Anda di halaman 1dari 10

Nama : Eva Yustace Tarinate

NIM : 17051104016
Matakuliah : Teknologi Refrigerasi

Tenologi Refrigerasi
Refrigerasi adalah suatu sistem yang memungkinkan untuk mengatur suhu
sampai mencapai suhu di bawah suhu lingkungan. Penggunaan refrigerasi sangat
dikenal pada sistem pendingin udara pada bangunan, transportasi, dan
pengawetan suatu bahan makanan dan minuman. Penggunaan refrigerasi juga
dapat ditemukan pada pabrik skala besar, contohnya, proses dehidrasi gas,
aplikasi pada industri petroleum seperti pemurnian minyak pelumas, reaksi suhu
rendah, dan proses pemisahan hidrokarbon yang mudah menguap.
Refrigasi dicapai dengan melakukan penyerapan panas pada suhu rendah
secara terus menerus, yang biasanya bisa dicapai dengan menguapkan suatu
cairan secara kontinu. Uap yang terbentuk dapat kembali ke bentuk asalnya
kembali, cairan, biasanya dengan dua cara. yang paling umum, uap itu hanya
akan ditekan lalu diembunkan (memakai fin seperti pada kulkas). Cara lain, bisa
diserap dengan cairan lain yang mudah menguap yang setelah itu diuapkan pada
tekanan tinggi.

Sejarah Tenologi Refrigerasi


Di masa lalu (diantaranya) manusia menyimpan makanannya di dalam gua
atau batu-batu yang dindingnya dingin secara alami. Dalam koleksi puisi China
kuno, Shi Ching, terdapat catatan penggunaan gudang es bawah tanah pada
tahun 1000 SM. Orang-orang Yunani dan Romawi dulu telah membuat gudang
salju bawah tanah, di mana mereka menyimpan salju yang telah dipadatkan dan
menginsulasinya dengan rumput, tanah, dan pupuk kotoran hewan. Pliny the
Elder menulis tentang penyakit akibat minuman dingin, dan Kaisar Nero
mengatakan pendinginan buah-buahan dilakukan dengan menyimpannya di
kotak di dalam salju. Orang-orang India, Mesir, dan Estonia mendinginkan air
dan membuat es dengan meletakkan air di tempat yang rendah, dalam wadah
tanah liat, dan membiarkannya sepanjang malam di lubang di bawah tanah.

1
Penduduk Pulau Crete di Mediteranian, pada sekitar tahun 2000 SM telah
menyadari bahwa suhu yang rendah adalah sangat penting untuk pengawetan
makanan.
Penelusuran budaya masyarakat Minoan di Cyprus menunjukkan konstruksi
gudang bawah tanah dibuat untuk menyimpan es saat musim dingin, dan
kemudian digunakan untuk menyimpan makanan saat musim panas. Beberapa
catatan menunjukkan bahwa Alexander Agung di sekitar tahun 300 SM
memberikan tentaranya minuman yang didinginkan dengan salju untuk
meningkatkan semangat tentaranya; pada tahun 755 M Khalif Madhi
mengoperasikan transportasi dari Lebanon melintasi padang pasir ke Mekkah
yang dilengkapi dengan sistem refrigerasi yang menggunakan salju sebagai
refrigerantnya; pada tahun 1040 M Sultan Kairo menggunakan salju untuk
mengangkut kebutuhan dapurnya dari Syiria setiap hari. Sejak masa lampau
masyarakat Arab telah mengetahui bagaimana menjaga air agar tetap dingin
dengan menyimpannya di kendi yang terbuat dari tanah; cara ini juga banyak
dijumpai di berbagai daerah di Indonesia, namun entah kapan permulaannya.
Awal abad keempat Masehi, orang-orang Hindia Barat telah mengetahui bahwa
sejumlah garam, seperti sodium nitrat, bila dicampur dalam air akan
mengakibatkan suhu yang lebih rendah.
Di Amerika Serikat, khususnya di sekitar Sungai Hudson dan Maine, pada
pertengahan abad 19 M memiliki perdagangan penting es alam. Di Eropa pada
masa yang sama, balok es alam dari Norway sangat diminati. Sejak tahun 1805
hingga akhir abad 19 M, kapal-kapal layar mengangkut es alam dari Amerika
Utara ke berbagai negara yang lebih hangat seperti Hindia Barat, Eropa, dan
bahkan India dan Australia; pada 1872, 225 ribu ton es alam diangkut ke daerah-
daerah tersebut. Pada permulaan tahun 1806 kapal laut Favorite berlayar ke
pelabuhan St. Pierre, Martinique (di daerah Karibia), dengan membawa 130 ton
balok es. Pelayaran ini diduga sebagai misi dagang skala besar pertama di
bidang refrigerasi, sang pemilik kapal ini adalah Frederic Tudor. Karena kala itu
es belum dikenal di Martinique dan tidak ada fasilitas penyimpanannya, maka
biaya yang dibutuhkan menjadi besar, namun itu dapat diatasi oleh Tudor.
Bersama seorang pemilik rumah makan, ia membuat dan memperkenalkan es

2
krim (ice cream) di Hindia Barat, di mana makanan penutup dingin belumlah
dikenal kala itu.
Beberapa tahun kemudian, dengan dibangunnya gudang es di St. Pierre dan
dengan digunakannya serbuk kayu cemara sebagai insulasi sepanjang perjalanan
transportasi kargo es-nya, Tudor mengembangkan idenya hingga menjadi sebuah
bisnis yang menguntungkan. Ia membuat kontrak kerja untuk memotong es di
kolam-kolam dan sungai-sungai sepanjang New England dan mengirimnya ke
berbagai tujuan, tidak hanya ke Hindia Barat dan Amerika Serikat bagian
selatan, namun juga ke tempat-tempat jauh seperti Amerika Selatan, Persia,
India, dan Hindia Timur. Tahun 1849 total kargonya mencapai 150 ribu ton es;
hingga tahun 1864 ia telah mengapalkan es-nya ke 53 pelabuhan di berbagai
bagian dunia. Bisnis yang ia temukan telah mengubah hidup dan kebiasaan
orang di seluruh dunia, dan metode yang digunakannya masih terus digunakan
hingga pada tahun 1880-an digantikan dengan produksi es buatan dengan mesin.
Saat ini refrigerasi mekanika telah jauh lebih baik dari masa lalu, berbagai
tipe kompresor dan daur refrigerasi telah digunakan. Dapat dikatakan bahwa
refrigerasi mekanika pertama kali diperkenalkan oleh William Cullen,
berkebangsaan Scot, yang pada tahun 1755 membuat es dengan mengevaporasi
ether pada tekanan rendah. Pada 1810 Sir John Lesley untuk pertama kalinya
berhasil membuat es dengan mesin yang memakai prinsip serupa. Tonggak
sejarah pengembangan refrigerasi adalah pada tahun 1834 ketika Jacob Perkins,
berkebangsaan Amerika, mendapatkan paten nomer 6662 dari Inggris untuk
mesin kompresi uap – yang saat ini prinsipnya banyak digunakan dalam sistem
refrigerasi. Perkins menyatakan suatu siklus tertutup yang meliputi evaporasi
dan kondensasi dengan memanfaatkan suatu fluida untuk mendinginkan fluida
lainnya. Namun apa yang diajukan oleh Perkins masih memerlukan rancangan
lebih lanjut. James Harrison, berkebangsaan Scot yang berimigrasi ke Australia
pada tahun 1837, menemukan sebuah mesin pendingin pada sekitar awal tahun
1850, dan Alexander Twinning memproduksi satu ton es per hari pada tahun
1856 in Cleveland, Ohio.

3
Alexander Kira dari Inggris membuat mesin dengan udara dingin yang
serupa dengan mesin Gorrie; mesinnya mengkonsumsi satu pon batu bara untuk
menghasilkan empat pon es. Carl von Linde menjelaskan refrigerasi dengan teori
termodinamika, ilmuwan-ilmuwan lainnya, dari Inggris, Jerman, Perancis,
Amerika dan Belanda telah berkontribusi dalam pengembangan refrigerasi:
seperti Carre, Black, Faraday, Carnot, Joule, Mayer, Clausius, Thompson,
Thomson (Lord Kelvin), Helmholtz dan Kamrelingh Onnes

Sejarah Teknik Pendinginan


Sejarah teknik pendinginan berkembang sejalan dengan perkembangan
peradaban manusia di wilayah sub-tropik. Secara alamiah, manusia yang tinggal
di wilayah sub-tropik menyadari bahwa bahan pangan yang mudah rusak
ternyata dapat disimpan lebih lama dan lebih baik pada saat musim dingin
dibandingkan dengan pada saat musim panas. Kesadaran inilah yang memandu
manusia pada saat itu mulai memanfaatkan “es alam” untuk memperpanjang
masa simpan bahan pangan yang mudah rusak.
Penggunaan es alam ini bahkan masih dilakukan hingga abad ke-20, dan
bahkan menurut catatan IIR (Intenational Institute of Refrigeration) hingga awal
abad ke-20 penggunaan es alam masih lebih banyak dibandingkan “es buatan”.
Es alam adalah es yang dihasilkan tanpa peralatan refrigerasi, baik yang
diperoleh dari sungai atau danau yang membeku pada musim dingin atau yang
sengaja dibekukan secara alamiah akibat radiasi termal dari permukaan air ke
langit.
Di wilayah dengan kelembaban udara yang rendah, seperti Timur Tengah,
sejarah pendinginan dimulai dengan pendinginan evaporatif, yaitu dengan
menggantungkan tikar basah di depan pintu yang terbuka untuk mengurangi
panasnya udara dalam ruangan. Pada abad ke-15, Leonardo da Vinci telah
merancang suatu mesin pendingin evaporatif ukuran besar. Konon, mesin ini
dipersembahkan untuk Beatrice d’Este, istri Duke of Milan (Pita, 1981). Mesin
ini mempunyai roda besar, yang diletakkan di luar istana, dan digerakkan oleh
air (sekali-sekali dibantu oleh budak) dengan katup-katup yang terbuka-tutup
secara otomatis untuk menarik udara ke dalam drum di tengah roda. Udara yang

4
telah dibersihkan di dalam roda dipaksa keluar melalui pipa kecil dan dialirkan
ke dalam ruangan.
Perkembangan teknik pendinginan selanjutnya masih terjadi secara tidak
sengaja, yaitu penggunaan larutan air-garam untuk mendapatkan suhu yang lebih
rendah. Menurut catatan Ibn Abi Usaibia, seorang penulis Arab, penggunaan
larutan air-garam ini sudah dilakukan di India sekitar abad ke-4. Garam yang
digunakan pada larutan tersebut adalah potasium nitrat, sebagaimana dicatat oleh
seorang dokter Italia bernama Zimara pada tahun 1530 dan dokter Spanyol
bernama Blas Villafranca pada tahun 1550. Fenomena pencampuran garam pada
salju untuk mendapatkan suhu lebih rendah baru dapat dijelaskan oleh Battista
Porta pada tahun 1589 dan Trancredo pada tahun 1607.
Teknik pendinginan mulai berkembang secara ilmiah sejak abad ke-17,
dimulai dari penelitian tentang pemantulan melalui efek panas dan dingin yang
dilakukan oleh Robert Boyle (1627-1691) di Inggris dan Mikhail Lomonossov
(1711-1765) di Rusia. Selanjutnya, penelitian mengenai termometri yang
dimulai oleh Galileo dikembangkan kembali oleh Guillaume Amontons (1663-
1705) di Perancis, Isaac Newton (1642-1727) di Inggris, Daniel Fahrenheit
(1686-1736) orang German yang bekerja di Inggris dan Belanda, René de
Réaumur (1683-1757) di Perancis dan Anders Celsius (1701-1744) di Swedia.
Tiga ilmuwan yang disebutkan terakhir merupakan penemu sistem skala
pengukuran suhu, dan masing-masing namanya diabadikan pada sistem skala
tersebut yaitu Fahrenheit, Reaumur dan Celsius. Setelah Anders Celsius
menemukan termometer skala centesimal pada tahun 1742 di Swedia, disepakati
bahwa sistem skala yang digunakan pada Sistem Internasional adalah Celsius.
Pada awal abad ke-18, William Cullen (1710-1790) menemukan terjadinya
penurunan suhu pada saat ethyl ether menguap. Cullen, bahkan, pada tahun 1755
berhasil mendapatkan sedikit es dengan cara menguapkan air di labu uap. Murid
dan penerus Cullen, yaitu seorang Scotland yang bernama Joseph Black (1728-
1799) berhasil menjelaskan pengertian panas dan suhu, sehingga sering
dianggap sebagai penemu kalorimetri. Bidang ini akhirnya dikembangkan
dengan sangat baik oleh para ilmuwan Perancis, seperti Pierre Simon de Laplace

5
(1749-1827), Pierre Dulong (1785-1838), Alexis Petit (1791-1820), Nicolas
Clément-Desormes (1778-1841) dan Victor Regnault (1810-1878).

Perkembangan Mesin Pendingin Sistem Kompresi Uap


Tulisan Sadi Carnot (1796-1832), seorang Perancis, yang sangat terkenal
pada tahun 1824 menjadi inspirasi bagi banyak penelitian yang dilakukan
mengenai berbagai konsep termodinamika dan sistem pendinginan, termasuk
James Prescot Joule (Inggris, 1818-1889), Julios von Mayer (Jerman, 1814-
1878), Herman von Helmholtz (Jerman, 1821-1894), Rudolph Clausius (Jerman,
1822-1888), Ludwig Boltzmann (Austria, 1844-1906), dan William Thomson
(Lord Kelvin, Inggris, 1824-1907).
Penemuan-penemuan di atas menjadi awal yang sangat berharga dalam
sejarah penemuan mesin-mesin pendinginan dan zat-zat pendinginnya.
Perkembangan ini dimulai dengan mesin pendingin mekanis, setelah seorang
Amerika bernama Oliver Evans (1755-1819) mampu menjelaskan siklus
refrigerasi kompresi uap. Pada tahun 1835, seorang Amerika lainnya yang
bekerja di Inggris yaitu Jacob Perkins (1766-1849) berhasil mendapatkan paten
untuk mesin pendingin temuannya yang bekerja berdasarkan siklus kompresi
uap tersebut.
Fluida kerja (refrigeran) yang digunakan Perkins pada mesin pendinginnya
tersebut adalah ethyl ether. James Harrison (1816-1893), seorang Skotlandia
yang pindah ke Australia, berhasil membuat mesin pendingin yang dapat bekerja
dengan baik pada skala industrial. Mesin tersebut dipatenkan oleh Harrison pada
tahun 1855, 1856, dan 1857. Mesin pendingin Harrison, yang diproduksi di
Inggris, masih menggunakan ethyl ether sebagai fluida kerja, dan mampu
menghasilkan es maupun larutan pendingin (refrigeran sekunder).
Dengan ditemukannya mesin pendingin sistem kompresi uap, terjadi
perkembangan yang cepat dalam penemuan zat-zat pendingin (refrigeran).
Charles Tellier (1828-1913), seorang Perancis, memperkenalkan penggunaan
dimethyl ehter sebagai refigeran. Pada tahun 1862, Tellier juga meneliti
penggunaan amonia (NH3) sebagai refrigeran, meskipun penggunaannya secara
luas pada skala industrial baru dapat dilakukan oleh seorang Jerman Carl von

6
Linde (1842-1934). Refrigeran amonia masih banyak digunakan hingga
sekarang, khususnya pada industri pembekuan pangan.
Thaddeus Lowe (1832-1913) mulai menggunakan karbon-dioksida (CO2)
sebagai refrigeran. Meskipun sempat ditinggalkan, penggunaan karbon-dioksida
belakangan ini kembali dikembangkan sebagai refrigeran yang ramah
lingkungan. Sulfur-dioksida (SO2) pertama kali digunakan sebagai refrigeran
oleh ahli fisika Swiss Raoul Pierre Pictet (1846-1929), tetapi akhirnya tidak
digunakan lagi sesaat sebelum perang dunia II. Metil-klorida (Ch3Cl) juga
digunakan oleh orang Perancis C. Vincent sebagai refrigeran pada tahun 1878,
meskipun akhirnya hilang dari peredaran pada tahnun 1960-an.
Didasarkan pada hasil penelitian Swarts yang dilakukan selama kurun 1893-
1907 di Ghent, suatu tim peneliti Frigidaire Corporation di Amerika, yang
dipimpin oleh Thomas Midgley berhasil mengembangkan refrigeran fluoro-
carbon pertama pada tahun 1930. Refrigeran fluoro-carbon dianggap sebagai
refrigeran yang aman karena tidak bersifat toksik dan tidak mudah terbakar.
Refrigeran CFC (chloro-fluoro-carbon) pertama, yaitu R12 (CF2Cl2) mulai
dilepas ke pasar pada tahun 1931, diikuti dengan refrigeran HCFC (hidro-chloro-
fluoro-carbon) pertama, yaitu R22 (CHF2Cl) pada tahun 1934. Pada tahun 1961,
campuran azeotropik pertama, yaitu R502 (R22/R115), diperkenalkan ke pasar
sebagai refrigeran.
Refrigeran CFC, khususnya R12, dianggap sebagai zat yang sangat
istimewa sebagai fluida kerja mesin pendingin sistem kompresi uap, hingga
pemenang Nobel dari Amerika (F.S. Rowland dan M.J. Molina)
mempublikasikan hasil penelitiannya pada tahun 1974. Rowland dan Molina
menyimpulkan bahwa klorin yang dilepaskan oleh zat halogenasi hidrokarbon
menyebabkan terjadinya perusakan lapisan ozon di angkasa. Untuk
menganggapi temuan ini, pada tahun 1987 telah disepakati Protokol Montreal
mengenai pelarangan penggunaan zat-zat yang bersifat merusak lapisan ozon.
Refrigeran CFC dan HCFC termasuk pada kategori zat perusak ozon,
sehingga penggunaannya sebagai refrigeran juga dilarang. Sebagai gantinya,
disarankan penggunaan HFC (hidro-fluoro-carbon), yaitu refrigeran yang
dihalogenasi tapi tidak diklorinasi. Akan tetapi, refrigeran HFC, baik yang murni

7
(R134a) maupun campurannya (R410A, R407A, R404A, dll), juga
menimbulkan efek lingkungan yaitu pemanasan global. Pada Protokol Kyoto,
yang ditanda-tangani pada 11 Desember 1997, refrigeran HFC termasuk zat
yang dilarang peredarannya karena menyebabkan pemanasan global. Indonesia,
sebagai negara yang ikut meratifikasi Protokol Montreal maupun Protokol
Kyoto, berkewajiban untuk melaksanakan setiap fasal dalam protokol yang
disepakati tersebut.
Perkembangan lain dalam sistem kompresi uap adalah pada komponen
peralatannya. Pada awalnya mesin pendingin sistem kompresi uap menggunakan
kompresor dengan piston yang besar dan lambat, tetapi sejak akhir abad ke-19
berubah menjadi lebih ringan dan cepat. Pada tahun 1934 A. Lysholm berhasil
mengembangkan kompresor ulir dengan rotor ganda di Swedia, sedangkan pada
tahun 1967 B. Zimmern mengembangkan kompresor ulir rotor tunggal di
Perancis.
Kompresor scroll sebenarnya telah dipatenkan oleh seorang Perancis
bernama Leon Creux pada tahun 1905, tetapi baru dapat dikembangkan pada
tahun 1970-an. Kompresor sentrifugal dikembangkan atas dasar penelitian
seorang Perancis bernama Auguste Rateau tahun 1890 dan orang Amerika
bernama Willis Carrier tahun 1911. Kompresor hermetik dikembangkan untuk
mengatasi kebocoran refrigeran oleh Father Audiffren pada tahun 1905 di
Perancis, dan digunakan sangat banyak saat ini.

Perkembangan Sistem Pendingin Lainnya


Perkembangan sistem pendingin selain sistem kompresi uap dipicu oleh
kemajuan yang dicapai dalam bidang termodinamika yang sangat pesat pada
abad ke-19. Kemajuan ini dimulai dari penelitian mengenai gas oleh ahli fisika
Inggris Boyle, disusul oleh Edme Mariotte (1620-1684), Jacques Charles (1746-
1823) dan Louis Joseph Gay-Lussac (1778-1850), hingga penelitian mengenai
mesin uap yang dilakukan oleh orang Skotlandia bernama James Watt (1736-
1819). Ilmuwan Perancis Sadi Carnot (1796-1832) akhirnya mempublikasikan
hasil karyanya yang menjadi inti Hukum Termodinamika Kedua pada tahun

8
1824. Berbagai penelitian mengenai teknik pendinginan sangat banyak
dilakukan sebagai dampak dari kemajuan termodinamika ini.
Disamping mesin pendingin sistem kompresi uap, sebagaimana dijelaskan
di atas, berbagai sistem pendingin lain juga ditemukan selama abad ke-19. Salah
satu diantaranya adalah sistem pendingin siklus gas yang muncul akibat
penemuan ”mesin udara” siklus terbuka oleh John Gorrie (1803-1855), seorang
dokter Amerika. Gorrie mematenkan penemuan tersebut setelah berhasil
mendiningkan brine ke suhu -7 oC pada tahun 1850 dan 1851. Alexander Kirk
(1830-1892) berhasil mengembangkan mesin siklus tertutup yang dapat
mendinginkan hingga suhu -13 oC pada tahun 1864. Mesin ini didasarkan pada
motor udara panas yang dikembangkan oleh pastor Skotlandia Robert Stirling
pada tahun 1837.
Pada tahun 1834, Ahli fisika Perancis Jean Charles Peltier (1785-1845)
menemukan bahwa aliran arus searah yang melalui jembatan dua logam dapat
menyebabkan pendinginan pada salah satu logam dan pemanasan pada logam
lainnya. Sampai tahun 1940-an, sistem termoelektrik hanya dianggap sebagai
keingin-tahuan ilmiah, hingga berkembangnya pengetahuan mengenai semi-
konduktor. Akan tetapi, hingga sekarang penggunaan sistem pendingin
termoelektrik secara komersial relatif sangat kecil.
Salah satu sistem pendingin yang berkembang dengan baik, disamping
sistem kompresi uap, adalah sistem absorbsi. Mesin pendingin sistem absorbsi
kontinyu yang pertama ditemukan pada tahun 1859 oleh seorang Perancis
bernama Ferdinand Carré (1824-1900). Mesin temuan Carré ini menggunakan
air sebagai absorber dan amonia sebagai refrigeran. Sistem absorbsi tak-
kontinyu sebenarnya lebih dulu dikembangkan (hasil temuan saudara Ferdinand
Carré yang bernama Edmond Carré pada tahun 1866), tetapi tidak terlalu
berhasil. Pada tahun 1913, seorang Jerman bernama Edmund Altenkirch berhasil
mempelajari dan menjelaskan sifat termodinamik sistem ini dengan rinci. Pada
tahun 1940-an, sistem absorbsi dengan litium-bromida sebagai absorber dan air
sebagai refrigeran berhasil dikembangkan di Amerika, sebagai modifikasi dari
sistem yang dikembangkan oleh Carré. Sistem absorbsi litium-bromida-air ini
banyak digunakan dalam bidang pengkondisian udara.

9
Refrigerasi Pada Industri Perikana
Mesin-mesin pendingin dewasa ini semakin banyak dimanfaatkan seirama
dengan kemajuan teknologi dan meningkatnya taraf hidup.
Penggunaan yang umum adalah untuk mengawetkan makanan. Karena pada
pada suhu biasa (suhu kamar) makanan cepat menjadi busuk (karena pada
temperatur biasa bakteri akan berkembang cepat).
Menyadari akan besarnya peranan suhu dingin pada daya awet hasil
perikanan inilah yang mendorong manusia mengaitkan hasil perikanan itu
dengan usaha refrigerasi, yakni memanfaatkan teknologi refrigerasi guna
mendinginkan suhu atau menurunkan suhu hasil tangkapan agar panjang daya
awetnya.
Kegiatan refrigerasi hasil tangkapan adalah usaha mendinginkan ikan agar
awet guna memperoleh manfaat biologis (gizi) dan ekonomis yang setinggi-
tingginya.
Dalam kehidupan sehari-hari, teknologi refrigerasi lebih dikenal dalam
bentuk produknya yang berupa es, lemari dingin (refrigerator rumah tangga),
kamar dingin (chillroom), gudang atau kamar beku (cold storage), pabrik es dan
lain-lain.

10

Anda mungkin juga menyukai