1
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Abstrak
PT XYZ merupakan perusahaan yang bergerak di bidang penyamakan kulit, dimana dalam aktivitas supply
chain perusahaan menghasilkan limbah yang berdampak terhadap lingkungan. Limbah tersebut tidak hanya
dihasilkan dari aktivitas produksi perusahaan, tetapi juga dapat dihasilkan dari aktivitas supply chain.
Supply Chain Management yang berorientai terhadap lingkungan disebut Green Supply Chain
Management (GSCM). Penelitian ini bertujauan untuk mengetahui aktivitas supply chain yang memiliki
dampak terbesar terhadap lingkungan yang nantinya akan digunakan untuk menentukan alternatif-alternatif
perbaikan. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menerapkan GSCM yaitu Life Cycle Assessment
(LCA), selanjutnya pemilihan alternatif terbaik menggunakan metode Analytical Network Process (ANP)
dengan mempertimbangkan berbagai kriteria keputusan, seperti benefits, opportunities, costs and risks.
Berdasarkan analisis LCA, aktivitas yang memiliki dampak terbesar terhadap lingkungan adalah proses
produksi kulit. Hasil dari analisis LCA tersebut akan digunakan sebagai dasar dalam penentuan alternatif
perbaikan. Pada penelitian ini diusulkan tiga alternatif perbaikan. Dan setelah dilakukan pembobotan
menggunakan ANP, maka alternatif yang terpilih berdasarkan kriteria benefit, opportunities, costs and risks
adalah menggunakan limbah lumpur penyamakan kulit yang mengandung chromium sebagai bahan baku
kompos.
Kata kunci : Green Supply Chain Management, Life Cycle Assessment (LCA), Analytical Network Process
(ANP).
200
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 1
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Salah satu metode yang dapat digunakan kimia seperti kromium, kapur dan amonia
untuk menerapkan GSCM adalah dengan dalam jumlah besar. Senyawa kromium (Cr)
menggunakan Life Cycle Assessment (LCA). dalam limbah cair industri penyamakan kulit
LCA adalah metode yang digunakan untuk berasal dari proses penyamakan (tanning),
mengevaluasi potensi dampak lingkungan dari dimana dalam proses penyamakan tersebut
suatu produk, proses atau aktivitas selama menggunakan senyawa kromium sebesar 60%-
seluruh siklus hidup dengan mengukur 70%. Dalam proses tersebut, tidak semua
penggunaan sumber daya dan emisi lingkungan larutan kromium dapat terserap oleh kulit
yang berkaitan dengan sistem yang sedang sehingga sisanya dikeluarkan dalam bentuk
dievaluasi. cairan sebagai limbah cair. Keberadaan
Menurut Hermawan (2013) ruang lingkup kromium dengan konsentrasi yang tinggi dalam
dari LCA yaitu cradle to grave, cradle to gate, limbah cair industri penyamakan kulit tentunya
gate to gate, dan cradle to cradle. Dalam dapat menyebabkan pencemaran terhadap
penelitian ini, ruang lingkup yang digunakan lingkungan (Joko, 2003).
adalah cradle to gate. Cradle to gate Dengan melihat permasalahan tersebut,
merupakan penilaian dari sebagian siklus hidup agar dapat mengurangi dampak lingkungan
produk mulai dari ekstrasi sumber daya sampai yang dihasilkan dari aktivitas supply chain
produk didistribusikan ke konsumen. Pada perusahaan maka dalam penelitian ini akan
ruang lingkup ini, fase kegunaan (use) dan dilakukan analisis mengenai dampak
pembuangan (disposal) dari produk lingkungan yang dihasilkan dari aktivitas
dihilangkan. Cradle to gate dipilih karena supply chain dengan menggunakan metode Life
berdasarkan fakta yang ada, dampak lingkungan Cycle Assessment (LCA). Dalam metode ini
yang terdapat di sekitar perusahaan merupakan akan menggambarkan aktivitas supply chain
limbah yang dihasilkan dari aktivitas internal perusahaan serta menggambarkan limbah yang
supply chain perusahaan terutama pada bagian dihasilkan dari kegiatan supply chain tersebut.
produksi. Selain itu, menurut Thom (2011) fase Dari metode ini nantinya akan menghasilkan
penggunaan produk merupakan fase yang output berupa proses atau aktivitas yang
sangat sulit untuk dievaluasi karena sulit untuk memiliki dampak terbesar terhadap lingkungan.
memprediksikan bagaimana konsumen akan Hasil tersebut akan digunakan sebagai acuan
menggunakannya. Sulit untuk menentukan apa untuk menentukan alternatif-alternatif
yang terjadi pada produk setelah proses perbaikan untuk mengurangi dampak
produksi dan pengiriman. Tidak ada cara untuk lingkungan yang dihasilkan dari aktivitas
mengetahui berapa lama produk akan bertahan, supply chain perusahaan.
atau ketika konsumen akan membuangnya. Pada penelitian ini, pemilihan alternatif
Dengan alasan ini, menggunakan LCA dengan dilakukan dengan menggunakan metode
ruang lingkup cradle to gate memungkinkan Analytical Network Process (ANP) untuk
untuk menghasilkan hasil yang mewakili dan mengestimasikan pembobotan dari tiap kriteria.
lebih akurat. ANP dipilih karena keunggulannya dalam
PT XYZ merupakan salah satu pabrik menangkap interaksi ketergantungan dan
penyamakan kulit yang ada di Jawa Timur. PT interdependensi antar kriteria dan subkriteria.
XYZ memproduksi dua jenis kulit yaitu kulit ANP memberikan kerangka baru untuk
box dan kulit sol. Kulit box merupakan kulit menangani permasalahan keputusan tanpa
yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan membuat asumsi independensi elemen yang
tas, sepatu, dan dompet. Sedangkan kulit sol lebih tinggi levelnya dari elemen yang lebih
merupakan kulit yang digunakan sebagai alas rendah, bahkan ANP menggunakan jaringan
dari sepatu. tanpa perlu menetapkan level seperti dalam
Industri penyamakan kulit merupakan salah hirarki. Dalam penelitian ini, alternatif akan
satu contoh industri yang berbahaya karena dipilih berdasarkan analisa Benefits
menghasilkan sejumlah limbah, baik berupa Opportunities Costs and Risks (BOCR).
limbah cair, limbah padat dan limbah gas. Dari Keempat kriteria tersebut nantinya akan
ketiga jenis limbah tersebut, limbah cair digunakan sebagai kriteria utama dalam ANP.
merupakan limbah yang paling banyak Analisa BOCR dipilih karena mampu untuk
dihasilkan. Industri ini menghasilkan limbah menganalisa secara keseluruhan baik dari sisi
cair yang mengandung sisa bahan penyamak internal yang berupa benefits dan costs tetapi
201
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 1
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
juga dari sisi external berupa opportunities dan 1) Menentukan kriteria dan sub kriteria
risks. 2) Menentukan alternatif perbaikan
3) Mengidentifikasi dan menentukan
2. Metode Penelitian hubungan antara kriteria, sub kriteria,
Pada penelitian ini, tahap penelitian dibagi dan alternatif
menjadi tiga tahap, yaitu tahap identifikasi 4) Memberikan pembobotan dengan ANP
awal, tahap pengumpulan dan pengolahan data,
2.3 Tahap Penarikan Kesimpulan dan
dan tahap analisa dan kesimpulan.
Saran
Setelah diperoleh pemecahan masalah,
2.1 Tahap Identifikasi Awal maka langkah selanjutnya adalah menarik
Pada tahap identiikasi awal meliputi:
kesimpulan. Kesimpulan yang ditarik nantinya
a. Mengidentifikasi masalah dan studi pustaka
dapat menjawab tujuan penelitian yang
sesuai dengan topik yang diambil
b. Merumuskan masalah dilakukan. Selain itu juga dapat memberikan
c. Menentukan tujuan peneliatan saran untuk perusahaan dan penelitian
d. Menentukan manfaat penelitian selanjutnya.
202
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 1
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
203
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 1
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Tahap akhir dari proses life cycle inventory Setelah dilakukan penggabungan input
adalah penggabungan input distribusi bahan distribusi bahan baku, proses produksi serta
baku, proses produksi serta distribusi produk distribusi produk maka akan dihasilkan sebuah
sehingga akan membentuk sebuah life cycle. network yang menggambarkan aktivitas supply
Dari life cycle tersebut nantinya akan diketahui chain leather atau yang biasa disebut sebagai
proses yang memiliki dampak terbesar terhadap tree diagram. Tree diagram produk leather
lingkungan. Berikut merupakan penggabungan dapat dilihat pada Gambar 2
input distribusi bahan baku, proses produksi Dari Gambar 2 tersebut dapat dilihat
serta distribusi produk pada software SimaPro. bahwa proses produksi kulit memiliki dampak
Gambar 3 merupakan proses input data yang terbesar terhadap lingkungan. Hal ini
dilakukan untuk menggambarkan life cycle dari dibuktikan dengan adanya garis tebal berwarna
sebuah sistem amatan. Seperti yang sudah merah dengan nilai 6,59 x 103 Pt. Garis merah
dijelaskan sebelumnya, bahwa dalam penelitian tersebut menunjukkan besar kontribusi dampak
ini sistem amatan yang diamati meliputi pada life cycle produk. Sedangkan nilai yang
distribusi bahan baku, proses produksi dan terdapat pada distribusi bahan baku dan
distribusi produk. Sehingga dalam pembuatan distribusi produk yaitu 575 Pt dan 250 Pt.
life cycle, input yang dimasukkan berupa
distribusi bahan baku, proses produksi dan 3.1.3 Life Cycle Impact Assessment
distribusi produk dengan total 1p. Pada tahap ini akan dilakukan perhitungan
untuk mengetahui dampak lingkungan yang
dihasilkan dari aktivitas supply chain
perusahaan. Dalam life cycle impact assessment
terdapat tiga langkah utama yaitu
characterization, normalization dan weighting.
Berikut merupakan penjelasan dari masing-
masing langkah tersebut.
204
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 1
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
1. Characterization
Characterization merupakan tahapan
dimana keseluruhan input dan output akan
dinilai kontribusinya terhadap lingkungan
sesuai dengan kategori dampak yang telah
ditentukan sebelumnya. Hasil dari tahap ini
adalah suatu profil dampak lingkungan dari
sistem yang diamati. Pada tahap
characterization ini output yang dihasilkan
berupa prosentase. Output dari
characterization yang berupa angka dapat
dilihat pada Gambar 3. Gambar 4 Output Normalization Produk
Leather
3) Weighting
Weighting merupakan tahapan dimana
keseluruhan dampak yang telah dinilai akan
dibandingkan dan disederhanakan dalam
suatu basis ukuran yang sama. Setelah
dilakukan pembobotan, kategori ecotoxicity
water acute, ecotoxicity water chronic dan
human toxicity soil tetap menjadi kategori
dengan dampak lingkungan yang paling
besar dengan nilai total masing-masing
Gambar 3 Output Characterization Produk sebesar 2.66 kPt, 2.41 kPt dan 1.34 kPt.
Leather Untuk mengetahui nilai dampak lingkungan
dari masing-masing sistem amatan dapat
Gambar 3 menjelaskan mengenai nilai dilihat pada Gambar 5
dampak lingkungan tiap sistem amatan
untuk 16 kategori yang di analisa. Sebagai
contoh, nilai dampak lingkungan untuk
distribusi bahan baku, proses produksi dan
distribusi produk pada kategori global
warming (GWP 100) yaitu 3.12 x 107, 4.2 x
108 dan 8.96 x 106 dengan total nilai 4.61 x
108.
2) Normalization
Normalization merupakan tahapan
penyamaan satuan unit untuk semua
kategori. Hal ini dilakukan untuk
mempermudah dalam melakukan analisa Gambar 5 Output Weighting Produk
antar kategori dampak lingkungan. Leather
Dari Gambar 3.4 dapat dilihat bahwa nilai
normalization distribusi bahan baku, proses Dari gambar 5 dapat dilihat bahwa nilai
produksi dan distribusi produk pada kategori weighting untuk kategori ecotoxicity water
ecotoxicity water acute yaitu 102, 2290, dan acute pada sistem amatan distribusi bahan baku,
28. Sedangkan nilai normalization pada proses produksi, dan distribusi produk masing-
kategori ecotoxicity water chronic yaitu 85, masing adalah sebesar 0.112 kPt, 2.52 kPt dan
1900, dan 23.5. Nilai normalization pada 0.0308 kPt. Sedangkan nilai weighting untuk
kategori human toxicity soil yaitu 249, 730, kategori ecotoxicity water chronic yaitu 0.102
dan 140. kPt, 2.28 kPt, dan 0.0282 kPt. Nilai weighting
untuk kategori human toxicity soil yaitu 0.299
kPt, 0.876 kPt dan 0.168 kPt.
205
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 1
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
6,59E3 Pt
1p 1p 1p 1p 1p
deliming 1 liming 1 pickling 1 retanning 1 tanning 1
206
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 1
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Setelah membuat tree diagram proses 3.2.3 Weighting Proses Produksi Kulit
produksi, langkah selanjutnya adalah Dalam tahap weighting ini nantinya akan
melakukan analisa dampak lingkungan yang dilakukan perbandingan dan penyerdehanaan
meliputi analisa characterization, keseluruhan dampak yang telah dinilai. Tujuan
normalization dan weighting. Berikut ini dari tahapan ini adalah untuk mendapatkan nilai
merupakan penjelasan mengenai analisa perbandingan yang sama untuk setiap kategori
characterization, normalization dan weighting yang diamati sehingga akan memudahkan
pada proses produksi kulit. dalam menentukan proses apa dalam proses
produksi yang memiliki dampak terbesar
3.2.1 Characterization Proses Produksi Kulit terhadap lingkungan. Setelah dilakukan
Tahap characterization ini merupakan perbandingan, kategori ecotoxicity water acute,
penilaian dampak lingkungan dari keseluruhan ecotoxicity water chronic dan human toxicity
input dan output. Dalam penilaian tersebut akan soil tetap menjadi kategori yang memiliki nilai
mempertimbangkan kategori-kategori sesuai dampak lingkungan terbesar dengan nilai
dengan metode yang digunakan. Pada tahap ini masing-masing 2.52 kPt, 2.28 kPt, dan 0.876
dapat dilihat bahwa proses tanning merupakan kPt.
salah satu proses dalam proses produksi kulit Berdasarkan nilai yang dihasilkan dari
yang mempunyai dampak terbesar terhadap weighting, kategori yang memiliki dampak
lingkungan. Hal ini ditunjukkan dengan terbesar terhadap lingkungan adalah ecotoxicity
banyaknya kontribusi proses tanning terhadap water acute. Dengan nilai untuk pada proses
dampak lingkungan dari 16 kategori yang deliming, fatliquoring, liming, pickling,
diamati. Dalam characterization, nilai dampak retanning, soaking, dan tanning masing-masing
lingkungan masih berupa prosentase adalah sebesar 0.0389, 0.000368, 0.00569,
dikarenakan satuan yang digunakan dalam 0.00805, 0.88, 0.00161, dan 1.58. Dari nilai
analisa tersebut berbeda-beda. dampak tersebut dapat dilihat bahwa proses
Berdasarkan hasil analisa tanning memiliki nilai dampak lingkungan
characterization kategori human toxicity air terbesar dalam kategori ecotoxicity water acute
memiliki nilai total terbesar yaitu 1.01 x 1011. dengan nilai sebesar 1.58. Tidak hanya dalam
Tetapi karena dalam caharacterization nilai kategori ecotoxicity water acute, proses tanning
dampak lingkungan yang dihasilkan belum juga memiliki nilai dampak terbesar pada
dilakukan penyamaan satuan, maka hasil kategori ecotoxicity water chronic dan human
tersebut dianggap belum bisa diandalkan. toxicity soil dengan nilai masing-masing
sebesar 1.43 dan 0.486.
3.2.2 Normalization Proses Produksi Kulit Berdasarkan analisa characterization,
Pada tahap normalization ini akan normalization dan weighting dapat disimpulkan
dilakukan penyamaan satuan, sehingga akan bahwa proses tanning dalam proses produksi
mempermudah dalam menentukan proses yang kulit merupakan proses yang memiliki dampak
berkontribusi besar terhadap dampak terbesar terhadap lingkungan dan menjadi
lingkungan. Berdasarkan hasil analisa penyebab aktivitas produksi menjadi aktivitas
normalization, kategori yang memiliki dampak yang memiliki dampak terbesar dalam aktivitas
terbesar adalah ecotoxicity water acute. Dan supply chain perusahaan. Dan setelah dilakukan
nilai normalization untuk masing-masing analisa tersebut dapat disimpulkan juga bahwa
proses deliming, fatliquoring, liming, pickling, dalam proses produksi kulit, kategori yang
retanning, soaking, dan tanning yaitu 35.4, memiliki dampak lingkungan terbesar yaitu
0.335, 5.17, 7.32, 800, 1.46, dan 1440. ecotoxicity water acute, ecotoxicity water
Dari nilai normalization tersebut dapat chronic dan human toxicity soil.
dilihat bahwa proses tanning memiliki nilai Setelah dilakukan analisa tersebut, maka
dampak terbesar dengan nilai sebesar 1440. selanjutnya perlu untuk dilakukan analisa
Proses tanning tersebut tidak hanya memiliki mendalam mengenai penyebab proses tanning
dampak terbesar pada kategori ecotoxicity memiliki dampak yang cukup besar terhadap
water acute, tetapi juga pada kategori lingkungan. dalam proses tanning, bahan baku
ecotoxicity water chronic dan human toxicity yang memiliki kontribusi terbesar terhadap
soil dengan nilai 1190 dan 405. lingkungan adalah kromium. Menurut Asmadi
(2009) dalam proses penyamakan kulit,
207
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 1
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
senyawa kromium digunakan sebanyak 60-70% kadar kromium dalam limbah penyamakan
dan tidak semuanya diserap oleh kulit. kulit.
Sehingga, sisanya dikeluarkan dalam bentuk 2) Menggunakan limbah lumpur penyamakan
cairan sebagai limbah cair. Melihat keadaan kulit yang mengandung kromium sebagai
tersebut, maka keberadaan chromium dengan bahan baku kompos.
kadar yang tinggi pada limbah cair industri 3) Menurunkan kadar kromiun dan COD
penyamakan kulit tentunya dapat menyebabkan pada limbah penyamakan kulit
pencemaran terhadap lingkungan. menggunakan senyawa Al2(SO4)3 dan
Setelah dilakukan analisa process FeCl3.
contribution maka langkah selanjutnya adalah
menentukan beberapa alternatif perbaikan untuk 3.3.1 Penentuan Kriteria dan Sub Kriteria
mengurangi dampak lingkungan yang Penentuan subkriteria ini juga dilakukan
dihasilkan. Alternatif perbaikan tersebut dengan wawancara dan diskusi dengan para ahli
nantinya akan dibobotkan menggunakan di PT XYZ. Seperti yang sudah dijelaskan
Analytical Network Process (ANP). Penjelasan sebelumnya, para ahli yang dimaksud disini
mengenai alternatif perbaikan akan dijelaskan adalah Kepala Departemen Limbah dan
pada subbab berikutnya. Direktur Utama PT XYZ. Kriteria dan
subkriteria yang didapatkan dari hasil
3.3 Penentuan Alternatif Perbaikan wawancara dan diskusi dapat dilihat pada Tabel
Alternatif-alternatif perbaikan ini 1.
merupakan hasil wawancara dan brainstorming Tabel 1 Kriteria dan Subkriteria dalam Pemilihan
dengan para ahli di PT XYZ. Para ahli tersebut Alternatif Perbaikan
yaitu Kepala Departemen Limbah dan Direktur No Kriteria Subkriteria
Utama. Berikut ini merupakan alternatif Ramah lingkungan
1 Benefits
perbaikan yang diusulkan untuk mengurangi Image perusahaan
dampak lingkungan yang dihasilkan dari proses Peluang bisnis
2 Opportunities
tanning. Alternatif-alternatif perbaikan ini Produktivitas perusahaan
merupakan hasil yang didapatkan dari studi Jumlah biaya
3 Costs
literatur dan penelitian-penelitian yang sudah Biaya energi
dilakukan sebelumnya. Kemampuan SDM
4 Risks
1) Menggunakan senyawa alkali berupa Ketidaksiapan supplier
Ca(OH)2, dan NaHCO3 untuk menurunkan
208
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 1
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
209
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 1
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
210
JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 1
TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Management. Journal of Operational Research. Thom, M.J., Kraus, J. L & Parker, D. R. (2011).
85 (2): 229-243, http:// www. sciencedirect. Life Cycle Assessment as a Sustainability
com/ science/ article/ pii/ 037722179400294M Management Tool: Strength, Weakness, and
(diakses tanggal 30 April 2014) Other Considerations. Wiley Peridiocals.
211