Anda di halaman 1dari 29

PRAKTIK KERJA LAPANGAN

KAJIAN IMPLEMENTASI ALAT PEMADAM API RINGAN


(APAR) PADA LINGKUNGAN KERJA PT. BINA KARYA
(PERSERO)

FAUZAN MUHAMMAD ADDIN

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGAN


DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2019

i
PRAKTIK KERJA LAPANGAN

KAJIAN IMPLEMENTASI ALAT PEMADAM API RINGAN


(APAR) PADA LINGKUNGAN KERJA PT. BINA KARYA
(PERSERO)

FAUZAN MUAHMMAD ADDIN

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGAN


DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2019

i
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Kajian Implementasi Alat Pemadam Api Ringan (APAR)


Pada Lingkungan Kerja PT. Bina Karya (Persero)
Penyusun : Fauzan Muhammad Addin
Nomor Induk : 081711133043
Program Studi : S1 Teknik Lingkungan

Mengetahui,

Koordinator Program Studi S-1 Koordinator


Teknik Lingkungan Praktik Kerja Lapangan

Dr. Eko Prasetyo Kuncoro., S. T., DEA. Febri Eko Wahyudianto, S.T., M.T.
NIP. 19750830200812001 NIP. 199102032016113101

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Praktik Kerja Lapangan
(PKL) yang berjudul “Kajian Implementasi Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Pada Lingkungan Kerja PT. Bina Karya (Persero)
Laporan praktik kerja lapangan ini terdiri atas beberapa bab, yaitu bab
pendahuluan, tinjauan pustaka, metode kerja praktik lapangan, hasil, simpulan dan
saran dan daftar pustaka. Setiap isi dari bab tersebut terangkai secara komprehensif
untuk mengnalisa penerapan pemadam api ringan (APAR) di Pada lingkungan kerja
PT. Bina Karya (Persero).
Laporan PKL ini merupakan salah satu syarat wajib yang digunakan untuk
dapat menempuh mata kuliah PKL. Laporan PKL ini disusun sesuai dengan
ketentuan teknis penyusunan yang ada di Program Studi S-1 Teknik Lingkungan,
Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga.
.

Surabaya, Februari 2020


Penulis,

Fauzan Muhammad Addin

iii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................................... i


Lembar Pengesahan ......................................................................................................... ii
Kata Pengantar ....................................................................................................... iii
Daftar Isi................................................................................................................. iv
Daftar Gambar ..........................................................................................................v
Daftar Tabel ........................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................2
1.3 Tujuan ...............................................................................................................2
1.4 Manfaat ..............................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4
2.1 Gambaran Umum PT. Bina Karya (Persero) .....................................................4
2.2 Definisi Api ........................................................................................................5
2.3 Kebakaran ..........................................................................................................6
2.3.1 Penyebab terjadinya kebakaran ................................................................6
2.3.2 Klasifikasi kebakaran ...............................................................................7
2.4 Alat Pemadam Api Ringan (APAR) .................................................................8
2.4.1 Klasifikasi APAR.....................................................................................8
2.4.2 Penempatan APAR .................................................................................9
BAB III METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN ..........................................13
3.1 Tempat dan Waktu Praktik Kerja lapangan .....................................................13
3.1.1 Tempat praktik kerja lapangan ...............................................................13
3.1.2 Waktu praktik kerja lapangan ................................................................13
3.2 Cara Kerja ........................................................................................................13
3.2.1 Topik praktik kerja lapangan .................................................................15
3.2.2 Studi literatur .........................................................................................15
3.2.3 Observasi dan orientasi lapangan ...........................................................15
3.2.4 Pengumpulan data ..................................................................................15
3.2.5 Analisis data ...........................................................................................15
3.2.6 Penyusunan laporan praktik kerja lapangan...........................................16
3.3 Jadwal Pelaksanaan ..........................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................17

iv
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Logo PT. Bina Karya ...........................................................................5


Gambar 3.1 Lokasi PT. Bina Karya .......................................................................13

v
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Penempatan dan Ukuran APAR untuk Bahaya Kelas A..........................9
Tabel 2.2 Maksimum Area yang dilindungi dengan APAR (ft2) ...........................10
Tabel 3.3 Jadwal pelaksanaan praktik kerja lapangan ...........................................15

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan perkembangan jaman kemajuan dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi sudah sangat maju dan berkembang pesat, begitu juga
dengan dunia industri di Indonesia yang turut serta merasakan manfaat dari hasil
kemajuan teknologi di era globalisasi ini. Perkembangan industri tidak luput dari
potensi bahaya yang semakin besar, salah satunya merupakan kebakaran.
Kebakaran merupakan kejadian yang berakibat fatal dan tidak dikehendaki karena
menyebabkan kerugian harta benda maupun jiwa manusia. untuk mencegah dan
mengurangi dampak resiko terjadinya kebakaran, diperlukan beberapa langkah
pencegahan dan penanggulangan.
Penanggulangan kebakaran telah diatur dalam Keputusan Menteri Tenaga
Kerja RI Nomor 186 Tahun 1999 bahwa untuk menanggulangi kebakaran di
tempat kerja, diperlukan adanya peralatan proteksi kebakaran yang memadai,
petugas penanggulangan kebakaran yang ditunjuk khusus untuk itu, serta
dilakukannya prosedur penanggulangan keadaan darurat. Salah satu cara
pencegahan dan penanggulangan kebakaran adalah dengan menggunakan Alat
Pemadam Api Ringan (APAR) (Anonim, 1999).
APAR merupakan salah satu alat pemadam kebakaran yang sangat efektif
untuk memadamkan api yang masih kecil untuk mencegah semakin besarnya api
tersebut (Santoso, 2004). Untuk mempermudah penggunaan dan menjaga kualitas
APAR tersebut perlu dilakukan pemasangan dan pemeliharaan yang sesuai dengan
Undang-Undang tentang syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan APAR
(Anonim, 1995). Pengelolaan APAR terdiri dari pemilihan dan pemasangan
APAR yang tepat, pemeriksaan APAR secara berkala, pengisian atau penggantian
kembali APAR yang kadaluarsa, dan penggunaan APAR yang benar, sehingga
diperlukan tenaga ahli yang tepat untuk mengelola APAR dalam suatu bangunan
seperti tenaga ahli yang dimiliki oleh PT. Bina Karya (Persero).
PT. Bina Karya (Persero) merupakan suatu perusahaan yang bergerak di
bidang konsultasi arsitek dan bangunan, dan saat ini telah menjadi Perusahaan

1
2

yang mampu menangani Jasa Konsultansi Multi disiplin teknik dan Manajemen
secara luas, mencakup Gedung & Pengembangan Wilayah, Lingkungan &
Sanitasi, Energi, Jalan & Jembatan, Dermaga, Bandara, & Kereta Api, Sumber
Daya Air, serta Pengembangan Manajemen & Pemberdayaan. PT. Bina Karya
(Persero) telah menerapkan standarisasi pelayanan berdasarkan OHSAS 18001 :
2007 yang merupakan suatu standard internasional untuk menerapkan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat kerja/ perusahaan, seperti
pengelolaan APAR, merancang langkah, penerapan, dan memeriksa, serta
mengevaluasi sistem keselamatan kerja terhadap sistem keselamatan kerja yang
sudah dilakukan agar tetap stabil dan berjalan dengan baik, mengkaji apakah
sebuah manajemen tetap berjalan dengan baik dalam melaksanakan sistem
keselamatan kerja yang sudah dilakukan. PT. Bina Karya (Persero) merupakan
perusahaan konsultan yang menangani system keselamatan kerja yang baik
sehingga praktik kerja lapangan pada PT. Bina Karya (Persero) dilakukan untuk
mengetahui manajemen dan pengelolaan APAR yang diterapkan oleh PT. Bina
Karya (Persero) Jakarta, dengan judul Implementasi Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) pada lingkungan kerja PT. Bina Karya (Persero).
1.2 Rumusan Masalah
Praktik Kerja Lapangan ini memiliki rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa jenis Alat Pemadam Api Ringan (APAR) yang ada pada lingkungan kerja
PT. Bina Karya?
2. Apakah pengelolaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) di lingkungan kerja
PT. Bina Karya sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Nomor 04 Tahun 1980 Tentang Syarat-Syarat Pemasangan dan Pemeliharaan
Alat Pemadam Api Ringan?
1.3 Tujuan
Praktik kerja lapangan ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui jenis Alat Pemadam Api Ringan (APAR) yang ada pada lingkungan
kerja PT. Bina Karya
2. Mengetahui dan mengevaluasi kesesuaian pengelolaan Alat Pemadam Api
Ringan (APAR) pada lingkungan kerja PT. Bina Karya berdasarkan Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 04 Tahun 1980.
3

1.4 Manfaat
Praktek kerja lapangan ini memiliki maanfaat sebagai berikut:
1. Bagi Mahasiswa
Kegiatan praktek kerja lapangan ini mahasiswa dapat mengetahui dan
lebih memahami pengelolaan APAR dalam kesehatan dan keselamatan kerja
pada lingkungan kerja PT. Bina Karya dan mahasiswa dapat memberikan
evaluasi tentang kesesuaian pengelolaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
pada lingkungan kerja PT. Bina Karya terhadap Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Nomor 04 Tahun 1980.
2. Bagi Perguruan Tinggi
Hasil praktik kerja lapangan dapat memberikan tambahan informasi
mengenai pengelolaan APAR dalam kesehatan dan keselamatan kerja Pada
lingkungan kerja PT. Bina Karya (Persero) sehingga dari informasi tersebut
diharapkan dapat memberikan tambahan referensi dalam kegiatan
pembelajaran di lingkungan kampus.
3. Bagi Perusahaan PT. Bina Karya (Persero)
Diharapkan dari hasil analisis yang dilaksanakan selama proses praktik
kerja lapangan dapat dijadikan masukan untuk perusahaan mengenai kondisi
dan permasalahan (jika ada) yang dihadapi oleh perusahaan tersebut, sehingga
dapat memberikan masukan untuk meminimalisir hal tersebut.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum PT. Bina Karya (Persero)


PT. Bina Karya (Persero) berdiri sejak tanggal 13 Nopember 1962
berdasarkan peraturan pemerintah No. 31/1962, berbentuk Perusahaan Negara yang
diundangkan dalam berita Lembaran Negara Republik Indonesia No. 85 tahun
1962. Dengan Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1970 Perusahaan Negara berubah
menjadi Perusahaan Perseroan dan berdasarkan Perubahan terakhir Anggaran
Dasar dari Notaris Abdul Hamid tanggal 21 Mei 2003 Nomor 10 tentang Pernyataan
Keputusan Pemegang Saham dan Perubahan Anggaran Dasar bahwa Modal Dasar
Perusahaan mengalami perubahan dari Rp. 75.000.000 menjadi Rp.
10.912.000.000. Pada awal berdirinya Perusahaan hanya menangani bidang arsitek
dan bangunan, namun dengan berkembangnya lingkungan bisnis yang semakin
meluas maka pelayanan yang diberikan juga ikut mengalami perkembangan dan
saat ini telah menjadi Perusahaan yang mampu menangani Jasa Konsultansi Multi
disiplin teknik dan Manajemen secara luas (Anonim, 2018).
PT. Bina Karya (Parsero) adalah Perusahaan Konsultansi Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) sebagai Penyedia Jasa Konsultan multi disiplin Teknik dan
Manajemen yang sepenuhnya didukung oleh peran serta para ahli/ professional dan
tenaga terampil di bidangnya. PT. Bina Karya (Persero) telah menerapkan
standarisasi pelayanan berdasarkan ISO 9001 : 2008 & OHSAS 18001 : 2007 serta
prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG). Bagi kami kepuasan
Stakeholders merupakan tujuan utama dalam melaksanakan pekerjaan, sehingga
kami sangat memperhatikan “mutu dan ketepatan waktu”. PT. Bina Karya (Persero)
memiliki lingkup usaha yang mencakup bidang Gedung dan Pengembangan
Wilayah, Lingkungan, Sanitasi dan Energi, Jalan dan Jembatan, Dermaga, Bandara,
Kereta Api dan Sumber Daya Air, Pengembangan Manajemen dan Pemberdayaan
pekerja, serta Pengembangan Bisnis & Investasi Industri (Anonim, 2018). Logo PT.
Bina Karya (Persero) dapat dilihat pada Gambar 2.1.

4
4
5

Gambar 2.1 logo PT. Bina Karya


(Sumber: Anonim, 2018)

2.2 Definisi Api


Api atau proses penyalaan adalah sesuatu hal yang kompleks. Peristiwa
terjadinya suatu api, bahan bakar, oksigen, panas, dan reaksi kimia berantai
bersama-sama berada dalam suatu hubungan simbiosis. Penyalaan api
menimbulkan energi panas yang terlepas melalui suatu reaksi katalis, menyangkut
kondisi suatu bahan bakar oleh oksigen di udara. Apabila oksidasi terjadi di ruangan
tertutup, maka akan menyebabkan peningkatan tekanan dan dapat mengakibatkan
terjadinya ledakan. Suatu proses yang sama apabila berlangsung dalam waktu yang
lama dan pada suhu rendah dinamakan oksidasi. Contohnya adalah proses
terjadinya karat pada logam. Api adalah suatu proses penyalaan yang cukup kuat,
cepat dan menghasilkan panas dan cahaya. Secara umum api dapat dibedakan dalam
dua jenis atau bentuk umum yaitu api nyala dan api permukaan. Api nyala adalah
terbakarnya langsung gas atau uap bahan bakar. Biasanya tingkat kebakarannya
tinggi, dan menghasilkan suhu tinggi. Api permukaan terjadi pada permukaan suatu
bahan bakar padat. Api permukaan terjadi pada suhu yang sama dengan api nyala.
Api permukaan dihasilkan dari segitiga api yaitu panas, bahan bakar, dan udara,
tetapi hanya reaksi kimia berantai. Kedua jenis api ini dapat terjadi sendiri-sendiri
atau bersamaan (Rijanto, 2010).
Pengetahuan tentang penyebab api akan mengetahui cara mengendalikan
dan memadamkannya. Api permukaan mepunyai tiga komponen yang dapat
dikendalikan, sedangkan api nyala memiliki empat komponen. Api dapat
dikendalikan dengan cara sebagai berikut (Rijanto, 2010):
1. Panas dapat diambil dengan cara pendinginan
2. Oksigen dapat diambil dengan cara suplai menutup udara
3. Bahan bakar dapat disingkirkan ke suatu tempat yang tidak cukup panas untuk
menyalakannya
6

4. Reaksi kimia dari api nyala dapat diputuskan dengan cara menghambat reaksi
oksidasi cepat bahan bakar dan secara bersamaan pembentukan radikal-radikal
bebas, darah kehidupan dari reaksi api.
2.3 Kebakaran
kebakaran merupakan peristiwa berkobarnya api yang tidak dikehendaki
dan selalu membawa kerugian. Dengan demikian usaha pencegahan harus
dilakukan oleh setiap individu dan unit kerja agar jumlah peristiwa kebakaran,
penyebab kebakaran dan jumlah kecelakaann dapat dikurangi sekecil mungkin
melalui perencanaan yang baik. Agar tidak terjadi kebakaran diperlukan identifikasi
potensi penyebab kebakaran dan melakukan upaya pemadaman kebakaran dini.
Kebakaran terjadi akibat bertemunya 3 unsur : bahan yang dapat terbakar, suhu
penyalaan/titik nyala, dan zat pembakar (O2 atau udara). Untuk mencegah
terjadinya kebakaran adalah dengan mencegah bertemunyan salah satu dari dua
unsur lainnya (Hargiyarto, 2003).
2.3.1 Penyebab Terjadinya Kebakaran
Terjadinya kebakaran tidak hanya disebabkan oleh campur tangan manusia,
namun terdapat penyebab lainnya yang juga berpotensi menimbulkan kebakaran.
Macam-macam penyebab terjadinya kebakaran, meliputi (Hargiyarto, 2003):
1. Kebakaran karena sifat kelalaian manusia, seperti kurangnya pengertian
pengetahuan penanggulangan bahaya kebakaran, kurang berhati-hati
menggunakan alat atau bahan yang dapat menimbulkan api, dan kurangnya
kesadaran pribadi atau tidak disiplin.
2. Kebakaran karena peristiwa alam, terutama berkenaan dengan cuaca, sinar
matahari, letusan gunung berapi, gempa bumi, petir, angina, dan topan.
3. Kebakaran karena penyalaan sendiri, sering terjadi pada gudang bahan kimia
karena bahan bereaksi dengan udara, air, dan juga dengan bahan-bahan lainnya
yang mudah meledak atau terbakar.
4. Kebakaran karena kesengajaan untuk tujuan tertentu, misalnya sabotase,
mencari keuntungan ganti rugi klaim asuransi, hilangkan jejak kejahatan, dan
tujuan taktis pertempuran dengan jalan bumi hangus.
7

2.3.2 Klasifikasi Kebakaran


Klasifikasi kebakaran adalah pengelompokan jenis kebakaran berdasarkan
jenis bahan yang terbakar. Kegunaan klasifikasi kebakaran adalah untuk
menentukan cara dan media yang dapat memadamkannya. Salah satu standar yang
digunakan pada instansi dan industri adalah standar National Fire Protection
Association (NFPA) 2013 dengan klasifikasi sebagai berikut:
1. Kebakaran kelas-A
Kebakaran kelas-A adalah kebakaran yang terjadi pada benda-benda padat,
kecuali logam. Kebakaran kelas-A paling sering terjadi pada kehidupan sehari-hari
seperti kebakaran bangunan atau rumah, kayu, hutan, kain, sampah, dan sebagainya.
Benda padat sebagai bahan bakarnya untuk dapat terbakar kondisinya harus kering,
dan butuh waktu pemanasan sebelum terbakar dimana setiap benda lamanya
berbeda.
2. Kebakaran kelas-B
Kebakaran kelas-B disebabkan oleh gas-gas bahan cair mudah menyala dan
terbakar. Beberapa definisi bahan cair mudah menyala dan terbakar adalah:
a. Bahan cair mudah terbakar adalah bahan cair yang mempunyai titik nyala
(didalam bejana tertutup) di bawah 100oF (37,8oC) dan mempunyai tekanan
uap tidak melebihi 40 PSi (± 0,27 kg/cm2) pada suhu 100oF (37,8oC).
b. Bahan cair mudah menyala adalah bahan cair yang mempunyai titik nyala
pada suhu 100oF atau lebih, tetapi di bawah 200oF (93,3oC).
c. Kemungkinan bahaya berdasarkan jenis bahan
i. Bahan cair
Racun terhadap kulit dan badan, Melarutkan bahan-bahan tertentu
ii. Uap atau gas
Kebakaran, Pedih dan merusak mata, Gangguan pernapasan, Racun
iii. Asap (apabila terbakar)
Menyesakkan napas sehingga sulit untuk bernapas, Menutup pandangan,
Racun (misalnya CO, CO2)
3. Kebakaran kelas-C
Kebakaran kelas-C, yaitu kebakaran yang disebabkan oleh arus listrik. Arus
listrik dapat diumpamakan seperti arus air, sehingga mempelajarinya dapat
8

diumpamakan air tersebut mengalir dalam sebuah pipa. Ada beberapa istilah
penting dalam mempelajari listrik:
a. Arus listrik dalam satuan Ampere (A): diumpamakan volume air yang
melalui pipa.
b. Tegangan listrik: diumpamakan besarnya tekanan air dalam pipa, dalam
satuan Volt (V).
c. Tahanan listrik: diumpamakan segala yang menghambat aliran dalam pipa,
dalam satuan Ohm (Ω).
4. Kebakaran kelas-D
Kebakaran kelas-D, yaitu kebakaran yang disebabkan oleh logam yang
terbakar, seperti serbuk sodium, potassium, magnesium, seng, titanium, zirconium,
dan uranium.
5. Kebakaran kelas-K
Kebakaran kelas-K, yaitu kebakaran pada peralatan memasak yang
disebabkan oleh media sepert minyak, sayur-sayuran, hewan, dan lemak.
2.4 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah alat pemadam yang dapat
diangkut, diangkat dan dioperasikan oleh satu orang. APAR pertama kali dikenal
pada Tahun 1723 di Inggris yang diciptakan oleh Ambrose Godfrey seorang ahli
kimia. Alat pertama ini menggunakan sejenis peledak yang dihubungkan dengan
sistem busi sebagai pemantik sehingga terjadi ledakan yang menyemburkan cairan.
Alat ini sudah mulai digunakan dalam peristiwa kebakaran yang menimpa Kota
London di Tahun 1729 (Ramli, 2010).
APAR modern ditemukan oleh seorang kapten Inggris bernama George
William Manby pada Tahun 1818 yang berupa tabung tembaga berisi tiga galon
senyawa potassium carbonat yang ditekan dengan udara. APAR jenis ini sudah
memiliki tingkat efisien pemadaman yang tinggi. Selanjutnya jenis dan bentuk
APAR terus berkembang dan bermacam-macam menurut jenis media pemadam
yang ada di dalamnya (Ramli, 2010).
2.4.1 Klasifikasi APAR
Apar dapat digolongkan ke beberapa jenis : (Anonim, 2003)
9

a. Apar jenis air, berisi cairan air biasa yang umumnya bervolume sekitar 9 liter
dengan jarak semprotan mencapai 20-25 inci selama 60-120 detik. Apar ini
sangat efektif untuk memadamkan kebakaran jenis A.
b. Apar jenis debu kering, jenis ini terdiri atas sodium bikarbonat 97%,
magnesium steaote 1,5%, magnesium karbonat 1%, dan trikalsium karbonat
0,5%. Jarak semprotan mencapai 15-20 inci dengan waktu semprotan hingga 2
menit. Sangat efektif untuk tipe kebakaran kelas A, B dan C. namun debu yang
ditinggalkan apar ini dapat merusak bahan-bahan tertentu seperti mesin dan
bahan makanan.
c. Apar jenis gas, terdiri dari cairan karbondioksida dan BCF dalam tekanan dan
berukuran berat 2-5 ibs. Jarak semprotan bias mencapai 8- 12 inci dengan
waktu semprotan 8-30 detik saja. Efektif untuk kebakaran kelas B dan C.
d. Apar jenis buih atau busa (foam), alat ini biasanya terdiri atas 2 tabung dalam
(alumunium sulfat) dan tabung luar (natrium bikarbonat). Jarak semprotan alat
ini berkisar antara 20 inci dengan lama semprotan 30- 90 detik. Efektif untuk
memadamkan kebakaran kelas B.
2.4.2 Penempatan APAR
Penempatan APAR dapat ditentukan dengan mengacu kepada Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 04 Tahun 1980 tentang Syarat-
syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan. Peraturan lain
yang mengatur tentang penempatan APAR yaitu sesuai dengan standar NFPA 10
tentang Alat Pemadam Api Ringan. Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Nomor 04 Tahun 1980 tentang syarat-syarat pemasangan dan
pemeliharaan APAR dijelaskan bahwa:
1. Setiap satu atau kelompok APAR harus ditempatkan pada posisi yang mudah
dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil serta dilengkapi dengan
pemberian tanda alat pemadam api.
2. Tinggi pemberian tanda alat pemadam api adalah 125 cm dari dasar lantai tepat
di atas satu atau kelompok alat pemadam bersangkutan.
3. Pemasangan dan penempatan jenis APAR harus sesuai dengan jenis dan
penggolongan kebakaran.
10

4. Jarak antara APAR satu dengan APAR yang lainnya tidak boleh melebihi 15 m,
kecuali ditetapkan lain oleh pegawai, pengawas atau ahli keselamatan kerja.
5. Semua tabung APAR sebaiknya berwarna merah.
6. Dilarang memasang dan menggunakan APAR yang didapati sudah berlubang-
lubang atau cacat karena karat.
7. Setiap APAR harus ditempatkan (dipasang) menggantung pada dinding dengan
penguatan sekang atau dengan konstruksi penguatan lainnya dan ditempatkan
pada lemari (box) yang tidak dikunci.
8. Pemasangan APAR dengan bagian paling atas berada pada ketinggian 1,2 m dari
lantai kecuali jenis CO2 dan tepung kering dapat ditempatkan lebih rendah
dengan syarat jarak antara dasar APAR tidak kurang 15 cm dari permukaan
lantai.
9. APAR tidak boleh dipasang pada ruangan atau tempat dimana suhu melebihi
49oC atau turun sampai minus 44oC kecuali APAR tersebut dibuat khusus untuk
suhu diluar batas tersebut.
10. APAR yang ditempatkan di alam terbuka harus dilindungi dengan tutup
pengaman.
Acuan pemasangan atau penempatan APAR untuk bangunan dapat dilihat
pada Tabel 2.1 penempatan dan ukuran APAR dan Tabel 2.2 maksimum area yang
di lindungi dengan APAR.
Tabel 2.1 Penempatan dan Ukuran APAR untuk Bahaya Kelas A
Bahaya Bahaya
Bahaya
Kriteria Hunian Hunian
Hunian Biasa
Ringan Ekstra
(Sedang)
(Rendah) (Tinggi)
Nominal minimum APAR 2A 2A 4A
tunggal
Luas lantai maksimum per 279 m2 139 m2 93 m2
unit A
Luas lantai maksimum 1.045 m2 1.045 m2 1.045 m2
untuk APAR
Jarak tempuh maksimum ke 22,7 m 22,7 m 22,7 m
APAR
Sumber: NFPA (2013)
11

Tabel 2.2 Maksimum Area yang di lindungi dengan APAR (ft2)


Rating APAR
Bahaya Ringan Bahaya Sedang Bahaya Tinggi
Untuk Kelas A
1A
2A 6.000 3.000
3A 9.000 4.500
4A 11.250 6.000 4.000
5A 11.250 9.000 6.000
6A 11.250 11.250 10.000
10A 11.250 11.250 11.250
20A 11.250 11.250 11.250
30A 11.250 11.250 11.250
40A 11.250 11.250 11.250
Sumber: NFPA (2013)

Salah satu pertimbangan dalam menentukan jumlah APAR yang dibutuhkan


menurut tingkat resiko kebakaran, yaitu (Anonim, 2013):
a. Tingkat bahaya rendah (low hazards) seperti kantor, ruang kelas, ruang
pertemuan, dan ruang tamu hotel yaitu dengan jumlah APAR satu.
b. Tingkat bahaya sedang (ordinary hazards) seperti tempat penyimpanan barang
dagangan (gudang), ruang pamer mobil, dan gudang yaitu dengan jumlah
APAR dua.
c. Tingkat bahaya tinggi (high hazards) seperti bengkel, dapur, gudang
penimbunan, pabrik, dan lain-lain yaitu jumlah APAR lebih dari dua.
Pertimbangan lain yang perlu diperhatikan dalam penempatan APAR,
diantaranya (Ramli, 2010):
a. Faktor lingkungan fisik yang dapat mempengaruhi kualitas APAR antara lain
suhu ruangan. Suhu ruangan yang tinggi dapat mempengaruhi kualitas media
pemadam, maka suhu harus dijaga tidak lebih dari 50oC. Cuaca yang lembab
dengan humiditas tinggi juga kurang baik bagi APAR karena dapat
mempengaruhi kualitas media dan tabung.
12

b. Mudah dilihat dan diakses, APAR jangan terhalang oleh benda atau pintu
sehingga sulit diambil jika diperlukan.
c. APAR harus terlindungi dari benturan, hujan, sinar matahari, debu, dan getaran.
d. APAR harus berjauhan dengan bahan kimia yang bersifat korosif.
BAB III
METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN

3.1 Tempat dan Waktu Praktik Kerja Lapangan


Praktik Kerja Lapangan ini merupakan kegiatan studi lapangan bidang
lingkungan yang mencakup kajian implementasi Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) Pada lingkungan kerja PT. Bina Karya (Persero), Jakarta Timur. Adapun
tempat dan waktu praktik kerja lapangan sebagai berikut.
3.1.1 Tempat Praktik Kerja Lapangan
Praktik kerja lapangan ini dilaksanakan Pada lingkungan kerja PT. Bina
Karya (Persero) yang terletak di jalan D.I. Panjaitan Kav.2 Cawang, Jakarta Timur.
Gambar lokasi PT. Bina Karya dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Lokasi PT. Bina Karya


(Sumber: Anonim, 2020)
3.1.2. Waktu Praktik Kerja Lapangan
Praktik kerja lapangan ini dilaksanakan selama kurang lebih 1 bulan yaitu
pada tanggal 22 Juni 2020 hingga 22 Juli 2020. Pelaksanaan dimulai dari
pengenalan instansi, pengumpulan data, dan penyusunan laporan.
3.2 Cara Kerja
Tahapan kerja dari Praktik Kerja Lapangan pada PT. Bina Karya
ditampilkan dalam bentuk bagan di Gambar 3.2
Pemilihan Topik Praktik Kerja Lapangan

13
14

Studi Literatur :
1. Gambaran Umum lingkungan Kerja PT. Bina Karya (Persero)
2. Penyebab, Klasifikasi, dan Pencegahan Penanggulangan Kebakaran
3. Kemampuan dan Penempatan APAR

Pengumpulan Data:

Data Primer:
1. Jenis APAR:
a. Powder
b. CO2
2. Kondisi Fisik APAR
a. Indikator Tekanan
b. Segel APAR
c. Selang APAR
d. Kondisi Tabung
e. Tanggal Kadaluarsa
3. Penempatan APAR
4. Tanda dan Kelengkapan APAR
5. Pengetahuan pekerja pada lingkungan kerja PT. Bina Karya (Persero)
Tentang Penggunaan APAR

Data Sekunder:
1. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 04 Tahun 1980

Analisis Data Praktik Kerja Lapangan


4.
4.
Penyusunan Laporan Praktik Kerja Lapangan
Gambar 3.2. Tahapan Kerja Praktik Kerja Lapangan
4.

3.2.1 Topik Praktik Kerja Lapangan


Kajian ini mencakup implementasi sistem Alat Pemadam Api Ringan di
lingkungan kerja PT. Bina Karya (Persero). Topik ini didasari atas potensi bahaya
kebakaran yang ada di setiap tempat dan dapat mengancam keselamatan yang dapat
15

menghambat kegiatan, sehingga perlu adanya upaya minimalisasi kebakaran di


tempat kerja.
3.2.2 Studi Literatur
Literatur yang dipelajari meliputi buku, jurnal ilmiah tentang pengelolaan,
dan penggunaan APAR di lingkungan kerja dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Nomor 4 Tahun 1980 tentang syarat-syarat pemasangan dan
pemadam api ringan.
3.2.3 Observasi dan Orientasi Lapangan
Observasi dan orientasi lapangan dilakukan dengan pengenalan secara
umum mengenai lingkungan kerja PT. Bina Karya (Persero). Tujuan dari langkah
ini untuk memudahkan adaptasi terhadap lingkungan kerja perusahaan dan
pengenalan struktur organisasi maupun pihak-pihak yang bertindak sebagai
pendamping pada pelaksanaan praktik kerja lapangan.
3.2.4 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan digunakan untuk penyusunan laporan dan bukti
telah melakukan studi di instansi tempat melaksanakan Praktik Kerja Lapangan.
Data yang dikumpulkan selama PKL pada lingkungan kerja PT. Bina Karya
(Persero) meliputi data primer yang berupa jenis-jenis APAR, kondisi fisik APAR,
penempatan APAR dan hasil wawancara pekerja dan data sekunder berupa
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 04 Tahun 1980.
3.2.5 Analisis Data
Analisis data dilakukan terhadap tiga bahasan pokok yaitu jenis APAR,
pengelolaan APAR, dan tingkat pengetahuan pekerja tentang penggunaan APAR.
Apabila hasil observasi APAR tentang kesesuaian jenis, kondisi fisik dan
penempatan APAR terdapat salah satu yang tidak terpenuhi, maka dinyatakan
bahwa APAR di lokasi kerja PT. Bina Karya (Persero) dikatakan tidak sesuai
dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 04 Tahun 1980
tentang syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan APAR.
Data pengetahuan pekerja tentang penggunaan APAR dapat menjadi acuan
untuk mengetahui tingkat efektifitas pekerja saat menggunakanan APAR jika
terjadi kebakaran. Data ini diambil dengan cara melakukan wawancara dengan
beberapa karyawan yang bertanggung jawab langsung untuk pemeliharaan dan
16

pengelolaan APAR. Tingkat kemampuan pekerja dalam penggunaan APAR dapat


dilihat dari hasil wawancara.
3.2.6 Penyusunan Laporan Praktik Kerja Lapangan
Penyusunan laporan dilakukan setelah serangkaian kegiatan pelaksanaan
Praktik Kerja Lapangan selesai. Penyusunan laporan disesuaikan dengan petunjuk
atau pedoman yang ada.
3.3 Jadwal Pelaksanaan
Jadwal pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan akan dilaksanakan berdasarkan
tabel 3.3.
Tabel 3.3 Jadwal pelaksanaan praktik kerja lapangan
Minggu Ke-
No. Kegiatan
1 2 3 4
1. Pematangan Kajian
2. Studi Kepustakaan yang Sesuai
3. Observasi dan Orientasi Lapangan
4. Pengambilan Data yang Sesuai
5. Penyusunan Laporan Praktik Kerja
Lapangan
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1980. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 4 Tahun
1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam
Api Ringan. 1-13.

Anonim, 1999. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor 186
Tahun 1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja. 1-3.

Anonim, 2013. NFPA 10 Standart for Portable Fire Extingushers 2013 Edition.
Quincy: National Fire Protection Association (NFPA). 1-83.

Anonim, 2018. Profil Perusahaan PT. Bina Karya (Persero).


(http://bumn.go.id/binakarya/halaman/41/tentang-perusahaan.html).
Diakses pada tanggal 8 Februari 2020.

Anonim, 2003, Klasifikasi Dan Media Pemadam Kebakaran, Jogjakarta.

Anonim, 1995. Training K3 Bidang Penanggulangan Kebakaran. Jakarta :


Departemen Tenaga Kerja

Hargiyarto, P., 2003. Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran. Fakultas Teknik.


Universitas Yogyakarta, Yogyakarta. 56-57.

Ramli, S., 2010. Petunjuk Praktis Manajemen Kebakaran (Fire Management). Dian
Rakyat, Jakarta. 102-115.

Rijanto, B., 2010. Kebakaran dan Perencanaan Bangunan. Mitra Wacana Media,
Jakarta. 1-8.

Gempur, S., 2004. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : Prestasi
Pustaka

Anda mungkin juga menyukai