PENDAHULUAN
1
memasukan penyakit Pes sebagai potensi permasalahan pembangunan kesehatan
tahun 2010-2014 (Depkes RI, 2010).
Penularan penyakit Pes dapat juga terjadi melalui alat angkut kapal. Hal
tersebut diakibatkan salah satu sifat tikus yang selalu bermigrasi ke tempat yang
banyak makanan dan terlindung termasuk ke atas kapal yang sedang sandar di
pelabuhan (Depkes RI, 2006).
Antisipasi terhadap hal tersebut dilakukan melalui pelaksanaan
pengawasan tikus di atas kapal yang sandar di pelabuhan oleh Kantor Kesehatan
Pelabuhan (KKP) yang merupakan unit pelaksana teknis (UPT) Kementrian
Kesehatan RI (Peraturan Menteri Kesehatan RI No.356/Menkes/Per/IV/2008).
Pengawasan tikus di atas kapal merupakan upaya sistem kewaspadaan dini
(SKD) terhadap penyakit Pes. Upaya tersebut dilaksanakan KKP melalui 2
kegiatan pokok yaitu pemeriksaan tanda-tanda kehidupan tikus di kapal
menjelang kedatangannya pertama kali di suatu pelabuhan serta pengawasan
pelaksanaan persyaratan pencegahan migrasi tikus selama kapal sandar di
pelabuhan.
Secara umum pengawasan tikus di atas kapal laut domestik di Indonesia
belum intensif dilakukan. Fungsi pengawasan tikus di atas kapal oleh KKP masih
lebih diintensifkan pada kapal-kapal yang datang dari pelabuhan luar negeri. Hal
tersebut disebabkan belum adanya konsep baku standar operasional prosedur
(SOP) pengawasan tikus di atas kapal secara spesifik sehingga acuan yang dipakai
KKP selama ini adalah SOP sanitasi kapal yang butir uraian kegiatannya masih
bersifat umum.
Pelaksanaan pengawasan tikus di atas kapal pada pelabuhan perikanan
merupakan topik sangat penting untuk dikaji karena selain sebagai langkah
antisipasi penularan penyakit Pes, juga berfungsi untuk mencegah kontaminasi
produksi perikanan serta upaya preventif penularan penyakit bersumber tikus
lainnya terhadap anak buah kapal (ABK).
2
Pengawasan tikus di atas kapal merupakan upaya sistem kewaspadaan dini
(SKD) terhadap penyakit Pes melalui 2 kegiatan pokok yaitu pemeriksaan tanda-
tanda kehidupan tikus pada kapal menjelang kedatangan pertama kali di suatu
pelabuhan dan memeriksa serta mengawasi pelaksanaan persyaratan pencegahan
migrasi tikus di atas kapal selama kapal sandar di pelabuhan. Bagaimana
pelaksanaan pengawasan tikus di atas kapal pada PPS Nizam Zachman Tahun
2010?
3
3. Rincian pelaksanaan juga menyertakan schedule pelaksanaan kerja
praktek, mulai dari observasi, pengumpulan data, pembuatan program,
analisis, pembuatan laporan dan sebagainya.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan menjelaskan secara singkat bagian – bagian apa
yang termuat dari bab dan sub bab dalam laporan kerja praktek.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
menjawab tuntutan era pasar bebas. Permenkes 373/MENKES/SK/III/2007
tentang Standar Profesi Sanitarian menetapkan kualifikasi minimal yang harus
dimiliki oleh SDM kesehatan yang memberikan pelayanan sanitasi sesuai dengan
jenjang keprofesiannya.
2.1.1.1 Tujuan
a) Tujuan kualitatif pelaksanaan pengawasan tikus di atas kapal adalah
tercapainya jumlah kapal bebas tikus.
b) Tujuan kuantitatif pelaksanaan pengawasan tikus di atas kapal yang sandar
di pelabuhan adalah tercapainya jumlah kapal yang diperiksa sesuai
standar kekarantinaan kesehatan.
6
melakukan migrasi ke tempat yang banyak terdapat makanan dan terlindung
(Depkes RI, 2002).
2.1.2.1 Siklus Hidup Tikus
Tikus mencapai usia kematangan seksual setelah 4 bulan. Untuk semua
jenis tikus rumah, rata-rata seekor betina dapat beranak 3 sampai 6 kali dalam satu
tahun. Kegiatan tikus akan meningkat mulai berumur 2 bulan sampai 9 bulan.
Rata-rata umur tikus lebih dari 12 bulan (Depkes RI, 2002).
7
- Mus mucculus suka bersarang ditumpukan kertas dalam gudang,
rumah dan bangunan lainnya. Jenis tikus ini lebih sering mencari
makanan di dalam rumah dan bangunan.
- Termasuk tikus pemanjat, kadang-kadang menggali lobang,
menggigit hidup didalam dan diluar rumah.
- Bentuk tubuh kecil dengan berat hanya sampai 21 gram.
- Warna tubuh seluruhnya sawo matang dengan panjang badan 60 – 90
mm.
8
3. Mendengar.
Tikus sangat sensitif terhadap suara yang mendadak. Disamping itu
tikus dapat mendengar dan menerima suara ultra.
4. Melihat.
Mata tikus khusus untuk melihat pada malam hari. Tikus dapat
mendekteksi gerakan pada jarak lebih dari 10 meter dan dapat
membedakan antara pola benda yang sederhana dengan obyek yang
ukurannya berbeda-beda. Mampu melakukan perkiraan pada jarak
lebih 1 meter, perkiraan yang tepat ini sebagai usaha untuk meloncat
bila diperlukan.
5. Mengecap.
Rasa mengecap pada tikus berkembang sangat baik. Tikus dapat
mendekteksi dan menolak air minum yang mengandung
phenylthiocarbamide 3 ppm. Phenylthiocarbamide dikenal sebagai
PTC, atau phenylthiourea, merupakan senyawa organik yang selera
sangat pahit atau hampir tawar tergantung pada genetika dari
pengecap.
b. Kemampuan fisik.
1. Menggali
R. norvegicus adalah binatang penggali lubang. Lubang digali untuk
tempat perlindungan dan sarangnya. Kemampuan menggali dapat
mencapai 2-3 meter tanpa kesulitan.
2. Memanjat.
R. komensal adalah pemanjat yang ulung. Tikus atap atau tikus rumah
yang bentuk tubuhnya lebih kecil dan langsing lebih beradaptasi
untuk memanjat dibandingkan dengan tikus got. Namun demikian
kedua spesies tersebut dapat memanjat kayu dan bangunan yang
permukaannya kasar. Tikus got dapat memanjat pipa baik di dalam
maupun di luar.
3. Meloncat dan melompat.
9
R.norvegicus dewasa dapat meloncat 77 cm lebih. Dari keadaan
berhenti tikus got dapat melompat sejauh 1,2 meter. M. musculus
meloncat arah vertikal setinggi 25 cm.
4. Menggerogoti.
Tikus menggerogoti bahan kayu, lembaran alumunium maupun
campuran pasir, kapur dan semen yang mutunya rendah.
5. Berenang dan menyelam.
Baik R. norvegicus, R. rattus dan M. musculus adalah perenang yang
baik. Tikus yang disebut pertama adalah perenang dan penyelam
yang ulung, perilaku yang semi akuatik, hidup disaluran air bawah
tanah, sungai dan areal lain yang basah.
10
lambat, berwarna putih dan umum ditemukan menempel pada rambut
punggung dan perut.
3. Caplak
Caplak adalah sejenis kutu hewan yang termasuk ke dalam kelompok laba-
laba. Caplak dibedakan dari serangga karena kepala-dada-perut bersatu
menjadi suatu bentuk yang terlihat sebagai badannya. Caplak dibedakan
atas keluarga yaitu Argasidae dan Ixodidae. Pada caplak keras di bagian
depan terlihat ada semacam kepala yang sebenarnya adalah bagian dari
mulutnya, sedangkan pada caplak lunak bagian mulutnya tidak terlihat dari
arah punggung.
4. Tungau
Tungau adalah Arthropoda yang telah mengalami modifikasi pada
anatominya. Kepala-dada-perut bersatu. Ukuran badan 0,5 mm-2 mm,
termasuk ordo Acariformes, familia Trombiculidae. Tungau aktif bergerak
dan berwarna putih kekuningan atau kecoklatan. Banyak ditemukan di
seluruh tubuh tikus terutama di badan bagian atas dan bawah. Larva
tungau berukuran tidak lebih dari 0,5 mm, berkaki tiga pasang, bergerak
pasif, menempel berkelompok di bagian dalam daun telinga atau pangkal
ekor tikus. Larva tungau trombikulid bersifat parasitik sedang tungau
dewasa hidup bebas.
11
ektoparasit tikus (kutu, pinjal, caplak, tungau). Beberapa penyakit yang ditularkan
melalui tikus, pernah dilaporkan secara klinis dan serologis pada manusia dan
reservoir tikus di Indonesia dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1
Jenis -jenis penyakit yang telah dilaporkan secara klinis atau serologis pada
manusia dan hewan rodensia reservoir di Indonesia
Penyakit Penyebab Penyakit Vektor Cara
penularan
Pes Bakteri Yersinia Pinjal Melalui gigitan
pestis
Murine typhus, Rickettsia mooser Pinjal Melalui sisa
hancuran
tubuh pinjal
terinfeksi
lewat luka
akibat
garukan
Scrub typhus Rickettsia Tungau Melalui gigitan
trombikulid tungau
Spotted fever Rickettsia conorii Caplak Melalui gigitan
group caplak
Rickettsiae
Leptospirosis Bakteri Leptospira - Melalui selaput
lendir
atau luka dikulit
bila
terpapar oleh air
yang
tercemar dengan
urin
tikus
Salmonelosis Salmonella - Melalui gigitan
tikus
atau
pencemaran
makanan
Demam gigitan Bakteri Spirillum atau - Melalai luka
tikus Streptobaccillus gigitan
Tikus
Trichinosis Cacing Trichinella - Tidak langsung
12
spiralis dengan
cara memakan
hewan
pemakan tikus
Angiostongiliasis Cacing - Dengan cara
Angiostrongilus memakan
sejenis keong
yang
menjadi inang
perantata
penyakit ini
Demam berdarah Virus hantavirus - Melalui udara
Korea (Hantavirus), yang
tercemar
feses,urin atau
ludah tikus yang
infektif
Sumber: Depkes RI 2002
2.1.3 Pemeriksaan Tanda-tanda Kehidupan Tikus di atas Kapal
Menurut Ehler and Steel dalam (Soejoedi, 2005:55) pemeriksaan visual
dilakukan untuk melihat adanya tanda-tanda keberadaan tikus berupa kotoran
tikus dan jejak kaki tikus. Selain itu harus diperhatikan tanda-tanda lain seperti :
sisa keratan pada pintu, kasa, buku dan kawat kasa yang berlubang bekas lewat
tikus, pemeriksaan secara penciuman, informasi dari ABK. Penilaian adanya
kehidupan tikus di atas kapal yaitu:
a. Dropping (kotoran tikus), tersebar halus dan berbentuk
kumparan (spindle shape), kotoran baru (lembek, hitam gelap dan
mengkilap) sedang kotoran lama (keras, abu-abu hitam).
b. Runways, tikus suka mempergunakan jalan yang sama
untuk keluar dari sarangnya mencari makan dan sebagainya, karena
bulunya tikus kotor dan berlemak maka akan terdapat bulu menempel pada
jalan tikus.
c. Tracks atau bekas tapak kaki, dapat dilihat jelas pada
tempat-tempat lantai yang berdebu halus.
d. Gnawing, bekas gigitan, tikus menggigit untuk tiga
keperluan yakni : untuk membuat jalan menembus tempat makanan, untuk
mengunyah makanan dan sebagai binatang pengerat ia harus selalu
13
menggigit-gigit agar gigi seri tetap pendek, selain bahan-bahan yang
empuk kadang-kadang metal seperti pipa leding dan lain-lain digigit pula.
e. Tikus hidup, jika pada waktu pemeriksaan kapal
ditemukan tikus dalam keadaan hidup. Sedangkan tikus mati, jika pada
waktu pemeriksaan ditemukan tikus mati akibat peracunan atau terinfeksi
Pes. Apabila terlihat satu ekor tikus sewaktu pemeriksaan berarti
diperkirakan ada 20 ekor di kapal itu.
Selanjutnya menurut Soejoedi (2005:59), pemeriksaan untuk mengetahui
tanda-tanda kehidupan tikus di atas kapal dilakukan dengan mengamati ruangan-
ruangan sebagai berikut:
a) Haluan, biasanya digunakan sebagai tempat tali kapal, gudang cat dan
peralatan deck kapal, dan rantai jangkar.
b) Palka yaitu ruangan cargo, bagi kapal type General Cargo dan kapal type
curah (Bulk Ship), atau ruang penyimpanan container bagi kapal type
Container Ship atau tanki bagi kapal type Tanker Ship, tetapi untuk kapal
type Bulk Ship, Tanker Ship, dan Container Ship bagian ini bisa diabaikan
karena biasanya tidak didapati tikus.
c) Ruangan hunian awak kapal dan penumpang apabila kapal penumpang,
ruangan meliputi anjungan, kamar peta (chart room), gudang perbekalan,
toilets dsb.
14
2.1.3.2 Tugas Pokok Pengawasan Tikus di atas Kapal yang sandar di
pelabuhan
a. Pemeriksaan
kedatangan kapal
Pemeriksaan menjelang kedatangan kapal di pelabuhan adalah untuk
mengetahui validitas SSCEC (Ship Sanitation Control Exemption
Certificate) yang dimiliki oleh kapal. Validitas SSCEC hanya dapat
dibuktikan dengan pemeriksaan langsung petugas di atas kapal. Jika
terdapat tanda-tanda kehidupan tikus di atas kapal yang memiliki SSCEC
maka petugas pemeriksa akan merekomendasikan hasil pemeriksaan untuk
penerbitan SSCC (Ship Sanitation Control Certificate). Selanjutnya kapal
yang disertifikasi SSCC akan dilakukan tindakan pembasmian tikus di atas
kapal.
b. Pengawasan
persyaratan pencegahan migrasi Tikus
Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengawasi pelaksanaan persyaratan
migrasi tikus di atas kapal yang sandar di pelabuhan dengan obyek
pengamatan:
- Posisi sandar kapal
Apakah bergandengan dengan kapal lain atau tidak. Untuk mencegah
migrasi tikus antar kapal, diberlakukan ketentuan pelarangan
bergandengan saat sandar di pelabuhan.
- Tali tambat kapal
Yang perlu diperhatikan adalah posisi tali tambat dikaitkan ke kapal
lain atau tidak.
- Penangkal Tikus
adalah alat yang didisain menyerupai kerucut yang berfungsi sebagai
penghalang tikus pada tali tambat kapal baik di buritan maupun di
haluan kapal.
15
Yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan alat ini adalah kondisi
kualitas penangkal tikus serta terpasang baik atau tidak.
- Pemasangan lampu sebagai penerangan pada malam hari yang
menerangi seluruh tangga.
- Posisi tangga kapal
Jarak tangga dengan kade harus lebih dari 60 cm. Hal tersebut
diberlakukan terutama pada malam hari untuk mengindari
kemungkinan tikus naik ke atas kapal.
c. Pemeriksaan rutin
kapal
Masa berlaku sertifikat sanitasi kapal adalah 6 bulan sehingga
pemeriksaan tanda-tanda kehidupan tikus di atas kapal akan dilakukan
menjelang habis masa berlaku sertifikat sanitasi kapal.
16
1. Formulir pencatatan tanda-tanda keberadaan tikus pada kapal.
2. Formulir Pemeriksaan Penangkal Tikus di Kapal.
3. Formulir Pemeriksaan higiene dan sanitasi kapal.
4. Senter
5. Hand scoon
6. Surat Tugas
7. Alat-alat tulis dan clib board
17
BAB III
ANALISIS DAN PERANCANGAN
Pada bab ini menjelaskan segala sesuatu tentang objek yang menjadi
sasaran untuk pelaksanaan kerja praktek. Bagian ini meliputi :
18
3.3.3 Kebutuhan User
19
BAB IV
PEMBAHASAN
Bagian ini menjelaskan tentang perancangan sistem yang akan dibuat,
meliputi :
4.1 Implementasi
Pada sub bab ini membahas mengenai implementasi sistem yang dibuat
berdasarkan perancangan yang telah dilakukan, bagian ini menjelaskan mengenai
pembuatan program, membahas sistem disertai tampilan sistem baru, termasuk
penjelasan proses upload ke web hosting (untuk perancangan situs web).
20
PENUTUP
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Keterbatasan
Saran biasanya berisi anjuran dari mahasiswa terhadap pihak-pihak lain
untuk memperbaiki kelemahan yang terdapat pada perancangan tersebut.
5.3 Rekomendasi
Berisi rekomendasi penulis untuk perbaikan sistem dimasa depan,
termasuk rekomendasi software yang digunakan untuk membangun sistem, dan
hal lain yang dianggap perlu
21
DAFTAR PUSTAKA
Alfikri, Fauzan, 1994. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kinerja
Ajun Penyuluh KB Di DKI, Jakarta.
Budiarto Eko dan Dewi Anggraini, 2003. Pengantar Epidemiologi, EGC,
Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta
Direktorat Jenderal PP&PL Depkes, 2009. Dokumen Standar Operasional
Prosedur Pemeriksaan Sanitasi Kapal, Kementrian Kesehatan RI,
Jakarta.
Depkes RI, 2008. Peraturan Menteri Kesehatan RI. No.
356/Menkes/Per/IV/2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kantor Kesehatan Pelabuhan.
Depkes RI, 2008, Profil PP & PL 2008. Depkes RI, Jakarta
Direktorat Jenderal PP&PL Depkes, 2007. Petunjuk Teknis Disinseksi
kapal laut dan Pesawat Udara. Depkes RI, Jakarta.
Depkes RI, 2007a. Pedoman Teknis Pengendalian Risiko Lingkungan di
Pelabuhan/Bandara/Pos Lintas Batas, Jakarta.
Depkes RI, 2007b. Informasi Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan, Ditjen PP dan PL.
22
Depkes RI, 2007. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor.
373/Menkes/SK/III/2007, Standar Profesi Sanitarian.
Depkes RI, 2005a. International Health Regulation (IHR) 2005
Depkes RI, 2005b. Pedoman Pengendalian Tikus di Rumah Sakit
Depkes RI, 2003. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
288/MENKES/SK/III/2003 Tentang Pedoman Penyehatan Sarana
Dan Bangunan Umum. Jakarta.
Depkes RI, 2002. Pedoman Pengendalian Kecoa di Rumah Sakit, Jakarta.
Djatmiko, YH, 1996. Perilaku Organisasi, CV Alfabeta. Bandung.
Depkes RI, 1996. Buku Pedoman KKP, edisi 3. Jakarta
Donnelly, Gibson, dan Ivancevich. 1996. Manajemen Edisi Sembilan Jilid
1. Alih Bahasa: Zuhad Ichyaudin. Jakarta : Erlangga.
Douwes, Muchsin, 1997. Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Perawat
RSU Islam, Solo, Universitas Indonesia, Jakarta
http://andhikaprima.wordpress.com/2009/09/15/profil-pelabuhan-
perikanan-indonesia/, Profil Pelabuhan Perikanan Indonesia,
diakses tanggal, 21 Juli 2010, jam 15.59 WIB
Hasibuan, M., 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia, edisi 2, Jakarta
Ismail Ishak, 2003. (Tesis) Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan
Kinerja Petugas Sanitasi dalam Upaya Menurunkan House Index
Di Lima Propinsi. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Iskandar, 1999 (Tesis) Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kinerja
Petugas Sanitasi Puskesmas Dalam Upaya Peningkatan Cakupan
Air Bersih di Kabupaten Pidie Provinsi Daerah Aceh, Universitas
Indonesia. Jakarta
Iskandar, A., 1989. Pemberantasan Serangga dan Binatang Pengganggu,
Jakarta,Pusdiknakes.
Ilyas, Yaslis, 1998. Kinerja, Teori Penilaian Dan Penelitian, FKM UI,
Jakarta.
Jufrihadi, 2009. (Tesis) Efektifitas Fumigan Metil Bromida Untuk
Pemberantasan Tikus di Kapal dengan Menggunakan Sistem
23
Manual dan Sistim Penguapan di Pelabuhan Tanjung Pinang.
Medan, Universitas Sumatera Utara.
Kelompok I PBL, 2010. Laporan PBL di PPS Nizam Zachman
2010. Progdi S1 Kesehatan Masyarakat, UPN
“Veteran”. Jakarta
Kementrian Kesehatan RI, 2010. Rencana Strategi tahun 2010-2014.
Kementrian Kesehatan, Jakarta.
KKP Tanjung Priok, 2009a. Laporan Tahunan KKP Tanjung Priok.
Jakarta.
KKP Tanjung Priok, 2009b. Kunci Identifikasi Tikus
KKP Wilayah Kerja Muara, 2009. Laporan tahunan KKP Tanjung Priok
Wilayah Kerja Muara Baru. Jakarta
KKP Medan, 2005. Penetapan Kinerja Kantor Kesehatan
Pelabuhan Kelas II Medan
Kertonegoro, S, 2001. Perilaku Di Tempat Kerja, Yayasan
Tenaga Kerja Indonesia, Jakarta.
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 1996.
Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia. Jilid
II/Edisi Ketiga. Jakarta: Toko Gunung Agung.
Lembaga Administrasi Negara, 1999, Pedoman Penyusunan
LAKIP, Jakarta.
Mansur Ahmad, 2007. (Tesis) Kinerja Pengawas Kapal
Perikanan (Studi Kasus di Pelabuhan Perikanan
Samudera Nizam Zachman Jakarta) Jakarta, Institut
Pertanian Bogor.
Malayu S.P. Hasibuan. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:
PT Bumi Aksara
Mathis, Robert L dan Jackson H, 2002. Manajemen Sumber Daya
Manusia, Thomson Jakarta
24
M. Situmorang, Viktor dan Jusuf Juhir. 1994. Aspek Hukum Pengawasan
Melekat dalam Lingkungan Aparatur Pemerintah. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Manullang, M, 1978. Pengembangan Pegawai, BLKM, Medan.
Notoatmodjo, S., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan, Cetakan ketiga,
Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S, 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Cetakan
pertama, Jakarta: Rineka Cipta.
Noeriswan, 1997, Analisis Kebutuhan Akan Training, Lembaga Psikologi
Terapan, Universitas Indonesia, Jakarta.
Notoatmodjo, S, 1984. Pengantar Pendidikan Kesehatan Masyarakat,
FKM UI, Jakarta
Notoatmodjo, S, 2002. Pengembangan Sumber Daya Manusia, edisi
Revisi, Rineka Cipta, Jakarta.
Pipin, Farida, 2001. (Tesis) Hubungan Kepuasan Kerja dan Persepsi Kerja
Perawat Di Ruang rawat Inap RS Jiwa Pusat Bogor, Universitas
Indonesia, Jakarta
Prawirosentono Suryadi, 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia,
Kebijakan Kinerja Karyawan, BPFE, Yogyakarta
25
Simanjuntak, G.M., 2006. Ancaman Bio-Terorisme Terhadap Kesehatan
Masyarakat Pelabuhan , Makalah Pelatihan Petugas Karantina,
Ciloto 8–16 Maret 2006
Supriyadi, dkk. Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Sanitasi Pada
Kapal Yang Sandar Di Pelabuhan Pangkalbalam Pangkalpinang
Tahun 2005, Makara, Kesehatan, Vol. 10, No. 2, Desember 2006
Soejoedi, H., 2005. Pengendalian Rodent, Suatu Tindakan Karantina,
Jurnal Kesehatan Lingkungan 2(1) : 53-66.
Siswanto Sastrohadiwiryo. 2003. .Manajemen Tenaga Kerja Indonesia.
Jakarta: PT Bumi Aksara
Siagian, SP., 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara,
Jakarta
Soemadipraja, R, Sam Askari, 1997. (Tesis) Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kinerja Pemberantasan Penyakit kusta Di
Kabupaten Sumedang. Universitas Indonesia, Jakarta
Suprihanto, Jhon, 1991. Pengembangan Karyawan, BPFE, Yogyakarta
Siagian, SP., 1989. Filsafat Administrasi. Jakarta: Haji Mas Agung.
Siagian, SP, 1983. Peranan Staf Dalam Manajemen, PT Gunung Agung,
Jakarta.
Sukarsini, 1983. Pendidikan Dan Pengetahuan, Jakarta
WHO, 2005. International Health Regulation 2005, Alih Bahasa Kumara
Rai, First Annoted Edition. Geneva.
26