OLEH :
NIM : 1605030073
FAKULTAS PETERNAKAN
KUPANG
2019
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
bimbingan dan penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu
yang di tentukan segala kekurangan yang terdapat di makalah ini merupakan keterbatasan dari
penulis.Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya apabila setelah
memakai atau membaca makalah ini para pembaca memperoleh manfaat yang berarti, karena
disitulah letak harapan besar penulis.
Akhir pepatah mengatakan, tiada gading yang tidak retak,makalah inipun tak terlepas
dari aneka kesalahan dan kekurangsempurnaan. Karena itu semua tegur sapa dan sumbang
saran yang sifatnya membangun akan selalu penulis terima dengan hati yang terbuka.
Penulis
2
DAFTAR ISI
DAFTAR RUJUKAN……………………...……………………………………………….16
3
BAB I
PENDAHULUAN
Cara pemeliharaan yang nanti saya lakukan adalah dengan sistem pengembalaan
(ekstensif).Cara pemeliharaan ini ternak kambing dibiarkan berkeliaran di kebun atau di
padang untuk mencari makan sendiri tetapi pada sore harinya di masukan kedalam kandang
sebagai tempat berlindung dari cuaca buruk ,binatang buas serta menghindari pencuri.
1.2. Tujuan
✓ Tujuan dari usaha ternak kambing ini adalah untuk meningkatkan dan mengembangkan
ternak kambing dengan sistem pengembalaan.
4
BAB II
ANALISIS MASALAH
2.1. Kondisi Saat Ini
Sektor peternakan di Flores Timur saat ini yang menonjol dan dikelola secara luas
dalam skala kecil adalah babi dan kambing. Keduanya merupakan hewan yang dipelihara di
rumah-rumah penduduk untuk keperluan adat. Adapun baru 33% padang penggembalaan yang
digunakan dari keseluruhan area yang ada seluas 33.294 hektare (Bappeda; 2006).
Hampir setiap rumah tangga nonmuslim di Flotim memelihara ternak Kambing dan
babi. Kambing bukan hanya bernilai secara adat, tetapi juga secara ekonomi. Pemeliharaan
Kambing memang tidak sulit karena hanya dengan mengkonsumsi pakan hijauan seperti daun
nangka dan rumput rumputan yang tersedia berlimpah untuk kebutuhan ternak . Rumah tangga
di Flotim memang terikat oleh kewajiban untuk menyediakan kambing pada perayaan-
perayaan adat. Jika ada hal-hal mendadak, seperti kematian, yang menuntut pemotongan
kambing, maka pada saat itu rumah tangga yang tidak memiliki kambing harus membeli
kambing. Fenomena ini disebut “uang mencari kambing”. Hal ini menyebabkan harga kambing
dan babi bisa melonjak jauh lebih mahal dari pada harga di pasar. Kebutuhan akan kambing
memang bisa terjadi kapan saja sehingga lebih ekonomis untuk memeliharanya sendiri untuk
tujuan subsistensi. Sebaliknya, fenomena “kambing mencari uang” adalah jika si pemilik
kambing tiba-tiba harus mencari pembeli kambingnya karena ia tiba-tiba sakit. Pada saat itu
kambing harus cepat-cepat dijual tanpa menunggu datangnya hari pasar. Harga “kambing cari
uang” ini jelas jatuh di bawah harga normal di pasar. (Sumber: Wawancara dengan GS, Petani
Jambu Mete, 25 Juli 2008.)
Ternak kambing pada umumnya dipelihara sebagai tabungan, penghasil pupuk
kandang, penghasil daging, susu dan kulit serta untuk meningkatkan status sosial bagi
pemiliknya. Pemeliharaan ternak kambing dilakukan secara sederhana, sebagai usaha sambilan
untuk tambahan penghasilan keluarga. Selain sebagai usaha sambilan, beternak kambing dapat
pula dijadikan sumber mata pencaharian, kalau petani peternak punya modal cukup, punya
perhatian khusus terhadap budidaya dan perkembangan ternaknya, mampu menerapkan
manajemen usaha yang baik, tahu ilmu dagang dan tidak buta perkembangan harga pasar
(Sarwono, 2007).
Ternak kambing merupakan komponen penting dalam usaha tani rakyat karena
pemeliharaan kambing dengan skala kecil dapat membantu subsistensi. Lebih lanjut dinyatakan
bahwa beternak kambing sebenarnya banyak keuntungan bila dibandingkan dengan kerugian
5
yang diderita. Sebab kambing sudah memasyarakat, seperti halnya ayam dan itik. Selain itu
memelihara kambing tidak menuntut persyaratan khusus (Muljana, 2001)
2.2. Masalah
Masalah atau kendala yang sering dijumpai dalam pemeliharaan ternak kambing dengan
sistem pengembalaan (ekstensif ) adalah sebagai berikut :
6
BAB III
KONSEP PENGEMBANGAN
A. Pengembangan Pakan
1. Pengolahan Hay
Untuk pengolahan hay bisa dengan menggunakan metode Hamparan dan
metode Pot.Metode hamparan ini merupakan metode yang sederhana dilakukan yaitu denganca
ra menghamparkan hijauan yang sudah dipotong di lapangan terbuka dibawah sinar mata hari.
Setiap hari hamparan dibalik balik hingga kering. Hay yang dibuat dengan cara ini biasanya m
emiliki kadar air : 20 - 30%. Sedangkan metode pot dilakukan dengan menggunakan semaca
m rak sebagai tempat menyimpan hijauan yang telah dijemur selama 1 - 3 hari (kadar air ± 50
%) . Hijauan yang akan harus dipanen saat menjelang berbunga ( berkadar protein tinggi, ser
at kasar dan kandungan air optimal), sehingga hay yang diperoleh tidak berjamur (tidak
berwarna “gosong”).
2. Pengolahan Silase
Untuk pengolahan silase Hijauan atau rumput dilayukan, dipotong-potong (5-10)
cm, diberi tambahan karbohidrat sebagai substrat bakteri (misal tetes/molases, tepung jagung,
dedak halus, onggok), kurang lebih 3% dicampur rata.dimasukkan kedalam silo (tempat
penyimpanan), dipadatkan dan ditutup rapat dan setelah 3 minggu, silo dapat dibuka dan siap
diberikan kepada ternak kambing.Apabila silo baik dan benar dalam pembuatannya maka
dapat bertahan 2-3 tahun selama tetap berada dalam keadaan kedap udara.
3. Pengolahan Konsentrat
Proses pengolahan pakan konsentrat meliputi berbagai proses diantaranya adalah drying,
grinding, mixing, peletting dan extruding yang akan dibahas sebagai berikut:
7
1. Drying
Drying atau pengeringan adalah perlakuan terhadap bahan pakan untuk mengurangi
kadar air dalam pakan menjadi kurang dari 14%. Proses pengeringan adalah proses
pengambilan atau penurunan kadar air sampai batas tertentu sehingga dapat memperlambat
laju kerusakan bahan pakan akibat aktivitas 10 biologis dan kimia sebelum bahan diolah atau
dimanfaatkan. (Muhardityah dan Hazwi, 2014).
2. Grinding
Grinding atau penggilingan dilakukan dengan manambahkan garam dapur, urea dan
tepung tulang yang digiling sampai ukuran partikelnya kecil–kecil dan homogen (Wahyono
dan Hardianto, 2004). Proses penggilingan ini dilakukan agar meningkatkan homogenitas
dan meningkatkan luas permukaan yang tersedia bagi enzim dalam proses pencernaan.
3. Mixing
Mixing atau pencampuran bertujuan untuk menghasilkan produk yang mempunyai
nilai nutrisi yang homogen. Proses pencampuran yang baik akan menghasilkan produk yang
seragam pada waktu yang pendek. Faktor yang mempengaruhi hasil pencampuran antara lain
bentuk partikel, kerapatan jenis, urutan penambahan bahan baku, jumlah bahan yang
dicampur, desain mixer dan waktu pencampuran (Suparjo, 2010). Beberapa faktor yang
mempengaruhi stabilitas pakan adalah kehalusan bahan pakan saat proses pencampuran
(Aslamsyah dan Karim, 2012).
4. Peletting
Pelleting suatu proses menggabungkan campuran beberapa bahan pakan secara
mekanik dengan tekanan tertentu. Penambahan air pada proses Pelleting 11 sangat berguna
untuk memudahkan dan memperlancar proses pembuatan pellet, sehingga mesin pellet tidak
terlalu panas (Bakti, 2006). Keuntungan Pelleting adalah meningkatkan kerapatan jenis,
mengurangi debu dan memudahkan penanganan (Suparjo, 2010).
5. Extruding
Extruding adalah proses pencetakan dan pemadatan bentuk bahan pakan melalui alat
extruder, pada proses pencetakan sebaiknya ditambahkan air agar campuran pakan menjadi
lunak, sehingga bisa keluar melalui cetakan. Tahapan pembuatan pellet meliputi beberapa
proses yaitu pencampuran (mixing), pengaliran uap (conditioning), pencetakan (extruding)
dan pendinginan (cooling) (Krisnan dan Ginting, 2009).
8
B. Pengembangan Air
Untuk penyediaan airnya disiapkan bak penampung air ukuran sedang dan aliran
airnya dibuat kran langsung menuju bak penampung yang dekat dengan tempat
pengembalaan ternak kambing dengan tujuan agar air tersebut bisa digunakan untuk
memenuhi kebutuhan ternak kambing.Utuk sistem penyiraman tanaman pakan dibuat lagi
saluran langsung menuju lahan penanaman HMT dengan membuat Kran Sprinkle Putar
untuk HMT. Kran putar ini dilengkapi dengan konektor quick disconnect yang berfungsi
menghubungkan kran siram tanaman dengan selang sumber air, Sprinkle Putar tanaman ini
akan berputar sehingga air yang keluar dapat didistribusikan secara merata dan menyeluruh
ditanaman HMT,Kran putar ini mampu berputar 360 derajat dan sangat efektif digunakan
untuk menyiram tanaman tanpa membutuhkan banyak tenaga dan juga tidak membuang
banyak waktu.
9
3.1.3. Pengelolaan kesehatan
Untuk pengelolaan kesehatan harus diperhatikan adalah perawatan kandang.Seluruh
bagian kandang kambing harus dibersihkan secara rutin seperti membersihkan lantai
kandang,tempat pakan kambing,serta memperbaiki segera mungkin jika terdapat bagian
kerusakan pada kandang kambing.Apabila ternak kambing sudah diserang penyakit maka
bisa lngsung hubungi petugas kesehatan hewan (dokter hewan).
Penyakit yang biasanya menyerang ternak kambing adalah Perut kembung
(bloat),cacingan,scabies,antraks,keracunan,mastitis,dll.Untuk penyakit perut kembung (bloat)
untuk mengatasinya bisa dengan memberi obat masuk angin yang dapat dibeli di apotik atau
warung. Cara lain, dengan meminumkan minyak nabati, atau dengan mencekoki kambing
dengan soda. Bisa juga dengan menusuk anus kambing dengan tangkai daun pepaya yang
sudah diolesi minyak, kemudian menekan dan memijit perutnya agar dapat mengeluarkan
gas. Cara-cara tersebut bertujuan agar kambing dapat mengeluarkan gas berlebih dalam
perutnya baik melalui kentut maupun sendawa.Sedangkan untuk penyakit cacingan
pencegahan sebaiknya lakukan kebersihan kandang secara rutin dan berikan obat cacing
secara teratur setiap 3 bulan sekali atau sekurang-kurangnya 6 bulan sekali. Selain
menggunakan obat medis, penyakit cacingan pada kambing juga dapat diatasi dengan
membuat ramuan herbal berupa 2 buah pinang tua, 2 sendok makan gula jawa, 5 lembar daun
tembakau dan 1 sendok makan serbuk getah pepaya muda. Semua bahan dicampur rata dan
dihaluskan dan diberikan setiap 5 hari sekali.
3.1.4. Reproduksi
Kambing telah dewasa kelamin dapat dikawinkan. Kambing dewasa kelamin
umumnya pada umur 6-8 bulan (sudah mulai birahi). Umur dapat diketahui dengan catatan
kelahiran atau dapat dilihat dari giginya. Umur pertama kali dikawinkan 10–12 bulan untuk
kambing betina, sedangkan umur lebih dari 1 tahun untuk kambing jantan.
➢ Tanda-Tanda Birahi Pada Kambing Betina
Gelisah - Alat kelamin bagian luar bengkak, basah, merah dan hangat. - Ekor digerak-
gerakan. - Diam bila dinaiki oleh pejantan. - Nafsu makan berkurang. Lama berahi sekitar 30
jam, sedangkan siklus birahi sekitar 17 hari.
➢ Waktu mengawinkan
Waktu mengawinkan yang tepat adalah 12-18 jam setelah terlihat tanda-tanda
birahi.Untuk memudahkan proses kawin dan mengurangi resiko kegagalan,maka kambing
10
betina dan pejantan dikandangkan dalam satu kandang.Hindarkan terjadinya perkawian antar
saudara,anak dengan bapak,dan induk dngan anak.
➢ Kelahiran
Kambing yang akan melahirkan Nampak gelisah,menggaruk-garuk tanah/lantai
kandang,mengembink,pinggul mengendur,ambing sangat besar dan bila dipencet keluar
cairan (kolostrum),alat kelamin membengkak dan nafsu makan turun.
➢ Perawatan anak yang baru lahir
Kambing yang habis melahirkan kadang-kadang kurang perhatian terhadap anak yang
baru saja dilahirkan.Apabila induk tidak mau menyusui,maka dekatkan induk pada anaknya
sehingga anak kambing dapat menyusu.Jika induk tidak mau menyusui ,anak kambing dapat
diberi susu buatan,susu ini dapat dibuat dari susu bubuk putih,gula satu sendok teh, satu butir
telur ayam,dan satu cangkir air matang.Susu buatan ini diberikan dua kali sehari sampai
induk mau menyusui sendiri.
➢ Menyusui
Kambing akan menyusui selama 2,5-3 bulan,pada sistem peternakan tradisional dapat sampai
5-6 bulan
➢ Pendugaan Umur
Umur kambing dapat diperkirakan dari gigi yang tumbuh.
11
yang disebabkan oleh parasit dan jamur tidak mudah,terhindar dari serangan hewan liar,
seperti anjing atau yang lainnya.
Kandang diusahakan menghadap ke timur agar memenuhi persyaratan kesehatan
ternak. Bahan yang digunakan harus kuat, murah dan tersedia di lokasi. Kandang dibuat
panggung dan beratap dengan tempat pakan dan minum. Dinding kandang harus mempunyai
ventilasi (lubang angin) agar sirkulasi udara lebih baik. Kambing sebaiknya dipelihara dalam
kandang untuk Memudahkan dalam pengawasan terhadap kambing yang sakit atau yang
sedang dalam masa kebuntingan,Memudahkan dalam pemberian pakan,Menjaga keamanan
ternak
Ukuran Kandang
✓ Anak: 1 X 1,2 m /2 ekor (lepas sapih)
✓ Jantan dewasa: 1,2 X 1,2 m/ ekor
✓ Dara/ Betina dewasa:1 X 1,2 m /ekor
✓ Induk dan anak: 1,5 X 1,5 m/induk + 2 anak
(Syukur, 2009)
Pembuatan pagar keliling menggunakan batang pohon cemara dan bisa juga
menggunakan jaring agar dapat melindungi ternak dari gangguan binatang buas/pemangsa
dan pencuri.
12
Keadaan fisik tanah meliputi kedalaman efektif tekstur,warna,struktur,kelembapan dan
tata udara tanah.Keadaan kimia tanah meliputi reaksi tanah (pH tanah),kejenuhan
basah,bahan organic,banyaknya unsure hara,cadangan unsure hara,dan ketersediaan terhadap
pertumbuhan tanaman.Sedangkan biologi tanah antara lain meliputi aktifitas mikrobia
perombak bahan organic dalam proses humifikasi dan peningkatan Nitrogen udara.
Pemberian bahan organik merupakan salah satu cara untuk memperbaiki sifat fisik
tanah. Bahan organik yang diberikan dapat berupa pupuk kandang, kompos, bokashi, ataupun
hijauan. Bahan lain yang dapat digunakan untuk meningkatkan produktivitas lahan adalah
zeolit. Sebagai bahan amelioran, zeolit dapat mengurangi derajat kemasaman tanah,
meningkatkan ketersediaan ion kalsium (Ca2+), kalium (K+ ), dan fosfat, meningkatkan nilai
KTK, dan mengurangi unsur alumunium (Al3+) dalam tanah (Suyartono dan Husaini 1991).
Karena sifat-sifat tersebut, pemberian zeolit dalam takaran tertentu dapat meningkatkan hasil
dan kualitas hasil tanaman serta meningkatkan efisiensi pemupukan. Zeolit berfungsi juga
sebagai penyimpan unsur hara pupuk dan mengikat air tanah yang dapat dilepas secara
bertahap, sehingga kelembaban dan kesuburan tanah dapat dijaga.
Bahan organik dapat memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kapasitas
menahan air, pori aerasi, dan laju infiltrasi, serta memudahkan penetrasi akar, sehingga
produktivitas lahan dan hasil tanaman dapat meningkat (Suwardjo et al. 1984, Anonim
1990).
3.2.3. Iklim
Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca dalam waktu yang panjang. Iklim mempunyai
pengaruh yang besar terhadap ternak, yaitu dapat membantu atau menganggu kelangsungan
hidup dari ternak. Iklim sendiri meliputi :
1) Curah hujan
Curah hujan sangat penting bagi peternakan. Dengan curah hujan penyediaan air
minum dan kelangsungan pengadaan makanan ternak sepanjang tahun dan sebaiknya
peternak mengetahui peta hujan. Curah hujan ini sangat berguna, karena dengan begitu
para peternak bisa merencanakan dan memanajemen dengan baik masa birahi.
2) Temperatur
Dengan mengetahuinya temperatur suatu daerah para peternak dapat
menempatkan jenis ternak apa yang sesuai dengan tempat yang dipilih. Karena
temperatur yang panas atau terlalu dingin sangat mempengaruhi produktififtas ternak.
Ternak lokal dapat bertahan dengan suhu yang panas, sedangkan ternak yang berasal
dari subtropics yang telah disilangkan dengan ternak lokal dapat bertahan ditempat
yang bersuhu sedang.
3) Kelembaban udara
Kelembaban udara yang terlalu tinggi sangat mempengaruhi kesehatan ternak,
baik itu pada pernafasannya, pertumbuhan parasit pada ternak, ataupun penyakit
lainnya yang merugikan. Kelembaban ini berbanding terbalik dengan temperature.
4) Kecepatan angin
14
Dengan kecepatan udara yang normal sangat baik untuk kesegaran ternak dan
kecepatan angin dapat juga digunakan untuk kincir angin yang dapat digunakan untuk
kebutuhan manusia dalam sumber listrik juga pengadaan air untuk daerah yang
kecepatan angin juga membantu ternak dalam melepaskan panas temperatur tubuhnnya.
Jadi pada intinya iklim yang meliputi curah hujan, temperatur, kelembaban udara,
radiasi matahari, kecepatan angin, dan pH harus kita pelajari dan harus bisa
mengaplikasikannya karena berpengaruh besar terhadap kehidupan dan produksi ternak.
15
Air sangat penting bagi ternak sebab air mempunyai peran yang penting dalam
metabolisme ternak, selain itu air juga membantu ternak melepaskan panas tubuhnya
secara konduksi dan penguapan, keperluan air ini akan meningkat apabila temperatur
naik.
4. Mempengaruhi efisiensi pengunaan makanan
Ternak dapat mengalami heat stress apabila iklim suatu tempat panas, sehingga ternak
tidak banyak melakukan gerak untuk menjaga suhu tubuhnya tetap stabil.
5. Hilangnya zat-zat makanan
Semakin sering ternak berkeringat dan mengeluarkan air ludah maka akan semakin
banyak zat makanan yang hilang. Ternak mamalia apabila mereka berkeringat maka
mereka akan kehilangan air dan mineral dari dalam tubuhnya.
6. Pengaruh terhadap pertumbuhan
Menurunnya nafsu makan pada ternak disebabkan temperatur yang sangat tinggi
akibatnya feed intake ternak pun akan menurun dan juga mempengaruhinya lamanya
merumput dan akhirnya juga mempengaruhi produktififtas dari ternak.
7. Pengaruh iklim terhadap produksi susu
Sapi perah dapat menghasilkan susu 56 % pada daerah subtropics, berbeda dengan
daerah tropis sapi perah lebih sedikit menghasilkan susu. Iklim juga sangat
mempengaruhi kandungan susu, lemak, bahan kering.
8. Pengaruhi tingkah laku ternak
Iklim dapat mengakibatkan ternak mengalami stress yang dapat dilihat dari tingkah
laku ternak itu sendiri. Faktor internal dan eksternal merupakan faktor yang dapat
menyebabkan strees pada ternak.
Faktor Internal terdiri dari : penyakit ,vaksinasi ,penyapihan,Faktor Eksternal terdiri dari :
cuaca ,makanan dan lingkungan
16
langsung terhadap parasit penyakit karena pada daerah tropis yang curah hujannya
hanya cukup untuk tumbuhnya semak-semak. Dengan adanya semak-semak
menyebabkan berkembangbiaknya nyamuk yang dapat mengakibatkan penyakit tidur
dan dapat menyebabkan kematian yang mempengaruhi proses metabolisme ternak
terserang.
3. Penyimpanan dan panangan hasil ternak
Iklim tropis baik lembab/kering dapat merusak hasil ternak dan oleh sebab itu maka
biaya prosessing dan penanganya bertambah Aklimatasi merupakan proses yang
kompleks dimana seekor hewan menyesuaikan diri pada lingkungan dimana ternak
tersebut hidup.
Pada dasarnya semua hewan atau ternak yang berdarah panas disebut Hormoiotermis
yaitu hewan atau ternak yang relatif berusaha mempertahankan suhu tubuhnya pada kisaran
yang cocok agar terjadi aktifitas biologis yang optimum, sedangkan untuk hewan atau ternak
yang suhu tubuhnya tidak dipengaruhi lingkungan disebut Polikolitermis.
17
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dalam usaha pemeliharaan ternak kambing gembala ada beberapa faktor yang harus
diperhatikan dalam pemeliharaan antara lain manajemen pakan dan air ,pengendalian
penyakit , reproduksi,kandang,iklim, dan lahan.
Dalam pemeliharaan ternak kambing sangat mudah karena tidak membutuhkan
keterampilan yang khusus, sehingga peternak barupun mampu secara cepat belajar
manajemen pemeliharaan. Usaha ternak kambing dipedesan tidak memerlukan modal yang
besar,penyediaan sumber pakan hijauan umumnya mudah didapatkan dan cukup berlimpah
seperti rumput lapangan, leguminosa, limbah pertanian (limbah sayuran, tanaman pangan,
perkebunan), dan lainnya. Selain itu, dalam berusaha ternak kambing tidak perlu memiliki
lahan yang luas, hanya diperlukan kandang (sesuai dengan jumlah yang dipelihara), pakan
yang dapat diambil dari kebun, lapangan umum, atau di gembalakan di lahan-lahan umum
(lapangan, dibawah perkebunan dan lainnya),mudah beradaptasi dengan lingkungan, Bisnis
beternak kambing akan cepat menghasilkan untung, dan tabungan menjanjikan.
5.2 Saran
Dengan selesaainya Tugas makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan mahasiswa tentang bagaimana cara pengembangan usaha ternak kambing
dengan sistem pengembalaan dengan bisa memperhatikan faktor faktor yang ada serta
kendala dalam sistem pemeliharaan ternak kambing agar bisa menjadi panduan untuk dapat
diterapkan saat di dunia kerja (dilapangan)
18
DAFTAR RUJUKAN
Priyanto, D.2001. Peranan usaha ternak kambing lokal sebagai penunjang perekonomian
petani di pedesaan.Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.
Bogor 17- 18 September 2001. pp. 418-426.
19