Anda di halaman 1dari 20

Jumlah Total Bakteri dalan Saluran Pencernaan Ikan Gurami

(Osphronemus gouramy) dengan Pemberian Beberapa Pakan Komersial


yang Berbeda

Disusun oleh :
Kelompok 08
Erlina Sivelti Febrianty (142011133097)
Adine Shafa Fadila (142011133098)
Fildzahra Ghaisani Asvaronna (142011133099)
Galuh Candradewi Asanjaya (142011133100)
Ulvi Indar Parawansa (142011133101)

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2022

1
DAFTAR ISI
Cover........................................................................................................................1
BAB I.......................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................3
1.1 Latar Belakang..........................................................................................3
1.2 Tujuan........................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................5
2.1 Ikan Gurami...............................................................................................5
2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi..................................................................5
2.1.2 Habitat dan Kebiasaan makan............................................................6
2.2 Metode TPC..............................................................................................7
2.3 Metode McFarland....................................................................................8
BAB III..................................................................................................................10
METODOLOGI.....................................................................................................10
BAB IV..................................................................................................................11
HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................11
BAB V....................................................................................................................13
PENUTUP..............................................................................................................13
5.1 Kesimpulan..........................................................................................13
5.2 Saran....................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
LAMPIRAN...........................................................................................................17

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ikan gurami (Osphronemus gouramy) merupakan salah satu ikan yang
memiliki nilai ekonomis yang tinggi, namun proses produksi dari hasil budidaya
ikan gurami sampai saat ini belum berjalan dengan baik, hal ini disebabkan
pertumbuhan ikan gurami lebih lambat jika dibandingkan dengan jenis ikan air
tawar lainnya. Komponen pakan yang berkontribusi terhadap penyediaan materi
dan energi untuk pertumbuhan adalah protein, karbohidrat, dan lemak.
Kemampuan ikan menggunakan nutrient pakan bergantung pada berbagai faktor
seperti sintesis enzim yang tepat, produksi enzim dalam jumlah yang cukup, dan
distribusi enzim dalam saluran pencernaan. Kandungan nutrien pakan nampaknya
berpengaruh pula pada aktivitas enzim pencernaan (Rahardja, et al. 2014).

Bakteri merupakan salah satu golongan organisme prokariotik yang tidak


mempunyai selubung inti. Organisme ini paling banyak ditemukan jumlahnya dan
tersebar luas dibandingkan makhluk hidup lainnya. Hal tersebut dikarenakan
bakteri dapat tumbuh dan berkembang di berbagai habitat dengan cara
memanfaatkan zat-zat yang ada dilingkungannya sebagai sumber nutrisi (Putra, et
al. 2021). Bakteri normal berperan penting dalam mensintesis vitamin, mensekresi
enzim, dan membantu pencernaan nutrien. Bakteri normal dapat menekan
pertumbuhan bakteri patogen sehingga dapat melindungi inang dari serangan
penyakit serta merangsang fungsi kekebalan tubuh. Keseimbangan bakteri normal
merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan status kesehatan pada inang.
Kesehatan inang juga berpengaruh terhadap pemberian pakan karena mampu
meningkatkan bakteri normal pada saluran pencernaan. Selain itu pakan sangat
penting untuk menunjang kelangsungan hidup inang (Nufus & Tresnani, 2016).

Jumlah bakteri pada suatu organ dapat diketahui dengan penghitungan


Total Plate Count (TPC), yaitu metode untuk memperkirakan jumlah total
mikroorganisme (jamur, ragi, bakteri) dalam suatu bahan (Arifan et al, 2019).
Metode TPC didasarkan pada pengendapan sampel, di dalam atau di atas lapisan

3
agar-agar dalam cawan Petri. Organisme individu atau kelompok kecil organisme
akan menempati tempat terpisah dalam agar, dan pada inkubasi akan tumbuh
membentuk koloni terpisah yang dihitung secara visual (Alsanius & Wohanka,
2019). Selain itu juga dapat dihitung menggunakan McFarland, yang biasanya
digunakan dalam Uji Kerentanan Antibiotik (AST) untuk menstandarisasi
perkiraan jumlah bakteri dalam suspensi cair atau kultur kaldu sel bakteri dengan
membandingkan kekeruhan suspensi uji yang dikultur dengan Standar McFarland.
Standar McFarland adalah larutan kimia 1% barium klorida (BaCl2) dan 1%
larutan asam sulfat (H2SO4) dalam proporsi yang sesuai; reaksi antara kedua
bahan kimia ini menghasilkan larutan keruh yang disebabkan oleh produksi
endapan halus barium sulfat (BaSO4) (Batra, 2018).

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui berapa jumlah bakteri dalam suatu jaringan atau organ,
serta cara perhitungan jumlah bakteri secara langsung dan tidak langsung
menggunakan metode TPC (Total Plate Count) dan McFarland untuk
memperkirakan konsentrasi bakteri secara visual dengan menggunakan standar
McFarland.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Gurami

2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi


Ikan gurami (Osphronemus gouramy) merupakan salah satu jenis ikan
air tawar yang dibudidayakan di kolam dan merupakan ikan asli Indonesia
yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi serta salah satu jenis ikan yang
senang tinggal diperairan yang tenang, terbenam, dan dalam seperti kolam,
rawa, telaga, danau serta waduk (Djuhanda, 1981; Rusdi, 1988; Kristina &
Sulantiw, 2021)

Ikan gurami (Osphronemus gouramy) dapat diklasifikasian sebagai


berikut :

Filum : Chordata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Perciformes

Family : Osphronemidae

Genus : Osphronemus

Spesies : Osphronemus gouramy

Ikan gurami memiliki bentuk badan agak panjang, pipih dan tertutup
sisik yang berukuran besar serta terlihat kasar dan kuat. ikan ini memiliki garis
lateral tunggal, lengkap dan tidak terputus, bersisik stenoid serta memiliki gigi
pada rahang bawah. Sirip ekor membulat. Jari-jari lemah pertama sirip perut
merupakan benang panjang yang berfungsi sebagai alat peraba. Tinggi badan
2,0 s/d 2,1 kali dari panjang standar. Pada ikan muda terdapat garis-garis tegak
berwarna hitam berjumlah 8 sampai 10 buah dan pada daerah pangkal ekor
terdapat titik hitam bulat (Zakaria, 2008; Thaiin, 2016)

5
Penampilan gurame dewasa berbeda dengan yang masih muda.
Perbedaan itu dapat diamati berdasarkan ukuran tubuh, warna, bentuk kepala
dan dahi. Warna dan perilaku gurame muda jauh lebih menarik dibandingkan
gurame dewasa. Sedangkan pada ikan muda terdapat delapan buah garis tegak.
Bintik gelap dengan pinggiran berwarna kuning atau keperakan terdapat pada
bagian tubuh diatas sirip dubur dan pada dasar sirip dada terdapat bintik hitam
(Susanto, 2001; Thaiin, 2016).

2.1.2 Habitat dan Kebiasaan makan


Ikan gurami dapat hidup di perairan yang tenang dan tergenang seperti
danau, situ dan rawa. Akan tetapi ikan gurami jarang di jumpai di perairan
yang memiliki arus deras. Gurami dapat dibudidayakan di dataran rendah
dekat pantai, namun perairan yang paling optimal untuk budidaya adalah pada
ketinggian 50-400 meter di atas permukaan laut. Kondisi air yang ideal untuk
ikan gurami adalah pada suhu 24-280C dan kisaran pH antara 6,5-8
(Sitanggang & Sarwono, 2008; Thaiin, 2016).

Ikan gurame merupakan ikan yang mengalami perubahan kebiasaan


makan. Ikan gurame pada fase bulan pertama kehidupannya merupakan ikan
karnivora yaitu pemakan detritus. Fase remaja kebiasaan makannya berubah
menjadi omnivora (pemakan detritus dan dedaunan) dan memasuki fase
dewasa ikan gurame menjadi ikan dengan perubahan kebiasaan makan ini
menjadikan pertumbuhannya menjadi lambat (Thaiin, 2016).

Jenis makanan ikan gurami berkorelasi dengan umurnya. Untuk setiap


tahap pertumbuhan, jenis makanannya berbeda. Larva ikan gurami yang baru
menetas memakan cadangan makanan yang berupa kuning telur yang ada pada
tubuhnya. Selama 5-7 hari, kuning telur cukup memberikan sumber energi
bagi larva. Pada umur satu minggu larva ikan gurami mengambil makanan
dari luar berupa fitoplankton, selanjutnya pada usia satu bulan, anak gurami
memakan fitoplankton dan zooplankton. Makanan dan kebiasaan makan ikan
gurami dapat berubah-ubah sesuai dengan keadaan limgkungan hidupnya.
Dalam lingkungan yang berbeda, ikan lebih tergantung atau lebih berkorelasi
dengan ketersediaan makanannya. Gurami menjadi pemakan tumbuh-

6
tumbuhan apabila di tempat itu hanya ada tumbuhan, sebaliknya gurami
menjadi pemakan bahan organik, jika didalam perairan itu hanya ada bahan
organik. Sifat gurami yang dapat memakan makanan sesuai yang ada di
perairan dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan gurami. Dengan memberikan
makanan yang bergizi, gurami akan tumbuh lebih cepat (Saputra, 2014).

Darmi dan Abdullah (2006) dalam Ahda et al., (2014) menyatakan


bahwa laju pengosongan isi lambung pada ikan 7 gurami yang diberi pakan
pellet berkisar antara 6-8 jam, sehingga pemberian pakan 3-4 kali sehari dapat
menghasilkan pertumbuhan yang optimal.

2.2 Metode TPC


Menurut Barus dkk (2017) menyatakan bahwa menghitung atau
menentukan banyak mikroba dalam suatu bahan (makanan dan minuman)
dilakukan untuk mengetahui seberapa besar masalah bahan makanan itu tercemar
oleh mikroba. Semakin sedikit total mikroba yang tercemar menurut jumlah angka
total standart yang di tentukan suatu lembaga maka makanan tersebut masih bisa
terbilang baik dan memenuhi syarat. Namun apabila jumlah total mikroba yang
tercemar lebih dari angka total standart maka makanan itu dianggap tidak baik dan
tidak layak untuk di konsumsi. Kandungan mikroba pada suatu makanan dapat
digunakan untuk menentukan tingkat kerusakan pada makanan, serta dapat
ditentukan oleh tingkat kelayakan untuk dikonsumsi.

Total Plate Count (TPC) adalah metode untuk memperkirakan jumlah total
mikroorganisme (jamur, ragi, bakteri) dalam suatu bahan (Arifan et al, 2019).
Metode TPC didasarkan pada pengendapan sampel, di dalam atau di atas lapisan
agar-agar dalam cawan Petri. Organisme individu atau kelompok kecil organisme
akan menempati tempat terpisah dalam agar, dan pada inkubasi akan tumbuh
membentuk koloni terpisah yang dihitung secara visual (Alsanius & Wohanka,
2019).

Penentuan Total Plate Count (TPC) memiliki prinsip yaitu menentukan


besarnya populasi bakteri yang terdapat pada saluran pencernaan ikan, karena
bakteri merupakan faktor utama penyebab pembusukan yang sedang berlangsung.

7
Prosedur kerjanya terdiri dari empat tahap yang saling berhubungan yaitu tahap
persiapan, inokulasi, inkubasi dan penghitungan (Rahardja dkk., 2014).

Metode TPC (hitung cawan) dibedakan menjadi dua cara, yakni metode
tuang (pour plate) dan metode permukaan (surface/spread plate). Kedua metode
tersebut dapat dibedakan dari tahap awal penggunaan media agar dan tidak
menggunakan media agar , yaitu pada metode tuang sample tahapan awal yang
dilakukan adalah pengenceran sample yang kemudian dimasukkan kedalam
cawan petri. Sedangkan metode permukaan terlebih dahulu harus membuat
medium, kemudian menuang sample pada cawan petri dan membiarkan membeku
(Soesetyaningsih & Azizah, 2020).

Metode hitung cawan memiliki beberapa kelebihan diantaranya yaitu


kapasitas untuk menghitung jumlah bakteri jika terlalu banyak ataupun jika terlalu
sedikit dapat menggunakan faktor pengenceran. Selain itu, metode hitung cawan
ini hanya menghitung bakteri yang layak dihitung tidak termasuk bakteri mati
ataupun puing-puing yang ada pada media pertumbuhan. Namun, metodi ini juga
memiliki kekurangan yaitu perhitungan kumpulan sel bakteri dapat salah dihitung
sebagai koloni tunggal sehingga dilaporkan sebagai CFU/mL daripada sel/mL.
Selain itu metode ini membutuhkan waktu yang lama karena hasil hitung cawan
ini biasanya diperoleh setelah 1-3 hari (Soesetyaningsih & Azizah, 2020)

2.3 Metode McFarland


Standar McFarland biasanya digunakan dalam Uji Kerentanan Antibiotik
(AST) untuk menstandarisasi perkiraan jumlah bakteri dalam suspensi cair atau
kultur kaldu sel bakteri dengan membandingkan kekeruhan suspensi uji yang
dikultur dengan Standar McFarland. Standar McFarland adalah larutan kimia 1%
barium klorida (BaCl2) dan 1% larutan asam sulfat (H2SO4) dalam proporsi yang
sesuai; reaksi antara kedua bahan kimia ini menghasilkan larutan keruh yang
disebabkan oleh produksi endapan halus barium sulfat (BaSO4). Jadi larutan
keruh yang disiapkan digunakan sebagai larutan standar yang kultur suspensi
bakterinya dibandingkan dan distandarisasi. Larutan McFarland standar
digunakan sebagai referensi untuk menyesuaikan kekeruhan bakteri suspensi

8
sehingga jumlah bakteri dalam kisaran yang diberikan untuk membakukan
mikroba pengujian (Batra, 2018).

Keakuratan kerapatan Standar McFarland dapat diperiksa menggunakan


spektrofotometer dengan jalur cahaya 1 cm; 0,5 McFarland Standard memiliki
pembacaan absorbansi 0,08 hingga 0,1 pada 625-nm. Standar McFarland kami
harus disimpan dalam posisi tegak lurus pada suhu 4°C hingga 25°C dan
terlindung dari cahaya. Standar McFarland sensitif terhadap udara dan cahaya,
oleh karena itu pastikan tabung tertutup rapat setiap saat dan simpan pada tempat
yang gelap. Level standar McFarland harus di periksa berkala untuk memastikan
tidak terjadi penguapan. Buang jika ada pengurangan volume. Standar McFarland
harus dilakukan pengocokan di mesin vortex setiap kali akan digunakan dan
diperiksa keseragaman kekeruhannya. Jika banyak partikel yang muncul atau
terjadi penggumpalan, maka standar Mcfarland tersebut dibuang. Jumlah aktual
dari suatu bakteri tergantung dari ukuran sediaan yang dibuat, kelangsungan hidup
bakteri, dan jumlah bakteri yang digunakan (Zapata & Ramirez, 2015).

9
BAB III

METODOLOGI

Metode hitungan cawan dibedakan atas dua cara, yakni metode tuang
(pour plate), dan metode permukaan (surface / spread plate). Pada metode tuang ,
sejumlah sampel (1ml atau 0,1ml) dari pengenceran yang dikehendaki
dimasukkan kecawan petri, kemudian ditambah agar-agar cair steril yang
didinginkan (47-50oC) sebanyak 15-20 ml dan digoyangkan supaya sampelnya
menyebar. Pada pemupukan dengan metode permukaan, terlebih dahulu dibuat
agar cawan kemudian sebanyak 0,1 ml sampel yang telah diencerkan dipipet pada
permukaan agar-agar tersebut. Kemudian diratakan dengan batang gelas
melengkung yang steril (Dwidjoseputro, 2005). Jumlah koloni dalam sampel
dapat dihitung sebagai berikut :

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚 ×𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎

Dalam penelitian ini, menyiapkan alat dan bahan merupakan langkah


pertama yang dilakukan. Alat dan bahan tersebut diperlukan dalam pengambilan
sampel ikan gurami untuk kemudian dilakukan perhitungan jumlah bakterinya.
Sumber inokulan diambil dari saluran pencernaan ikan gurami dengan cara
mengeluarkan saluran pencernaan gurami yaitu lambung, usus halus, dan usus
besar. Saluran pencernaan ditimbang kemudian digerus. Setiap 1 gram saluran
pencernaan diencerkan dengan 9 ml larutan fisiologis (NaCl 0,85%) pada pH yang
sesuai dengan pH dalam saluran pencernaan gurami, yaitu 7. Setelah dilakukan
pengenceran, berikutnya adalah menumbuhkan bakteri pada media agar NA dan
diinkubasi pada suhu 35oC selama 24 jam. Tahapan berikutnya merupakan
perhitungan TPC yang menggunakan rumus sebagai berikut:

1
Jumlah Mikroba per gram = Jumlah Koloni ×
faktor pengenceran

10
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah total bakteri tertinggi pada


lambung pada tiap jenis pakan. Namun jika diambil nilai rata-rata dan
dibandingkan antar pakan yaitu P1, P2 dan P3 didapatkan rata-rata jumlah total
bakteri tertinggi pada pakan P1, yang juga memiliki kandungan nutrient serat
kasar tertinggi dalam bentuk prosentase pada uji proksimat yaitu 8.03%.

Tabel 1. Hasil penghitungan bakteri di saluran pencernaan

A (P1) B (P2) C (P3)


Lambung 109 x 108 230 x 107 50 x 108

Usus Halus 95 x 108 100 x 107 50 x 107

Usus Besar 116 x 107 157 x 108 50 x 108

Rata-rata 71,8 x 107 64,5 x 10 2,9 x 107

Tabel 2. Hasil Proksimat Pakan


Hasil Analisis (%)
Kode Sampel
Protein Kasar Lemak Kasar Serat Kasar

P1 26.70 6.65 8.03


P2 27.61 8.11 6.13

P3 27.23 7.40 6.63

Didapatkan pula pada hasil proksimat bahwa pakan kedua (P2) memiliki
nilai prosentase serat kasar dengan prosentase 6.13%, lemak kasar yang
terkandung merupakan nilai tertinggi yaitu 8,11% serta prosentase protein kasar
tertinggi yaitu 27,61% dari ketiga jenis pakan lainnya. Sedangkan pada pakan
ketiga (P3) uji proksimat pakan yang menunjukkan hasil prosentase pada urutan
kedua pada tiap- tiap nutrient yang ada yaitu prosentase protein kasar 27,23%,

11
prosentase lemak kasar 7,40%, dan prosentase serat kasar 6,63%. Penghitungan
yang diperoleh usus halus memiliki jumlah lebih rendah bila dibandingkan
dengan lambung baik pada pakan P1, P2 atau P3 yaitu : 95 x 108 ; 100 x 107 ; 50 x
107 hal ini dikarenakan pada organ pencernaan pada bagian akhir lambung,
lambung menghasilkan asam klorida (HCl) yang dapat menghambat pertumbuhan
bakteri.
Pakan pertama (P1) juga diketahui merupakan pakan dengan total jumlah
bakteri terbanyak dari ketiga jenis pakan yang ada, yaitu 71,8 x 10 7 dengan
adanya jumlah bakteri terbanyak pada saluran pencernaan ikan yang diberi pakan
pertama (P1), maka penyerapan nutrient yang terjadi pada saluran pencernaan
ikan gurami tersebut akan lebih baik atau lebih cepat. Pada pakan kedua (P2)
terdapat pula jumlah total bakteri atau TPC dengan urutan kedua yaitu 64,5 x 10 7,
ikan gurami dengan pemberian pakan P2 pertumbuhan akan lebih cepat karena
dengan prosentase protein yang tinggi dapat membantu ikan gurami pada proses
pertumbuhan.
Pada pakan ketiga (P3) menunjukkan bahwa pakan tersebut memiliki
jumlah total bakteri atau nilai TPC terendah dari ketiga jenis pakan yang ada,
yaitu 2,9 x 107 diketahui pula pada uji proksimat pakan, bahwa P3 mendapatkan
hasil prosentase pada urutan kedua pada tiap-tiap nutrient yang ada yaitu
prosentase protein kasar 27,23%, prosentase lemak kasar 7,40%, dan prosentase
serat kasar 6,63%, dari hasil yang telah di dapat menunjukkan bahwa P3
merupakan jenis pakan yang tetap dapat membantu pencernaan ikan gurami
karena jumlah bakteri serta hasil proksimat sesuai dengan standar kebutuhan
pakan gurami.

12
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Jumlah Total Bakteri tertinggi didapatkan pada lambung, baik pada pakan
P1, P2, dan P3 yaitu : 109 x 108 sel/gram ; 230 x 107 sel/gram; 50 x 108 sel/gram
Jumlah Total Bakteri rata-rata pakan didapatkan tertinggi pada pakan P1 yaitu
71,8 x 107 sel/gram dan terendah pakan P3 yaitu 2,9 x 107 sel/gram.

5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah hasil penelitian ini
diharapkan adanya penelitian lebih lanjut mengenai penambahan bakteri probiotik
pada saluran pencernaan yang nantinya akan membantu laju pertumbuhan gurami.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ahda, R., Subandiyono dan Pinandoyo. 2014. Pengaruh frekuensi pemberian


pakan terhadap pertumbuhan dan kelulusanhidup benih ikan tawes
(Puntius javanicus). Journal of Aquaculture Management and Technology
Vol 3, Nomor 4, tahun 2014, hal 67-74.

Alsanius, B. W., & Wohanka, W. (2019). Root zone microbiology of soilless


cropping systems. In Soilless Culture (pp. 149-194). Elsevier.

Alsanius, B. W., & Wohanka, W. (2019). Root zone microbiology of soilless


cropping systems. In Soilless Culture (pp. 149-194). Elsevier.

Arifan, F., Winarni, S., Wahyuningsih, W., Pudjihastuti, I., & Broto, R. W. (2019,
October). Total Plate Count (TPC) Analysis of Processed Ginger on
Tlogowungu Village. In International Conference on Maritime and
Archipelago (ICoMA 2018) (pp. 377-379). Atlantis Press.

Arifan, F., Winarni, S., Wahyuningsih, W., Pudjihastuti, I., & Broto, R. W. (2019,
October). Total Plate Count (TPC) Analysis of Processed Ginger on
Tlogowungu Village. In International Conference on Maritime and
Archipelago (ICoMA 2018) (pp. 377-379). Atlantis Press.

Barus, J. G., Santosa, P. E., & Septinova, D. (2017). Pengaruh Lama Perendaman
dengan Menggunakan Larutan Daun Salam (Szygium Polyanthum)
sebagai Pengawet Terhadap Total Plate Count dan Salmonella Daging
Broiler. Jurnal Riset dan Inovasi Peternakan (Journal of Research and
Innovation of Animals), 1(3), 42-47.

Batra, S. (2018). Preparation of McFrland standard for antibiotic susceptibility


test (AST) in laboratory. Paramedics World.

Batra, S. (2018). Preparation of McFrland standard for antibiotic susceptibility


test (AST) in laboratory. Paramedics World.

Kristina, M., & Sulantiwi, S. (2021). SISTEM PENDUKUNG


KEPUTUSANMENENTUKAN KUALITASBIBIT IKAN GURAMEDI

14
PEKON SUKOSARI MENGGUNAKAN APLIKASI VISUAL BASIC
6.0. Jurnal TAM (Technology Acceptance Model), 4, 26-33.

Nufus, B. N., & Tresnani, G. (2016). Populasi Bakteri Normal dan Bakteri
Kitinolitik pada Saluran Pencernaan Lobster Pasir (Panulirus homarus L.)
yang diberi Kitosan. Jurnal Biologi Tropis, 16(1): 10-17.

Putra, M. H., Feliatra, F., & Effendi, I. (2021). OPTIMIZATION OF Bacillus


cereus GROWTH IN MEDIA WITH DIFFERENT CARBON
SOURCES. Asian Journal of Aquatic Sciences, 4(3): 208-214.

Rahardja, B. S., Rohy, G. S., & Agustono, A. (2014). Jumlah Total Bakteri dalam
Saluran Pencernaan Ikan Gurami (Osphronemus Gouramy) Dengan
Pemberian Beberapa Pakan Komersial Yang Berbeda [Total Of Bacteria In
Digestive Organ Of Gurami Fish (Osphronemus Gouramy) By
Administering A Different Commercial Feed]. Jurnal Ilmiah Perikanan
dan Kelautan, 6(1), 21-24.

Rahardja, B. S., Rohy, G. S., & Agustono, A. (2014). Jumlah Total Bakteri dalam
Saluran Pencernaan Ikan Gurami (Osphronemus Gouramy) Dengan
Pemberian Beberapa Pakan Komersial Yang Berbeda [Total Of Bacteria In
Digestive Organ Of Gurami Fish (Osphronemus Gouramy) By
Administering A Different Commercial Feed]. Jurnal Ilmiah Perikanan
dan Kelautan, 6(1), 21-24.

Rohy, G. S., Boedi, S. R., & Agustono. 2014. Jumlah Total Bakteri dalam Saluran
Pencernaan Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) dengan Pemberian
Beberapa Pakan Komersial yang Berbeda. Jurnal Ilmiah Perikanan dan
Kelautan 6(1): 21-24.

Saputra, T. 2014. Budi Daya Gurami Metode Segmentasi. PT Agromedia Pustaka.


Jakarta.

Soesetyaningsih, E., & Azizah, A. (2020). Akurasi perhitungan bakteri pada


daging sapi menggunakan metode hitung cawan. Berkala Sainstek, 8(3),
75-79.

15
Thaiin, A. (2016). Pengaruh Pemberian Lisin Pada Pakan Komersial Terhadap
Retensi Energi dan Rasio Konversi Pakan Ikan Gurami (Osphronemus
gouramy) (Doctoral dissertation, Universitas Airlangga).

Zapata, A., & Ramirez-Arcos, S. (2015). A comparative study of McFarland


turbidity standards and the Densimat photometer to determine bacterial
cell density. Current microbiology, 70(6), 907-909.

16
LAMPIRAN

17
18
19
20

Anda mungkin juga menyukai