Anda di halaman 1dari 19

TERIPANG PASIR (Holothuria scabra) SEBAGAI SUMBER

ANTIBAKTERI ALAMI

MAKALAH

(Program Studi Teknologi Hasil Perikanan)

OLEH :
EVA YUSTACE TARINATE
NIM : 17051104016

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS SAMRATULANGI
MANADO
2019
TERIPANG PASIR (Holothuria scabra) SEBAGAI SUMBER
ANTIBAKTERI ALAMI

MAKALAH

(Program Studi Teknologi Hasil Perikanan)

OLEH :
EVA YUSTACE TARINATE
NIM : 17051104016

JURUSAN PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS SAMRATULANGI
MANADO
2019

i
RINGKASAN

Perairan laut Indonesia memiliki keanekaragaman biota laut sangat tinggi

yang dapat dimanfaatkan untuk kehidupan. Teripang merupakan salah satu biota

yang dapat dijadikan sebagai sumber senyawa bioaktif dari laut.

Teripang pasir (Holothuria scabra) merupakan salah satu komoditas

perikanan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi karena dapat dimanfaatkan

sebagai biofarmaka dan sebagai makanan kesehatan, serta sebagai bahan baku

berbagai industri. Ekstrak dari Holothuria scabra di Asia menunjukkan aktivitas

antimikroba, antibakteri, dan antijamur. Berdasarkan beberapa penelitian teripang

pasir (Holothuria scabra) terbukti sebagai agen antibakteri yang potensial.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri alami yang

dihasilkan dari teripang pasir.

Kata kunci : Teripang pasir (Holothuria scabra), senyawa antibakteri

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik.
Dalam penyusunan makalah ini, saya banyak mendapat tantangan dan
hambatan. Akan tetapi, karena adanya bantuan dari beberapa pihak tantangan itu
bisa teratasi.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Karena itu saya sangat membutuhkan kritik
positif dan saran dari para pembaca dengan tujuan untuk memperbaki pembuatan
makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan
pemikiran bagi kita semua, terutama pembaca.

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
RINGKASAN ......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. vi
1. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
2. TERIPANG PASIR (Holothuria scabra) ........................................................... 2
2.1 Biologi dan Komposisi Kimia....................................................................... 2
2.2 Jenis-Jenis Teripang Indonesia ..................................................................... 3
2.3 Pemanfaatan Teripang ................................................................................... 5
3. Senyawa Antibakteri ........................................................................................... 6
3.1 Aktivitas Antibakteri dan Efeknya ................................................................ 6
4. Holothuria scabra Sebagai Sumber Antibakteri ................................................. 7
4.1.1 Uji Bioaktivitas Ekstrak Teripang Pasir ................................................. 8
4.1.2 Daya Antibakteri Ekstrak Teripang Pasir ............................................. 8
4.1.3 Bioaktifitas Antibakteri Ekstrak Etanol Teripang Pasir ......................... 9
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 11

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kandungan Gizi teripang pasir (Holothuria scabra J).............................. 3


Tabel 2 Teripang di Indonesia berdasarkan publikasi nasional .............................. 4

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Holuthuria scabra .................................................................................. 3

vi
1. PENDAHULUAN

Salah satu kekayaan laut Indonesia yaitu banyaknya jenis spesies dari hewan

teripang, dari 650 jenis teripang di dunia, 10% nya terdapat di Indonesia. Ada 7

jenis yang memiliki nilai ekonomis tinggi salah satunya yaitu teripang pasir

(Holothuria scabra) (Samad, 2000).Tidak hanya memiliki nilai ekonomis tinggi,

teripang pasir (Holothuria scabra) berpotensi menjadi sumber biofarma baru

melalui proses pemisahan senyawa aktif atau ekstraksi (Pranoto, et al., 2012).

Ekstrak dari Holothuria scabra di Asia menunjukkan aktivitas antimikroba,

antibakteri, dan antijamur. Berdasarkan beberapa penelitian teripang pasir

(Holothuria scabra) terbukti sebagai agen antibakteri yang potensial. Potensi

lainnya yang dimiliki oleh teripang pasir (Holothuria scabra) yaitu merupakan

salah satu bahan alam yang kaya akan senyawa metabolit sekunder diantaranya

steroid, sapogenin, saponin, triterpenoid, glycosaminoglycan, lektin, alkaloid, fenol

dan flavonoid (Boardbar, et al., 2011).

Holothuria scabra berpotensi sebagai antibakteri terhadap bakteri pembusuk

diantaranya Pseudomonas aeruginosa, Bacillus cereus, Klebsilla pneumonia, dan

Escerecia coli ( Farouk, et al., 2007). Menurut Roihanah et al. (2012) teripang juga

memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Aeromonas hydropila.

Mengetahui aktivitas antibakteri yang terdapat pada teripang pasir

(Holothuria scabra) penting sebagai informasi mengenai efek antibakteri dari

senyawa bioaktif yang terkandung dalam ekstrak teripang pasir dan dapat dijadikan

alternatif antibiotik dari biota laut. Hal ini dapat meningkatkan ilmu pengetahuan

biofarmasi bidang perikanan dalams pemanfaatan teripang pasir (Holothuria

scabra).

1
2. TERIPANG PASIR (Holothuria scabra)

2.1 Biologi dan Komposisi Kimia

Teripang atau timun laut merupakan hewan laut yang bergerak lambat,

Hewan invertebrata ini tersebar luar di lingkungan laut seluruh dunia. Teripang

hidup pada dasar substrat pasir, lumpur pasiran mapun dalam lingkungan terumbu.

Klasifikasi H. scabra menurut (Martoyo, et al., 2006) adalah sebagai berikut.

Kingdom : Animalia

Filum : Echinodermata
Sub-filum : Echinozoa
Kelas : Holothuroidea
Sub-kelas : Aspidochirotacea
Ordo : Asp idochirotida
Famili : Holothuriidae
Genus : Holothuria
Spesies : Holothuria scabra
Tubuh H. scabra berdaging lunak dan berbentuk silindris, bagian perut

teripang berwarna kuning keputihan dan punggung berwarna abu-abu dengan garis-

garis melintang berwarna hitam. Warna tubuh dari teripang bemacam-macam

diantaranya yaitu, hitam, abu-abu, kecoklat-coklatan, kemerah-merahan, kekuning-

kuningan dan putih (Ghufran & Kordi, 2010). Ukuran tubuh yang berbeda-beda

dengan panjang berkisar 25-35 cm dengan berat antara 250-350 gram (Widodo,

2013). Tubuhnya tebal atau tipis, licin dan kulitnya bercorak atau berbintil-bintil.

Jenis H. scabra dapat dilihat pada Gambar 1.

2
Gambar 1 Holuthuria scabra

Sumber :
http://bpsplpadang.kkp.go.id/pubs/uploads/1e6268b63dcaad853828992bbbeab8e0
.jpg
Beberapa kandungan gizi teripang pasir dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Kandungan Gizi teripang pasir (Holothuria scabra J)

Kandungan Gizi Presentase (%)


Kadar Abu 8,97
Kadar Air 11,53
Kadar Lemak 0,89
Kadar Protein 66,07
Karbohidrat (by difference) 12,54
Sumber : Karnila, et al., 2011

2.2 Jenis-Jenis Teripang Indonesia

Di Indonesia sedikitnya ada 26 jenis timun laut yang pernah atau masih

tercatat diolah untuk diperdagangkan sebagai teripang (Tabel 2) (Purwati, 2005).

Semuanya termasuk ordo Aspidochirotida atau Dendrochirotida. Daftar ini

sebagian besar diperoleh dari publikasi peneliti Indonesia di bidang perikanan, dan

bukan tulisan taksonomi.

3
Tabel 2 Teripang di Indonesia berdasarkan publikasi nasional

(Sumber : Purwati, 2005)


* : jarang
Masing-masing daerah mempunyai nama lokal atau nama daerah yang

berbeda-beda untuk masing-masing jenis teripang. Misalnya Teripang H. scabra di

daerah Kepulauan Seribu dikenal dengan teripang pasir, sedangkan di daerah

Manado dikenal dengan teripang susuan (Martoyo, et al., 2006). Pemberian nama

tersebut sering dikonfirmasikan dengan istilah-istilah yang dipakai nelayan. Pada

kenyataannya, kadang penamaan ini membingungkan : satu nama ilmiah

(internasional, Latin) merujuk ke lebih dari satu nama daerah, atau sebaliknya.

4
Atau, beberapa daerah menggunakan nama lokal yang sama namun merujuk pada

jenis yang berbeda. Contohnya, teripang gamet untuk menunjuk Stichopus

variegatus dan Actinopyga miliaris, atau teripang lotong untuk menunjuk

Holothuria nobilis dan Actinopyga miliaris.

2.3 Pemanfaatan Teripang

Teripang merupakan komoditas penting karena hewan ini dikonsumsi oleh

berbagai kelas sosial masyarakat dunia, salah satunya ialah H. scabra. Teripang

telah dikenal dan dimanfaatkan sejak lama oleh Bangsa Cina. Teripang telah

dijadikan hidangan istimewa dalam sebuah perayaan besar oleh Bangsa Cina serta

mempunyai khasiat pengobatan untuk beberapa penyakit. Di Negara Cina,

dilaporkan bahwa secara medis untuk teripang jenis Stichopus japonius yang

berkhasiat menyembuhkan penyakit ginjal, paru-paru basah, anemia serta panuan

jaringan tubuh (Ghufran & Kordi, 2010).

Teripang disukai karena mengandung zat-zat obat (medicinal properties),

makanan ini berkhasiat obat (curative), dan mempunyai daya aphrodisiac

(PRESTON, 1993). Dari hasil analisa proksimat daging teripang pasir diperoleh

komposisi protein 66,07 %, lemak 0,89 %, kadar air 8,97 %, dan kadar abu 11,53%

(Karnila, et al., 2011). Kandungan lemak yang rendah menyebabkan teripang

direkomendasikan untuk orang-orang yang bermasalah dengan kholesterol. Di

Jepang, Korea dan beberapa negara Pasifik Selatan, daging dan organ dalam

(viscera) teripang dimakan mentah (segar), dimasak, diasin dan atau dalam bentuk

kering (Darsono, 2003). Teripang juga digunakan sebagai pakan ternak, dan untuk

dibuat tuba ikan maupun sebagai agen anti jamur (PRESTON, 1993). Sejak akhir

5
1990 pasar teripang bertambah dengan berkembangnya riset produk alam (natural

products) dan penggunaannya sebagai biota akuarium (Darsono, 2003).

3. Senyawa Antibakteri

3.1 Aktivitas Antibakteri dan Efeknya

Antibakteri adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik yang

mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam

organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Proses tersebut dilakukan

melalui penghambatan sintesis dinding sel, sintesis protein, sintesis asam nukleat,

serta menghambat jalur metabolisme sehingga menghancurkan struktur membran

sel (Tenover, 2006).

Mekanisme penghambatan terhadap pertumbuhan bakteri oleh senyawa

antibakteri dapat berupa perusakan dinding sel dengan cara menghambat

pembentukannya atau mengubahnya setelah selesai terbentuk, perubahan

permeabilitas membran sitoplasma sehingga menyebabkan keluarnya bahan

makanan dari dalam sel, perubahan molekul protein dan asam nukleat,

penghambatan kerja enzim, dan penghambatan sintesis asam nukleat dan protein.

Menurut (Madigan, et al., 2000), berdasarkan sifat toksisitas selektifnya,

senyawa antimikrobia mempunyai 3 macam efek terhadap pertumbuhan mikrobia

yaitu:

1. Bakteriostatik memberikan efek dengan cara menghambat pertumbuhan

tetapi tidak membunuh. Senyawa bakterostatik seringkali menghambat

sintesis protein atau mengikat ribosom. Hal ini ditunjukkan dengan

penambahan antimikrobia pada kultur mikrobia yang berada pada fase

6
logaritmik. Setelah penambahan zat antimikrobia pada fase logaritmik

didapatkan jumlah sel total maupun jumlah sel hidup adalah tetap.

2. Bakteriosidal memberikan efek dengan cara membunuh sel tetapi tidak

terjadi lisis sel atau pecah sel. Hal ini ditunjukkan dengan penambahan

antimikrobia pada kultur mikrobia yang berada pada fase logaritmik.

Setelah penambahan zat antimikrobia pada fase logaritmik didapatkan

jumlah sel total tetap sedangkan jumlah sel hidup menurun.

3. Bakteriolitik menyebabkan sel menjadi lisis atau pecah sel sehingga

jumlah sel berkurang atau terjadi kekeruhan setelah penambahan

antimikrobia. Hal ini ditunjukkan dengan penambahan antimikrobia pada

kultur mikrobia yang berada pada fase logaritmik. Setelah penambahan zat

antimikrobia pada fase logaritmik, jumlah sel total maupun jumlah sel

hidup menurun.

Mekanisme penghambatan antibakteri dapat dikelompokkan menjadi lima,

yaitu menghambat sintesis dinding sel mikrobia, merusak keutuhan dinding sel

mikrobia, menghambat sintesis protein sel mikrobia, menghambat sintesis asam

nukleat, dan merusak asam nukleat sel mikrobia (Sulistyo, 1971).

4. Holothuria scabra Sebagai Sumber Antibakteri

Teripang pasir (Holothuria scabra) kaya akan metabolit sekunder,

diantaranya steroid, sapogenin, saponin, triterpenoid, glycosaminoglycan, lektin,

alkaloid, fenol dan flavonoid (Boardbar, et al., 2011). Berdasarkan beberapa

penelitian H. scabra telah terbukti sebagai agen antibakteri yang potensial. Potensi

ekstrak antibakteri dari H. scabra dapat berasal dari adanya agen antibakteri yaitu

7
steroid (Boardbar, et al., 2011), saponin (Abraham et al., 2002), dan triterpenoid (

Farouk, et al., 2007).

Berikut beberapa penelitian Holothuria scabra sebagai sumber zat antibakteri

yang telah dilakukan.

4.1.1 Uji Bioaktivitas Ekstrak Teripang Pasir (Holothuria scabra) Terhadap


Bakteri Pseudomonas aeruginosa dan Bacillus cereus (Nimah, et al.,
2012)
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi potensi

ekstrak H. scabra sebagai antibakteri terhadap Pseudomonas aeruginosa dan

Bacillus cereus serta pengaruh perbedaan konsentrasi ekstrak terhadap kedua

bakteri tersebut. Pengujian aktivitas antibakteri menggunakan metode sumuran

dengan berbagai konsentrasi (150 g/ml, 300 g/ml, dan 450 g/ml) dan uji

fitokimia untuk mengetahui kandungan senyawa bioaktif pada H. scabra. Hasil

penelitian didapatkan bahwa ekstrak H. scabra terbaik adalah ekstrak etil asetat.

Ekstrak etil asetat mempunyai daya hambat tertinggi terhadap bakteri P.

Aeruginosa sebesar 6±0 mm, sedangkan terhadap B.cereus sebesar 2,3±0,58 mm

pada konsentrasi 450 g/ml. Hasil uji fitokimia menunjukkan adanya kandungan

senyawa saponin, alkaloid, steroid dan triterpenoid dalam ekstrak.

4.1.2 Daya Antibakteri Ekstrak Teripang Pasir (Holothuria scabra)


Terhadap Pertumbuhan Bakteri (Salmonella typhi) Secara In Vitro
(Amin, et al., 2014)
Ekstrak teripang pasir (H. scabra) memiliki kemampuan menghambat

pertumbuhan bakteri S. typhi. Kemampuan daya hambat ekstrak teripang pasir

tersebut tergolong sedang yaitu berkisar 5 – 10 mm. Senyawa yang mampu

menghambat pertumbuhan bakteri S. typhi yaitu senyawa alkaloid, saponin, steroid

8
dan triterpenoid. Kemampuan daya hambat yang dimiliki oleh ekstrak teripang

pasir masih dibawah kemampuan daya hambat antibiotik kloramfenikol, sehingga

ekstrak teripang pasir tersebut belum bisa dijadikan alternatif antibiotik baru dalam

mengatasi penyakit demam tifoid. Ekstrak teripang pasir (H. scabra) memiliki daya

antibakteri. Oleh sebab itu, disarankan agar lebih banyak para peneliti ataupun

pakar untuk meneliti lebih lanjut senyawa antibakteri yang terdapat pada teripang

terhadap bakteri patogen yang lainnya.

4.1.3 Bioaktifitas Antibakteri Ekstrak Etanol Teripang Pasir (Holothuria


scabra) terhadap Pertumbuhan Klebsiella pneumoniae Secara In Vitro
(Ervita, et al., 2015)

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa metabolit sekunder yang

terdapat dalam ekstrak etanol H. scabra dari perairan Sulawesi Tenggara terdiri dari

alkaloid dan triterpenoid dengan Konsentrasi Hambat Minimum teradap K.

pneumoni berada pada konsentrasi 0,78%.

9
KESIMPULAN

Teripang pasir merupakan hewan invertebrat laut yang hidup melekat pada

substrat. Teripang pasir memiliki tubuh berdaging lunak dan berbentuk silindris,

bagian perut teripang berwarna kuning keputihan dan punggung berwarna abu-abu

dengan garis-garis melintang berwarna hitam. Teripang telah banyak dimanfaatkan

baik untuk pangan, untuk mengobati penyakit ataupun sebagai antibakteri.

Teripang pasir (Holothuria scabra) kaya akan metabolit sekunder, diantaranya

steroid, sapogenin, saponin, triterpenoid, glycosaminoglycan, lektin, alkaloid, fenol

dan flavonoid.

Beberapa penelitian Holothuria scabra sebagai sumber zat antibakteri yang

telah dilakukan diantaranya Uji Bioaktivitas Ekstrak Teripang Pasir (Holothuria

scabra) Terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa dan Bacillus cereus, Daya

Antibakteri Ekstrak Teripang Pasir (Holothuria scabra) Terhadap Pertumbuhan

Bakteri (Salmonella typhi), Bioaktifitas Antibakteri Ekstrak Etanol Teripang Pasir

(Holothuria scabra) terhadap Pertumbuhan Klebsiella pneumoniae.

10
DAFTAR PUSTAKA

Amin, F. M., Yoswaty, D. & Nurachmi, I., 2014. Daya Antibakteri Ekstrak
Teripang Pasir (Holothuria scabra) Terhadap Pertumbuhan Bakteri
(Salmonella typhi) Secara In Vitro.
Boardbar, S., Anwar, F. & Saari, N., 2011. High-Value Components and Bioactives
from Sea Cucumbers for Functional Foods—A Review. Marine Drugs
Journal, pp. 1761-1805.
Darsono, P., 2003. Sumberdaya Teripang Dan Pengelolaannya. Oseana,
XXVIII(2), pp. 1-9.
Ervita, F., Sulatrianah & Hafizah, I., 2015. Bioaktifitas Antibakteri Ekstrak Etanol
Teripang Pasir (Holothuria scabra) terhadap Pertumbuhan Klebsiella
pneumoniae Secara In Vitro. Medula, 3(1), pp. 208-213.
Farouk, A. E. A., Abd, F., Ghouse, H. & Ridzwan, B. H., 2007. New Bacterial
Species Isolated from Malaysian Sea Cucumbers with Optimized Secreted
Antibacterial Activity. American Journal of Biochemistry and Biotechnology
3, pp. 60-65.
Ghufran, M. & Kordi, H., 2010. Cara Gampang Membudidayakan Teripang.
Yogyakarta: Andi Publisher.
Karnila, R., Astawan, M., Sukarno & Wresdiyati, T., 2011. Karakteristik
Konsentrat Protein Teripang Pasir (Holothuria scabra J.) Dengan Bahan
Pengekstrak Aseton. Jurnal Perikanan dan Kelautan, XVI(1), pp. 90-102.
Madigan, M. T., Matinko, J. M. & Parker, J., 2000. Brock Biology of
Mikroorganisms. Ninth Edition ed. New Jersey: Prentice-Hall Inc.
Martoyo, J., N, A. & T, W., 2006. Budidaya Teripang. Edisi Revisi ed. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Nimah, S., Ma’ruf, W. F. & Trianto, A., 2012. Uji Bioaktivitas Ekstrak Teripang
Pasir (Holothuria scabra) Terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa dan
Bacillus cereus. Perikanan, 1(2), pp. 1-9.
Pranoto, E. N., Ma’ruf, W. F. & Pringgenies, D., 2012. Kajian Aktivitas Bioaktif
Ekstrak Teripang Pasir (Holothuria scabra) Terhadap Jamur Candida
albicans. Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan, 1(1), pp. 1-8.

11
PRESTON, G. L., 1993. Information for Fisheries Development and Management.
In: A. Wright & L. Hill, eds. Nearshore Marine Resources of the South
Pacific. Solomon Islands: Forum Fisheries Agency, pp. 371-407.
Purwati, P., 2005. Teripang Indonesia : Komposisi Jenis Dan Sejarah Perikanan.
Oseana, XXX(2), pp. 11-18.
S., R., Sukoso, S. & S., . A., 2012. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Teripang
Holothuria sp.. The Journal of Experimental Life Science, pp. 1-5.
Samad, M. Y., 2000. Perbaikan Kualitas Produk Industri Kecil Teripang. Jurnal
Sains dan Teknologi Indonesia , pp. 52-55.
Sulistyo, 1971. Famakologi dan Terapi. Yogyakarta: EKG.
Tenover, 2006. Mechanisms of Antimicrobial Resistance in Bacteria. The American
Journal of Medicine, 119(VI), pp. 3-10.
Widodo, A., 2013. Budidaya Teripang. Hal 1-19 ed. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press.

12

Anda mungkin juga menyukai