Anda di halaman 1dari 8

TUGAS REVIEW JURNAL INTERNASIONAL

PENGELOLAAN LINGKUNGAN TAMBANG


A Framework For A Sustainable Approach To Mine Tailings
Management: Disposal Strategies

Disusun oleh:

Nama : Suci Varista Sury

NIM : 13513100

Dosen Pengampu:

Qorry Nugrahayu, S.T,. M.T.

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2016
Judul A framework for a sustainable approach to mine tailings management:
Jurnal disposal strategies
Identitas Jurnal Cleaner Production
Jurnal Peneliti : Joni Safaat Adiansyah, Michele Rosano, Sue Vink, Greg Keir
Tujuan Membuat kerangka manajemen tailing berdasarkan kerangka manajemen
Jurnal tailing yang sudah ada sebagai acuan bagi dunia pertambangan untuk
memilih strategi yang digunakan dalam mengelola limbah tailing
berdasarkan konsep pembangunan berkelanjutan. Strategi yang dimaksud
adalah fokus pada strategi manajemen tailing pada disposal tailing.
Latar Manajemen tailing merupakan isu yang krusial dalam dunia
Belakang pertambangan. Tercatat telah terjadi 237 kasus tailing di dunia sejak
tahun 1917 sampai 2009. Bencana kegagalan bendungan tailing di Los
Frailes telah menyebabkan tercemarnya 3.600 ha lahan pertanian oleh
limbah tailing dari industri pertambangan yang mengakibatkan hilangnya
5000 pekerjaan di berbagai sektor dan tercemarnya air sungai dengan
asam, logam dan metaloid. Selain itu juga pada penyimpanan tailing
industri pertambangan emas di wilayah Baria Mare, Romania tahun 2009
menyebabkan pencemaran lingkungan yang mengakibatkan organisme
sungai mati secara signifikan dan sumber air untuk lebih dari 2 juta orang
tercemar. Padahal volume tailing yang dihasilkan dari dunia
pertambangan hampir sebanding dengan volume dari bahan baku yang
digunakan, contohnya seperti sebuah pertambangan memproduksi
200.000 ton bijih tembaga per hari yang uga menghasilkan hampir sama
volume tailing dalam setiap harinya.
Metodologi Disposal tailing yang digunakan pada dunia pertambangan biasanya
terbagi atas dua baik disposal secara konvensional maupun thickened
disposal. Manajemen disposal tailing tersebut dibuat kerangka
berdasarkan perbaikan dari kerangka yang sudah ada, yaitu berdasarkan
kerangka MCMPR dan kerangka DITR.
Kerangka MCMPR yang akan diperbaiki dapat dilihat pada gambar di
bawah ini :
Dari kedua model sistem manajemen tailing yang diadopsi masing-
masing memiliki kelemahan yang akan diperbaiki dan kelebihan yang
akan dipertahankan oleh peneliti. Pada sistem manajemen MCMPR
ditemukan bahwa kerangka manajemen yang dibuat tidak mendetail
dalam memberikan arahan dalam memanajemen tailing dan itu bisa
dilihat dari diskusi mengenai sistem manajemen ini. Akan tetapi peneliti
melihat kelebihan dari sistem ini yang dapat dimanfaatkan yaitu bahwa
dalam sistem ini banyak elemen yang diaplikasikan seperti perbaikan
berkelanjutan, inovasi, kontrol operasi, komplain dan pelaporan yang
secara terus menerus diaplikasikan dalam bentuk close cycle system.

Sedangkan acuan DITR yang digunakan adalah seperti gambar berikut :


Sedangkan pada sistem DITR merupakan sistem yang bagus sebagai
dokumen audit tetapi akan sangat sulit untuk diimplementaskan atau
sebagai desain proses. Akan tetapi kelebihan sistem ini adalah bahwa
dalam sistem ini dijelaskan secara deskriptif dan kualitatif meskipun akan
sangat general ketika akan diaplikasikan di lapangan. Sistem ini dapat
digunakan sebagai kerangka konsep acuan manajemen tetapi tidak untuk
fase implementasi.
Hasil Berdasarkan perbandingan dari kedua sistem manajemen tailing yang ada
yaitu MCMPR dan DITR, peneliti mengajukan sistem manajemen tailing
di disposal tailing sebagai berikut :
Peneliti mengajukan 8 langkah dalam kerangka manajemen tailing ini :
Langkah 1 :
Geochemical Characterization/karakterisasi geochemical seharusnya
sudah lebih dahulu selesai dilaksanakan sehingga tailing tidak akan
melepaskan kontaminan ke lingkungan.
Langkah 2 :
Mengidentifikasi dan menganalisis karakter dari limbah tailing dan
responnya terhadap analisis laboratorium, termasuk rheology dan
pumping test.
Langkah 3 :
Menganalisis data laboratorium dan menentukan hubungan antara air dan
konsumsi energi. Mengidentifikasi teknologi yang potensial dalam opsi
manajemen untuk limbah tailing industri pertambangan.
Langkah 4 :
Memperhitungkan harga dari setiap opsi yang telah dipilih berdasarkan
komponen utamanya.
Langkah 5 :
Mengidentifikasi dan memperhitungkan potensi dampak terhadap
lingkungan dari setiap opsi yang dipilih.
Langkah 6 :
Mengidentifikasi peraturan perundangan yang relevan di tempat akan
dibangunnya manajemn tailing tersebut.
Langkah 7 :
Melibatkan stakeholder yang relevan sesuai pertimbangan analisis proses.
Langkah 8 :
Melakukan penilaian akhir untuk mempertimbangkan semua langkah
langkah kebijakan yang tepat dari sebelumnya

Berdasarkan sistem manajemen yang telah dibuat, maka peneliti


merancang juga pengaplikasian yang dapat dilakukan oleh dunia
pertambangan dalam manajemen limbah tailing. Peneliti melakukan
skenario dengan 2 kondisi, kondisi pertama dengan tailing konvensional
yang mengandung 30% padatan dan tailing kedua yaitu thickened tailing
yang mengandun 50% padatan. Bedsarakan sistem tersebut,
perbandingan skenario yang dihasilkan adalah :
Skenario tersebut didasarkan pada model aplikasi perbadingan
penggunaan air dan energy sebagai berikut :

Kesimpula Kerangka alternatif ini disajikan untuk mengatasi kesenjangan saat ini
n terkait dengan manajemen limbah tailing tambang, terutama dengan
menyediakan langkah rinci untuk menentukan manajemen tailing pada
disposal. Tahapan dari kerangka tersebut menyajikan manajemen
disposal tailing pertambangan yang berkelanjutan. Langkah-langkah
yang digunakan untuk mengembangkan kerangka tersebut adalah
pekerjaan laboratorium, lapangan, penilaian komputasi, review peraturan
, dan keterlibatan pemangku kepentingan.
Berdasarkan hasil penelitian maka yang dapat diaplikasika sebagai
manajemen limbah tailing sesuai perhitungan peneliti sesuai konsep
manajemen yang telah dibuat adalah menggunakan thickened tailing yang
dapat menghemat penggunaan air hingga 50%.
Kelemahan Kelemahan sistem ini adalah bahwa pada penelitian ini secara lebih lanjut
belum menjelaskan potensi untuk penggunaan kembali/reuse limbah
tailing berdasarkan konsep industri simbiosis yang tidak akan hanya
mengurangi volume tailings yang dihasilkan oleh pertambangan tetapi
juga akan melayani untuk memperluas cakupan kerangka alternatif
diusulkan.
Kelebihan Konsep manajemen ini memadukan antara dua konsep manajemen yang
ada yaitu MCMPR dan DITR sehingga pada konsep manajemen yang
dibuat ini secara administrasi audit dapat dikatakan baik karena
menjelaskan secara deskriptif dan kualitatif mengenai sistem manajemen
dan juga konsep ini menjelaskan langkah implementatif yang dapat
digunakan oleh industri dalam memanajemen limbah tailing sehingga
kelemahan pada dua konsep sebelumnya dapat ditutupi oleh konsep ini.
Dengan kata lain, konsep ini dapat diaplikasikan secara dokumen
maupun lapangan.

Anda mungkin juga menyukai