Anda di halaman 1dari 5

Teori Teknik Lingkungan mengenai Penerapan Sanksi Administratif (Mbak Ayu)

Berdasarkan peraturan pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan


perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup terdapat beberapa jenis dan tingkat
pelanggaran terkait persetujuan lingkungan. Jenis pelanggaran diklasifikasi menjadi empat
bidang yakni; pelanggaran bidang pengendalian pencemaran air, pelanggaran bidang
pengendalian pencemaran udara, pelanggaran bidang pengendalian pencemaran laut dan
pelanggaran bidang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun dan limbah non B3.
Sedangkan, tingkat pelanggaran terbagi tiga menjadi ringan, sedang dan berat. Hal-hal yang
memengaruhi pelanggaran di tiap bidang akan dijelaskan lebih rinci sebagai berikut:

1. Pelanggaran Bidang Pengendalian Pencemaran Air.


Kegiatan industri dalam menghasilkan barang dan jasa tentunya menghasilkan limbah
sebagai hasil sampingan dari kegiatan industri tersebut. Salah satu jenis limbah yang
dihasilkan adalah limbah cair. Limbah cair industri dikelompokkan menjadi dua kelompok
yaitu limbah cair domestik dan limbah cair industri. Limbah cair domestik berasal dari
kegiatan toilet, wastafel, kantin atau dapur, kamar mandi, dan tempat ibadah. Sedangkan
limbah cair industri merupakan air buangan dari kegiatan proses produksi, proses
pembersihan alat atau reaktor, tumpahan produk, uap dari bahan baku atau produk, kegiatan
pendukung laboratorium dan lain sebagainya (Nugraha, 2019).

Beberapa contoh jenis pelanggaran di bidang pengendalian pencemaran air adalah tidak
sesuainya standar pemantauan air limbah, proses pengolahan air limbah tidak sesuai
persetujuan teknis, tidak adanya pengukuran debit air limbah, pengelolaan air limbah tidak
memenuhi baku mutu hingga pelanggaran berat yakni tidak melakukan pengolahan air
limbah. Jika pelaku industri tercatat melakukan pelanggaran tersebut, maka industry tersebut
dapat dikenakan sanksi administratif sebagai pembebanan kewajiban kepada industry atau
penanggung jawab usaha atas ketidaktaatan terhadap peraturan perundang-undangan di
bidang perlindungan dan pengelolaan di bidang lingkungan hidup.

Dalam penerapan sanksi administratif terdapat beberapa susbtansi seperti jenis peraturan
yang dilanggar, sanksi yang diterapkan, perintah yang harus dilaksanakan oleh industry atau
penanggung jawab usaha serta jangka waktu dari pelaksanaan pemenuhan kewajiban sanksi
administrative. Untuk menentukan jangka waktu yang sesuai, sebaiknya pengambil
keputusan merujuk kembali pada teori atau standar yang berlaku pada proses pembuatan
instalasi air limbah industry.

Dalam merencanakan suatu IPAL, perlu ditempuh beberapa langkah pengerjaan yang dimulai
dari survei lapangan yaitu mengumpulkan beberapa informasi mengenai proses produksi atau
pengolahan yang dilakukan dan kondisi eksisting, analisis karasteristik air limbah di
laboratorium, analisa data dan pemilihan teknologi (proses) yang akan digunakan. Jika
langkah-langkah tersebut telah ditempuh baru dilakukan desain IPAL yang direncanakan.
Desain Instalasi Pengolahan Air Limbah ditentukan oleh beberapa faktor yaitu:
1. Debit dan aliran air limbah
Menurut Metcalf dan Eddy (2003), debit air limbah industry berbeda-beda bergantung
dari jenis dan ukuran industri. Industry kecil umumnya menghasilkan air limbah
industri sebesar 7.5 – 14 m3/ha/hari, industry menengah menghasilkan 15 - 28
m3/ha/hari, sedangkan industry besar umumnya menghasilkan debit air limbah lebih
dari 28 m3/ha/hari. Untuk air limbah domestik di fasilitas industry, debit bervariasi
antara 30 hingga 95 l/kapita/hari.

Dalam proses perencanaan desain IPAL, debit air limbah yang dihasilkan digunakan
sebagai penentuan volume unit-unit pengolahan. Besar kecilnya debit memengaruhi
volume unit untuk menampung air limbah tersebut. Selain itu, apabila nantinya
dibutuhkan unit pengolahan yang membutuhkan waktu tinggal maka volume air
limbah di unit pengolahan dikalikan dengan waktu tinggalnya.

Aliran air limbah dapat bersifat kontinyu (terus-menerus) atau sesaat ditentukan oleh
proses produksi yang dilakukan (Marhadi, 2016). Sehingga perlu diperhatikan waktu-
waktu yang menunjukkan kapan debit air limbah tertinggi dan debit air limbah paling
rendah.

2. Karakteristik (parameter pencemar) air limbah


Parameter-parameter air limbah domestik menunjukkan tolok ukur yang digunakan
untuk menilai karakteristik fisik, kimia dan biologis dari air limbah (Drinan 2001
dalam Handayani 2012). Air limbah industry yang berasal dari proses produksi
umumnya memiliki kandungan bahan kimia yang lebih tinggi dibanding dengan air
limbah domestik. Parameter-parameter yang akan diolah harus diukur dari hasil
analisis kualitas melalui uji laboratorium.

3. Ketersediaan lahan dan ruang


Masing-masing system pengolahan air limbah memiliki laju pengolahan (flowrate),
kualitas dan kuantitas yang berbeda. Hal ini memengaruhi perencanaan waktu detensi
dan efisiensi proses tiap unit pengolahan air limbah yang akan digunakan. Semakin
besar waktu detensi, semakin besar pula kebutuhan lahan yang digunakan.

4. Biaya pembangunan, operasional dan perawatan


Pembangunan (konstruksi), operasional dan perawatan IPAL membutuhkan
pembiayaan yang tidak murah. Terdapat bangunan atau unit pengolahan yang terbuat
dari semen (bak penyaringan, bak pengendapan, biogas, bak kontrol, bak pengering
lumpur, dan lain-lain), terbuat dari besi (trickling filter, RBC, anaerobic digester) dan
tebuat dari plastik atau fiber (biogas). Instalasi pengolahan air limbah perlu dirawat
agar beroperasi secara optimal. Banyak IPAL dari kegiatan industri yang tidak lagi
beroperasi atau berfungsi optimal karena tidak menganggarkan pembiayaan
perawatan IPAL. Perawatan IPAL terdiri dari pengecekan fungsi alat dan bangunan
serta perbaikan alat dan bangunan. Selain itu biaya operasional dan perawatan sangat
ditentukan oleh kebutuhan energi (listrik) dan biaya bahan kimia yang digunakan dari
masing-masing jenis IPAL.
5. Kualitas hasil olahan
Kualitas hasil olahan (effluent) IPAL bergantung pada baku mutu atau ambang batas
kualitas olahan yang diperkenankan dibuang ke badan air penerima yang diatur oleh
masing-masing daerah. Semakin tinggi golongan sungai penerima air olahan makan
semakin ketat pula ambang batasnya. Sehingga efisiensi pengolahan air limbah yang
dibutuhkan juga semakin tinggi.

Dalam pemilihan teknologi pengolahan air limbah (IPAL) ada beberapa hal yang harus
dipertimbangkan, antara lain sebagai berikut:
1. Kualitas dan kuantitas air limbah yang akan diolah
2. Kemudahan pengoperasian teknologi IPAL
3. Ketersediaan SDM yang memenuhi kualifikasi untuk pengoperasian jenis IPAL
terpilih.
4. Jumlah akumulasi lumpur

2. Pelanggaran bidang pengendalian pencemaran udara.


Selain limbah cair, kegiatan industry berpotensi menimbulkan pencemaran udara.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran
Udara, pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukannya zat, energi, dan/atau
komponen lain ke dalam udara ambien (lingkungan) oleh kegiatan manusia, sehingga
mutu ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak
dapat memenuhi fungsinya. Sedangkan penyebab pencemaran udara sendiri ada dua jenis
yaitu polutan partikulat (PM2,5, PM10, Pb/Timbal) dan gas (CO dari pembakaran tidak
sempurna, SO2 dari bahan bakar yang mengandung sulfur, NOx dari bahan bakar yang
dibakar dengan oksigen udara, O3).

Beberapa contoh jenis pelanggaran di bidang pengendalian pencemaran udara adalah


Tidak memiliki kebijakan pengendalian pencemaran udara, tidak memiliki alat
pengendali emisi untuk mengontrol parameter emisi sesuai dengan peraturan, tidak
menaati ketentuan Baku Mutu Emisi yang ditetapkan, hingga pelanggaran berat yakni
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang melakukan pencemaran udara tidak
melaksanakan penanggulangan pencemaran udara.

Langkah yang harus diambil oleh industry atau pelaku usaha jika ditemukan melakukan
pelanggaran adalah dengan melakukan pengendalian pencemaran udara. Berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999 pengertian dari pengendalian pencemaran
udara adalah upaya pencegahan dan atau penanggulangan pencemaran udara serta
pemulihan mutu udara. Dalam hal pengendalian udara, terdapat beberapa pendekatan
yang mungkin dilakukan yaitu:
a) Prevensi
Secara garis besar, prevensi adalah tindakan pencegahan timbulnya emisi atau
pengurangan emisi. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah kualitas dari bahan
bakar, berapa kadar ash atau sulfur yang terkandung. Selain itu kondisi operasi
seperti suhu, karena suhu atau temperature memengaruhi emisi NOx. Improvisasi
pada alat juga memiliki pengaruh yang signifikan untuk menghindari fugitive
emission dan menghindari kebocoran gas.
b) Daur ulang
c) Re-design
Agar emisi memenuhi baku mutu, cara lain yang digunakan adalah dengan
melakukan desain ulang. Sehingga sangat memungkinkan adanya proses baru
dalam pengendalian dimana beberapa treatment tidak diperlukan. Namun
pendekatan ini umumnya membutuhkan biaya yang lebih besar.
d) Implementasi Resource Efficient & Cleaner Production (RECP)
Pendekatan RECP adalah sebuat konsep bagaimana menggunakan sumber
material seefisien mungkin. Contohnya efisiensi dalam penggunaan bahan baku,
air dan konsumsi energi. Sehingga diharapkan limbah yang dihasilkan dari proses
produksi akan menjadi lebih sedikit.
e) End of pipe
Pendekatan end-of-pipe adalah pendekatan yang paling sering dilakukan, yakni
penngendalian di bagian hilir dari proses produksi saat emisi telah dihasilkan.

Prinsip dasar Pengendalian pencemaran udara


a) Peraturan yang berlaku
b) Identifikasi jenis emisi
a. Partikulat
b. Gas
i. Sox, NOx, CO
ii. Logam berat, HCL, HF.
iii. Lainnya (merkuri, VOC, PAHs, PCB, Dioksin/Furin
c. Sumber dan proses terbentuknya
i. Ketel uap
ii. Proses utama atau proses pendukung
iii. Material handling process, loading/unloading material

Faktor-faktor yang memengaruhi pemilihan desain pengendalian pencemaran udara


a) Karakteristik fisik dan kimia dari polutan, proses, dan flue gas atau effluent. Flue
gas bersifat korosif, asam/basa, dan mudah terbakar. Karakter fisik suhu
menentukan besar kecilnya ukuran kolektor. Selain itu, komposisi flue gas juga
perlu diperhatikan apakah berupa CO, CO2 atau O2.
b) Konsemtrasi polutan (grain loading of the pollutants)
c) Tingkat penyisihan yang dibutuhkan (collection efficiency)
d) Distribusi ukuran partikel (partikulat)
e) Kondisi gas & explosive limit (LEL atau UEL)

Aplikasi alat pengendali pencemaran udara

3. Pelanggaran bidang pengendalian pencemaran laut


4. pelanggaran bidang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun dan limbah
non B3.

Anda mungkin juga menyukai