Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENGAWASAN NORMA LINGKUNGAN KERJA


Dosen Pengampu : dr. Iwan Zulfikar,M.Si.

DISUSUN OLEH :
Tegar Frendianto ( 217052874 )
Nabella Kartika Devi ( 217052866 )
Muhammad William Hansen ( 217052877 )

FAKULTAS VOKASI D4K3


UNIVERSITAS BALIKPAPAN
2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa
karena berkat rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul “Pengawasan Norma Lingkungan Kerja”
segala kerendahan dan keikhlasan hati penulis mengharap kritik dan saran yang
membangun sehingga dapat melengkapi kesempurnaan makalah ini.
Semoga Tuhan yang Maha Esa memberikan kekuatan dan melimpahkan
segala rahmat dan hidayah-Nya atas segala yang telah kita lakukan.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini bisa memberikan manfaat
bagi penulis khususnya maupun pembaca pada umumnya,amiin.

Balikpapan,4 Desember 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ……………………………………………………..………………………………. i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………..………………………………….. ii

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………………….…………………………. 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………………..….…………. 1
C. Tujuan …………………………………………………………………………..…………….……. 1
D. Manfaat ……………………………………………………………………………………………. 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


A. Pengendalian Lingkungan Kerja ………………………………………………….……... 2
B. Faktor Bahaya Lingkungan Kerja ……………………………………………………….. 3-9
C. Nilai Ambang Batas Dan Standar Lingkungan Kerja……………………………. 10
D. Dasar Hukum Tentang K3 …………………………………………………………………. 10-11

BAB 3 PENUTUP
A. Simpulan ………………………………………………………………………………..………. 11
B. Saran ………………………………………………………………………………………………. 11

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
➢ Peningkatan dan perubahan dalam era industrialisasi.
➢ Penerapan dan pengembangan teknologi.
➢ Pengaruh terhadap sumber daya manusia dan lingkungan.
➢ Jumlah objek pengawasan yang semakin bertambah.
➢ Keterbatasan jumlah pegawai pengawas Ketenagakerjaan khususnya K3.
➢ Kurangnya kesadaran pelaku Industri atau perusahaan dalam penerapan
norma dan peraturan perundangan.

B. RUMUSAN MASALAH
➢ Terjadinya peristiwa kecelakaan kerja termasuk kebakaran, peledakan,
kebocoran bahan kimia.
➢ Munculnya berbagai penyakit akibat lingkungan kerja dan cara kerja
yang tidak memenuhi syarat.
➢ Potensi pencemaran lingkungan akibat limbah industri.
➢ Munculnya problem psikososial seperti pelecehan, kekerasan, intimidasi
yang menjadi stressor.

C. TUJUAN
➢ Memberi perlindungan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja
sehingga tercapai peningkatan produktivitas dan efisiensi kerja.
➢ Melalui pelaksanaan tahap pemeriksaan
a. Pengenalan lingkungan kerja
b. Penilaian lingkungan kerja
c. Pengendalian lingkungan kerja

D. MANFAAT
Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan
sebagai bahan informasi.
1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengendalian Lingkungan Kerja
➢ Penerapan metode teknik untuk menurunkan tingkat faktor bahaya
sampai batas yang dapat ditolerir oleh manusia dan lingkungan dengan
NAB.
➢ Melalui hierarchy of Control:
- eliminasi
- subtitusi
- minimalisasi
- isolasi
- pengendalian teknis
- pengendalian administrasi
- APD (Alat Pelindung Diri)

➢ Eliminasi, adalah proses menghilangkan bahaya dari area kerja, atau


bahaya, sama sekali tidak ada aktifitas pekerjaan yang melibatkan bahaya
➢ Subtitusi, adalah menciptakan kondisi dimana pekerja tidakakan
berinteraksi dengan proses penggantian dari sesuatu yang berbahaya
menjadi yang kurang berbahaya. Subtitusi bisadilakukan pada material
yang digunakan, proses yang dilakukan, dan peralatan yang digunakan.
➢ Minimalisasi adalah mengurangi jumlah bahan berbahaya yang disimpan,
mengurangi jenis bahan berbahayayang disimpan, mengurangi jumlah
lokasi kerja yang berbahaya.
➢ Isolasi adalah mengurangi interaksi hazard dengan lingkungan dan
pekerja. Beberapa hal yang termasuk isolasi,antara lain memindahkan
sumber bahaya ke lokasi lain, menutup sumber bahaya dengan barier
fisik, melakukanautomatisasi pada proses, memisahkan tempat
penyimpanan bahan berbahaya dalam lokasi yang berbeda.
➢ Pengendalian teknis yakni pengendalian yang ditunjukan terhadap
sumber bahaya atau lingkungan ,seperti:
a. Subtitusi yaitu menggantikan bahan-bahan yang berbahaya dengan
bahan-bahan yang kurang atau tidak berbahaya sama sekali.
2
b. Isolasi,yaitu memisahkan suatu sumber bahaya dengan pekerja ,
misalnya pengadaan ruang panel,larangan memasuki tempat kerja
bagi yang tidak berkepentingan,menutup unit operasi yang
berbahaya.
c. Cara basah,dimaksudkan untuk menekan jumlah partikel yang
mengotori udara karena partikel debu mengalami berat.
d. Merubah proses,misalnya pada proses kering dirubah menjadi proses
basah untuk menghindari debu.
e. Ventilasi keluar setempat ( lokal exhaust ventilation ), yaitu suatu cara
yang dapat menghisap bahan-bahan berbahaya sebelum bahan
berbahaya tersebut masuk keudara ruang kerja.

Pengendalian ini dilakukan bertujuan untuk memisahkan bahaya dengan


pekerja serta untuk mencegah terjadinya kesalahan manusia.
Pengendalian ini terpasang dalam suatu unit sistem mesin atau peralatan.
Contoh-contoh implementasi metode ini misal adalah adanya penutup
mesin/machine guard, circuit breaker, interlock system, start-up alarm,
ventilation system, sensor, sound enclosure.
➢ Pengendalian administratif adalah peraturan-peraturan administrasi
yang mengatur pekerja untuk membatasi waktu kontaknya (pemaparan)
dengan faktor bahaya atau contaminant.
➢ Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat yang digunakan oleh
tenaga kerja untuk melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap
kemungkinan adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja.

B. Faktor Bahaya Lingkungan Kerja


➢ Pengawasan lingkungan kerja adalah serangkaian kegiatan pengawasan
dan tindakan yang dilakukan oleh pegawai pengawas Ketenagakerjaan
sebagai pelaksanaan peraturan perundang-undangan atas objek
pengawasan lingkungan kerja.
➢ Lingkungan kerja adalah kesatuan dan interaksi berbagai faktor tempat
kerja ( faktor fisik, kimia, biologis,fisikologis dan psikososial) dan
pengaruhnya pada tenaga kerja yang dapat mempengaruhi
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja.

3
❖ Faktor fisik
1. Kebisingan
2. Getaran
3. Ventilasi
4. Suhu
5. Radiasi
6. Penerangan
7. Tekanan udara

❖ Faktor kimia
1. Gas
2. Uap
3. cairan/pelarut
4. Cume
5. Asap
6. Debu
❖ Faktor biologis
1. Virus
2. Jamur
3. Hewan
4. Mikro organisme
❖ Faktor fisiologis/Ergonomi
1. Desain
2. Posisi atau cara kerja
❖ Faktor psikososial
1. Hubungan kerja
2. Monotoni
3. Konflik

FAKTOR FISIK
1. Kebisingan
Kebisingan adalah bunyi yang tidak dikehendaki titik kualitas bunyi
ditentukan oleh frekuensi dan intensitas nya. Intensitas kebisingan menurut
keputusan Menteri Tenaga Kerja nomor 51 tahun 1999 tentang faktor fisik
di tempat kerja adalah 85 dBa.
Alat pengukur : sound level meter dan noise dose meter.
Tujuan pengukuran kebisingan:
1. Menurunkan tingkat intensitas kebisingan pada sumbernya
2. Penempatan penghalang pada jalan transmisi
3. Pengukuran alat pelindung telinga earmuff / earplug
4. Pengaturan waktu kerja

2. Getaran atau vibrasi


Vibrasi seluruh tubuh:
1. Motion sickness/mabuk
2. Pandangan kabur
3. Kerusakan tulang atau sendi
4. Gangguan pencernaan, tekanan darah, sistem saraf.
Vibrasi tangan dan lengan:
1. Kelelahan
2. White finger/Dead finger/Raynaud's syndrome
• Pengaturan nilai ambang batas getaran tangan dalam kepmen nomor
51/1999
• Pengukuran dilakukan dengan vibration meter, dengan tujuan untuk:
1. Menurunkan tinggi intensitas getaran pada sumbernya.
2. Penggunaan alat pelindung tangan.
3. Pengaturan waktu kerja.
• Upaya pencegahan:
a. Isolasi sumber getaran.
b. Isolasi pekerja atau operator.
c. Mengurangi pemaparan terhadap getaran.
d. Melengkapi peralatan dengan menyerap getaran.
e. Pemeriksaan kesehatan.

4
3. Suhu atau iklim kerja
• Iklim kerja adalah kombinasi dari suhu kelembaban udara, kecepatan
gerakan udara dan suhu radiasi di tempat kerja.
• Suhu" nikmat " bagi orang Indonesia ialah 24- 26 °C dan selisih suhu
di luar dan di dalam tidak lebih dari 5 °C.
• Batas Kecepatan angin atau gerakan udara 0.25- 0.50 m/detik.
• Proses pertukaran panas melalui:
a. Konduksi : pertukaran panas melalui kontak langsung.
b. Konveksi : perpindahan panas melalui media udara.
c. Radiasi : melalui energi gelombang panas.
d. Evaporasi : melalui pengeluaran keringat.

• Alat pengukur intensitas iklim kerja : ISBB ( Indeks Suhu Bola Basah)
• Pencegahan iklim kerja panas:
a. Memperbaiki aliran udara atau sistem ventilasi.
b. Mereduksi tekanan panas di lingkungan kerja yang ada sumber
panasnya.
c. Penerapan teknologi pengendalian untuk menurunkan suhu basah
dibawah NAB.
d. Penggunaan teknis perlindungan agar tenaga kerja tidak terpapar
panas dan pemeliharaan kesegaran jasmani.
e. Penyediaan air minum yang cukup.
f. Penyesuaian berat ringan pekerjaan.

4. Penerangan atau pencahayaan atau iluminasi


• Faktor yang mempengaruhi intensitas penerangan:
1. Sumber cahaya.
2. Daya pantul ( reflektivitas).
3. Ketajaman penglihatan.

5
Kesilauan
• Silau merupakan gangguan utama terhadap penyesuaian mata yang
dapat dibedakan dalam: silau relatif, nilai mutlak, silau adaptif.
• Pencegahan kesilauan dilakukan melalui:
a. Pemilihan lampu yang tepat.
b. Penempatan sumber cahaya terhadap meja dan mesin, letak
jendela.
c. Penggunaan alat pelapis yang tidak mengkilap.
d. Penyaringan sinar matahari langsung.
• Pengukuran intensitas penerangan diukur dengan alat lux meter dan
reflectometer.
• Alat ini bekerja berdasar perubahan energi cahaya menjadi energi
listrik oleh sel fotoelektrik.

5. Radiasi
➢ Mengion
1. Elektromagnetik ( sinar-x, sinar gamma)
2. Partikel ( sinar alfa, B, neutron, Proton)
➢ Tidak mengion
1. Radio frekuensi atau TV
2. Gelombang mikro
3. Infra merah
4. Ultra violet
5. Sinar tampak atau visible
Pengaruh radiasi
➢ Radiasi mengion
1. Efek stokastik
Tergantung pada frekuensi pemajanan, tapi tingkat keparahan tidak
tergantung pada dosis.
Contoh: mutagen, teratogen, karsinogen.
2. Efek non stokastik
Tergantung pada frekuensi dan dosis pemajanan.
Contoh: eritema kulit, katarak.
Pengaruh jangka pendek atau akut" radiation sickness "
6
➢ Radiasi tidak mengion
1. Frekuensi radio atau TV:
Kelainan saraf, sel darah
2. Gelombang mikro:
Gangguan saraf, sistem reproduksi
3. Inframerah:
Katarak lensa, kulit
4. Ultraviolet:
Penuaan dini, kulit: pigmentasi, terbakar, keratosis atau kering,
kanker mata: konjungtivitis keratitis, katarak

➢ Pengendalian dan pencegahan efek radiasi tidak mengion


1. sumber radiasi harus tertutup secara aman.
2. Upaya menghindari sumber radiasi.
3. Upaya tidak terus-menerus kontak.
4. Memakai alat pelindung diri.
5. Pemantauan kebocoran instalasi.
6. Pemeriksaan kesehatan.

Faktor kimia
Berdasarkan sifat fisika kimia, bahan berbahaya yang dipakai di dalam industri
dikelompokkan menjadi:
1. Bahan kimia mudah terbakar, contoh: bensin,aseton,eter.
2. Bahan kimia yang mudah meledak: 2A monium nitrat.
3. Bahan kimia beracun: asam klorida.
4. Bahan kimia korosif: asam sulfat.
5. Bahan kimia oksidator: perklorat, permanganat.
6. Bahan kimia yang peka terhadap air: natrium hidrida.
7. Bahan kimia yang bersifat asam kuat.
8. Bahan kimia disimpan dalam tekanan tinggi: nitrogen oksida.
9. Bahan kimia radioaktif.

7
➢ Bentuk fisik bahan kimia
a. Padat, seperti debu atau partikel.
b. Cair: Liquid, cairan.
c. Gas dan uap, contoh oksigen nitrogen, pelarut cat atau thinner.
➢ Berdasarkan sifat fisik:
1. Bahan bersifat partikel ( awan, asap, kabut dan fume ) :
a. Perangsang ( kapas, sabun).
b. Toxic, partikel, PB, As, Mn.
c. Penyebab Fibrosis, debu asbes, quarst.
d. Penyebab demam (fume)
e. Inert (kapur, alumunium)
2. Bahan non partikel ( gas dan uap) yang berdasar pengaruh fisiologisnya
dikelompokkan sebagai:
a. Asfiksian (nitrogen, karbondioksida).
b. Racun organik dan anorganik.
c. Bahan kimia yang mudah menguap.
d. Bahan yang merusak Alat tubuh.
e. Berefek anestesi.
f. Merusak susunan darah.
g. Merusak syaraf.
h. Iritan dan bahan korosif terhadap jaringan.

FAKTOR BIOLOGI
LINGKUNGAN PERTANIAN
1. Tetanus (Bakteri dalam tanah)
2. Leptospirosis ( Urin tikus terinfeksi virus)
3. Bissinosis (Debu Kapas)
4. Mycotoxin (Jamur pada kacang, jagung)

8
LINGKUNGAN PETERNAKAN
1. Anthrax (Baksil pada domba, sapi)
2. Brucellosis (Bakteri menginfeksi hewan)
3. Salmonella (Telur unggas)
4. Rabies (Virus menginfeksi hewan)
PERKANTORAN
1. Legionnaire disease
2. Humidifier Fever
3. Flu-like Illness : Dikaitkan sistem Pendingin Ruangan (AC)
LAIN-LAIN
1. Tuberculosis
2. Sars
3. Flu burung
4. Influensa

FAKTOR FISIOLOGI/ ERGONOMI


1. Kelelahan/ Fatigue
2. Gangguan Muskulo Skeletal:
a. Pada leher, tulang punggung, lengan, tangan, sendi
b. Cumulative Trauma Disorder
c. Bursitis, Tendonitis, Osteoarthritis, Low back pain

FAKTOR PSIKOSOSIAL
1. Stress
2. Gangguan saraf dan perilaku
3. Gangguan kepribadian
4. Ketergantungan obat
5. Alkoholisme/ Narkoba

9
C. Nilai Ambang Batas dan Standar Lingkungan Kerja
- Nilai Ambang Batas adalah standar faktor- faktor lingkungan kerja yang di
anjurkan di tempat kerja, agar tenaga kerja masih dapat menerimanya
tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan
sehari- hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam atau 40 jam seminggu.
- Standar Lingkungan tempat kerja yang perlu di terapkan adalah
A. Standar sanitasi industri
B. Standar potensi bahaya faktor fisika di tempat kerja
C. Standar potensi bahaya faktor kimia di udara tempat kerja
D. Standar potensi bahaya faktor biologi di tempat kerja (Belum ditetapkan)

D. Dasar Hukum Pengawasana K3 Lingkungan Kerja:


Peraturan perundangan yang terkait dengan pengawasan lingkungan
kerja adalah:
1. Undang-undang No.1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja pasal 2, pasal 3
ayat 1, f, g,I,j,k,l,m pasal 5, pasal 8, pasal 9 dan pasal 14.
2. Undang-undang No.3 tahun 1969 tentang persetujuan Konvensi ILO No.120
mengenai Hygiene dalam perniagaan dan kantor-kantor pasal 7.
3. Peraturan Pemerintah No.7 Tahun 1973 tentang pengawasan atas peredaran,
penyimpanan dan penggunaan pestisida.
4. Peraturan Pemerintah No.11 tahun 1975 tentang Keselamatan Kerja terhadap
Radiasi.
5. Peraturan Menteri Perburuhan No.7 tahun 1964 tentang syarat kesehatan
kebersihan serta penerangan dalam tempat kerja.
6. Permenaker No.3/Men/1985 tentang keselamatan dan kesehatan kerja
pemakaian asbes
7. Permenaker No.3/men/1985 tentang syarat keselamatan dan kesehatan di
tempat kerja yang mengelola pestisida.
8. Kepnaker No.51/Men/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di tempat
kerja.
10
9. Kepmenaker No.187/Men/1999 tentang Pengendalian bahan kimia berbahaya
di tempat kerja
10. Instruksi Menteri Tenaga Kerja No.2/M/BW/BK/1984, tentang pengesahan alat
pelindung diri.
11. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No.01/Men/1997 tentang nilai Ambang
Batas Faktor Kimia dll. udara lingkungan kerja.

BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan

Lingkungan kerja merupakan faktor yang dapat mempengaruhi motivasi,


keselamatan dan kesehatan tenaga kerja. Oleh sebab itu materi ini sangat menarik
untuk diperhatikan, dipahami dan diterapkan di tempat kerja supaya kerja menjadi
lebih nyaman dan produktif serta aman.

B. Saran
Perlu adanya edukasi tentang pengawasan norma lingkungan kerja, dan
menggunakan APD yang sesuai dengan peraturan yang di tetapan di lingkungan
kerja.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://www.slideshare.net/almarson/pengawasan-norma-k3-lingkungan-kerja
https://surabaya.proxsisgroup.com/pengertian-k3-lingkungan-kerja/

Anda mungkin juga menyukai