TINJAUAN PUSTAKA
dijumpai di daerah terumbu karang. Bentuk tubuh teripang secara umum ialah
seperti ketimun sehingga dalam bahasa Inggris disebut “Sea Cucumbers” atau
potensi ekonomi yang cukup tinggi dan banyak dimanfaatkan oleh masyarakat
sebagai bahan makanan dengan kandungan gizi dan protein yang cukup tinggi.
Teripang dapat ditemukan hampir di seluruh perairan pantai, mulai dari daerah
pasang surut yang dangkal sampai perairan yang dalam (Martoyo dkk., 2006).
(Yusron, 2001), terdapat sekitar 1.250 jenis teripang yang telah di deskripsikan
kingdom : Animalia
Filum : Echinpdermata
Kelas : Holothuroidea
Ordo : Aspidochirotidea
Famili : Holothuriidae
2.2.1 Morfologi
karena ada duri-duri lunak (papilla) yang kecil tidak teratur, atau dengan tonjolan-
tonjolan besar yang merupakan odifikasi dari papilla. Tubuh teripang umumnya
berbentuk bulat panjang atau silindris sekitar 10-30 cm, dengan mulut pada salah
satu ujungnya dan dubur pada ujung lainnya. Mulut teripang dikelilingi oleh
berotot (dapat tipis atau tebal, lembek, atau licin), sedangkan kulitnya dapat halus
yang bervariasi, tubuh berbentuk silindris, segi empat, membulat, memanjang dari
ujung mulut ke anus atau orally-aborally dengan mulut di posisi anterior dan anus
di posisi posterior. Permukaan tubuh yang dimiliki biota ini bervariasi bisa lembut
hingga kasar saat diraba dan berlendir. Memiliki tube feet yang terkonsentrasi di
bagian ventral tubuh. Terdapat pula papila (papillae) merupakan kaki tabung tube
feet yang membesar dan ukuran lebih tebal, terletak di permukaan dorsal dengan
2.2.2 Anatomi
anus. Tentakel dari teripang setiap jenisnya ini berbeda bentuk contohnya pada
transparan dengan bentuk seperti tabung. Pohon respirasi yang dimiliki berwarna
putih kekuningan dengan percabangan kecil, halus dan banyak sehingga terlihat
mengerombol. Penampang tubuh yang memanjang dengan bentuk intestinum
seringkali disebut teripang bola atau ball sea cucumber karena berbentuk bola,
filamen kecil (papulae) yang merata. Bagian tubuhnya lunak berwarna putih,
krem, coklat atau oranye. Pada bagian anterior terdapat mulut, berupa tentakel
transparan yang tipis dan gelap. Tentakel bermanfaat sebagai alat penangkap
mengatakan bahwa teripang hidup di daerah pasang surut hingga laut dalam.
dan kadar oksigen 0,3 mg/l (Massin and Hendrick, 2011). Phyllophorus
sedimen yang lunak dengan kedalaman antara 6-158 m (Pawson et al., 2010).
ada yang bersifat menempel pada tumbuhan laut, membenamkan diri di dalam
lambat atau relatif diam. Berdiam di semua lautan dan pada setiap kedalaman
bertambahnya kedalaman tetapi tidak berarti teripang terdapat pada laut dalam. Di
dkk, 2012).
perairan dengan dasar berupa lumpur, pasir, lumpur-pasir, batu, yang berada di
dasar laut, paparan terumbu karang dan gaba-gaba terumbu karang. Teripang lebih
suka hidup pada perairan dengan kedalaman berkisar antara 1-6 meter tetapi untuk
jenis teripang tertentu banyak ditemukan pada kedalaman air 10 m pada surut
terendah., namun teripang ini cukup banyak didapatkan pada kedalaman perairan
8 m.
bernilai ekonomis penting biasanya menempati dasar goba (lagoon) atau di luar
tubir (outer reef) dengan kedalaman 5-30 meter. Sedangkan jenis-jenis teripang
yang bernilai ekonomis sedang dan rendah menempati daerah yang lebih dangkal,
seperti padang lamun daerah pertumbuhan alga, dan daerah rataan terumbu (reef
dangkal dengan dasar perairan pasir campur lumpur yang ditumbuhi seagrass dan
kerang-kerang mati. Di air dangkal daerah topik dan sub tropik, Aspidochirota
seperti genus Holothuria, Stichopus dan Actinopyga, ratusan bahkan ribuan hidup
di dasar berpasir atau bersembunyi pada tumbuh-tumbuhan. Di pasir terbuka pada
atra, sedangkan di pasir gugus pulau pari ditemukan dua spesies yaitu H. atra dan
makanan yaitu plankton, detritus dan kandungan organik pada pasir dan lumpur.
Pakan teripang secara umum terdiri dari kandungan zat orga nik dalam pasir dan
berbagai biota yang terdapat dalam pasir seperti diatom, protozoa, polichaeta,
(2012) mengatakan bahwa larva Phyllophorus sp. Yang diberi pakan Chlorella sp.
2.4.1 Pengertian
Daerah intertidal terletak paling pinggir dari bagian ekosistem pesisir dan
laut dan berbatasan dengan ekosistem darat. Intertidal merupakan daerah pasang
surut (intertidal) yang dipengaruhi oleh kegiatan pantai dan laut. Kondisi
komunitas pasang surut tidak banyak perubahan kecuali pada kondisi ekstrim
ini merupakan daerah yang paling sempit namun memiliki keragaman dan
kelimpahan organisme yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan habitat-
dan surut terendah, yang mewakili peralihan dari kondisi lautan ke kondisi
daratan. Luas zona intertidal sangat terbatas, akan tetapi memiliki faktor
Zona intertidal sangat dipengaruhi oleh periode pasang surut air laut. Saat
air laut surut maka zona intertidal akan terpapar oleh sinar matahari, sedangkan
saat air laut pasang zona ini akan terendam air. Periode pasang surut ini
saja yang dapat bertahan hidup di lingkungan tersebut (Sukiya dan Putri, 2015).
berdasarkan material atau substrat penyusun dasar perairan dapat dibagi menjadi 3
tipe yaitu,
Pantai ini terbentuk dari batu granit dari berbagai ukuran tempat ombak
mempunyai keragaman fauna maupun flora yang paling besar. Tipe pantai ini
Pantai ini dapat ditemui di daerah yang jauh dari pengaruh sungai besar
atau di pulau kecil yang terpencil. Makroorganisme yang hidup di sini tidak
Perbedaan antara tipe pantai ini dengan tipe sebelumnya terletak pada
sungai dan umumnya berasosiasi dengan estuaria. Tebal endapan lumpurnya dapat
mencapai 1 meter atau lebih. Pada pantai berlumpur yang amat lembek sedikit
fauna maupun flora yang hidup di sana. Perbedaan yang lain adalah gelombang
yang tiba di pantai, dimana aktivitas gelombangnya sangat kecil, sedangkan untuk
Selain itu, secara umum daerah intertidal sangat dipengaruhi oleh pola
pasang dan surutnya air laut, sehingga dapat dibagi menjadi tiga zona yaitu,
a. Zona pertama
Merupakan daerah di atas pasang tertinggi dari garis laut yang hanya
mendapatkan siraman air laut dari hempasan riak gelombang dan ombak
b. Zona kedua
Merupakan batas antara surut terendah dan pasang tertinggi dari garis
c. Zona ketiga
Zona ketiga merupakan batas bawah dari surut terendah garis permukaan
laut (subtidal).
tidak banyak perubahan kecuali pada kondisi ekstrim tertentu dapat merubah
umumnya terdiri dari lamun (sea grass), rumput laut (seaweed), komunitas karang
(coral community), dan biota yang berasosiasi dengan karang dan lamun.
Zona intertidal (zona littoral atau zona pasang surut) merupakan area yang
berada di sepanjang garis pantai dan dipengaruhi oleh periode pasang surut air
laut. Zona intertidal terbagi menjadi empat zona berdasarkan lama waktu zona
tersebut terendam oleh air laut dalam satu periode pasang surut (Mcneill, 2010).
a. Supralittoral zone
Merupakan zona yang terletak di batas atas air pasang tertinggi. Zona ini
gelombang air laut, sehingga relatif lebih kering daripada tiga zona yang
lain.
b. High intertidal zone
Merupakan zona yang tertutup sepenuhnya oleh badan air saat periode
pasang tertinggi. Sebagian besar area high intertidal zone terpapar sinar
matahari lebih lama dibandingkan dengan waktu terbenamnya area ini oleh
air laut.
Merupakan zona yang berada pada batas rerata pasang surut. Area ini
umumnya terbenam oleh air laut selama air pasang namun akan terpapar
memiliki habitat yang relatif lebih konstan jika dibandingkan dengan dua
zona sebelumnya.
d. Low intertidal zone merupakan area yang selalu terendam air baik saat air
pasang maupun surut. Kondisi lingkungan pada area ini relatif konstan
kelompok organisme yang mampu bertahan hidup di lautan sejak ratusan tahun
1. Suhu
Nursan (2017), menyebutkan bahwa batas minimum dan maksimum suhu
berkisar antara 16ºC-17º dan 36ºC. Pada setiap penelitian perairan, pengukuran
suhu adalah hal yang harus dilakukan sebab kelarutan berbagai gas dalam air serta
seluruh aktifitas biologis dan fisiologis organism perairan sangat dipengaruhi oleh
suhu.
2. Salinitas
Ciri yang paing khas pada air laut adalah rasa asin, karena mengandung
tropis adalah sekitar 35% dan organism laut tidak dapat bertahan pada salinitas
yang menyimpang dari ssalinitas laut normal, 32-35%. Namun pengaruh salinitas
tergantung pada kondisi perairan laut setempat atau pengaruh alam seperti badai
3. DO (Disolved Oksigen)
suatu faktor yang sangat penting di dalam ekosistem perairan, terutama sekali
dibutuhkan untuk proses respirasi bagi sebagian besar organisme air. Kelautan
maksimum trdapat pada suhu 0ºC, yaitu sebesar 14,16 mg/l sedangkan nilai
oksigen terlarut di perairan sebaliknya tidak lebih kecil dari 8 mg oksigen/ liter
air.
4. pH (Power of Hidrogen)
Yonno dkk (2016), untuk pH merupakan suatu satuan ukur yang
toleransi yang berbeda terhadap pH, pH yang ideal bagi kehidupan organisme
senyawa logam berat yang bersifat toksik semakin tinggi yang tentunya akan
akan menyebabkan keseimbangan pada ammonium dan amoniak dalam air akan
Komponen organik utama yang terdapat di dalam air adalah asam amino, protein,
hidrokarbon, vitamin, dan hormon juga ditemukan di perairan. Tetapi hanya 10%
dan material organik tersebut yang mengendap sebagai substrat ke dasar perairan
(Sukmawati, 2011).