OLEH:
i
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Penyusunan makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas pada mata kuliah SMK3L tentang Judul. Selain itu
tujuan dari penyusunan makalah ini juga untuk menambah wawasan tentang
pengetahuan SMK3L secara meluas. Penyusun juga mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Fakhriza, ST, MT selaku pengampu mata kuliah SMK3L, yang
telah membimbing penyusun agar dapat menyelesaikan makalah ini.
ii
DAFTAR ISI
Halaman
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sarana bangunan gedung merupakan bagian utuh yang melekat dengan
kedudukannya berfungsi sebagai tempat beraktifitas mulai dari tempat
tinggal, bekerja, dan menjalankan aktivitas lainnya [1]. Pemeriksaan
kelayakan dan kehandalan bangunan terhadap bahaya akibat kebakaran
merupakan bagian dari ketentuan teknis dalam proses perizinan diawal
pelaksanaan pembangunan gedung. Sarana ruangan pada perguruan tinggi
termasuk dalam lingkup bangunan gedung yang perlu diproteksi, sesuai
yang disebutkan dalam pasal 3 pada peraturan menteri tersebut di atas
mengenai proteksi kebakaran yang wajib dipenuhi oleh penyelenggara
pembangunan maupun pemanfaatan bangunan gedung. APAR dapat
dijadikan sebagai salah satu proteksi kebakaran yang mudah serta ringan
untuk dioperasionalkan oleh satu orang pada saat awal terjadi kebakaran.
Ruangan yang ada pada perguruan tinggi memiliki beberapa variabel
yang mempengaruhi jenis APAR yang akan diletakkan pada ruangan
tersebut, diantara variabel yang akan dijadikan penentu APAR adalah jenis
ruangan, bahan partisi, luas ruangan, dan isi. Jenis APAR yang ada terdiri
dari Cair, Powder, Foam, CO2, masing-masing memiliki kemampuan
memadamkan pada jenis bahan yang berbeda. Dukungan data mining pada
proteksi awal kebakaran adalah pada proses klasifikasi pemilihan APAR
yang sesuai dengan empat kerakteristik ruangan. Metode data mining
diperlukan untuk Optimalisasi pemilihan APAR yang sesuai pada setiap.
Naive bayes merupakan satu dari beberapa metode data mining yang dapat
dijadikan untuk proses klasifikasi APAR dengan sejumlah data training.
Kelebihan naïve bayes disbanding metode klasifikasi lainnya terdapat pada
penelitian sebelumnya tentang implementasi metode klasifikasi naïve.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan APAR?
2. Bagaimana Penerapan APAR pada kecelakaan K3?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui APAR
2. Untuk memahami penerapan APAR
BAB II
1
PEMBAHASAN SMK3
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah alat yang ringan serta mudah
dilayani untuk satu orang guna memadamkan api/kebakaran pada mula
terjadi kebakaran (definisi berdasarkan Permenakertrans RI No 4/MEN/1980
tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api
Ringan).APAR merupakan sebuah alat safety (perlindungan) kebakaran aktif
yang dipergunakan untuk memadamkan kebakaran atau mengendalikan
kebakaran kecil, biasanya dalam situasi darurat. Alat pemadam api ini tidak
dirancang untuk digunakan pada kebakaran yang sudah tidak terkontrol,
misalnya ketika api sudah membakar langit-langit. Alat pemadam api ini
terdiri dari sebuah tabung bertekanan tinggi yang berisi bahan pemadam
api.Alat pemadam api ringan (APAR) adalah alat pemadam kebakaran
portable karena bentuknya yang kecil dan praktis sehingga mudah
dipindahkan dan dibawa ke mana-mana. Fungsi APAR atau alat pemadam
kebakaran portable itu sendiri adalah mengatasi suatu titik api atau
kebakaran yang masih dapat terkontrol.
2
diwaspadai karena paling sering terjadi dalam kurun waktu tahun 2010—
2014, yakni mendominasi 53% dari total kasus kebakaran.Alat pemadam
kebakaran Foam AFFF / Cairan Busa, dapat mencegah kelas kebakaran A
dan B yang artinya mampu mengatasi kebakaran lebih besar apabila
kebakaran itu disebabkan oleh kompor gas meledak (LPG, LNG) dan cairan
kimia lain seperti bensin, solar, dan alkohol. Selain itu, APAR berisi foam
AFFF juga sesuai untuk memadamkan kebakaran benda padat seperti kayu,
kertas, dan kain. Perlu diingat bahwa APAR berisi foam AFFF tidak boleh
digunakan untuk memadamkan kebakaran akibat korsleting listrik karena
foam AFFF bersifat menghantarkan listrik.
B. Sejarah APAR
3
menghambat reaksi berantai kimia dari proses pembakaran (itu adalah
praanggapan awal abad ke-20 bahwa kemampuan pemadaman api karbon
tetraklorida bergantung pada penghilangan oksigen). Pada tahun 1911,
mereka mematenkan alat pemadam kecil portabel yang menggunakan
bahan kimia tersebut. Ini terdiri dari wadah kuningan atau krom dengan
pompa tangan terintegrasi, yang digunakan untuk mengeluarkan semburan
cairan ke arah api. Biasanya kapasitas 1 liter imperial (1,1 l) atau 1 liter
imperial (0,57 l), tetapi juga tersedia dalam ukuran hingga (9,1 l). Karena
wadah tidak bertekanan, wadah dapat diisi ulang setelah digunakan melalui
sumbat pengisi dengan pasokan CTC yang baru.Jenis lain dari pemadam
karbon tetraklorida adalah granat api. Ini terdiri dari bola kaca yang diisi
dengan CTC, yang dimaksudkan untuk dilemparkan ke dasar api (yang
awal menggunakan air asin, tetapi CTC lebih efektif). Karbon tetraklorida
cocok untuk kebakaran cair dan listrik dan alat pemadam dipasang untuk
kendaraan bermotor. Alat pemadam karbon tetraklorida ditarik pada 1950-
an karena toksisitas bahan kimia - paparan konsentrasi tinggi merusak
sistem saraf dan organ dalam. Selain itu, ketika digunakan pada api,
panasnya dapat mengubah CTC menjadi gas fosgen, yang sebelumnya
digunakan sebagai senjata kimia.
4
Pada tahun 1928, DuGas (kemudian dibeli oleh ANSUL) keluar dengan
alat pemadam kimia kering yang dioperasikan dengan kartrid, yang
menggunakan natrium bikarbonat yang diolah secara khusus dengan bahan
kimia untuk membuatnya mengalir bebas dan tahan lembab. Ini terdiri dari
silinder tembaga dengan internal CO2 kartrid. Operator memutar katup
roda di atas untuk melubangi kartrid dan menekan tuas pada katup di
ujung selang untuk mengeluarkan bahan kimia. Ini adalah agen pertama
yang tersedia untuk kebakaran cair dan gas bertekanan tiga dimensi skala
besar, dan sebagian besar tetap merupakan jenis khusus sampai tahun 1950-
an, ketika unit kimia kering kecil dipasarkan untuk digunakan di rumah.
Bahan kimia kering ABC datang dari Eropa pada 1950-an, dengan Super-K
ditemukan pada awal 60-an dan Purple-K dikembangkan oleh Angkatan
Laut AS pada akhir 1960-an.
Pada 1970-an, Halon 1211 datang ke Amerika Serikat dari Eropa, di mana
ia telah digunakan sejak akhir 40-an atau awal 50-an. Halon 1301 telah
dikembangkan oleh DuPont dan Angkatan Darat AS pada tahun 1954.
Kedua 1211 dan 1301 bekerja dengan menghambat reaksi berantai api, dan
dalam kasus Halon 1211, bahan bakar kelas A pendinginan juga. Halon
masih digunakan sampai sekarang, tetapi tidak disukai untuk banyak
penggunaan karena dampak lingkungannya. Indonesia sendiri sudah
melarang penggunaan Halon karena merusak lingkungan. Eropa Dan
Australia juga sudah telah sangat membatasi penggunaannya, sejak
Protokol Montreal tahun 1987. Pembatasan yang lebih ringan telah
diterapkan di Amerika Serikat, Timur Tengah, dan Asia.
5
2. Ditempat yang mudah di jangkau dan dilihat.
5. Tidak terkunci.
1. Kebakaran kelas A
2. Kebakaran kelas B
3. Kebakaran kelas C
6
Kebakaran Kelas C merupakan kelas kebakaran yang dikarenakan
oleh Instalasi Listrik yang bertegangan. Jenis APAR yang cocok untuk
memadamkan kebakaran Kelas C adalah APAR jenis Karbon Diokside
(CO2) dan APAR jenis Tepung Kimia (Dry Powder).
4. Kebakaran kelas D
7
5. Pastikan bracket terkait dengan sempurna pada dinding
Cara merawat alat pemadam yang ke lima adalah pastikan bracket
terkait dengan sempurna pada dinding. Alat pemadam kebakaran
portabel biasa diletakkan menggantung pada sisi ruangan agar
memudahkan pengambilan saat dibutuhkan. Untuk itu perawatan bagian
penggantung juga dibutuhkan agar alat pemadam api ringan tidak tiba-
tiba jatuh.
6. Memastikan apakah roda bisa berfungsi
Cara merawat alat pemadam yang ke enam khusus untuk APAR yang
menggunakan troli yaitu Anda harus memastikan apakah roda bisa
berfungsi dengan baik. Hal in dilakukan untuk menghindari terjadinya
kemacetan roda. Dari sini Anda juga bisa menilai apakah APAR troli
yang Anda gunakan bisa berfungsi dengan baik saat dibutuhkan dalam
keperluan mendesak.
7. Pastikan APAR berada di kondisi yang baik
Cara yang terakhir pastikan bahwa APAR berada di kondisi yang baik
dengan melakukan pengisian ulang 4 tahun sekali meski tidak
digunakan. Karena walaupun tidak digunakan APAR akan mengalami
pemuaian yang cukup signifikan sehingga tetap membutuhkan isi ulang
minimal 4 tahun sekali agar berfungsi dengan baik saat digunakan.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran