i
PRAKTIK KERJA LAPANGAN
i
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Dr. Eko Prasetyo Kuncoro., S. T., DEA. Febri Eko Wahyudianto, S.T., M.T.
NIP. 19750830200812001 NIP. 199102032016113101
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Praktik Kerja Lapangan
(PKL) yang berjudul “Kajian Implementasi Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Pada Lingkungan Kerja PT. Bina Karya (Persero)
Laporan praktik kerja lapangan ini terdiri atas beberapa bab, yaitu bab
pendahuluan, tinjauan pustaka, metode kerja praktik lapangan, hasil, simpulan dan
saran dan daftar pustaka. Setiap isi dari bab tersebut terangkai secara komprehensif
untuk mengnalisa penerapan pemadam api ringan (APAR) di Pada lingkungan kerja
PT. Bina Karya (Persero).
Laporan PKL ini merupakan salah satu syarat wajib yang digunakan untuk
dapat menempuh mata kuliah PKL. Laporan PKL ini disusun sesuai dengan
ketentuan teknis penyusunan yang ada di Program Studi S-1 Teknik Lingkungan,
Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga.
.
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penempatan dan Ukuran APAR untuk Bahaya Kelas A..........................9
Tabel 2.2 Maksimum Area yang dilindungi dengan APAR (ft2) ...........................10
Tabel 3.3 Jadwal pelaksanaan praktik kerja lapangan ...........................................15
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
yang mampu menangani Jasa Konsultansi Multi disiplin teknik dan Manajemen
secara luas, mencakup Gedung & Pengembangan Wilayah, Lingkungan &
Sanitasi, Energi, Jalan & Jembatan, Dermaga, Bandara, & Kereta Api, Sumber
Daya Air, serta Pengembangan Manajemen & Pemberdayaan. PT. Bina Karya
(Persero) telah menerapkan standarisasi pelayanan berdasarkan OHSAS 18001 :
2007 yang merupakan suatu standard internasional untuk menerapkan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat kerja/ perusahaan, seperti
pengelolaan APAR, merancang langkah, penerapan, dan memeriksa, serta
mengevaluasi sistem keselamatan kerja terhadap sistem keselamatan kerja yang
sudah dilakukan agar tetap stabil dan berjalan dengan baik, mengkaji apakah
sebuah manajemen tetap berjalan dengan baik dalam melaksanakan sistem
keselamatan kerja yang sudah dilakukan. PT. Bina Karya (Persero) merupakan
perusahaan konsultan yang menangani system keselamatan kerja yang baik
sehingga praktik kerja lapangan pada PT. Bina Karya (Persero) dilakukan untuk
mengetahui manajemen dan pengelolaan APAR yang diterapkan oleh PT. Bina
Karya (Persero) Jakarta, dengan judul Implementasi Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) pada lingkungan kerja PT. Bina Karya (Persero).
1.2 Rumusan Masalah
Praktik Kerja Lapangan ini memiliki rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa jenis Alat Pemadam Api Ringan (APAR) yang ada pada lingkungan kerja
PT. Bina Karya?
2. Apakah pengelolaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) di lingkungan kerja
PT. Bina Karya sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Nomor 04 Tahun 1980 Tentang Syarat-Syarat Pemasangan dan Pemeliharaan
Alat Pemadam Api Ringan?
1.3 Tujuan
Praktik kerja lapangan ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui jenis Alat Pemadam Api Ringan (APAR) yang ada pada lingkungan
kerja PT. Bina Karya
2. Mengetahui dan mengevaluasi kesesuaian pengelolaan Alat Pemadam Api
Ringan (APAR) pada lingkungan kerja PT. Bina Karya berdasarkan Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 04 Tahun 1980.
3
1.4 Manfaat
Praktek kerja lapangan ini memiliki maanfaat sebagai berikut:
1. Bagi Mahasiswa
Kegiatan praktek kerja lapangan ini mahasiswa dapat mengetahui dan
lebih memahami pengelolaan APAR dalam kesehatan dan keselamatan kerja
pada lingkungan kerja PT. Bina Karya dan mahasiswa dapat memberikan
evaluasi tentang kesesuaian pengelolaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
pada lingkungan kerja PT. Bina Karya terhadap Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Nomor 04 Tahun 1980.
2. Bagi Perguruan Tinggi
Hasil praktik kerja lapangan dapat memberikan tambahan informasi
mengenai pengelolaan APAR dalam kesehatan dan keselamatan kerja Pada
lingkungan kerja PT. Bina Karya (Persero) sehingga dari informasi tersebut
diharapkan dapat memberikan tambahan referensi dalam kegiatan
pembelajaran di lingkungan kampus.
3. Bagi Perusahaan PT. Bina Karya (Persero)
Diharapkan dari hasil analisis yang dilaksanakan selama proses praktik
kerja lapangan dapat dijadikan masukan untuk perusahaan mengenai kondisi
dan permasalahan (jika ada) yang dihadapi oleh perusahaan tersebut, sehingga
dapat memberikan masukan untuk meminimalisir hal tersebut.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
4
5
4. Reaksi kimia dari api nyala dapat diputuskan dengan cara menghambat reaksi
oksidasi cepat bahan bakar dan secara bersamaan pembentukan radikal-radikal
bebas, darah kehidupan dari reaksi api.
2.3 Kebakaran
kebakaran merupakan peristiwa berkobarnya api yang tidak dikehendaki
dan selalu membawa kerugian. Dengan demikian usaha pencegahan harus
dilakukan oleh setiap individu dan unit kerja agar jumlah peristiwa kebakaran,
penyebab kebakaran dan jumlah kecelakaann dapat dikurangi sekecil mungkin
melalui perencanaan yang baik. Agar tidak terjadi kebakaran diperlukan identifikasi
potensi penyebab kebakaran dan melakukan upaya pemadaman kebakaran dini.
Kebakaran terjadi akibat bertemunya 3 unsur : bahan yang dapat terbakar, suhu
penyalaan/titik nyala, dan zat pembakar (O2 atau udara). Untuk mencegah
terjadinya kebakaran adalah dengan mencegah bertemunyan salah satu dari dua
unsur lainnya (Hargiyarto, 2003).
2.3.1 Penyebab Terjadinya Kebakaran
Terjadinya kebakaran tidak hanya disebabkan oleh campur tangan manusia,
namun terdapat penyebab lainnya yang juga berpotensi menimbulkan kebakaran.
Macam-macam penyebab terjadinya kebakaran, meliputi (Hargiyarto, 2003):
1. Kebakaran karena sifat kelalaian manusia, seperti kurangnya pengertian
pengetahuan penanggulangan bahaya kebakaran, kurang berhati-hati
menggunakan alat atau bahan yang dapat menimbulkan api, dan kurangnya
kesadaran pribadi atau tidak disiplin.
2. Kebakaran karena peristiwa alam, terutama berkenaan dengan cuaca, sinar
matahari, letusan gunung berapi, gempa bumi, petir, angina, dan topan.
3. Kebakaran karena penyalaan sendiri, sering terjadi pada gudang bahan kimia
karena bahan bereaksi dengan udara, air, dan juga dengan bahan-bahan lainnya
yang mudah meledak atau terbakar.
4. Kebakaran karena kesengajaan untuk tujuan tertentu, misalnya sabotase,
mencari keuntungan ganti rugi klaim asuransi, hilangkan jejak kejahatan, dan
tujuan taktis pertempuran dengan jalan bumi hangus.
7
diumpamakan air tersebut mengalir dalam sebuah pipa. Ada beberapa istilah
penting dalam mempelajari listrik:
a. Arus listrik dalam satuan Ampere (A): diumpamakan volume air yang
melalui pipa.
b. Tegangan listrik: diumpamakan besarnya tekanan air dalam pipa, dalam
satuan Volt (V).
c. Tahanan listrik: diumpamakan segala yang menghambat aliran dalam pipa,
dalam satuan Ohm (Ω).
4. Kebakaran kelas-D
Kebakaran kelas-D, yaitu kebakaran yang disebabkan oleh logam yang
terbakar, seperti serbuk sodium, potassium, magnesium, seng, titanium, zirconium,
dan uranium.
5. Kebakaran kelas-K
Kebakaran kelas-K, yaitu kebakaran pada peralatan memasak yang
disebabkan oleh media sepert minyak, sayur-sayuran, hewan, dan lemak.
2.4 Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah alat pemadam yang dapat
diangkut, diangkat dan dioperasikan oleh satu orang. APAR pertama kali dikenal
pada Tahun 1723 di Inggris yang diciptakan oleh Ambrose Godfrey seorang ahli
kimia. Alat pertama ini menggunakan sejenis peledak yang dihubungkan dengan
sistem busi sebagai pemantik sehingga terjadi ledakan yang menyemburkan cairan.
Alat ini sudah mulai digunakan dalam peristiwa kebakaran yang menimpa Kota
London di Tahun 1729 (Ramli, 2010).
APAR modern ditemukan oleh seorang kapten Inggris bernama George
William Manby pada Tahun 1818 yang berupa tabung tembaga berisi tiga galon
senyawa potassium carbonat yang ditekan dengan udara. APAR jenis ini sudah
memiliki tingkat efisien pemadaman yang tinggi. Selanjutnya jenis dan bentuk
APAR terus berkembang dan bermacam-macam menurut jenis media pemadam
yang ada di dalamnya (Ramli, 2010).
2.4.1 Klasifikasi APAR
Apar dapat digolongkan ke beberapa jenis : (Anonim, 2003)
9
a. Apar jenis air, berisi cairan air biasa yang umumnya bervolume sekitar 9 liter
dengan jarak semprotan mencapai 20-25 inci selama 60-120 detik. Apar ini
sangat efektif untuk memadamkan kebakaran jenis A.
b. Apar jenis debu kering, jenis ini terdiri atas sodium bikarbonat 97%,
magnesium steaote 1,5%, magnesium karbonat 1%, dan trikalsium karbonat
0,5%. Jarak semprotan mencapai 15-20 inci dengan waktu semprotan hingga 2
menit. Sangat efektif untuk tipe kebakaran kelas A, B dan C. namun debu yang
ditinggalkan apar ini dapat merusak bahan-bahan tertentu seperti mesin dan
bahan makanan.
c. Apar jenis gas, terdiri dari cairan karbondioksida dan BCF dalam tekanan dan
berukuran berat 2-5 ibs. Jarak semprotan bias mencapai 8- 12 inci dengan
waktu semprotan 8-30 detik saja. Efektif untuk kebakaran kelas B dan C.
d. Apar jenis buih atau busa (foam), alat ini biasanya terdiri atas 2 tabung dalam
(alumunium sulfat) dan tabung luar (natrium bikarbonat). Jarak semprotan alat
ini berkisar antara 20 inci dengan lama semprotan 30- 90 detik. Efektif untuk
memadamkan kebakaran kelas B.
2.4.2 Penempatan APAR
Penempatan APAR dapat ditentukan dengan mengacu kepada Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 04 Tahun 1980 tentang Syarat-
syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan. Peraturan lain
yang mengatur tentang penempatan APAR yaitu sesuai dengan standar NFPA 10
tentang Alat Pemadam Api Ringan. Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Nomor 04 Tahun 1980 tentang syarat-syarat pemasangan dan
pemeliharaan APAR dijelaskan bahwa:
1. Setiap satu atau kelompok APAR harus ditempatkan pada posisi yang mudah
dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil serta dilengkapi dengan
pemberian tanda alat pemadam api.
2. Tinggi pemberian tanda alat pemadam api adalah 125 cm dari dasar lantai tepat
di atas satu atau kelompok alat pemadam bersangkutan.
3. Pemasangan dan penempatan jenis APAR harus sesuai dengan jenis dan
penggolongan kebakaran.
10
4. Jarak antara APAR satu dengan APAR yang lainnya tidak boleh melebihi 15 m,
kecuali ditetapkan lain oleh pegawai, pengawas atau ahli keselamatan kerja.
5. Semua tabung APAR sebaiknya berwarna merah.
6. Dilarang memasang dan menggunakan APAR yang didapati sudah berlubang-
lubang atau cacat karena karat.
7. Setiap APAR harus ditempatkan (dipasang) menggantung pada dinding dengan
penguatan sekang atau dengan konstruksi penguatan lainnya dan ditempatkan
pada lemari (box) yang tidak dikunci.
8. Pemasangan APAR dengan bagian paling atas berada pada ketinggian 1,2 m dari
lantai kecuali jenis CO2 dan tepung kering dapat ditempatkan lebih rendah
dengan syarat jarak antara dasar APAR tidak kurang 15 cm dari permukaan
lantai.
9. APAR tidak boleh dipasang pada ruangan atau tempat dimana suhu melebihi
49oC atau turun sampai minus 44oC kecuali APAR tersebut dibuat khusus untuk
suhu diluar batas tersebut.
10. APAR yang ditempatkan di alam terbuka harus dilindungi dengan tutup
pengaman.
Acuan pemasangan atau penempatan APAR untuk bangunan dapat dilihat
pada Tabel 2.1 penempatan dan ukuran APAR dan Tabel 2.2 maksimum area yang
di lindungi dengan APAR.
Tabel 2.1 Penempatan dan Ukuran APAR untuk Bahaya Kelas A
Bahaya Bahaya
Bahaya
Kriteria Hunian Hunian
Hunian Biasa
Ringan Ekstra
(Sedang)
(Rendah) (Tinggi)
Nominal minimum APAR 2A 2A 4A
tunggal
Luas lantai maksimum per 279 m2 139 m2 93 m2
unit A
Luas lantai maksimum 1.045 m2 1.045 m2 1.045 m2
untuk APAR
Jarak tempuh maksimum ke 22,7 m 22,7 m 22,7 m
APAR
Sumber: NFPA (2013)
11
b. Mudah dilihat dan diakses, APAR jangan terhalang oleh benda atau pintu
sehingga sulit diambil jika diperlukan.
c. APAR harus terlindungi dari benturan, hujan, sinar matahari, debu, dan getaran.
d. APAR harus berjauhan dengan bahan kimia yang bersifat korosif.
BAB III
METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN
13
14
Studi Literatur :
1. Gambaran Umum lingkungan Kerja PT. Bina Karya (Persero)
2. Penyebab, Klasifikasi, dan Pencegahan Penanggulangan Kebakaran
3. Kemampuan dan Penempatan APAR
Pengumpulan Data:
Data Primer:
1. Jenis APAR:
a. Powder
b. CO2
2. Kondisi Fisik APAR
a. Indikator Tekanan
b. Segel APAR
c. Selang APAR
d. Kondisi Tabung
e. Tanggal Kadaluarsa
3. Penempatan APAR
4. Tanda dan Kelengkapan APAR
5. Pengetahuan pekerja pada lingkungan kerja PT. Bina Karya (Persero)
Tentang Penggunaan APAR
Data Sekunder:
1. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 04 Tahun 1980
Anonim, 1980. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 4 Tahun
1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam
Api Ringan. 1-13.
Anonim, 1999. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor 186
Tahun 1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja. 1-3.
Anonim, 2013. NFPA 10 Standart for Portable Fire Extingushers 2013 Edition.
Quincy: National Fire Protection Association (NFPA). 1-83.
Ramli, S., 2010. Petunjuk Praktis Manajemen Kebakaran (Fire Management). Dian
Rakyat, Jakarta. 102-115.
Rijanto, B., 2010. Kebakaran dan Perencanaan Bangunan. Mitra Wacana Media,
Jakarta. 1-8.
Gempur, S., 2004. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : Prestasi
Pustaka