Anda di halaman 1dari 14

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Perkembangan industri T-shirt (pakaian) saat ini tidak dapat dipungkiri semakin
berkembang dengan pesat, Selain itu upaya untuk melindungi lingkungan juga semakin
bertambah pesat pula, dan menjadikan keduanya sejalan

Semua produk, pelayanan, dan proses mempunyai daur hidupnya masing-masing.


Daur hidup suatu produk dimulai ketika bahan baku didapatkan atau diambil dari sumber.
Kemudian, bahan baku melewati sejumlah langkah-langkah produksi hingga produk tersebut
sampai ke tangankonsumen. Produk dimanfaatkan, kemudian dibuang atau didaur ulang.
Produk dan proses kemudian didesaindan diproduksi. Suatu proses akan mempunyai umur
hidup aktif. Seperti pada daur hidup produk, penggunaan energi, limbah, dan emisi selalu
terlibat pada setiap langkah di daur hidup suatu proses.

Dulu perancang produk dan proses menitikberatkan perhatian mereka terutama


padatingkatan daur hidup produk dari perolehan bahan baku sampai proses manufaktur.
Fokustersebut sekarang telah berubah menjadi lebih luas. Insinyur teknik kimia harus
memikirkan bagaimana produk mereka akan didaur ulang. Mereka harus memperhatikan
bagaimana pelanggan menggunakan produk mereka. Process engineer harus mencegah
terjadinyakontaminasi di lokasi pabrik dimana proses tersebut berada. Secara sederhana
dapatdinyatakan bahwa design engineer harus menjadi pelayan untuk produk dan proses
merekasepanjang daur hidupnya.

T-shirt (pakaian) merupakan kebutuhan primer bagi manusia. Ini artinya T-shirt
(pakaian) merupakan kebutuhan pokok manusia. Seiring dengan perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi, kegiatan dan aktifitas seseorang semakin banyak, sehingga
dibutuhkan berbagai jenis T-shirt (pakaian) yang dapat dipakai sesuai dengan kegiatan
tersebut. Maka dari itu, ketika seseorang ingin memenuhi kebutuhan T-shirt (pakaian), ia
tidak hanya bertolak pada fungsi dan tujuan utama dari T-shirt (pakaian) itu sendiri. Lebih
dari itu, pemenuhan kebutuhan akan T-shirt (pakaian) melibatkan pertimbangan-
pertimbangan lain yang dianggap penting dan ramah lingkungan.
Life-cycle assessment (LCA) adalah proses evaluasi dampak yang dimiliki oleh
suatu produk terhadap lingkungan sepanjang umur hidupnya. LCA dapat digunakan
untuk mempelajari dampak, baik dari produk maupun fungsi yang diharapkan dari
produk tersebut. LCA secara umum dikenal sebagai analisis "cradle-to-grave" . Oleh karena
LCA merupakan proses yang berkelanjutan, perusahaan dapat memulai LCA dari titik
manapun dalam daur hidup produk (atau daur hidup fungsi produk).

Dampak yang ditimbulkan oleh industri T dapat diminimalisir dengan pendekatan Life
Cycle Assessment (LCA). Life Cycle Assessment (LCA) merupakan teknik penilaian yang
digunakan untuk mengukur dampak lingkungan suatu produk mulai dari bahan baku hingga
produk akhir (end of life). Masa akhir produk (end of life) merupakan suatu produk yang
sudah tidak digunakan kembali dengan waktu tertentu. Dampak yang diberikan
padalingkungan memberikan masa akhir produk (end of life) dengan fase-fase tertentu seperti
penggunaan kembali (reuse), daur ulang (recycle), dan pembuangan akhir produk (landfill).

Oleh karena itu, diperlukan pengkajian ini untuk mengidentifikasi dampak pada fase
masa awal sampai akhir produk (end of life) T-shirt (pakaian) terhadap lingkungan. Masa
akhir produk (end of life) bertujuan untuk mengetahui masa akhir pada pakian yang sudah
tidak digunakan kembali dan bertanggung jawab dalam memperpanjang umur produk.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut: Seberapa besar dampak yang ditimbulkan dari daur hidup produk T-shirt (pakaian)
terhadap lingkungan?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan makalah ini adalah sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi daur hidup produk T-shirt (pakaian) terhadap lingkungan.

b. Mengidentifikasi perilaku konsumen terhadap masa akhir produk (end of life) pada T-
shirt (pakaian) terhadap lingkungan.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari makalah ini adalah sebagai berikut:


a. Dapat mengetahui daur hidup produk T-shirt (pakaian) terhadap lingkungan

b. Masyarakat dapat mengetahui informasi perbaikan untuk mengurangi emisi terhadap


lingkungan.
Bab II
Tinjuan Pustaka

2.1 Analisis Siklus Hidup (Life Cycle Analysis)


Sejarah Analisis siklus hidup yang pertama adalah analisis energi yang populer di
tahun 1960-an, kemudian tahun 1970-an analisis siklus hidup menjadi meningkat saat terjadi
krisis energi minyak. Dengan munculnya filosofi pencegahan polusi di Eropa dan Amerika
Serikat, analisis siklus hidup telah mendapatkan perhatian luas dalam dekade terakhir. Pada
tahun 1990, U.S. Congress Office of Technology Assessment published Green Products by
Design, menekankan pentingnya LCA dalam membimbing desain. Pada tahun 1991 Society
of Environmental Toxicology and Chemistry (SETAC) menerbitkan panduan untuk LCA.
Analisis siklus hidup didefinisikan sebagai “ suatu proses yang obyektif untuk
mengevaluasi beban lingkungan yang terkait dengan produk, proses, atau kegiatan dengan
mengidentifikasi dan mengukur penggunaan energi, material dan pelepasan ke lingkungan,
untuk menilai dampak energi dan material serta pelepasan pada lingkungan, serta untuk
mengevaluasi dan mengimplementasikan peluang untuk perbaikan lingkungan. LCA
mencakup seluruh hidup produk, proses, atau kegiatan, dari ekstraksi dan pengolahan bahan
baku, manufaktur, transportasi dan distribusi, penggunaan, penggunaan kembali, dan
pemeliharaan; daur ulang, dan pembuangan akhir.
Jadi LCA adalah suatu alat yang digunakan untuk mengevaluasi potensi dampak
lingkungan dari suatu produk, proses atau aktivitas selama seluruh siklus hidup dengan
mengukur penggunaan sumber daya ( “input” seperti energi, bahan baku, air) dan emisi
lingkungan (“output” untuk udara, air dan tanah) yang berkaitan dengan sistem yang sedang
dievaluasi.
Life-cycle assessment (LCA) adalah proses mengevaluasi dampak yang dipunyai
produk terhadap lingkungan di seluruh perioda hidupnya sehingga meningkatkan efisiensi
penggunaan sumberdaya dan menurunkan beban lingkungan. LCA dapat digunakan untuk
mempelajari dampak lingkungan pada produk atau fungsi suatu produk. LCA umumnya
dipandang sebagai analisa “cradle -to-grave” (kemunculan sampai kepunahan). LCA adalah
proses terus-menerus, perusahaan dapat memulai LCA pada setiap titik dalam siklus produk /
fungsi. LCA digunakan sebagai pengembangan keputusan dalam strategi bisnis seperti
produk, proses desain , dan perbaikan untuk menata kriteria eko-labeling dan untuk
memperhatikan aspek lingkungan dari suatu produk. Siklus hidup produk bermula ketika
material mentah diekstraksi dari dalam bumi, diikuti oleh pembuatan, distribusi, dan
penggunaan, dan berakhir dengan manajemen limbah termasuk pendaur ulangan dan
pembuangan akhir. Pada setiap tahapan siklus hidup terjadi emisi dan konsumsi sumberdaya.
Dampak lingkungan dari keseluruhan siklus hidup produk dan jasa perlu diketahui.
LCA dapat diterapkan dalam pengembangan dan pemasaran produk. Metodologi LCA
telah dikembangkan secara ekstensif selama dekade terakhir ini. Selain itu, sejumlah standar
yang terkait LCA (ISO 14.040-14.043) dan laporan telah diterbitkan dalam Organisasi
Internasional untuk Standarisasi (ISO) untuk merampingkan metodologi.
Penggunaan energi dan emisi lingkungan seperti udara, air dan limbah padat
berkurang secara signifikan. Peningkatan keasaman, keracunan air, efek rumah kaca,
eutrofikasi, toksisitas manusia, penipisan ozon dan kabut juga berkurang sebagai akibat
langsung dari efisiensi penggunaan suatu produk. Harus ditekankan bahwa mayoritas dari
konsumsi energi dan emisi yang terkait penggunaan berasal dari fase siklus hidup. Ini berarti
bahwa bagaimana kita menggunakan suatu produk, misalnya deterjen akan berdampak pada
lingkungan dari produk yang kita pilih. Oleh karena itu diperlukan perbaikan yang mengarah
pada penggunaan sedikit air, mengurangi penggunaan energi, pemakaian tidak berlebihan,
dan pengurangan kemasan suatu produk.

2.2 Tujuan Analisis Siklus Hidup (Life Cycle Analysis atau LCA)
LCA dapat digunakan untuk membantu strategi bisnis dalam pengambilan keputusan,
untuk peningkatan kualitas produk dan proses, untuk menetapkan criteria eco-labelling, dan
untuk mempelajari aspek lingkungan dari suatu produk. Elemen utama dari LCA antara lain :
1. Mengidentifikasi dan mengkuantifikasikan semua bahan yang terlibat, misalnya
energi dan bahan baku yang dikonsumsi, emisi dan limbah yang dihasilkan.
2. Mengevaluasi dampak yang potensial dari bahan-bahan tersebut terhadap lingkungan.
3. Mengkaji beberapa pilihan yang ada untuk menurunkan dampak tersebut.
Dalam suatu sistem industri terdapat input dan output. Input dalam sistem adalah
material-material yang diambil dari lingkungan dan outputnya akan dibuang ke lingkungan
kembali. Input dan output dari sistem industri ini tentu saja akan memberi dampak terhadap
lingkungan. Pengambilan material (input) yang berlebihan akan menyebabkan semakin
berkurangnya persediaan material, sedangkan hasil keluaran dari sistem industri yang bisa
berupa limbah (padat, cair, udara) akan banyak memberi dampak negatif terhadap
lingkungan. Oleh karena itu LCA berusaha untuk melakukan evaluasi untuk meminimumkan
pengambilan material dari lingkungan dan juga meminimumkan limbah industri.
Tujuan LCA adalah untuk membandingkan semua kemungkinan kerusakan lingkungan
yang dapat diakibatkan dari suatu produk maupun proses, agar dapat dipilih produk maupun
proses yang mempunyai dampak paling minimum.Prosedur dari life cycle assessment (LCA)
merupakan bagian dari ISO 14000 environmental management standards: in ISO 14040:2006
and 14044:2006. (ISO 14044 replaced earlier versions of ISO 14041 to ISO 14043.)
2.3 Prinsip LCA
 Raw Materials atau Bahan Baku:
1. Menggunakan sesedikit mungkin material yang berdampak negatif terhadap
lingkungan
 Manufacture atau Manufaktur (proses industri atas bahan baku)
2. Menggunakan lebih sedikit sumber daya
3. Memproduksi sesedikit mungkin polusi dan limbah
4. Mengurangi dampak distribusi;
 Use atau Penggunaan
5. Menggunakan sedsedikit mungkin sumber daya
6. Meminimalisasi penggunaan yang mengakibatkan polusi dan limbah
7. Mengoptimalkan penggunaan
 End of life atau Akhir Kegunaan Produk
8. Kurangi dampak lingkungan dari material.

2.4 Langkah Utama Analisis Siklus Hidup


Berdasarkan ISO 14040 dan 14044 standards, life-cycle analysis dilaksanakan dalam
empat langkah utama.
 Langkah 1 (Tujuan dan cakupan (Goal and Scoping))
Langkah pertama dalam LCA adalah menentukan ruang lingkup dan batasan dari
pembahasan. Pada tahap ini dimulai dengan pernyataan mengenai bagaimana dan siapa
konsumennya . Tujuan dan ruang mencakup rincian teknis yang berkaitan dengan proses
proses berikutnya:
 Unit fungsional
unit fungsional merupakan dasar penting yang memungkinkan analisis dan
perbandingan suatu alternatif dari barang atau jasa serta memberikan referensi
dimana input dan output dapat saling berhubungan. Unit fungsional biasanya tidak
hanya kuantitas material. Praktisi dapat membandingkan, misalnya, jenis kemasan
yang dikemas dengan ukuran 1m3 dan pendistribusian produk. bahan kemasan dapat
bervariasi seperti kertas, plastik, logam, komposit, dll. (Rebitzer.,et al 2004)
 Batasan sistem
Batasan sistem menentukan unit proses mana yang tercakup dalam pembahasan LCA
dan batasan tersebut harus mencerminkan tujuan. Kesimpulannnya, tahap ini
mencakup metode yang digunakan untuk memperkirakan dampak lingkungan dan
dampak mana yang akan diperhitungkan.

 Langkah 2 (Analisis inventori (Inventory Analysis))


Langkah kedua dalam life-cycle assessment adalah menginventarisasi input, seperti
bahan baku dan energi, dan output seperti produk samping, limbah, dan emisi yang dihasilkan
sepanjang daur hidup suatu produk. Pada proses ini dilakukan pengumpulan data kuantitatif
untuk menentukan level atau tipe input energi maupun material pada suatu sistem industri
dan hasil yang di lepaskan ke lingkungan.

 Langkah 3 (Penakaran dampak (Impact Assessment))


Hasil dari langkah life-cycle inventory merupakan kumpulan bahan/material yang
terkandung dari setiap bahan yang digunakan atau yang dikeluarkan. Untuk mengubah tiap
elemen dalam inventarisasi tersebut menjadi suatu kajian kualitatif terhadap kondisi
lingkungan maka memerlukan suatu langkah untuk memperkirakan dampak lingkungan yang
merupakan akibat dari emisi dan bahan yang digunakan. Sehingga, langkah ketiga ini adalah
untuk memperkirakan dampak lingkungan dari semua input dan output yang sudah terkumpul
dalam inventaris tahap dua. Langkah ini disebut life-cycle impact analysis. Penakaran
dampak digunakan untuk menganalisis dampak suatu proses terhadap lingkungan dan
kesehatan manusia yang telah didata secara kuantitatif pada penakaran inventori. Dalam
pengklasifikasian, data inventori yang dihubungkan dengan efek terhadap ekologi dan
kesehatan manusia .

 Langkah 4 (Interpretasi atau analisis perbaikan (Improvement Analysis))


Langkah keempat dalam life-cycle assessment adalah untuk menginterpretasikan hasil
dari langkah ketiga, bila mungkin disertakan saran untuk langkah perbaikan. Jika life-cycle
assessment ditujukan untuk membandingkan produk, langkah ini bisa berisi tentang
rekomendasi produk yang paling ramah terhadap lingkungan. Jika hanya satu produk yang
dianalisis, saran untuk memodifikasi produk bisa ditambahkan dalam tahap ini. Langkah
keempat ini disebut improvement analysis atau interpretation step. (Pada tahapan ini
dilakukan interpretasi hasil, evaluasi, dan analisis terhadap usaha-usaha yang dapat dilakukan
untuk perbaikan).
Bab III
Studi Kasus Dan Pembahasan

3.1 Daur Hidup Produk T-shirt ( Pakaian)

Kapas sering digunakan sebagai bahan baku dalam produksi pakaian yang digunakan
pada kehidupan sehari – hari. Dampak yang ditimbulkan oleh produksi pakaian ini
diantaranya adalah :
1. Keanekaragaman hayati : pertanian, pengeboran dan pertambangan
2. Minyak : Ekstraksi bahan baku, polusi dan penyimpanan
limbah
3. Air : polusi yang dihasilkan dari bahan – bahan kimia dan
proses pencucian
4. Udara : polusi yang dihasilkan oleh asap pabrik
5. Iklim : emisi gas rumah kaca pertanian dan transportasi
Siklus hidup T- shirt dimulai dari penyediaan bahan baku yaitu pengambilan kapas
dari pohonnya. Dari kapas proses selanjutnya adalah untuk membuat kain kaos disebut proses
pemintalan atau di dalam industry tekstil biasa disebut dengan proses spinning. Proses
spinning yaitu mengolah kapasa atau polyester menjadi benang. Setelah proses pemintalan
atau spinning, maka hasilnya adalah benang. Benang hasil pemintalan akan masuk ke proses
berikutnya atau disebut soft winder. Soft winder adalah proses penggulungan benag dari hasil
pemintalan. Kemudian benang yang telah digulung masuk ke proses pencelupan benang.
Tujuannya untuk member warna pada benang kemudian benang dikeringkan. Selanjutnya
benag masuk ke proses weaving atau proses penenunan, benang ditenun menjadi lembaran –
lembaran kain. Langkah terakhir adalah proses pemolesan terhadap warna, penampilan
disebut dengan Dyeing.

Bahan Baku
Kapas Untuk menanam 1 kg
kapas, bahan yang
diperlukan adalah :
 Bahan kimia : pupuk,
herbisida, dan pestisida
 Air yang banyak
 Diesel untuk
mengangkut kapas

Polyester Untuk memproduksi 1 kg


polyester yang dibutuhkan
adalah :
1,5 kg minyak, energi , dan
air

Proses Produksi
Produksi Dari mulai serat (katun
T-shirt atau polyester), hingga
pengiriman pakaian, yang
diperlukan adalah:
 Energi untuk tenun,
memotong dan
menjahit
 Energi untuk
transportasi Dari proses ini menghasilkan limbah seperti
sisa sisa kain, asap kendaraan, asap pabrik dan
gas CO2
Proses Penjualan
Penjualan Setelah meninggalkan
pabrik, masing-masing
T-shirt dibungkus dalam
polybag. Kemudian
dikemas dalam kotak
kardus. Kemudian
dimasukkan dalam wadah
dan didistribusikan kepada
konsumen. Proses
pendidtribusian
Ketika T-shirt tiba di toko semua kotak carboard
menggunakan transportasi
dan polybag menghilang agar T-shirt dapat
transportasi
tersedia di rak-rak toko. Rata – rata toko
menggunaka energy untuk pemanasan,
penerangan dan pendingin udara sebesar 65 %
dan 5 % untuk peralatan listrik lainnya.

Penggunaan Produk
Penggunaan Setelah T-shirt dijual
kemudian digunakan ,
menimbulkan dampak
lingkungan yang paling
penting yaitu berasal dari
pemeliharaan seperti
mencuci, mengeringkan
dan menyetrika. Untuk proses pencucian, pengeringan dan
penstrikaan selama 100 kali, dibutuhkan antara
lain :
 12,2 kWh dan 65,3 kWh, jika Anda
menggunakan setrika
637 dan 720 liter air untuk proses mencuci
Akhir Produk
Akhir hidup T- shirt yang sudah tidak
T-shirt digunakan lagi maka T-
shirt akan memasuki fasa
akhir hidupnya dimana

Ada 4 cara akhir hidup T-shirt :


 Dibuang, T-shirt berakhir di sebuah pabrik
pengelolaan limbah, juga dikenal tempat
pembuangan sampah. Dampak pembuangan
adalah Baik energi maupun bahan baku
direklamasi.
 Insinerasi (Incinerated) , T-shirt dibakar.
Dampak insinerasi adalah Energi
direklamasi, tetapi bahan baku hilang.
 Daur Ulang, T-shirt berakhir sebagai kain
industri atau bahan isolasi.
 T-shirt mendapatkan kehidupan kedua yaitu
disumbangkan di toko amal atau disewakan.
BAB IV
KESIMPULAN

Proses daur hidup produk T-shirt (pakaian) di mulai dari bahan baku menggunakan
kapas dan polyester. Proses produksi, dari proses ini menghasilkan limbah seperti sisa sisa
kain, asap kendaraan, asap pabrik dan gas CO2. Proses penjualan, ketika T-shirt tiba di toko
rata – rata toko menggunaka energy untuk pemanasan, penerangan dan pendingin udara
sebesar 65 % dan 5 % untuk peralatan listrik lainnya. Penggunaan produk Setelah T-shirt
dijual kemudian digunakan , menimbulkan dampak lingkungan yang paling penting yaitu
berasal dari pemeliharaan seperti mencuci, mengeringkan dan menyetrika. Akir produk, ada
empat kemungkinan yaitu T-shirt akan dibuang, dibakar, disumbangkan atau di daur ulang.

http://eprints.ums.ac.id/55269/3/BAB%20I.pdf
https://www.scribd.com/doc/55898159/Life-Cycle-Assessment

Anda mungkin juga menyukai