Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PRODI TEKNOLOGI MESIN

ALAT PEMADAM API RINGAN


(Mata Kuliah SMK3L)

OLEH:

NAMA : SANGKOT DIKI KURNIA


NIM : 2022214010031
KELAS 1A

Dosen Pengajar Mata Kuliah: Fakhriza, ST, MT

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN


RISET, DAN TEKNOLOGI
POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE
JURUSAN TEKNIK MESIN

i
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Penyusunan makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas pada mata kuliah SMK3L tentang Judul. Selain itu
tujuan dari penyusunan makalah ini juga untuk menambah wawasan tentang
pengetahuan SMK3L secara meluas. Penyusun juga mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Fakhriza, ST, MT selaku pengampu mata kuliah SMK3L, yang
telah membimbing penyusun agar dapat menyelesaikan makalah ini.

Akhirnya penyusun menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari


kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penyusun
menerima kritik dan saran agar penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih
baik. Untuk itu penyusun mengucapkan banyak terima kasih dan semoga
makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.

Lhokseumawe, 28 November 2022

Sangkot Diki Kurnia

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN COVER …………………………………………………………..… i


KATA PENGANTAR…………………………………………………………..… ii
DAFTAR ISI …………………………………………..………………………..… iii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………….… 1
BAB II PEMBAHASAN SMK3.……………………………………………......…... 2
A. Pengertian Alat Pemadam Api Ringan (APAR)…….….……….….….… 2
B. Sejarah APAR…………......……………………...………………….….……. 2
C. Tujuan Penerapan APAR dalam prinsip SMK3…………………………… 5
D. Syarat Penempatan APAR…………………………………………………… 6
E. Kelas Kelas/Golongan Kebakaran…………….………………………….… 6
F. Cara Perawatan APAR……………………………………………………….. 7
G. Tata Cara Penggunaan APAR……………………………………………….. 8

BAB III PENUTUP …………………………………….………………………….… 9


A. Kesimpulan ……………………………………….…………………………. 9
B. Saran …………………………………………….……………………………. 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sarana bangunan gedung merupakan bagian utuh yang melekat dengan
kedudukannya berfungsi sebagai tempat beraktifitas mulai dari tempat
tinggal, bekerja, dan menjalankan aktivitas lainnya [1]. Pemeriksaan
kelayakan dan kehandalan bangunan terhadap bahaya akibat kebakaran
merupakan bagian dari ketentuan teknis dalam proses perizinan diawal
pelaksanaan pembangunan gedung. Sarana ruangan pada perguruan tinggi
termasuk dalam lingkup bangunan gedung yang perlu diproteksi, sesuai
yang disebutkan dalam pasal 3 pada peraturan menteri tersebut di atas
mengenai proteksi kebakaran yang wajib dipenuhi oleh penyelenggara
pembangunan maupun pemanfaatan bangunan gedung. APAR dapat
dijadikan sebagai salah satu proteksi kebakaran yang mudah serta ringan
untuk dioperasionalkan oleh satu orang pada saat awal terjadi kebakaran.
Ruangan yang ada pada perguruan tinggi memiliki beberapa variabel
yang mempengaruhi jenis APAR yang akan diletakkan pada ruangan
tersebut, diantara variabel yang akan dijadikan penentu APAR adalah jenis
ruangan, bahan partisi, luas ruangan, dan isi. Jenis APAR yang ada terdiri
dari Cair, Powder, Foam, CO2, masing-masing memiliki kemampuan
memadamkan pada jenis bahan yang berbeda. Dukungan data mining pada
proteksi awal kebakaran adalah pada proses klasifikasi pemilihan APAR
yang sesuai dengan empat kerakteristik ruangan. Metode data mining
diperlukan untuk Optimalisasi pemilihan APAR yang sesuai pada setiap.
Naive bayes merupakan satu dari beberapa metode data mining yang dapat
dijadikan untuk proses klasifikasi APAR dengan sejumlah data training.
Kelebihan naïve bayes disbanding metode klasifikasi lainnya terdapat pada
penelitian sebelumnya tentang implementasi metode klasifikasi naïve.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan APAR?
2. Bagaimana Penerapan APAR pada kecelakaan K3?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui APAR
2. Untuk memahami penerapan APAR

BAB II

1
PEMBAHASAN SMK3

A. Pengertian Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah alat yang ringan serta mudah
dilayani untuk satu orang guna memadamkan api/kebakaran pada mula
terjadi kebakaran (definisi berdasarkan Permenakertrans RI No 4/MEN/1980
tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api
Ringan).APAR merupakan sebuah alat safety (perlindungan) kebakaran aktif
yang dipergunakan untuk memadamkan kebakaran atau mengendalikan
kebakaran kecil, biasanya dalam situasi darurat. Alat pemadam api ini tidak
dirancang untuk digunakan pada kebakaran yang sudah tidak terkontrol,
misalnya ketika api sudah membakar langit-langit. Alat pemadam api ini
terdiri dari sebuah tabung bertekanan tinggi yang berisi bahan pemadam
api.Alat pemadam api ringan (APAR) adalah alat pemadam kebakaran
portable karena bentuknya yang kecil dan praktis sehingga mudah
dipindahkan dan dibawa ke mana-mana. Fungsi APAR atau alat pemadam
kebakaran portable itu sendiri adalah mengatasi suatu titik api atau
kebakaran yang masih dapat terkontrol.

APAR atau alat pemadam kebakaran portable biasanya berbentuk tabung


pemadam api yang berukuran 1 (satu) Kg sampai dengan ukuran 9
(Sembilan) Kg sehingga kita bisa dengan mudah dapat menyesuaikan ukuran
/ jenis alat pemadam kebakaran untuk dipergunakan dimana atau luas area
berapa ? Misalnya untuk ukuran 1 (satu) s/d 2 (dua) Kg biasanya
dipergunakan untuk kendaraan pribadi atau kendaraan berat lainnya
sedangkan untuk ukuran 3 (tiga) s/d 9 (Sembilan) Kg biasanya dipergunakan
untuk ruangan yang tidak lebih dari 20m persegi. Ada alasan mengapa APAR
atau alat pemadam api ringan dibuat dengan ukuran demikian, yakni agar
memudahkan orang melakukan penanggulangan dini dengan cepat dan
mudah saat terjadi kebakaran. Alat pemadam api ringan sangat sesuai untuk
dimiliki oleh setiap rumah demi meminimalisasi risiko saat terjadi kebakaran.
Alat pemadam kebakaran Dry Chemical Powder / Serbuk kimia Kering,
dapat mencegah kelas kebakaran A B C yang artinya mampu mengatasi
kebakaran yang lebih besar dengan penyebab kebakaran apapun, baik itu
karena benda padat, cairan kimia ataupun korsleting listrik. Hanya saja,
penggunaan bahan dry chemical powder memiliki kelemahan, yaitu
meninggalkan sisa atau residu yang dapat merusak alat elektronik.

Alat Pemadam kebakaran Carbon Dioxide Co2, dapat mencegah kelas B


dan C yang artinya mampu mengatasi kebakaran yang lebih besar apabila
kebakaran itu disebabkan oleh hubungan arus pendek atau korsleting listrik.
Carbon dioxice Co2 tidak meninggalkan sisa atau residu sehingga tidak akan
merusak alat elektronik. Kebakaran akibat korsleting listrik ini perlu

2
diwaspadai karena paling sering terjadi dalam kurun waktu tahun 2010—
2014, yakni mendominasi 53% dari total kasus kebakaran.Alat pemadam
kebakaran Foam AFFF / Cairan Busa, dapat mencegah kelas kebakaran A
dan B yang artinya mampu mengatasi kebakaran lebih besar apabila
kebakaran itu disebabkan oleh kompor gas meledak (LPG, LNG) dan cairan
kimia lain seperti bensin, solar, dan alkohol. Selain itu, APAR berisi foam
AFFF juga sesuai untuk memadamkan kebakaran benda padat seperti kayu,
kertas, dan kain. Perlu diingat bahwa APAR berisi foam AFFF tidak boleh
digunakan untuk memadamkan kebakaran akibat korsleting listrik karena
foam AFFF bersifat menghantarkan listrik.

Dalam rangka memenuhi tuntutan tersebut dibutuhkan adanya Petugas


K3 (Safety Officer / Safety Engineer) yang kompeten didalam melaksanakan
tugasnya di bidang K3 guna membantu perusahaan dalam menjamin
pengelolaam penerapan dan pelaksanaan syarat-syarat K3 sebagaimana
tertuang dalam Prinsip Dasar Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.

B. Sejarah APAR

Sejarah Alat Pemadam Api Ringan (APAR) pertama yang tercatat


dipatenkan pertama kali di Inggris pada 1723 oleh Ambrose Godfrey,
seorang ahli kimia terkenal pada waktu itu. Tabung pemadam api pada saat
itu terdiri dari tong berisi cairan pemadam kebakaran dan slot timah yang
berisi mesiuSetelah itu alat pemadam api modern ditemukan oleh Kapten
Inggris George William Manby pada tahun 1818; itu terdiri dari bejana
tembaga (13,6 liter) larutan abu mutiara (kalium karbonat) yang terkandung
dalam udara terkompresi.Pemadam soda-asam pertama kali dipatenkan
pada tahun 1866 oleh Francois Carlier dari Perancis, yang dicampur larutan
air dan natrium bikarbonat dengan asam tartarat, memproduksi propelan
CO 2gas. Sebuah pemadam soda-asam dipatenkan di AS pada tahun 1881
oleh Almon M. Granger. Alat pemadamnya menggunakan reaksi antara
larutan natrium bikarbonat dan asam sulfat untuk mengeluarkan air
bertekanan ke dalam api. Sebuah botol asam sulfat pekat disuspensikan di
dalam silinder. Tergantung pada jenis pemadam, botol asam dapat pecah
dengan salah satu dari dua cara. Yang satu menggunakan pendorong untuk
memecahkan botol asam, sedangkan yang kedua melepaskan sumbat timbal
yang menahan botol agar tetap tertutup. Setelah asam dicampur dengan
larutan bikarbonat, gas karbon dioksida dikeluarkan dan dengan demikian
memberi tekanan pada air. Air bertekanan dipaksa keluar dari tabung
melalui nosel atau selang pendek.

Pada tahun 1910, Perusahaan Manufaktur Pyrene dari Delaware


mengajukan paten untuk menggunakan karbon tetraklorida (CTC, atau CCl
4) untuk memadamkan api. Cairan menguap dan memadamkan api dengan

3
menghambat reaksi berantai kimia dari proses pembakaran (itu adalah
praanggapan awal abad ke-20 bahwa kemampuan pemadaman api karbon
tetraklorida bergantung pada penghilangan oksigen). Pada tahun 1911,
mereka mematenkan alat pemadam kecil portabel yang menggunakan
bahan kimia tersebut. Ini terdiri dari wadah kuningan atau krom dengan
pompa tangan terintegrasi, yang digunakan untuk mengeluarkan semburan
cairan ke arah api. Biasanya kapasitas 1 liter imperial (1,1 l) atau 1 liter
imperial (0,57 l), tetapi juga tersedia dalam ukuran hingga (9,1 l). Karena
wadah tidak bertekanan, wadah dapat diisi ulang setelah digunakan melalui
sumbat pengisi dengan pasokan CTC yang baru.Jenis lain dari pemadam
karbon tetraklorida adalah granat api. Ini terdiri dari bola kaca yang diisi
dengan CTC, yang dimaksudkan untuk dilemparkan ke dasar api (yang
awal menggunakan air asin, tetapi CTC lebih efektif). Karbon tetraklorida
cocok untuk kebakaran cair dan listrik dan alat pemadam dipasang untuk
kendaraan bermotor. Alat pemadam karbon tetraklorida ditarik pada 1950-
an karena toksisitas bahan kimia - paparan konsentrasi tinggi merusak
sistem saraf dan organ dalam. Selain itu, ketika digunakan pada api,
panasnya dapat mengubah CTC menjadi gas fosgen, yang sebelumnya
digunakan sebagai senjata kimia.

Pada tahun 1940-an, Jerman menemukan cairan klorok bromometana


(CBM) untuk digunakan di pesawat terbang. Itu lebih efektif dan sedikit
kurang beracun daripada karbon tetraklorida dan digunakan sampai tahun
1969. Metil bromida ditemukan sebagai bahan pemadam pada tahun 1920
dan digunakan secara luas di Eropa. Ini adalah gas bertekanan rendah yang
bekerja dengan menghambat reaksi berantai api dan merupakan cairan yang
paling beracun dari penguapan, digunakan sampai tahun 1960-an. Uap dan
produk sampingan pembakaran dari semua cairan yang menguap sangat
beracun, dan dapat menyebabkan kematian di ruang terbatas.Pemadam
karbon dioksida (CO 2 ) ditemukan (setidaknya di AS) oleh Perusahaan
Walter Kidde pada tahun 1924 sebagai tanggapan atas permintaan Bell
Telephone untuk bahan kimia non-konduktif elektrik untuk memadamkan
api yang sebelumnya sulit dipadamkan di papan tombol telepon . Ini terdiri
dari silinder logam tinggi yang mengandung (3,4 kg) CO2 dengan katup
roda dan anyaman kuningan, selang tertutup kapas, dengan klakson seperti
corong komposit sebagai nosel. CO2 masih populer saat ini karena
merupakan agen pembersih ramah ozon dan banyak digunakan dalam
produksi film dan televisi untuk memadamkan stuntman yang terbakar.
Karbon dioksida memadamkan api terutama dengan menggantikan
oksigen. Pernah diperkirakan bahwa itu bekerja dengan pendinginan,
meskipun efek ini pada sebagian besar kebakaran dapat diabaikan.
Karakteristik ini terkenal dan telah menyebabkan meluasnya
penyalahgunaan alat pemadam karbon dioksida untuk mendinginkan
minuman dengan cepat, terutama bir.Alat pemadam kimia kering awal,
yang pertama memiliki silinder tembaga, yang ini baja.

4
Pada tahun 1928, DuGas (kemudian dibeli oleh ANSUL) keluar dengan
alat pemadam kimia kering yang dioperasikan dengan kartrid, yang
menggunakan natrium bikarbonat yang diolah secara khusus dengan bahan
kimia untuk membuatnya mengalir bebas dan tahan lembab. Ini terdiri dari
silinder tembaga dengan internal CO2 kartrid. Operator memutar katup
roda di atas untuk melubangi kartrid dan menekan tuas pada katup di
ujung selang untuk mengeluarkan bahan kimia. Ini adalah agen pertama
yang tersedia untuk kebakaran cair dan gas bertekanan tiga dimensi skala
besar, dan sebagian besar tetap merupakan jenis khusus sampai tahun 1950-
an, ketika unit kimia kering kecil dipasarkan untuk digunakan di rumah.
Bahan kimia kering ABC datang dari Eropa pada 1950-an, dengan Super-K
ditemukan pada awal 60-an dan Purple-K dikembangkan oleh Angkatan
Laut AS pada akhir 1960-an.

Pada 1970-an, Halon 1211 datang ke Amerika Serikat dari Eropa, di mana
ia telah digunakan sejak akhir 40-an atau awal 50-an. Halon 1301 telah
dikembangkan oleh DuPont dan Angkatan Darat AS pada tahun 1954.
Kedua 1211 dan 1301 bekerja dengan menghambat reaksi berantai api, dan
dalam kasus Halon 1211, bahan bakar kelas A pendinginan juga. Halon
masih digunakan sampai sekarang, tetapi tidak disukai untuk banyak
penggunaan karena dampak lingkungannya. Indonesia sendiri sudah
melarang penggunaan Halon karena merusak lingkungan. Eropa Dan
Australia juga sudah telah sangat membatasi penggunaannya, sejak
Protokol Montreal tahun 1987. Pembatasan yang lebih ringan telah
diterapkan di Amerika Serikat, Timur Tengah, dan Asia.

C. Tujuan Penerapan APAR dalam prinsip SMK3

1. Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan


kerja yang terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi;

2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat


kerja dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau
serikat pekerja/serikat buruh; serta

3. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk


mendorong produktivitas.

D. Syarat Penempatan APAR

APAR dapat diletakkan pada tempat tempat yang memenuhi persyaratan


sebagai berikut :

1. Jarak setiap tempat kira kira 20-30 meter

5
2. Ditempat yang mudah di jangkau dan dilihat.

3. Pada jalur keluar arah refleks pelarian.

4. Memperlihatkan suhu sekitarnya.

5. Tidak terkunci.

6. Memperhatikan jenis dan sifat bahan yang dapat terbakar.

7. Intensitas kebakaran yang mungkin terjadi seperti jumlah bahan


bakar, ukurannya, kecepatan menjalarnya.

8. Orang yang akan menggunakannya.

9. Kemungkinan yang mungkin timbulnya reaksi kimia.

10. Efek terhadap keselamatan dan kesehatan orang yang


menggunakannya.

Alat Pemadam Api Ringan ( APAR ) hanya sebatas untuk memadamkan


api pada mula kebakaran dengan ukuran relatif kecil dan dalam waktu
tidak lebih dari 3 menit untuk bahan cair dan gas, serta tidak lebih dari 10
menit untuk bahan padat.

E. Kelas Kelas/Golongan Kebakaran

1. Kebakaran kelas A

Kebakaran Kelas A merupakan kelas kebakaran yang dikarenakan


oleh bahan-bahan padat non-logam seperti Kertas, Plastik, Kain,
Kayu, Karet dan lain sebagainya. Jenis APAR yang cocok untuk
memadamkan kebakaran Kelas A adalahAPAR jenis Cairan (Water),
APAR jenis Busa (Foam) dan APAR jenis Tepung Kimia (Dry
Powder).

2. Kebakaran kelas B

Kebakaran Kelas B merupakan kelas kebakaran yang dikarenakan


oleh bahan-bahan cair yang mudah terbakar seperti Minyak (Bensin,
Solar, Oli), Alkohol, Cat, Solvent, Methanol dan lain sebagainya. Jenis
APAR yang cocok untuk memadamkan kebakaran Kelas B adalah
APAR jenis Karbon Diokside (CO2), APAR jenis Busa (Foam) dan
APAR jenis Tepung Kimia (Dry Powder).

3. Kebakaran kelas C

6
Kebakaran Kelas C merupakan kelas kebakaran yang dikarenakan
oleh Instalasi Listrik yang bertegangan. Jenis APAR yang cocok untuk
memadamkan kebakaran Kelas C adalah APAR jenis Karbon Diokside
(CO2) dan APAR jenis Tepung Kimia (Dry Powder).

4. Kebakaran kelas D

Kebakaran Kelas D merupakan kelas kebakaran yang dikarenakan


oleh bahan-bahan logam yang mudah terbakar seperti sodium,
magnesium, aluminium, lithium dan potassium. Kebakaran Jenis ini
perlu APAR khusus dalam memadamkannya.

F. Cara Perawatan Apar


1. Melakukan perawatan secara teratur
Cara merawat alat pemadam yang pertama adalah dengan
melakukan perawatan secara teratur pada permukaan APAR. Anda bisa
membersihkan permukaan alat pemadam api ringan dengan
menggunakan kain setengah basah. Apabila APAR mengalami karat
Anda bisa menyertakan alat pembersih karat setelah mengelapnya
dengan kain setengah basah dengan waktu teratur.
2. Pastikan Anda memeriksa bagian leher
Cara merawat alat pemadam yang kedua apabila Anda
menggunakan alat pemadam api ringan yang memiliki leher pastikan
Anda memeriksa bagian leher dengan teratur agar Anda mengetahui
apakah terjadi kebocoran atau tidak. memperhatikan masukan dari
pekerja/buruh dan/atau serikat pekerja/serikat buruh.
3. Melakukan pemeriksaan pada jarum tekanan
Cara merawat alat pemadam yang ketiga adalah dengan melakukan
pemeriksaan pada jarum tekanan. Anda harus pastikan tekanan yang ada
pada jarum berada di posisi 15 sampai dengan 20 bar. Pengecekan ini
harus dilakukan secara teratur karena akan berpengaruh pada APAR saat
akan digunakan dalam kebutuhan mendesak. Pastikan jangan sampai
kurang dari 15 atau lebih dari 20, apabila kurang dan kelebihan APAR
tidak akan berfungsi dengan optimal.Pelaksanaan rencana K3;
4. Hindarkan tabung dari sinar matahari langsung
Cara merawat alat pemadam yang ke empat adalah hindarkan tabung
alat pemadam api ringan dari sinar matahari langsung. Selain sinar
matahari Anda juga harus menghindarkan alat pemadam api ringan dari
hujan karena yang biasa terkena panas dan hujan akan mengalami
pengeroposan pada tabung alat pemadam api ringan. Anda bisa
menggunakan penutup agar APAR terhindar dari sinar matahari dan
hujan sehingga dapat tahan lama.

7
5. Pastikan bracket terkait dengan sempurna pada dinding
Cara merawat alat pemadam yang ke lima adalah pastikan bracket
terkait dengan sempurna pada dinding. Alat pemadam kebakaran
portabel biasa diletakkan menggantung pada sisi ruangan agar
memudahkan pengambilan saat dibutuhkan. Untuk itu perawatan bagian
penggantung juga dibutuhkan agar alat pemadam api ringan tidak tiba-
tiba jatuh.
6. Memastikan apakah roda bisa berfungsi
Cara merawat alat pemadam yang ke enam khusus untuk APAR yang
menggunakan troli yaitu Anda harus memastikan apakah roda bisa
berfungsi dengan baik. Hal in dilakukan untuk menghindari terjadinya
kemacetan roda. Dari sini Anda juga bisa menilai apakah APAR troli
yang Anda gunakan bisa berfungsi dengan baik saat dibutuhkan dalam
keperluan mendesak.
7. Pastikan APAR berada di kondisi yang baik
Cara yang terakhir pastikan bahwa APAR berada di kondisi yang baik
dengan melakukan pengisian ulang 4 tahun sekali meski tidak
digunakan. Karena walaupun tidak digunakan APAR akan mengalami
pemuaian yang cukup signifikan sehingga tetap membutuhkan isi ulang
minimal 4 tahun sekali agar berfungsi dengan baik saat digunakan.

G. Tata Cara Penggunaan APAR


1. Tarik/lepas pin pengunci tuas APAR/Tabung Pemadam
2. Arahkan selang ke titik pusat api
3. Tekan tuas untuk mengeluarkan isi APAR/Tabung Pemadam
4. Sapukan secara merata sampai api padam

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Pada saat melakukan proses pemadaman, posisi tangan harus kuatdan


mengarahkan hose APAR kearah yang benar. dengan mengambil posisi
melawan arah angin. Posisi kaki juga kuda kuda agar dapat berdiri kokoh
selama pemadaman berlangsung.

B. Saran

Untuk penggunaan perlu adanya pelatihan dan simulasi rutin minimal


dua kali dalam setahun kepada semua pegawai agar semua pegawai mampu
menggunakan APAR dan saat terjadi kebakaran semua pegawai yang ada
sudah siap tanpa harus menunggu pegawai yang profesional dalam
menggunakan APAR.

Anda mungkin juga menyukai