Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SISTEM PENCERNAAN PADA TERIPANG

DISUSUN OLEH:

DAYANG EKA PRAMAYANTI

2016-5424-2007

FAKULTAS PERTANIAN

MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

UNIVERSITAS MUSAMUS

MERAUKE

2016
DAFTAR ISI

COVER...............................................................................................

HALAMAN JUDUL...........................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................

KATA PENGANTAR........................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG..............................................................

1.2 RUMUSAN MASALAH...........................................................

1.3 TUJUAN....................................................................................

BAB II ISI.....................................................................................

2.1 KLASIFIKASI TERIPANG.......................................................

2.2 SISTEM PENCERNAAN TERIPANG...................................

BAB III PENUTUP..........................................................................

3.1 KESIMPULAN...............................................................................

3.2 SARAN............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas hadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan hidayahnya saya

dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Sistem Pencernaan Teripang”.

Makalah ini disusun sedemikian rupa untuk memenuhi tugas mata kuliah “Biologi”. Semoga Makalah

ini dapat berguna sebagai sumber informasi bagi mahasiswa jurusan manajemen sumberdaya perairan

saya menyadari makalah ini tidak dibuat dengan sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran

yang membangun sangat saya harapkan. Akhir kata saya ucapkan terimakasih. Semoga makalah ini

dapat bermanfaat.

Merauke, 09 januari 2017

Penyusun
BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Teripang termasuk ke dalam Filum Echinodermata dari Kelas Holothuroidea. Tubuh hewan ini lunak,

panjang silindris, memiliki warna dan corak yang beragam, memiliki tentakel pada bagian mulut atau

oral, kaki tabung, dan beberapa jenis dapat mengeluarkan cairan yang lengket seperti getah karet

untuk melindungi diri (Widigdo dkk., 2005)

Teripang adalah istilah yang diberikan untuk hewan invertebrata timun laut (Holothuroidea)

yang dapat dimakan. Ia tersebar luas di lingkungan laut diseluruh dunia, mulai dari zona pasang surut

sampai laut dalam terutama di Samudra Hindia dan Samudra Pasifik Barat Teripang adalah hewan

yang bergerak lambat, hidup pada dasar substrat pasir, lumpur pasiran maupun dalam lingkungan

terumbu. Teripang merupakan komponen penting dalam rantai makanan di terumbu karang dan

ekosistem asosiasinya pada berbagai tingkat struktur pakan (trophic levels). Teripang berperan

penting sebagai pemakan deposit (deposit feeder) dan pemakan suspensi (suspensi feeder) (Martoyo,

2007).

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Defiisi Teripang

2. Bagaimana sistem pencernaan pada teripang?

1.3 TUJUAN

Untuk mengetahui bagaimana sistem pencernaan pada teripang dan klasifikasi pada teripang.
BAB II ISI

2.1 Klasifikasi teripang

Menurut Clark and Rowe (1971) klasifikasi teripang adalah sebagai berikut:

Filum : Echinodermata

Sub filum : Echinozoa

Kelas : Holothuroidea

Sub kelas : Apidochirotacea

Ordo : Aspidochirotida

Famili : Holothuridae

Genus : Holothuria

Spesies : Holothuria sp

Teripang merupakan salah satu anggota dari filum Echinodermata, yaitu kelompok hewan

invertebrata yang berkulit duri. Namun tidak semua teripang mempunyai duri pada kulitnya.

Duri-duri pada teripang sebenarnya adalah skelet atau rangka dari kapur tersusun dari kapur

yang terdapat dalam kulitnya (Nontji, 1987).

2. Morfologi dan Anatomi Teripang

Rangka kapur teripang tidak dapat di lihat dengan mata telanjang, karena bentuknya sangat

kecil dan hanya dapat di lihat dengan bantuan miksroskop (Martoyo dkk., 2007).

Teripang dalam ekosistem laut termasuk dalam katagori benthos yang mendiami dasar perairan pantai

dan dapat digunakan sebagai indikator untuk menunjukan keadaan lingkungan dimana komunitas
tersebut berada (Krebs, 1972). Teripang adalah salah satu anggota hewan berkulit duri

(Echinodermata). Tubuh teripang lunak, berdaging dan bentuknya silindris memanjang seperti buah

ketimun, itulah sebabnya hewan ini dinamakan ketimun laut. Gerakannya sangat lambat sehingga

hampir seluruh hidupnya berada di dasar laut. Warnanya pun bermacam – macam mulai dari hitam,

abu – abu, kecoklat – coklatan, kemerah – merahan, kekuning – kuningan, sampai putih (Martoyo,

2007).

Teripang umumnya berbentuk bulat panjang atau selindris sekitar 10-30 cm. Mulutnya

dikelilingi oleh tentakel-tentakel atau lengan peraba yang kadang-kadang bercabang-cabang, mulut

terdapat pada salah satu ujungnya dan dubur pada ujung lainnya. Tubuhnya berotot, tipis dan tebal,

lembek atau licin serta kulitnya dapat kasar atau berbintil bintil (Nontji, 1993).

Berdasarkan kedudukan mulut dan anus, tubuh teripang dibagi menjadi dua yaitu anterior dan

posterior. Sekeliling mulut terdapat 10-30 tantakel yang dapat dijulurkan dan ditarik kembali karena

adanya kontraksi otot refraktor tantakel dan refraktor mulut (Fechter, 1974). Tantakel ini berguna

untuk mengambil makanan, yaitu detritus dan plankton yang berada di sekitarnya (Barnes, 1963).

Tubuh teripang yang bulat memanjang dengan garis oral sebagai sumbu yang

menghubungkan anterior dan posterior, sepintas tidak diduga bahwa kelompok ini termasuk filum

binatang berkulit duri karena penampakannya tidak demikian, duri-duri terisebut merupakan butir-

butir kapur mikroskopik yang terletak tersebar di dalam lapisan dermis (Hyman, 1995).

Teripang termasuk jenis hewan diocius. Artinya hewan yang berkelamin jantan terpisah

dengan yang berkelamin betina. Untuk membedakan jenis kelamin tersebut secara morfologis sangat

sulit sekali dan harus dilakukan pembedaan gonad untuk diambil organ kelamin (Martoyo dkk., 2007).

Alat kelamin atau reproduksi teletak pada bagian mulut atau sebelah dorsal anterior yang berbentuk

tubulus memanjang sifatnya diocious (Notowinarto, 1994).

Menurut Johnson et al., (1977), teripang memiliki dua macam sistem pernafasan, yaitu

pernafasan berbentuk saluran yang bercabang-cabang seperti pohon sehingga dikenal dengan nama

pohon pernapasan (respiratory tree) yang berfungsi menghisap oksigen dan menyalurkan ke darah,

dan pernapasan berbentuk kaki tabung (teube feet) yang terletak di dinding tubuh berfungsi mengisap

oksigen yang terlarut dalam air.


3. Habitat Teripang

Teripang ditemukan hampir di seluruh perairan pantai mulai dari daerah pasang surut yang

dangkal sampai perairan yang dalam (Nontji, 1993). Habitat spesies teripang yaitu paparan terumbu

karang, tempat berpasir, tempat berbatu dan pasir lumpur (Martoyo dkk., 2007). Menurut Suwarni

(1987) dalam Nuraini dkk., (1995), teripang dapat dijumpai pada dasar perairan yang berpasir, sedikit

berlumpur atau pada pecahan karang bercampur lumpur laut.

Teripang lebih suka hidup di perairan yang jernih dan relatif tenang, habitat yang spesifik

untuk teripang pasir adalah daerah yang berpasir atau pasir yang bercampur lumpur yang mempunyai

kedalaman kurang dari 1 – 40 meter atau perairan dangkal yang banyak di jumpai lamun (Martoyo

dkk., 2007), selanjutnya Barnes dalam Suprapto dkk., (1994), menyatakan bahwa teripang muda biasa

berada pada perairan dangkal (2-5 meter) hal ini terjadi karena larva hewan ini bersifat planktonis

sehingga akan terbawa arus dari peraiaran dalam ke arah pantai dan beberapa saat kemudian menjad

individu muda yang hidup di perairan dangkal.

Menurut Conand dan Sloan (1989), teripang ditemukan pada habitat yang selalu berada di

bawah garis surut terendah. Topografi dan tingkat kekeringan dari rataan terumbu pada lokasi

setempat sangat berpengaruh terhadap distribusi teripang yang ada pada lokasi tersebut. Habitat

dengan dasar pasir karang yang ditumbuhi lamun (seagrass) merupakan tempat hidup teripang.

Teripang yang banyak dijumpai di daerah pasang surut hingga laut dalam lebih menyukai

hidup pada habitat-habitat tertentu. Beberapa kelompok teripang hidup di daerah berbatu yang dapat

digunakan untuk bersembunyi, sedangkan teripang lain hidup pada rumput atau lamun dan ada juga

yang membuat lubang dan lumpur atau pasir. Teripang pada umumnya berada pada tempat yang

airnya tenang, teripang tidak tahan terhadap suatu kondisi yang sedikit ekstrim. Ada beberapa jenis

tertentu jika mengalami gangguan, mereka akan mengeluarkan isi perutnya yang mempunyai daya

lekat tinggi (Kastoro dan Surjadinoto dalam Winanto, 1987). Teripang biasanya bersembunyi dalam

lubang atau celah batu dan koral, atau membenamkan diri dalam lumpur atau pasir laut, dan hanya

bagian posteriornya saja yang tampak (Suwignyo dkk., 2005).

Pada perairan Wori, Kima Bajo dan Tiwoho yang termasuk dalam wilayah Kecamatan

Tuminting, Kabupaten Minahasa Utara, Propinsi Sulawesi Utara teripang hampir dijumpai di seluruh
perairan pantai dari kedalaman 1 meter sampai kedalaman 30 meter. Di perairan ini jenis teripang

komersial yang termasuk dalam kategori utama adalah Holothuria scabra, Holothuria nobilis dan

Thelenota ananas, yang bernilai ekonomi menengah adalah Bohadschia marmorata, Bohadschia.

argus, Holothuria atra, Actinopygalecanora sp dan Actinopygalecanora. mauritiana, sedangkan jenis

lainnya termasuk dalam kategori rendah. Kelompok jenis biota ini dapat hidup di berbagai macam

habitat, seperti daerah rataan terumbu, pertumbuhan alga dan padang lamun (Yusron, 2007).

4. Penyebaran Teripang

Teripang tersebar di seluruh lautan di berbagai belahan dunia. Di daerah tropis terdapat jenis-

jenis teripang komersial meliputi marga Actinopyga, Bohadschia, Holothuria, Stichopus dan

Thelenota dari suku Holothuriidae dan Stichopodidae yang masuk dalam ordo Aspidochirotida.

Teripang dari ordo tersebut juga banyak menghuni daerah litoral di perairan Indonesia (Yusron dan

Widianwari, 2004).

Daerah penyebaran teripang di Indonesia cukup luas terutama di daerah terumbu karang,

perairan yang berdasar pasir, berbatu karang dan pasir bercampur lumpur yaitu antara lain di Bangka

dan sekitarnya, Kepulauan Kangean, Sulawesi (Selatan, Tenggara, Tengah dan Utara), Maluku

(Tengah, Utara dan Tenggara), Nusa Tenggara Barat terutama Sumbawa (Teluk Saleh, Waworada dan

Sape), Nusa Tenggara Timur (Flores, Sumba dan Timur) (Widodo dkk,, 1998).

Teripang (Holothuroidea) tersebar di seluruh perairan laut Indonesia, mulai dari Barat sampai

ke Timur. Hewan ini ditemukan hampir di seluruh pantai, mulai dari daerah dangkal sampai

kedalaman 40 meter (Aziz, 1997). Teripang (Holothuroidea) merupakan golongan hewan yang umum

dijumpai. Hewan ini banyak terdapat di paparan terumbu karang dan pantai berbatu atau berlumpur.

Teripang tidak hanya dijumpai di perairan dangkal, ada juga yang hidup di laut dalam, bahkan

di palung laut yang terdalam di dunia pun terdapat teripang (Nontji, 1993). Secara umum pola

penyebaran individu di alam ada tiga yaitu: Random, clumped (mengelompok) dan uniform. Pola

mengelompok merupakan pola penyebaran paling umum, sedangakan penyebaran yang bersifat

random di alam ini jarang terjadi. Mengelompoknya individu-individu dalam suatu populasi dapat di

sebabkan oleh beberapa hal antara lain: Respon terhadap habitat lokal yang berbeda ,respon terhadap

perubahan cuaca harian atau musiman dan respon akibat proses reproduksi (Odum, 1973).
Dari hasil penelitian di Desa Pai dan Imbeyomi, Padaido, Biak Numfor Papua yang dilakukan

oleh Yusron (2007), didapatkan sepuluh jenis teripang jenis H. edulis, H. atra, dan H. nobilis.

Kesepuluh jenis teripang yang didapatkan tergolong dalam ordo Aspidochirotida. Jenis-jenis tersebut

selalu ditemukan di dasar perairan berpasir, komunitas lamun, rumput laut dan terumbu karang.

5. Daur Hidup Teripang

Menurut Bakus (1973), kehidupan teripang dialam mulai larva sampai teripang dewasa, hidup

sebagai plankton dan sebagai bentik. Pada fase larva yakni pada stadia auricularia hingga doliolaria,

hidup sebagai plankton, kemudian pada stadia pentactula hidup sebagai bentik sampai menjadi

teripang dewasa.

Menurut Hyman (1955), pada umumnya Holothuria adalah dicocious artinya, hewan

berkelamin jantan terpisah dengan yang berkelamin betina. Proses pembuahan terjadi di luar tubuh

dengan cara teripang jantan mengeluarkan sperma terlebih dahulu, dan kira-kira 30 menit kemudian

disusul oleh teripang betina yang mengeluarkan telurnya dengan cara menyemprotkan ke air. Jumlah

telur yang dikeluarkan oleh seekor induk betina bekisar antara 4-5 juta butir.

Telur teripang berbentuk bulat dan berwarna putih. Ukuran telur bervariasi antara 160-180

µm . Telur yang telah dibuahi akan mengendap beberapa saat di dasar perairan. Sedangkan telur yg

tidak dibuahi akan mengendap di dasar perairan (Notowinarto dan Putro, 1991).

6. Faktor Lingkungan Pendukung Kehidupan Teripang

Salinitas akan mempengaruhi penyebaran organisme baik secara vertikal maupun horizontal

(Odum, 1993). Menurut Boolootian (1966 ) dalam Hartati (1966), Holothuria hidup di daerah yang

mempunyai salinitas normal dan tidak dapat mentolerir salinitas yang rendah, selanjutnya Hyman

(1955), menjelaskn bahwa, spesies teripang yang hidup di perairan karang dapat menyesuaikan diri

pada salinitas 30-37 ppm. Holothuria pada umumnya bersifat noctural dimana mereka aktif mencari

makan pada malam hari dan menyembunyikan diri pada siang hari (Boolootian, 1966 dalam Hartati

(1966).

Menurut Hamidah (1999), kisaran suhu yang baik untuk pertumbuhan teripang adalah 27-

29°C. Pada suhu lingkungan yang tinggi, suhu tubuh juga akan meningkat sehingga metabolisme

teripang akan meningkat pula dan kecepatan makannya akan bertambah. Pada suhu lingkungan yang
rendah suhu tubuh akan menurun dan menurun pula metabolisme sehingga teripang akan berkurang

nafsu makannya bahkan teripang akan kehilangan nafsu makan sama sekali.

Berubahnya suhu perairan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi distribusi

suatu organisme, keberadaan jenis dan keadaan seluruh kehidupan komunitas di laut dan muara

sungai (Rangan, 1996). Menurut Panggabean (1987), kondisi suhu untuk teripang dewasa adalah 26-

30°C sehingga pertumbuhan teripang dapat optimal. Bakus (1973), mengemukaan bahwa, faktor

penting yang menghalangi penyebaran teripang adalah salinitas dan suhu.

7. Asosiasi Ekosistem Lamun

Padang lamun merupakan ekosistem yang tinggi produktifitas organiknya, dengan

keanekaragaman biota yang cukup tinggi. Pada ekosistem ini hidup beraneka ragam biota laut seperti

ikan, krustasea, moluska (Pinna sp, Lambis sp, Strombus sp), Ekinodermata (Holothuria sp, Synapta

sp, Diadema sp, Arcbaster sp, Linckia sp) dan cacing (Polichaeta) (Bengen, 2001).

Secara ekologis padang lamun memiliki peranan penting bagi ekosistem. Lamun merupakan

sumber pakan bagi invertebrata (feeding ground), tempat tinggal dan tempat asuhan biota perairan

agar tidak tersapu arus laut (nursery ground), serta tempat memijah (spawning ground)

melindunginya dari serangan predator. Lamun juga menyokong rantai makanan dan penting dalam

proses siklus nutrien serta sebagai pelindung pantai dari ancaman erosi ataupun abrasi (Romimohtarto

dkk., 1999).

Teripang menyukai dasar perairan berpasir halus dengan tanaman pelindung (jenis-jenis lamun),

terlindung dari ombak, kaya detritus, plankton, kandungan zat organik di lumpur atau di pasir (Aziz,

1997). Semakin melimpah keberadaan lamun, perairan akan semakin baik kualitasnya baik itu dari

segi fisika, kimia dan biologi (Martoyo dkk., 2007).

2.2 Sistem Pencernaan Teripang

berbentuk tabung memanjang, terdiri dari tentakel, mulut, kerongkongan, perut besar, usu kecil,

kloaka dan anus. Saluran pencernaan teripang bulat panjang merentang diatas tubuh dalam

rongga coelum. Oesophagus yang pendek merupakan sambungan dari muluh ke lambung,
selanjutnya intestinum yang panjang dengan ditopang oleh mesentris dan dihubungkan dengan

kloaka yang berotot dan berakhir pada anus yang terletak dibagian posterior.

Mulut teripang berbentuk bulat atau sedikit ovar, terletak ditengah selapun bukan dan dikelilingi oleh

sederetan tentakel bukal. Mulut teripang dilingkari oleh semacam otot polor yang diduga berfungsi

sebagai bibir. Faring dan esofagus relatif pendek dan esofagus kadang-kadang tereduksi. Faring

melekan dengan erat pada dinding tubuh dengan bantuan suspensor yang terdiri otot dan jaringan ikat.

Lambung ditandai oleh kehadiran otot polos yang membesar, tetapi pada beberapa anggota

Holothuroidea pembesaran polos ini tidak begitu jelas. Selain dari pembesaran otot polos, lambung

pada awal dan akhirnya juga ditandai oleh semacam penyempitan (contriction). usus merupaka bagian

saluran pencernaan yang paling panjang, kurang lebih 2 sampai 3 kali panjang total tubuh. Usus

teripang tersusun secara berbelok didalam tubuh, mula-mula usus berjalan memanjang sisi middorsal

kearah belakang, kemudian membelok kembai kearah depan melalui sisi tubuh sebelah kiri. Setelah

sedikit melewati faring, usus ini berbelok kembali kearah belakang sepanjang sisi midventral. Bagian

usus paling belakang penuh dengan makanan yang ditelan, bagian ini kadang-kadang disebut sebagai

usus besar, dan bagian sebelumnya disebut dengan usus halus, Usus akan berlanjut kebagian rektum

dan kloaka. Rektum dan kloaka mempunya struktur dinding yang tebal, kloaka melekan pada bagian

posterior tubuh dengan bantuan suspensor ( kloakal – suspensor ) ukuran dan bentuk dari komponen

saluran makanan ini bervariasi dari jenis kejenis lainnya.

Secara umum saluran pencernaan teripang dibangun oleh 5 lapisan, yaitu :

1. Lapisan Epitel

2. Lapisan Jaringan Penyokong Dalam

3. Lapisan Polos dan Otot Bergaris

4. Lapisan Jaringan Penyokong Luar

5. Lapisan Peritoneum Bersilia


Lapisan peritoneum bersilia ini kadang-kadang absen pada sebagian anggota kelompok teriang. Sel-

sel kelenjar dan sel-sel mukosa yang berperan penting dalam pencernaan terdapat diantara sel-sel

epitel. Posisi anus pada teripang juga bervariasi, biasanya terletak diujung posterior dari tubuh. Pada

bangsa Elasipoda anus terletak pada posisi posterio-ventral dari ujung tubuh, sedangkan pada bangsar

Dactylochirotida, sebagian anggota Aspidochirotida dan Dendrochirotida, mempunyai anus yang

terletak diujung poterio-dorsal.

Sebagaimana lazimnya pada biota lain, gerak pertikel makakan dalam saluran pencernaan

dimungkinkan oleh dara peristaltik. Daya peristaltik timbul akibat gerakan dinding saluran

pencernaan yang fungsinya dikoordinasikan oleh kerja otot polos yang dibantu oleh otot bergaris.

Gambar Sistem Pencernaan Teripang

Keterangan:

1. Faring

2. Esofagus

3. Lambung

4. Usus Halus

5. Usus Besar

6. Kantung Lambung

7. Rektum

8. Kloaka
BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa:

. Teripang (Holothuroidea) adalah sejenis biota laut yang merupakan salah satu sumber protein hewani,

dan telah lama dikonsumsi oleh masyarakat didalam maupun diluar negeri. Permintaan akan teripang

setiap tahunnya mengalami peningkatan, yang menyebabkan penangkapan di perairan Indonesia

berlangsung semakin intensif.

Kelompok timun laut yang ada di dunia ini lebih dari 1200 jenis, dan sekitar 30 jenis di antaranya

adalah kelompok teripang. Dari sekitar 1200 jenis teripang yang ada didunia 10% berada di Indonesia

dan dari jumlah tersebut dipastikan ada 7 jenis yang tergolong mempunyai nilai jual tinggi

3.2 SARAN

Teripang merupakan salah satu komoditas ekspor dari hasil laut yang perlu segera dikembangkan cara

pengolahannya. Hal ini diperlukan mengingat nilai ekonomisnya yang cukup tinggi di pasaran luar

negeri.
DAFTAR PUSTAKA

http://catatanku-11.blogspot.co.id/2014/11/teripang.html

http://teripangemas.com/sistem-pencernaan-teripang

Anda mungkin juga menyukai