prosedur ini harus mencakup keharusan menghindari penggunaan lift dan
menutup pintu api saat keluar.
Ketika orang-orang telah mengevakuasi bangunan, Manajer Kebakaran harus
yakin bahwa semua orang bisa diketahui keberadaannya. Orang yang
dievakuasi harus tetap berada di lokasi yang aman hingga Manajer Kebakaran
mengetahui keberadaannya dan dalam situasi apapun mereka tidak
diperbolehkan masuk kembali ke bangunan tersebut. Setiap kendaraan yang
memiliki cairan yang mudah terbakar, atau botol gas, harus dipindahkan ke
jarak yang aman dari bangunan. Rute pendekatan harus dibersihkan agar
Layanan Darurat mudah mengakses ke lokasi.

G. Informasi, Pelatihan dan Pendidikan Pekerja, harus diberi pelatihan formal


mengenai prosedur keadaan darurat dan proses manajemen kebakaran sebagai
bagian daripelatihan induksi mereka. Pekerja harus diberi pelatihan
penyegaran secara rutin. Semua tamu harus diberi instruksi dan informasi saat
datang ke bangunan tersebut tentang sistem peringatan alarm kebakaran, rute
evakuasi dan titik berkumpul pada saat kebakaran. Informasi ini bisa
diberikan diatas kartu untuk tamu.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan dan Saran

3.1.1 Kesimpulan

Betapa pentingnya pengendalian dan pengendalian risiko terhadap


kebakaran, SMK3 jelas sangat dibutuhkan untuk menghindari kerugian dan
korban dari kebakaran.

3.1.2 Saran

Tidak ada.
DAFTAR PUSTAKA

MENGENAL BENCANA KEBAKARAN, (Online,)


(https://bpbd.kulonprogokab.go.id/detil/139/mengenal-bencana-kebakaran., diakses
20 Juni 2022.)

Pemadam Kebakaran (Online,) (https://id.wikipedia.org/wiki/Pemadam_kebakaran.,


diakses 20 Juni 2022.)

Juraida, Anita. 2020. Safety, Health, and Environment, Kebakaran. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai