Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

APLIKASI FLUIDA CAIR


DALAM KEPERAWATAN

Oleh:
Nama

NIM

Aris Joko Prasetyo

1014007

Bayu Pratama

1014009

Dyah Ayu Kartikasari

1014015

Ega Afriyanto

1014017

M. Ali Fadloli

1014031

Ratih Mustika Ningrum

1014046

Roikhatul Jannah

1014047

Yusuf Effendi

1014062

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan


Insan Cendekia Husada Bojonegoro

KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya, sehingga kami bisa menyusun makalah
Fisika yang berjudul Fluida Cair.
Penulisan makalah adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Fisika Kesehatan STIKES Insan Cendekia
Husada Bojonegoro.
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangankekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah
penyusunan makalah ini, khususnya kepada :
1. Ketua STIKES Bapak H. Suyono, SE. S.Kep.Ns. MM yang selalu
memberikan kebijaksanaannya kepada semua mahasiswa
2. Bapak Sumardi, S.Kep.Ns selaku Kaprodi S-1 Keperawatan yang selalu
memberikan masukan kepada penulis
3. Bapak Muhammad Miftakhul Khoiri selaku Dosen Mata Kuliah yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam pelaksanaan pembimbingan,
pengarahan, dorongan dalam rangka penyelesaiaan penyusunan makalah
ini
4. Rekan-rekan S-1 Keperawatan yang senantiasa memberikan kritik dan
saran yang membantu penyempurnaan makalah ini
5. Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada keluarga
tercinta yang telah memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian
yang besar kepada penulis, baik selama mengikuti perkuliahan maupun
dalam menyelesaikan makalah ini
6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah
memberikan bantuan dalam penulisan makalah ini

Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada
mereka yang telah memberikan bantuan dan dapat menjadikan semua bantuan ini
sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal Alamiin.
Bojonegoro, Desember 2010

Tim Penyusun

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................................
i
DAFTAR ISI ................................................................................................................
ii
KATA PENGANTAR...................................................................................................
iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
.................................................................................................................
.................................................................................................................
1
1.2 Tujuan
.................................................................................................................
.................................................................................................................
1
BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1
Densitas
........................................................................................................................
........................................................................................................................
2
2.2
Tekanan
........................................................................................................................
........................................................................................................................
2
2.3
Debit
........................................................................................................................
........................................................................................................................
2
2.4
Prinsip
Bernoulli
........................................................................................................................
........................................................................................................................
6
2.5

Sifat-Sifat

Fluida

........................................................................................................................
19
BAB 3 APLIKASI KLINIS
3.1
Infus
........................................................................................................................
........................................................................................................................
22
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................
23

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar belakang
Kajian Hidrodinamika dalam Fisika Kesehatan dapat ditemukan
juga dengan istilah yang mengacu pada pembahasan yang sama, yaitu
fluida. Fluida adalah zat yang dapat mengalir, yang terdiri dari zat cair dan
gas. Ada fluida yang tak mengalir dan ada fluida yang mengalir. Ilmu yang
mempelajari fluida yang tak mengalir disebut hidrostatika dan ilmu yang
mempelajari fluida yang mengalir disebut hidrodinamika.
Kata Hidrodinamika mempunyai pengertian bahwa suatu ilmu
yang mempelajari tentang phenomena yang terjadi pada fluida dimana
fluida diasumsikan incompressible dan inviscid (zero viscosity).
Kata hidrodinamika pertama dikenalkan oleh Daniel Bernoulli
pada tahun 1700-1783 untuk mengenalkan dua macam ilmu hidrostatik
dan hidrodinamika. Beliaupun mengeluarkan teori yang terkenal dengan
nama teori Bernoulli.

1.2

Tujuan
Tujuan umum :
Untuk mengetahui aplikasi teori fluida cair dalam keperawatan
Tujuan khusus:
1. Untuk mengetahui pengertian hidrodinamika
2. Untuk mengetahui pentingnya hidrodinamika dalam keperawatan
3. Untuk mengetahui aplikasi hidrodinamika dalam tubuh

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Densitas
Yang dimaksud dengan densitas atau massa jenis adalah massa zat per satuan
volume. Dalam sistem internasional (SI), satuan massa yang digunakan adalah
kilogram sedangkan untuk volume meter kubik. Sehingga satuan massa jenis
adalah kg/m3.
Formula dari massa jenis adalah:
= m/v
Keterangan:
= massa jenis dalam kg/m3, m = massa dalam kg, v = volume dalam m3.
2.2 Tekanan
Tekanan diartikan sebagai gaya per satuan luas, di mana arah gaya tegak lurus
dengan luas permukaan. Secara matematis, tekanan dapat dinyatakan dengan
persamaan berikut ini :
P = F/A
P = tekanan, F = gaya dan A = luas permukaan. Satuan gaya (F) adalah
Newton (N), satuan luas adalah meter persegi (m 2). Karena tekanan adalah
gaya per satuan luas maka satuan tekanan adalah N/m 2. Nama lain dari N/m2
adalah pascal (Pa).
2.3 Debit
Dalam kehidupan sehari-hari orang sering menggunakan istilah Debit.
Debit itu menyatakan volume suatu fluida yang mengalir melalui penampang
tertentu dalam selang waktu tertentu. Secara matematis, bisa dinyatakan
sebagai berikut :

Untuk menambah pemahamanmu, kita gunakan contoh. Misalnya fluida


mengalir melalui sebuah pipa. Pipa biasanya berbentuk silinder dan memiliki
luas penampang tertentu. Pipa tersebut juga punya panjang (Lihat gambar di
bawah).

Ketika fluida mengalir dalam pipa tersebut sejauh L, misalnya, maka volume
fluida yang ada dalam pipa adalah V = AL (V = volume fluida, A = luas
penampang dan L = panjang pipa). Karena selama mengalir dalam pipa
sepanjang L fluida menempuh selang waktu tertentu, maka kita bisa
mengatakan bahwa besarnya debit fluida :

Dengan demikian, ketika fluida mengalir melalui suatu pipa yang memiliki
luas penampang dan panjang tertentu selama selang waktu tertentu, maka
besarnya debit fluida (Q) tersebut sama dengan luas permukaan penampang
(A) dikalikan dengan laju aliran fluida (v).

Persamaan Kontinutitas
Aliran fluida pada sebuah pipa yang mempunyai diameter berbeda, seperti
tampak pada gambar di bawah.

Gambar ini menujukan aliran fluida dari kiri ke kanan (fluida mengalir dari
pipa yang diameternya besar menuju diameter yang kecil). Garis putus-putus
merupakan garis arus.
Keterangan gambar :
A1 = luas penampang bagian pipa yang berdiameter besar
A2 = luas penampang bagian pipa yang berdiameter kecil
V1 = laju aliran fluida pada bagian pipa yang berdiameter besar
V2 = laju aliran fluida pada bagian pipa yang berdiameter kecil
L = jarak tempuh fluida.
Pada aliran tunak, kecepatan aliran partikel fluida di suatu titik sama dengan
kecepatan aliran partikel fluida lain yang melewati titik itu. Aliran fluida juga
tidak saling berpotongan (garis arusnya sejajar). Karenanya massa fluida yang
masuk ke salah satu ujung pipa harus sama dengan massa fluida yang keluar
di ujung lainnya. Jika fluida memiliki massa tertentu masuk pada pipa yang
diameternya besar, maka fluida tersebut akan keluar pada pipa yang
diameternya kecil dengan massa yang tetap. Kita tinjau bagian pipa yang
diameternya besar dan bagian pipa yang diameternya kecil.
Selama selang waktu tertentu, sejumlah fluida mengalir melalui bagian pipa
yang diameternya besar (A1) sejauh L1 (L1 = v1t). Volume fluida yang

mengalir adalah V1 = A1L1 = A1v1t. Nah, Selama selang waktu yang sama,
sejumlah fluida yang lain mengalir melalui bagian pipa yang diameternya
kecil (A2) sejauh L2 (L2 = v2t). Volume fluida yang mengalir adalah V2 = A2L2
= A2v2t. (sambil lihat gambar di atas).
Persamaan Kontinuitas untuk Fluida Tak-termampatkan
(incompressible)
Pertama-tama tinjau kasus untuk Fluida Tak-termampatkan. Pada fluida taktermampatkan (incompressible), kerapatan alias massa jenis fluida tersebut
selalu sama di setiap titik yang dilaluinya.
Massa fluida yang mengalir dalam pipa yang memiliki luas penampang A1
(diameter pipa yang besar) selama selang waktu tertentu adalah :

Demikian juga, massa fluida yang mengalir dalam pipa yang memiliki luas
penampang A2 (diameter pipa yang kecil) selama selang waktu tertentu adalah
:

Mengingat bahwa dalam aliran tunak, massa fluida yang masuk sama dengan
massa fluida yang keluar, maka :

Catatan : massa jenis fluida dan selang waktu sama sehingga dilenyapkan.

10

Jadi, pada fluida tak-termampatkan, berlaku persamaan kontinuitas :


A1v1 = A2v2 Persamaan 1
Di mana A1 = luas penampang 1, A2 = luas penampang 2, v1 = laju aliran
fluida pada penampang 1, v2 = laju aliran fluida pada penampang 2. Av adalah
laju aliran volume V/t alias debit (sudah gurumuda jelaskan di atas)
Persamaan Kontinuitas untuk Fluida Termampatkan (compressible)
Untuk kasus fluida yang termampatkan alias compressible, massa jenis fluida
tidak selalu sama. Dengan kata lain, massa jenis fluida berubah ketika
dimampatkan. Kalau pada fluida Tak-termampatkan massa jenis fluida
tersebut kita lenyapkan dari persamaan, maka pada kasus ini massa jenis
fluida tetap disertakan. Dengan berpedoman pada persamaan yang telah
diturunkan sebelumnya, mari kita turunkan persamaan untuk fluida
termampatkan.
Mengingat bahwa dalam aliran tunak, massa fluida yang masuk sama dengan
massa fluida yang keluar, maka :

p1
p
K1 2 K 2
1
2
2.4 Prinsip Bernoulli.
Prinsip Bernoulli menyatakan bahwa di mana kecepatan aliran fluida tinggi,
tekanan fluida tersebut menjadi rendah. Sebaliknya jika kecepatan aliran
fluida rendah, tekanannya menjadi tinggi.

11

D
C

D
C

B
B

h2
A

h1

Gambar 1.7.1. Aliran fluida.

Hukum Bernoulli
Persamaan yang telah dihasilkan oleh Bernoulli tersebut juga dapat disebut
sebagai Hukum Bernoulli, yakni suatu hukum yang dapat digunakan untuk
menjelaskan gejala yang berhubungan dengan gerakan zat alir melalui suatu
penampang pipa. Hukum tersebut diturunkan dari Hukum Newton dengan
berpangkal tolak pada teorema kerja-tenaga aliran zat cair dengan beberapa
persyaratan antara lain aliran yang terjadi merupakan aliran steady(mantap,
tunak), tak berolak (laminier, garis alir streamline), tidak kental dan tidak
termampatkan. Persamaan dinyatakan dalam Hukum Bernoulli tersebut
melibatkan hubungan berbagai besaran fisis dalam fluida, yakni kecepatan
aliran yang memiliki satu garis arus, tinggi permukaan air yang mengalir, dan
tekanannya. Bentuk hubungan yang dapat dijelaskan melalui besaran tersebut
adalah besaran usaha tenaga pada zat cair.
Selanjutnya untuk menurunkan persamaan yang menyatakan Hukum
Bernoulli tersebut dapat dikemukakan dengan gambar sebagai berikut.

12

Gambar 13. Gerak sebagian fluida dalam penurunan persamaan Bernoulli

Keterangan gambar:
1.

h1 dan h2 masing-masing adalah tinggi titik tertentu zat cair dalam


tabung/pipa bagian kiri dan bagian kanan.

2.

v1 dan v2 adalah kecepatan aliran pada titik tertentu sari suatu zat cair kiri
dan kanan.

3.

A1 dan A2 adalah luas penampang pipa bagian dalam yang dialiri zat cair
sebelah kiri dan sebelah kanan.

4.

P1 dan P2 adalah tekanan pada zat cair tersebuut dari berturut-turut dari
bagian kiri dan bagian kanan.
Gambar di bagian depan merupakan aliran zat cair melalui pipa yang

berbeda luas penampangnya dengan tekanan yang berbeda dan terletak pada
ketinggian yang berbeda hingga kecepatan pengalirannya juga berbeda.
Dalam aliran tersebut diandaikan zat cair tidak termampatkan, alirannya
mantap sehingga garis alir merupakan garis yang streamline, demikian pula
banyaknya volume yang dapat mengalir tiap satuan waktu dari pipa sebelah
kiri dan kanan adalah sama.
Dari gambar, dapat dikemukakan bahwa zat cair pada semua
titik akan mendapatkan tekanan. Hal ini berarti pada kedua permukaan yang
kita tinjau (lihat gambar yang diarsir) akan bekerja gaya yang arahnya ke
dalam. Jika bagian ini bergerak dari posisi pertama menuju bagian
kedua, gayayang bekerja pada permukaan pertama akan melakukan usaha
terhadap unsur yang ditinjau tadi sedangkan bagan tersebut akan melakukan
usaha terhadap gaya yang bekerja pada permukaan sebelah kanan. Selisih
antara kedua besaran usaha tersebut sama dengan perubahan energi gerak

13

ditambah energi potensial dari bagian tersebut. Selisih kedua besaran energi
tersebut disebut sebagai energi netto. Secara matematis dapat dinyatakan
sebagai berikut:
p1 1 11 p2 2 12 = ( mv21 mv22) + (mgh2 mgh1)
A 1=v
p1 v1 p2 v2 = m (v21 v22) + mg (h2 h1)
Pada hal v = m/, maka persamaan dapat diubah menjadi:
p1 (m/) p2 (m/) = m (v21 v22) + mg (h2 h1)
atau dapat diubah menjadi:
p1 (m/) + m v21 + mgh1 = p2 (m/) + m v22 + mgh2
Persamaan tersebut dapat disederhanakan menjadi:
p1 + v21 + gh1 = p2 + v22 + gh2
atau ditulis secara umum menjadi:
p + v2 + gh = konstan
Persamaan di atas merupakan persamaan yang menyatakan Hukum Bernoulli
yang menyatakan hubungan antara kecepatan aliran dengan tinggi permukaan
air dan tekanannya.
Dalam kehidupan sehari-hari Hukum Bernoulli memiliki penerapan
yang beragam yang ada hubungannya dengan aliran fluida, baik aliran zat cair
maupun gas. Penerapan tersebut sebagian besar dimanfaatkan dalam bidang
teknik dan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan aliran fluida.Misalnya
dalam teknologi pesawat terbang Hukum Bernoulli tersebut dimanfaatkan
untuk

merancang

desain

sayap

pesawat

terbang. Dalam

bidang

yang lain misalnya desain bentuk mobil yang hemat bahan baker, kapal laut
dan sebagian alat ukur yang dapat digunakan dalam suatu peralatan
pengendali kecepatan dan sebagainya.
Dengan mengusahakan bentuk sayap pesawat terbang seperti yang
tergambar di bawah ini, maka bagian depan dari sayap tersebut memiliki
permukaan yang tidak kaku sehingga dapat memberikan kemudahan dalam
aliran udara.

14

Lihat gambar!

Gambar 14. Penampang sayap pesawat terbang.

Bentuk sayap yang demikian sengaja dirancang agar aliran yang mengenai
bagian depan dari sayap akan membentuk aliran laminier. Dari gambar di
samping ini dapat dijelaskan bahwa apabila pesawat terbang digerakkan
dengan ke depan kecepatan udara di bagian atas pesawat dan kecepatan udara
yang lewat bagian bawah pesawat terbang akan menjadi tidak sama.
Kecepatan aliran udara pada bagian atas akan cenderung lebih besar daripada
kecepatan aliran udara bagian bawah pesawat terbang. Hal ini mengakibatkan
munculnya gaya pengangkatan yang bekerja pada pesawat terbang sehingga
pesawat terbang dapat naik ke udara.
Persamaan hidrostatika merupakan kejadian khusus dari penerapan
Hukum Bernoulli bila fluida dalam keadaan diam, yakni bahwa fluida
tersebut. Fluida dalam keadaan statis maka kecepatan alirannya di manamana akan sama dengan nol. Selanjutnya perubahan tekanan akibat letaknya
titik dalam fluida yang tidak termampatkan dapat diterangkan dengan gambar
sebagai berikut:

Gambar 15. Manometer.

15

Dari gambar dalam keadaan statis:


v1 = v2 = 0
p1= po dan h1 = h2 dan h2 = 0
Berdasarkan Hukum Bernoulli p + v2 = gh = konstan, dapat dituliskan
menjadi
po + 0 + gh = p2 + 0 + 0
p2 = po + gh
Pipa venturi merupakan sebuah pipa yang memiliki penampang bagian
tengahnya lebih sempit dan diletakkan mendatar dengan dilengkapi dengan
pipa pengendali untuk mengetahui permukaan air yang ada sehingga besarnya
tekanan dapat diperhitungkan. Dalam pipa venturi ini luas penampang pipa
bagian tepi memiliki penampang yang lebih luas daripada bagian tengahnya
atau diameter pipa bagian tepi lebih besar daripada bagian tengahnya. Zat cair
dialirkan melalui pipa yang penampangnya lebih besar lalu akan mengalir
melalui pipa yang memiliki penampang yang lebih sempit, dengan demikian
maka akan terjadi perubahan kecepatan. Apabila kecepatan aliran yang
melalui penampang lebih besar adalah v1 dan kecepatan aliran yang melalui
pipa sempit adalah v2, maka kecepatan yang lewat pipa sempit akan memiliki
laju yang lebih besar (v1 < v2). Dengan cara demikian tekanan yang ada pada
bagian pipa lebih sempit akan menjadi lebih kecil daripada tekanan pada
bagian pipa yang berpenampang lebih besar. Lihat gambar di bawah ini.

Gambar 16. Venturimeter

Dalam aliran seperti yang digambarkan di atas akan berlaku Hukum Bernoulli
sebagai berikut:
p1 + gh1 + v21 = p2 + gh2 + v22

16

pipa dalam keadaan mendatar h1 = h2


gh1 + gh2
sehingga: p1 + v21 = p2 + v22
di sini v1 > v2 maka p2 < p1
akibatnya p1 p2 = (v22 - v21)
padahal : p1 = pB + gha
p2 = pB = ghb
selanjutnya didapat:
p1 p2 = g (ha - hb)
Apabila ha - hb = h yakni selisih tinggi antara permukaan zat cair bagian kiri
dan kanan, maka akan didapat:
p1 p2 = gh
Dengan mengetahui selisih tinggi permukaan zat cair pada pipa
pengendalli akan dapat diketahui perubahan tekanannya yang selanjutnya
perubahan kecepatan dapat juga diketahui. Oleh sebab itu pipa venturi
ini akan sangat berguna untuk pengaturan aliran bensin dalam sistem
pengapian pada kendaraan bermotor.
Tabung Pitot atau sering disebut pipa Pitot ini merupakan suatu
peralatan yang dapat dikembangkan sebagai pengukur kecepatan gerak
pesawat terbang. Melalui tabung ini umumnya dapat diketahui adalah
kecepatan gerak pesawat terbang terhadap udara. Hal ini berarti apa yang
terukur bukanlah kecepatan gerak terhadap kedudukan bumi. Oleh sebab itu
untuk dapat mengukur kecepatan gerak pesawat terbang terhadap bumi, maka
kecepatan udara harus dapat diketahui. Prinsip kerjanya tabung Pitot ini
perhatikan gambar di bawah ini:

Gambar 17. Tabung/pipa Pitot

17

Adapun cara kerjanya dapat dikemukakan sebagai berikut: apabila alat


ini digerakkan dengan cepat sekali (diletakkan dalam badan pesawat terbang)
ke arah kiri sehingga udara akan bergerak dalam arah yang sebaliknya yakni
menuju arah kanan. Mula-mula udara akan masuk melalui lubang pertama,
selanjutnya mengisi ruang tersebut sampai penuh. Setelah udara dapat
mengisi ruang tersebut melalui lubang pertama dengan penuh maka udara
tersebut akan dalam keadaan diam. Udara yang lewat lubang kedua akan
selalu mengalir dan kecepatan udara yang mengalir melalui lubang pertama
jauh lebih kecil daripada kecepatan pengaliran udaran yang melalui lubang
kedua. Oleh sebab itu dapat dianggap v1 = 0 dan perbedaan tekanan diketahui
dari perbedaan tinggi permukaan air raksa dalam pipa U. Untuk memudahkan
perhitungan dalam keadaan mendatar maka tidak terdapat selisih tinggi
hingga akan berlaku h1 = h2 dan Hukum Bernoulli dapat ditulis menjadi:
p1 + v21 = p2 + v22
v1 = 0, maka
p1 = p2 + v22

untuk v2 = v

maka p1 - p2 = v2
2 (p1 - p2)
atau v =

Selisih tekanan dapat diketahui dengan mengukur perbedaan tinggi air raksa
dalam pipa U tersebut maka kecepatan gerak pesawat terbang terhadap udara
dapat diketahui dan dihitung dengan persamaan tersbeut.
Untuk menurunkan tekanan dalam suatu ruangan tertentu dapat
dipergunakan pompa penghisap udara yang bekerja berdasarkan Hukum
Bernoulli. Prinsip kerjanya dapat dilukiskan dalam gambar sebagai berikut:

18

Gambar 18. Prinsip kerja pipa penghisap udara.


Andaikan udara dalam ruangan R akan dikurangi atau dihisap melalui
pompa penghisap yang bekerja berdasarkan Hukum Bernoulli maka dapat
dilakukan dengan mengalirkan udara melalui pipa sempit A udara
disemprotkan dengan kecepatan sangat besar (v) selanjutnya akibat aliran
udara yang keluar dari pipa A tersebut maka tekanan udara yang berada pada
tabung B akan menjadi semakin kecil. Hal ini mengakibatkan terjadinya
perbedaan tekanan. Udara tersebut pada akhirnya akan keluar melalui lubang
C secara terus-menerus. Selanjutnya dengan menyemprotkan yang berulang
dan diperbesar kecepatan alirannya maka udara pada tabung R akan dapat
berkurang terus-menerus sesuai dengan yang dikehendaki. Prinsip inilah yang
merupakan prinsip kerja dari pompa penghisap.
Persamaan Bernoulli
Pada pembahasan mengenai Persamaan Kontinuitas, kita sudah belajar bahwa
laju aliran fluida juga dapat berubah-ubah tergantung luas penampang tabung
alir. Berdasarkan prinsip Bernoulli yang dijelaskan di atas, tekanan fluida
juga bisa berubah-ubah tergantung laju aliran fluida tersebut. Selain itu,
dalam pembahasan mengenai Tekanan Pada Fluida (Fluida Statis), kita juga
belajar bahwa tekanan fluida juga bisa berubah-ubah tergantung pada
ketinggian fluida tersebut. Hubungan penting antara tekanan, laju aliran dan
ketinggian aliran bisa kita peroleh dalam persamaan Bernoulli. Persamaan
bernoulli ini sangat penting karena bisa digunakan untuk menganalisis
penerbangan pesawat, pembangkit listrik tenaga air, sistem perpipaan dan
lain-lain. Agar persamaan Bernoulli yang akan kita turunkan berlaku secara
umum, maka kita anggap fluida mengalir melalui tabung alir dengan luas
penampang yang tidak sama dan ketinggiannya juga berbeda (lihat gambar di
bawah). Untuk menurunkan persamaan Bernoulli, kita terapkan teorema

19

usaha dan energi pada fluida dalam daerah tabung alir (ingat kembali
pembahasan

mengenai

usaha

dan

energi).

Selanjutnya,

kita

akan

memperhitungkan banyaknya fluida dan usaha yang dilakukan untuk


memindahkan fluida tersebut.

Warna buram dalam tabung alir pada gambar menunjukkan aliran fluida
sedangkan warna putih menunjukkan tidak ada fluida. Fluida pada luas
penampang 1 (bagian kiri) mengalir sejauh L 1 dan memaksa fluida pada
penampang 2 (bagian kanan) untuk berpindah sejauh L 2. Karena luas
penampang 2 di bagian kanan lebih kecil, maka laju aliran fluida pada bagian
kanan tabung alir lebih besar (Ingat persamaan kontinuitas). Hal ini
menyebabkan perbedaan tekanan antara penampang 2 (bagian kanan tabung
alir) dan penampang 1 (bagian kiri tabung alir) Ingat prinsip Bernoulli.
Fluida yang berada di sebelah kiri penampang 1 memberikan tekanan P1 pada
fluida di sebelah kanannya dan melakukan usaha sebesar :

Pada penampang 2 (bagian kanan tabung alir), usaha yang dilakukan pada
fluida adalah :

20

W1 = p2 A2 L2
Tanda negatif menunjukkan bahwa gaya yang diberikan berlawanan dengan
arah gerak. Jadi fluida melakukan usaha di sebelah kanan penampang 2.
Di samping itu, gaya gravitasi juga melakukan usaha pada fluida. Pada kasus
di atas, sejumlah massa fluida dipindahkan dari penampang 1 sejauh L1 ke
penampang 2 sejauh L2, di mana volume fluida pada penampang 1 (A1L1) =
volume fluida pada penampang 2 (A2L2). Usaha yang dilakukan oleh gravitasi
adalah :
W3 = mg (h2 h1)
W3 = mgh2 + mgh1
W3 = mgh1 mgh2
Tanda negatif disebabkan karena fluida mengalir ke atas, berlawanan dengan
arah gaya gravitasi. Dengan demikian, usaha total yang dilakukan pada fluida
sesuai dengan gambar di atas adalah :
W = W1 + W2 + W3
W = P1A1L1 P2A2L2 + mgh1 mgh2
Teorema usaha-energi menyatakan bahwa usaha total yang dilakukan pada
suatu sistem sama dengan perubahan energi kinetiknya. Dengan demikian,
kita bisa menggantikan Usaha (W) dengan perubahan energi kinetik (EK 2
EK1). Persamaan di atas bisa kita tulis lagi menjadi :
W = P1A1L1 P2A2L2 + mgh1 mgh2
EK2 - EK1 = P1A1L1 P2A2L2 + mgh1 mgh2
mv22 mv12 = P1A1L1 P2A2L2 + mgh1 mgh2

21

Ingat bahwa massa fluida yang mengalir sejauh L1 pada penampang A1 =


massa fluida yang mengalir sejauh L2 (penampang A2). Sejumlah massa fluida
itu, sebut saja m, mempunyai volume sebesar A1L1 dan A2L2, di mana A1L1 =
A2L2 (L2 lebih panjang dari L1).

Sekarang kita subtitusikan alias kita gantikan m pada persamaan di atas :

Persamaan ini bisa juga ditulis dalam bentuk seperti ini :

Ini adalah persamaan Om Bernoulli. Persamaan om Bernoulli ini kita


turunkan berdasarkan prinsip usaha-energi, sehingga merupakan suatu bentuk
Hukum Kekekalan Energi
Keterangan :

22

Ruas kiri dan ruas kanan pada persamaan Bernoulli di atas bisa mengacu pada
dua titik di mana saja sepanjang tabung aliran sehingga kita bisa menulis
kembali persamaan di atas menjadi :

Persamaan ini menyatakan bahwa jumlah total antara besaran-besaran dalam


persamaan mempunyai nilai yang sama sepanjang tabung alir.
Persamaan Bernoulli pada Fluida Diam
Kasus khusus dari persamaan Bernoulli adalah untuk fluida yang diam (fluida
statis). Ketika fluida diam alias tidak bergerak, fluida tersebut tentu saja tidak
punya kecepatan. Dengan demikian, v1 = v2 = 0. Pada kasus fluida diam,
persamaan Bernouli bisa kita rumuskan menjadi :

Persamaan Bernoulli pada Tabung Alir atau Pipa yang ketinggiannya


sama
Jika ketinggian tabung alir atau pipa sama, maka persamaan Bernoulli bisa
dioprek menjadi :

23

Penerapan Asas Bernoulli


Dewasa ini banyak sekali penerapan asas Bernoulli demi meningkatkan
kesejahteraan hidup manusia, diantaranya adalah :
a) Karburator, adalah alat dalam mesin kendaraan yang berfungsi untuk
menghasilkan campuran bahan bakar dengan udara lalu campuran ini
dimasukkan ke dalam silinder mesin untuk pembakaran.
b) Venturimeter, adalah alat untuk mengukur kelajuan cairan dalam pipa.
c) Tabung pitot, adalah alat untuk mengukur kelajuan gas dalam pipa dari
tabung gas.
d) Alat penyemprot nyamuk / parfum

Karburator TSS (Vokum)

Karburator Asesoris

Persamaan Bernoulli adalah

dan

24

kontinuitas A1.v1 = A2.v2, maka


Persamaan Bernoulli adalah

dan

kontinuitas A1.v1 = A2.v2


Cara kerja alat penyemprot nyamuk / parfum
Cara kerja alat penyemprot nyamuk / parfum adalah :

Jika gagang pengisap (T) ditekan maka udara keluar dari tabung melalui
ujung pipa kecil A dengan cepat, karena kecepatannya tinggi maka tekanan di
A kecil, sehingga cairan insektisida di B terisap naik lalu ikut tersemprotkan
keluar.
2.5 Sifat-Sifat Fluida
a. Kerapatan (density);
Ada 3 (tiga) macam kerapatan (density) yang harus diketahui perbedaanya:

25

26

= kerapatan massa (mass density) ialah satuan massa per satuan isi; kg/m3.
1.

w = berat jenis (specific weight) ialah berat per satuan isi; N/m3.

2.

s = kerapatan relatif (relative density atau specific gravity) ialah


perbandingan berat suatu benda terhadap berat air yang mempunyai
suhu 4oC dengan isi yang sama.

b. Kekentalan (viscosity);
Benda/zat cair yang dalam keadaan diam tidak menahan gaya geser, akan
tetapi bila cair itu mengalir maka gaya geser akan bekerja di antara
lapisan-lapisan cairan itu dan menyebabkan kecepatan yang berbeda-beda
dari lapisan-lapisan cairan.
Kekentalan ialah sifat cairan yang dapat menahan gaya-gaya geser.
Kekentalan () berkurang apabila suhu dinaikkan, untuk gas terjadi
sebaliknya bila suhu naik maka kekentalan pun menjadi naik.

c. Tegangan permukaan
Molekul-molekul zat cair mempunyai daya tarik yang sama ke segala
jurusan satu terhadap lainnya, tetapi dipermukaan yang berbatasan dengan
udara daya tarik ke atas dan ke bawah tidak sama/tidak seimbang.
Permukaan cairan berada dalam keadaan seolah-olah berupa satu
permukaan elastis yang mendapat tegangan. Tegangan permukaan di sini
adalah sama di setiap titik dari permukaan dan bekerja pada bidang yang
tegak lurus pada setiap garis di permukaan cairan.
Tegangan pada permukaan tidak dipengaruhi oleh bentuk lengkungan dari
permukaan dan besarnya tetap untuk suhu tertentu dalam suatu permukaan
yang memisahkan antara 2 jenis zat. Bila suhu naik maka tegangan
permukaan akan menurun.

d. Kemampuan untuk dimampatkan (compressibility):


Untuk zat cair hubungan antara perubahan tekanan dengan perubahan isi

27

dinyatakan dengan modulus menyeluruh K (bulk modulus)

e. Gerak benda cair


pada benda cair yang diam, tidak terdapat gaya-gaya geser, akan tetapi
apabila cairan itu bergerak maka timbulah gaya-gaya geser yang
disebabkan karena kekentalan dan turbulensi cairan yang akan melawan
gerak tersebut dan menimbulkan akibat gesekan.

f. Macam-macam aliran
1. Aliran turbulen
Di mana bagian-bagian elementer dari cairan bergerak tidak teratur,
menempati tempat yang relative berlainan-lainan pada penampangpenampang yang beraturan.
2. Aliran laminar
Disebut juga aliran cairan kental di mana bagian-bagian elementer dari
cairan bergerak teratur dan menempati tempat yang relative sama pada
penampang-penampang berikutnya.
3. Aliran Steady (Aliran tunak)
Suatu aliran yang tidak tergantung oleh waktu (time-independent flow),
jadi streamlines. Streakline dan pathnya adalah identik.
4. Aliran Unsteady (Aliran tak tunak)
Suatu aliran yang tergantung oleh waktu (time-dependent flow), aliran
berubah untuk stiap saat.

g. Gesekan cairan dan kekentalan


Bila cairan berada dalam keadaan diam, maka gaya geseran tidak akan
terjadi antara cairan dengan benda padat yang membatasinya atau antara
lapisan-lapisan cairan itu sendiri akan tetapi bila cairan itu bergerak, maka

28

akan terjadi perbedaan-perbedaan kecepatan antara cairan dan benda padat


yang membatasinya atau antara lapisan-lapisan itu sendiri dan gaya
geseran akan timbul dan menyebabkan terjadinya gaya gesekan.

29

BAB 3
APLIKASI KLINIS
3.1 INFUS

A.

Teknik Pemasangan Infus

a) Tujuan Utama Pemberian Cairan Intravena:


1. Mengembalikan dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh
2. Memberikan obat-obatan dan kemoterapi
3. Transfusi darah dan produk darah
4. Memberikan nutrisi parenteral dan suplemen nutrisi
b) Keuntungan dan Kerugian Terapi Intraven
Keuntungan:
1. Efek terapeutik segera dapat tercapai karena penghantaran obat ke tempat
target berlangsung cepat.
2. Absorsi total memungkinkan dosis obat lebih tepat dan terapi lebih dapat
diandalkan

30

3. Kecepatan pemberian dapat dikontrol sehingga efek terapeutik dapat


dipertahankan maupun dimodifikasi
4. Rasa sakit dan iritasi obat-obat tertentu jika diberikan intramuskular atau
subkutan dapat dihindari
5. Sesuai untuk obat yang tidak dapat diabsorbsi dengan rute lain karena
molekul yang besar, iritasi atau ketidakstabilan dalam traktus
gastrointestinalis
Kerugian:
1. Tidak bisa dilakukan drug Recall dan mengubah aksi obat tersebut
sehingga resiko toksisitas dan sensitivitas tinggi
2. Kontrol pemberian yang tidak baik bisa menyebabkan speeed Shock
3. Komplikasi tambahan dapat timbul, yaitu:
a. Kontaminasi mikroba melalui titik akses ke sirkulasi dalam
periode tertentu
b. Iritasi Vaskular, misalnya phlebitis kimia
c. Inkompabilitas obat dan interaksi dari berbagai obat tambahan
c) Peran Perawat Dalam Terapi Intravena
1. Memastikan tidak ada kesalahan maupun kontaminasi cairan infus
maupun kemasannya
2. Memastikan cairan infus diberikan secara benar (pasien, jenis cairan,
dosis, cara pemberian dan waktu pemberian)
3. Memeriksa apakah jalur intravena tetap paten
4. Observasi tempat penusukan (insersi) dan melaporkan abnormalitas
5. Mengatur kecepatan tetesan sesuai dengan instruksi
6. Monitor kondisi pasien dan melaporkan setiap perubahan

B. Persiapan Infus dan Insersi Kateter pada Vena Perifer


a) Persiapan Pasien
1.
Periksa rekam medis untuk mengetahui riwayat penyakit, alergi
dan rencana perawatan
2. Periksa ulang perintah dokter mengenai cairan yang harus diberikan
dan kecepatan tetesan.
3. Edukasi ( pendidikan) pasien mengenai:
a. Arti dan tujuan terapi intravena (I.V)
b. Lama terapi intravena
c. Rasa sakit sewaktu insersi (penusukan)
d. Anjuran:
- Laporkan ketidaknyamanan setelah insersi (penusukan)
- Laporkan jika kecepatan tetesan berkurang atau bertambah

31

b) Larangan:
1. Mengubah/ mengatur kecepatan tetesan yang sudah
diatur dokter/perawat
2. Menarik, melepaskan, menekan, menindih infus set
3. Sesuai intuksi dokter, misalnya larangan berjalan
c) Persiapan Peralatan
Alat

Alat untuk kateter I.V. / Venocath

Prinsip: Pilih alat dengan panjang terpendek, diameter terkecil yang


memungkinkan administrasi cairan dengan benar

Lihat: Pedoman ukuran jarum kateter dibawah ini:

Ukuran 16
Guna: Dewasa
- Bedah Mayor, Trauma
- Apabila sejumlah besar cairan perlu diinfuskan
Pertimbangan Perawat: Sakit pada insersi
- Butuh vena besar

Ukuran 18
Guna: - Anak dan dewasa
- Untuk darah, komponen darah, dan infus kental lainnya
Pertimbangan Perawat: Sakit pada insersi
- Butuh vena besar

Ukuran 20
Guna: Anak dan dewasa
Pertimbangan Perawat: umum dipakai sesuai untuk kebanyakan cairan
infus, darah, komponen darah, dan infus kental lainnya

Ukuran 22
Guna: Bayi, anak, dan dewasa (terutama usia lanjut)
- Cocok untuk sebagian besar cairan infus
Pertimbangan Perawat:
- Lebih mudah untuk insersi ke vena yang kecil, tipis dan

rapuh

32

- Kecepatan tetesan harus dipertahankan lambat


- Sulit insersi melalui kulit yang keras

Ukuran 24, 26
Guna: Nenonatus, bayi, anak dewasa (terutama usia lanjut)
- Sesuai untuk sebagian besar cairan infus, tetapi
kecepatan tetesan lebih lambat
Pertimbangan Perawat:
- Untuk vena yang sangat kecil
- Sulit insersi melalui kulit keras

Paket I.V line yang berisi: torniquet, kasa alkohol, povidone-iodine


(alkohol 70 %), pisau cukur, kasa steril, plester, perban
Label
Papan untuk lengan
Alas/perlak
Alat untuk menggantung cairan infuse
Sarung tangan untuk mencegah kontaminasi dari darah dan cairan
tubuh pasien

2. Cairan
a) Pastikan kemasan dan tipe cairan sesuai instruksi dokter
b) Periksa kejernihan, kadaluarsa, kebocoran cairan bervariasi dalam
warna, tetapi tidak pernah tampak berawan, keruh atau separated.
JIKA RAGU JANGAN DIPAKAI..!
c) Dicantumkan informasi: nama perawat, nama pasien, nomor
identifikasi pasien, nomor kamar, tanggal dan jam pemasangan infus,
tambahan obat, nomor urut kemasan
3. Infus Set
- Sesuai untuk pasien dan kemasan cairan yang akan dipakai
- Tidak ada retak, lubang atau bagian yang hilang
C.

Tips and trik pemasangan infus :


1. Pemilihan vena : diidentifikasi dengan tidak adanya denyutan
2. Agar vena terlihat jelas : pasang torniquet,atau tensi bila tidak ada minta
tolong keluarga untuk menekan atau stuwing pada bagian atas daerah yang
akan dipasang
3. Tekan vena di bawah tempat tusukan, agar vena tidak bergeser atau tetap
pada tempatnya.
4. Tusuk vena bila telah benar benar terlihat atau teraba jelas.

33

5. Yakin dan percaya diri alias jangan ragu ragu

34

BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Dalam fluida dinamis, kita menganalisis fluida ketika fluida tersebut


bergerak.
Aliran fluida secara umum bisa kita bedakan menjadi dua macam, yakni
aliran lurus alias laminar dan aliran turbulen. Aliran lurus bisa kita sebut
sebagai aliran mulus, karena setiap partikel fluida yang mengalir tidak
saling berpotongan.
Salah satu contoh aliran laminar adalah naiknya asap dari ujung rokok
yang terbakar. Mula-mula asap naik secara teratur (mulus), beberapa saat
kemudian asap sudah tidak bergerak secara teratur lagi tetapi berubah
menjadi aliran turbulen. Aliran turbulen ditandai dengan adanya
lingkaran-lingkaran kecil dan menyerupai pusaran dan kerap disebut
sebagai arus eddy. Contoh lain dari aliran turbulen adalah pusaran air.
Aliran turbulen menyerap energi yang sangat besar.

Sifat Fluida Ideal :

Tidak dapat ditekan (volume tetap karena tekanan)

Dapat berpindah tanpa mengalami gesekan

Mempunyai aliran stasioner (garis alirnya tetap bagi setiap partikel)

Kecepatan partikel-partikelnya sama pada penampang yang sama

4.2. Saran
Hidrodinamika

memiliki peran penting dalam dunia medis,

khususnya dalam dunia keperawatan dan kedokteran, oleh sebab itu kita
sebagai perawat harus bisa memahami aplikasi klinis hidrodinamika baik
secara teori ataupun secara praktik.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.gurumuda.com/tekanan-dalam-fluida
Pukul : 13.15,,tanggal 5Des 2010

Anda mungkin juga menyukai