Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
karunia, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulisan makalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Produktivitas perairan “Ekologis terhadap Peranan Nitrat pada Up-welling .” dapat terselesaikan
dengan baik. Penulisan dan penyusunan makalah ini merupakan serangkaian aktivitas terpadu
dan komprehensif dalam mencapai sasaran pembelajaran agar tercapai secara maksimal dan
optimal.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang sedalam-dalamnya


kepada anggota kelompok yang berkerja dengan aktif.

Apabila penulisan makalah bebas ini terjadi kesalahan dalam penulisan kami dengan
senang hati memberikan dan ataupun kritikan untuk menyempurnakan makalah.

Akhir makalah ini, penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Ternate, 12 Desember 2021

Kelompok 2
BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang
Nitrat merupakan zat hara yang memiliki peran sangat penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan biota laut. Nitrat berperan penting terhadap pembentukan sel jaringan jasad
hidup organisme laut dan juga proses fotosintesis oleh fitoplankton. Fitoplankton merupakan
salah satu parameter biologi yang erat hubungannya dengan zat hara tersebut. Tinggi
rendahnya kelimpahan fitoplankton tergantung kepada kelimpahan zat hara diperairan
tersebut. Nitrat juga merupakan unsur hara yang sangat penting bagi pertumbuhan dan
metabolisme fitoplankton yang merupakan indikator untuk mengevaluasi kualitas dan tingkat
kesuburan perairan.
Nitrat (NO3-N) adalah bentuk nitrogen utama di perairan alami. Nitrat merupakan salah
satu nutrient senyawa yang penting dalam sintesa protein hewan dan tumbuhan. Konsentrasi
nitrat yang tinggi di perairan dapat menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan organisme
perairan apabila didukung oleh ketersedian nutrien (Effendi, 2003).
Secara alamiah konsentrasi zat hara dalam perairan bervariasi untuk masing-masing
bentuk senyawanya, termasuk nitrat dan fosfat dalam hal ini. Namun dalam kondisi tertentu
dapat terjadi keadaan di luar batas yang dinyatakan aman untuk kategori perairan tertentu.
Kondisi yang dimaksud antara lain terjadinya pembuangan limbah yang melewati batas
konsentrasi yang telah ditentukan oleh instansi berwenang yang menyebabkan terjadi
penurunan kualitas perairan yang berdampak negatif terhadap biota yang hidup di perairan
tersebut (Santoso, 2007).
1. 2. Rumusan masalah
1) Apa definisi nitrat ?
2) Dampak nengatif nitrat di perairan ?
3) Apa itu upwelling ?
4) Bagimana peran nitrat pada upwelling ?
1. 3. Tujuan
Mahasiswa mampu untuk mengetahui sumber sumber nitrat yang terkandungan di dalam
perairan dan mahasiswa dapat mengetahui peran nitrat di daerah upwelling.
1. 4. Manfaat
Sebagai penambah refensi dan pengetahuan tentang peranan nitrat dan upwelling di perairan
bagi mahasiswa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Definisi Nitrat ( NO 3 ¿
Nitrat merupakan bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan nutrien utama
yang berguna bagi pertumbuhan tanaman dan alga. Nitrat sangat mudah larut dalam air dan
bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen
diperairan. Nitrifikasi merupakan proses oksidasi ammonia menjadi nitrit dan nitrat oleh
organisme. Proses ini penting dalam siklus nitrogen (Effendi, 2003). Kandungan nitrogen
dalam badan air baik dalam bentuk Ammonia (NH3), Nitrat(NO3) dan Nitrit (NO2) sangat
berpengaruh terhadap kualitas suatu badan air. Siklus-siklus nitrogen yang terjadi dalam suatu
badan air terkadang mengkonsumsi paling banyak oksigen terlarut dibandingkan dengan
reaksi-reaksi biokimia lain yang terjadi dalam air.
Nitrat berasal dari ammonium yang masuk ke dalam badan sungai terutama melalui
limbah domestik konsentrasinya di dalam sungai akan semakin berkurang bila semakin jauh
dari titik pembuangan yang disebabkan adanya aktifitas mikroorganisme di dalam air
contohnya bakteri nitrosumonas. Mikroorganisme tersebut akan mengoksidasi ammonium
menjadi nitrit dan akhirnya menjadi nitrat oleh bakteri. Proses oksidasi tersebut akan
menyebabkan konsentrasi oksigen terlarut semakin berkurang, terutama pada musim kemarau
saat turun hujan semakin sedikit di mana volume aliran air sungai menjadi rendah. Dalam
kondisi konsentrasi oksigen terlarut sangat rendah dapat terjadi kebalikan dari stratifikasi
yaitu proses denitrifikasi di mana nitrat akan menghasilkan nitrogen bebas yang akhirnya
akan lepas ke udara atau dapat juga kembali membentuk ammonium dan amoniak melalui
proses amonifikasi nitrat. Nitrat dapat digunakan untuk mengklafisikasikan tingkat kesuburan
perairan. Perairan oligotrofik kadar nitrat 0–1 mg/l, perairan mesotrofik kadar nitrat 1–5 mg/l,
perairan eutrofik kadar nitrat 5-50 mg/l.
Secara alami konsentrasi nitrat dalam air laut hanya beberapa mg/L dan merupakan salah
satu senyawa yang berfungsi dalam merangsang pertumbuhan biomassa laut sehingga secara
langsung mengontrol perkembangan produksi primer sehingga berhubungan erat dengan
kesuburan suatu perairan (Susana, 2004 dalam Murtiono et al., 2016).
2. 2. Dampak Negatif Di Perairan
Ammonia, nitrat dan fosfat merupakan zat hara yang menunjang kesuburan perairan.
Kesuburan perairan dapat dikatakan sebagai salah satu faktor yang menunjang dalam penentuan
kualitas suatu perairan (Damar, 2004 dalam Santoso, 2006). Pengkayaan zat hara di lingkungan
perairan memiliki dampak positif, namun pada tingkatan tertentu juga dapat menimbulkan
dampak negatif. Dampak positifnya adalah adanya peningkatan produksi fitoplankton dan total
produksi ikan (Jones Lee dan Lee, 2005; Gypens et al., 2009), sedangkan dampak negatifnya
adalah terjadinya penurunan kandungan oksigen di perairan, penurunan biodiversitas dan
terkadang memperbesar potensi muncul dan berkembangnya jenis fitoplankton berbahaya yang
lebih umum dikenal dengan istilah Harmful Algal Blooms atau HABs (Howart et al., 2000 dalam
Risamasu dan Prayitno, 2011; Gypens et al., 2009). Oleh karena itu, konsentrasi ammonia, nitrat
dan fosfat telah diatur dalam
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004. Apabila konsentrasinya di
perairan telah melebihi baku mutu yang telah ditentukan, maka dipastikan akan mengakibatkan
menurunnya kualitas perairan dan akan berdampak negatif bagi biota laut yang ada di perairan
tersebut.
BAB III
PEMBAHASAN
3. 1. Peranan Upwelling Perairan
Upwelling adalah penaikan massa air laut dari lapisan dalam ke lapisan permukaan.
Gerakan naik ini membawa serta air yang suhunya lebih dingin, salinitas tinggi dan zat-zat
hara yang kaua akan nutrient ke permukaan (Nontji, 2005). Pada umumnya pergerakan arus
selalu membentuk sudut yang menuju ke arah laut sebagai efek gaya Coriolis dan devergensi
Ekman. Efek tersebut menyebabkan terjadinya aliran air laut permukaan yang menjauhi garis
pantai, sehingga terdapat kekosongan massa air laut permukaan yang akan terisi oleh massa
air bagian dalam.Menurut Barnes (1988), proses upwelling ini dapat terjadi dalam tiga bentuk
yaitu:
1) Pada waktu arus dalam (deep current) bertemu dengan rintangan seperti mid-ocean
ridge (suatu sistem ridge bagian tengah lautan), arus tersebut dibelokkan ke atas dan
selanjutnya air mengalir deras ke permukaan.
2) Ketika dua massa air bergerak berdampingan, misalnya saat massa air yang di Utara di
bawah pengaruh gaya coriolis dan massa air di Selatan ekuator bergerak ke Selatan di
bawah pengaruh gaya coriolis juga, keadaan tersebut akan menimbulkan “ruang
kosong” pada lapisan di bawahnya. Kedalaman massa air itu naik tergantung pada
jumlah massa air permukaan yang bergerak ke sisi ruang kosong tersebut dengan
kecepatan arusnya. Hal ini terjadi, karena adanya divergensi pada perairan laut
tersebut.
3) Upwelling dapat pula disebabkan oleh arus yang menjauhi pantai akibat tiupan angin
darat yang terus-menerus selama beberapa waktu. Arus ini membawa massa air
permukaan pantai ke laut lepas yang mengakibatkan ruang kosong di daerah pantai
yang kemudian diisi dengan massa air di bawahnya.

Kejadian upwelling pada suatu perairan dapat diidentifikasi dengan melihat berbagai indikator
seperti suhu yang lebih rendah dari sekitranya, salinitas, nutrien, dan klorofil-a yang secara
umum lebih tinggi dari daerah sekitarnya (Nontji, 2005). Selain indikator tersebut, angin yang
sejajar garis pantai juga menjadi sebab terjadinya upwelling di daerah pantai suatu pulau atau
paparan benua Pola Angin Musim Tenggara dan Timur Laut yang menuju ekuator juga menjadi
penyebab terjadinya upwelling, karena adanya divergensi (Thurman, 1991) dan pertemuan dua
sistem arus atau adanya percabangan arus laut dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya
upwelling (Nontji, 1987)

3. 2. Peran Nitrat Terhadap Upwelling

nitrat merupakan salah satu zat hara yang dibutuhkan dan mempunyai pengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan hidup organisme di perairan. Fitoplankton merupakan salah
satu parameter biologi yang erat hubungannya dengan fosfat dan nitrat. Tinggi rendahnya
kelimpahan fitoplankton disuatu perairan tergantung kepada kandungan zat hara diperairan
tersebut antara lain zat hara nitrat, sama halnya dengan zat hara lainnya, kandungan nitrat di
suatu perairan, secara alami tersedia sesuai dengan kebutuhan organisme yang hidup di perairan
tersebut (Nybakken, 1998)

Proses naiknya massa air ke permukaan seringkali membawa unsur-unsur nutrien yang
mendukung proses tumbuh kembang fitoplankton. Unsur kimia yang dimaksud antara lain nitrat
(NO3), fosfat (PO4), amoniak (NH4) dan silika (Si). Laju pertumbuhan kelompok mikroalga
sangat tergantung pada ketersedian unsur N dan P. Sedangkan unsur Si merupakan unsur
pembatas pada pertumbuhan diatom. Proses upwelling yang terjadi di suatu perairan akan
mempengaruhi kondisi kehidupan fitoplankton, hidrologi dan pengayakan nutrisi di perairan
tersebut. Disisi lain, kondisi fitoplankton baik keanekaragaman dan distribusi fitoplanktonnya
dipengaruhi pula oleh berbagai faktor, seperti faktor atmosfer, lokasi dan kondisi lingkungan di
perairan tersebut. Secara alamiah konsentrasi zat hara dalam perairan bervariasi untuk masing-
masing bentuk senyawanya, termasuk nitrat dan fosfat dalam hal ini. Namun dalam kondisi
tertentu dapat terjadi keadaan di luar batas yang dinyatakan aman untuk kategori perairan
tertentu. Kondisi yang dimaksud antara lain terjadinya pembuangan limbah yang melewati batas
konsentrasi yang telah ditentukan oleh instansi berwenang yang menyebabkan terjadi penurunan
kualitas perairan yang berdampak negatif terhadap biota yang hidup di perairan tersebut
(setyowati 2016).

Peranan nitrat dan fosfat yang terkandung didalam sedimen yang ada di sungai atau
muara sungai adalah sebagai unsur yang penting bagi pertumbuhan dan kelangsungan hidup bagi
organisme di dalamnya. Organisme tersebut berperan sebagai mata rantai dari rantai makanan
yang mendukung produktivitas perairan. Pengkayaan zat hara di lingkungan perairan memiliki
dampak positif, namun pada tingkatan tertentu juga dapat menimbulkan dampak negatif.
Dampak positifnya adalah terjadi peningkatan produksi fitoplankton dan total produksi
sedangkan dampak negatifnya adalah terjadinya penurunan kandungan oksigen di perairan,
penurunan biodiversitas dan terkadang memperbesar potensi muncul dan berkembangnya jenis
fitoplankton berbahaya yang lebih umum dikenal dengan istilah Harmful Algal Blooms atau
HABs (Risamasu dan Prayitno, 2011). Pemeriksaan kandungan nitrat dan fosfat atau sering
disebut sebagai zat hara perlu dilakukan karena parameter tersebut merupakan parameter tingkat
kesuburan suatu perairan (Wibisono, 2005).
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Upwelling adalah penaikan massa air laut dari lapisan dalam ke lapisan permukaan. Gerakan
naik ini membawa serta air yang suhunya lebih dingin, salinitas tinggi dan zat-zat hara yang kaua
akan nutrient ke permukaan.

Nitrat merupakan unsur hara yang sangat penting bagi pertumbuhan dan metabolisme
fitoplankton yang merupakan indikator untuk mengevaluasi kualitas dan tingkat kesuburan
perairan. Konsentrasi nitrat yang tinggi di perairan dapat menstimulasi pertumbuhan dan
perkembangan organisme perairan apabila didukung oleh ketersedian nutrient.

Tinggi rendahnya kelimpahan fitoplankton disuatu perairan tergantung kepada kandungan zat
hara diperairan tersebut antara lain zat hara nitrat, sama halnya dengan zat hara lainnya.

Peranan nitrat yang terkandung didalam sedimen yang ada di sungai atau muara sungai adalah
sebagai unsur yang penting bagi pertumbuhan dan kelangsungan hidup bagi organisme di
dalamnya. Organisme tersebut berperan sebagai mata rantai dari rantai makanan yang
mendukung produktivitas perairan. Pengkayaan zat hara di lingkungan perairan memiliki
dampak positif, namun pada tingkatan tertentu juga dapat menimbulkan dampak negatif.

4.2 Saran

Penyusun menyadari bahwa Makalah diatas masih banyak kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan pedoman pada banyak
sumber yang dapat di pertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.
DAFTAR PUSTAKA

Effendi, H. (2003). Telaah kualitas air, bagi pengelolaan sumber daya dan lingkungan perairan.
Cetakan Kelima. Yogjakarta: Kanisius.

Santosa, M.B., dan Wiharyanto, D., 2013, Studi Kualitas Air di Lingkungan Perairan Tambak
Adopsi Better Management Practices (BMP) Pada Siklus Budidaya I, Kelurahan Karang
Anyar Pantai Kota Tarakan, Jurnal Harpodon Borneo., 6, 1, 49.

Susana, 2004. Sumber polutan nitrogen dalam air laut. Jurnal Oseana, Vol 24 (3) : 25 – 33

Santoso 2006. ‘Kualitas Nutrien Perairan Teluk Hurun Lampung. ’Jurnal Teknologi
Lingkungan. 7(2): 140-144.

Jones-Lee, A., & Lee, F. G. (2005). Eutrophication (Excessive Fertilization), water


encyclopedia: surface and agricultural water. Hoboken, NJ: Wiley, p.107-114.

Gypens, N., Borges, A. V., & Lancelot, C. (2009). Effect of eutrophication on air±sea CO2
fluxes in the coastal Southern North Sea: a model study of the past 50 years. Global Change
Biology, 15(4), 1040-1056.

Howarth, R., D. Anderson, J. Cloern, C. Elfring, C. Hopkinson, B. Lapointe, T. Malone, N.


Marcus, K. McGlathery, A. Sharpley, & D. Walker. 2000.

Nontji, A. 2005. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta

Barnes. 1988. An Introduction to Marine Ecologys. Blackwell Scientific Publication. London.

Nybakken. 1998. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Alih Bahasa: M. Eidman,
Koesoebiono, D.G. Bengen dan M. Hutomo. Gramedia, Jakarta.
Setyowati 2016, Monitoring Kadar Nitrit dan Nitrat Pada Air Sumur di Daerah Catur Tunggal
Yogyakarta dengan Metode Spektrofotometri UV-VIS, Jurnal Manusia dan Lingkungan.,
23, 2, 143- 148.

Wibisono, M. S. 2005. Pengantar Ilmu Kelautan. PT Gramedia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai