Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

EKSPLORASI LARVA
EFEK POLUTAN

Oleh :
Adi firmasnyah 19051103015

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..........................................................................................................................2


BAB 1. PENDAHULUAN.....................................................................................................3
1.1 LATAR BELAKANG..............................................................................................3
1.2 TUJUAN ..................................................................................................................4
BAB 2. LANDASAN TEORI.................................................................................................5
2.1 Sterilisasi Alat dan Media ........................................................................................5
2.2 Pemilihan Induk ......................................................................................................5
2.3 Pemijahan .................................................................................................................5
2.4 Pemeliharaan Larva Teripang Pasir ..........................................................................5
2.5 Analisis Statistik ............................................................................................................6
BAB 3 PEMBAHASAN .........................................................................................................7
3.1 TAKSONOMI ..........................................................................................................7
3.2 MORFOLOGI ..........................................................................................................8
3.3 HABITAT DAN DISTRIBUSI ................................................................................9
3.4 SIKLUS HIDUP.......................................................................................................9
3.5 SISTEM REPRODUKSI ........................................................................................10
3.6 TEKNIK PEMELIHARAAN LARVA ..................................................................11
BAB 4. KESIMPULAN .......................................................................................................13
BAB 5. DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................14
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Terdapat banyak sekali biota laut di Indonesia, di antara lainnya alga, moluska,

spons dan teripang. Beberapa organisme laut tersebut memiliki sumber bahan aktif

yang sangat berpotensi untuk diolah dan dimanfaatkan, di antaranya dalam bidang

industri makanan, farmasi dan kosmetik. Di perairan Indonesia terdapat 53 jenis

teripang yang meliputi genus Holothuria, Actinopyga, Bohadschia, Labiodemas,

Thelonata dan Stichopus. Dari jenis yang ditemukan tersebut hanya 29 jenis yang

diperdagangkan secara International (Darsono 2007), yang termasuk ke dalam famili

Holoturiidae dan Stichopodidae.

( holothurioidea )Jenis hewan ini kulit durinya halus, sehingga sekilas tidak

tampak sebagai jenis Echinodermata. Tubuhnya seperti mentimun dan

disebutmentimun laut atau disebut juga teripang.Teripangatau

holothurians(Holorhurioidea, Echinodermata)merupakan salah satu kelompokbiotalaut

yang spesifik dan mudahdikenal. Bentuk tubuh teripang secara umumadalahsilindris

memanjang dari ujung mulut kea rah anus(orally-aborally).Mulut terletak di ujung

anterior dan anus diujung posterior.

Teripang merupakan salah satu komoditas ekspor dari hasil laut yang perlu

segera dikembangkan cara penangkarannya. Hal ini diperlukan mengingat nilai

ekonomisnya yang cukup tinggi di pasaran luar negeri, Teripang juga dimanfaatkan

sebagai bahan baku obat-obatan karena mengandung asam lemak tidak jenuh jenis W-
3 yang penting untuk kesehatan jantung, Martoyo, J., N. Aji, dan T. Winanto, 2006.

Satu dari jenis teripang yang bernilai ekonomis tinggi tersebut adalah teripang pasir

(Holothuria scabra).

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam teknik pembenihan seperti

pengumpulan dan pengawasan induk, waktu bertelur, perkembangan tingkat larva, dan

perkembangan tingkat juvenil awal, Lovatelli, A., C. Conand, S. Purcell, S. Uthicke,

J.F. Haemel, dan A. Mercier, 2004.

Perkembangan pada tingkat larva sangat tergantung pada pakan yang diberikan.

Untuk itu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pakan yang baik bagi

pertumbuhan larva teripang pasir pada stadium planktonis.

1.2 TUJUAN

Mempelajari larva pada teripang

Tingkat Kelulusan Hidup Larva Teripang Pasir (Holothuria Scabra, Jaeger)


BAB 2. LANDASAN TEORI

2.1 Sterilisasi Alat dan Media

Air yang akan digunakan untuk pemeliharaan larva teripang disaring terlebih

dahulu menggunakan filter bag. Sterilisasi dilakukan terhadap wadah pemeliharaan dan

peralatan dengan menggunakan kaporit.

2.2 Pemilihan Induk

Syarat induk yang digunakan dalam pemijahan adalah tidak cacat dan memiliki

tingkat kematangan gonad yang cukup. Pemilihan induk dilakukan pada pagi hari di

tempat pemeliharaan induk, tujuannya agar induk tidak mengalami stress serta

memberikan kesempatan agar induk dapat mengeluarkan feses selama proses

penjemuran.

2.3 Pemijahan

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode manipulasi lingkungan.

Induk teripang ditempatkan dalam keranjang plastik (rombong) yang diletakkan

beberapa sentimeter di bawah permukaan air. Sore harinya, induk dimasukkan ke

dalam bak pemijahan. Induk teripang memperlihatkan perilaku pemijahan yang

ditandai dengan gerakan tubuh. Pemijahan terjadi pada malam hari. Induk jantan akan

mengeluarkan sperma terlebih dahulu dan kemudian merangsang induk betina

mengeluarkan sel telur.

2.4 Pemeliharaan Larva Teripang Pasir

Larva dipelihara pada toples uji yang memiliki kapasitas volume 2 liter.

Sedangkan media pemeliharaan yang digunakan sebanyak 1 liter. Larva yang akan
digunakan dalam uji dikumpulkan menggunakan gelas ukur. Air dari wadah

penampungan larva awal diambil sebanyak 20 ml. Selanjutnya dihitung jumlah larva

yang ada secara visual dengan 5 kali ulangan. Hasil rata-rata pengulangan dianggap

sebagai jumlah larva per 20 ml.

2.5 Analisis Statistik

Perhitungan Analisis data yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

pengaruh pemberian pakan alami berbeda terhadap kelangsungan hidup larva teripang

pasir hingga akhir penelitian adalah A one-way analysis of varience (Anova).

Sedangkan untuk melihat perbedaan tiap perlakuan dilakukan ”uji beda nyata terkecil

(BNT)”. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Ho: Perbedaan jenis pakan alami yang diberikan tidak mengakibatkan perbedaan

tingkat kelangsungan hidup larva teripang pasir (Holothuria scabra, Jaeger).

H1: Perbedaan jenis pakan alami yang diberikan mengakibatkan perbedaan tingkat

kelangsungan hidup larva teripang pasir (Holothuria scabra, Jaeger).


BAB 3 PEMBAHASAN

3.1 TAKSONOMI

Salah satu contoh teripang yang memiliki nilai komoditi yang tinggi adalah

teripang putih atau Holothuria scabra.

Klasifikasi menurut Barnes 1963 dalam Martoyo et al(1994) adalah sebagai berikut :

Filum : Echinodermata

Sub filum : Echinozoa

Ordo : Aspidochirota

Family : Aspidochiroidae
Genus : Holothuria

Spesies : Holothuria scabra

Holothuria scabra
3.2 MORFOLOGI

• Tidak mempunyai tulang belakang; tidak berlengan

• Permukaan tubuh kasar, terdapat duri lunak (papilla)

• Daging tebal dan keras

• Bentuk bulat memanjang/silindris menyerupai mentimun (timun laut

• Punggung berwarna coklat abu-abu sampai kehitaman, terdapat garis melintang

putih, kuning atau hitam

• Terdapat 10 – 30 tentakel di bagian mulut untuk mengambil makanan

• Otot melingkar memanjang dari anterior ke posterior

• Kaki tabung pada sisi ventral (trivium) sebagai alat gerak; pada sisi dorsal

(bivium) sebagai alat respirasi dan saraf penerima

• Rangka tubuh terdiri dari osikel atau tulang-tulang kecil


• Dinding tubuhnya terdapat spikula (tulang-tulang mikroskopis) untuk
membedakan spesies

3.3 HABITAT DAN DISTRIBUSI

• Substrat pasir berlumpur;

• Berasosiasi dengan vegetasi mangrove, padang lamun dan makroalgae;

• Hidup di perairan dangkal;

• daerah pasang surut;

• ditemukan di kedalaman 1-40 m - Salinitas: kisaran 20-45 ppt, optimum 30-34

ppt

3.4 SIKLUS HIDUP

Siklus hidup di alam terdiri atas priode planktonik dan bentik. Pada fase

planktonik teripang hidup melayang-layang di air, pada masa larva yaitu stadia

aurikularia dan doliolaria, sedangkan sebagai bentik, hidup di atas substrat atau

benda lain yaitu stadia pentacula hingga menjadi teripang dewasa seperti pada
teripang pasir. Ketika memijah teripang betina melepaskan telur ke air dan

kemudian dibuahi oleh sperma yang dilepaskan oleh teripang jantan.

Keberhasilan reproduksi teripang bergantung pada jumlah teripang yang

banyak yang ada di tempat yang sama. Telur yang telah dibuahi berkembang

menjadi larva dan menetap di dasar sebagai juvenile kemudian akan

berkembang menjadi teripang dewasa

3.5 SISTEM REPRODUKSI

1. Alat kelamin jantan dan betina pada individu yang berlainan (dioecious)

2. tidak dapat dibedakan secara visual/morfologi

3. Individu jantan dan betina terpisah (gonochoric);

4. Ukuran dan kematangan seksual > 200 gram

5. Musim pemijahan berbeda di setiap lokasi

6. Pemijahan di laboratorium sepanjang tahun dan dapat dilakukan

pagi/siang/malam

7. Pembuahan seksual di luar tubuh induk

8. Individu jantan mengeluarkan sperma diikuti individu betina mengeluarkan

sel telur

9. Fertilisasi terjadi di kolom air

10. Gonad jantan berwarna putih kekuningan/krem

11. Gonad betina berwarna kuning sampai oranye

12. Dalam satu kali pemijahan mampu menghasikan ribuan hingga jutaan sel telur
3.6 TEKNIK PEMELIHARAAN LARVA

1. Pemeliharaan

Perlengkapan

• Bak fiber volume 500 – 1000 L

• Aerasi lemah

• Plankton net berbagai ukuran

• Air laut saring

2. Kualitas Air

Parameter

• Suhu (24-30°C), pH (6-9), salinitas (28-35 ppt), DO (5-6)

• Ganti air 75% setiap dua hari sekali untuk menjaga kualitas air, membersihkan

residu pakan, larva mati, kotoran/feses yang mengendap di dasar bak.

3. Pakan Alami

Fitoplankton

• Stadia auricularia: Chaetoceros sp., Isochrysis sp., Tetraselmis sp.,

Nannochloropsis sp., Pavlova sp., Skeletonema sp., dll

• Stadia pentactula: Diatom penempel; bahan organik pada substrat.

3.7 Kelulusan Hidup Larva Teripang Pasir


Banyak faktor yang dapat mengakibatkan rendahnya nilai SR larva teripang.
Pertama, bentuk dan ukuran tubuh pakan alami yang dikonsumsi larva. Keempat pakan
alami yang diberikan memiliki bentuk tubuh bulat atau lonjong. Chaetoceros sp yang
digunakan pada penelitian ini berbentuk batang. Bentuk tubuh inilah yang
memudahkan proses pemangsaan dan pencernaan larva.
BAB 4. KESIMPULAN

Dapat disimipulkan Pertama, larva Holothuria scabra menyukai pakan alami

dari jenis diatom dibandingkan dengan alga hijau. Kedua kelangsungan hidup larva

Holothuria scabra terbesar diperoleh dari perlakuan pemberian pakan jenis

Chaetoceros sp, diikuti pemberian pakan jenis Isochrysis sp. Pada perlakuan

pemberian pakan jenis Tetraselmis sp dan Nannochloropsis sp tidak ditemukan larva

yang bertahan hidup.


BAB 5. DAFTAR PUSTAKA

Martoyo, J., N. Aji, dan T. Winanto, 2006, Budidaya Teripang, Cet. 6, edisi revisi,
Penebar Swadaya, Jakarta
Lovatelli, A., C. Conand, S. Purcell, S. Uthicke, J.F. Haemel, dan A. Mercier, 2004,
Advances in Sea Cucumber Aquaculture and Management, Food and
Agriculture Organization Of United Nation, Rome
Walpole, R.E., 1982, Pengantar Statistika, Edisi ke-3, PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta
Hanafiah, K.A., 2008, Rancangan Percobaan; Teori dan Aplikasi, Edisi ketiga, PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai