Makalah
Di tulis untuk memenuhi persyaratan kelengkapan tugas mata kuliah
Kewarganegaraan.
Oleh Kelompok 3
M. MUSYARRAB HSB 2316010172
HASNA AZZAHRA 2316010182
JUNI RAHIMA ZAKIA 2316010189
Dosen Pengampu :
Dr.Engrina Fauzi,S.H,.M.H
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan Penulis kemudahan sehingga
kami dapat meyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya
kami tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammada SAW
yang kita nantikan Syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah kewarganegaraan dengan judul
Penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya menjadi makalah yang baik yang lebih baik lagi. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konstitusi (bahasa Latin: constituante) atau Undang-undang Dasar atau
disingkat UUD dalam negara adalah sebuah norma sistem politik dan hukum
bentukan pada pemerintahan negara—biasanya dikodifikasikan sebagai dokumen
tertulis. Hukum ini tidak mengatur hal-hal yang terperinci, melainkan hanya
menjabarkan prinsip-prinsip yang menjadi dasar bagi peraturan-peraturan lainnya.
Dalam kasus bentukan negara, konstitusi memuat aturan dan prinsip-prinsip entitas
politik dan hukum. Istilah ini merujuk secara khusus untuk menetapkan konstitusi
nasional sebagai prinsip-prinsip dasar politik, prinsip-prinsip dasar hukum termasuk
dalam bentukan struktur, prosedur, wewenang dan kewajiban pemerintahan negara
pada umumnya. Konstitusi umumnya merujuk pada penjaminan hak kepada warga
masyarakatnya. Istilah konstitusi dapat diterapkan kepada seluruh hukum yang
mendefinisikan fungsi pemerintahan negara.
Dalam bentukan organisasi konstitusi menjelaskan bentuk, struktur,
aktivitas, karakter, dan aturan dasar organisasi tersebut. Jenis organisasi yang
menggunakan konsep konstitusi yaitu, organisasi pemerintahan (transnasional,
nasional atau regional), organisasi sukarela, persatuan dagang, partai politik,
perdagangan beras dan rempah-rempah. Konstitusi pada umumnya bersifat
kodifikasi yaitu sebuah dokumen yang berisi aturan-aturan untuk menjalankan suatu
organisasi pemerintahan negara. Namun dalam pengertian ini, konstitusi harus
diartikan dalam artian tidak semuanya berupa dokumen tertulis (formal). Menurut
para ahli ilmu hukum maupun ilmu politik konstitusi harus diterjemahkan termasuk
kesepakatan politik, negara, kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan dan
distribusi maupun alokasi. Konstitusi bagi organisasi pemerintahan negara yang
dimaksud terdapat beragam bentuk dan kompleksitas strukturnya, terdapat pula
konstitusi politik atau hukum akan tetapi mengandung pula arti konstitusi ekonomi
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud konstitusi Negara?
2. Bagaimana konsep dan urgensi konstitusi negara?
3. Apa peran konstitusi dalam masyarakat?
4. Apa dinamika dan tantangan konstitusi dalam kehidupan berbangsa?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu konstitusi
2. Untuk mengetahui konsep konstitusi
3. Untuk mengetahui konstitusi dalam masyarakat
4. Untuk mengetahui dinamika dan tantangan konstitusi
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSTITUSI NEGARA
Istilah dalam bahasa Inggris “constitution” atau dalam bahasa Belanda “constitutie “
secara harafiah sering diterjemahkan dalam bahasa Indonesia UndangUndang Dasar.
Permasalahannya penggunaan istilah undang-undang dasar adalah bahwa kita langsung
membayangkan sesuatu naskah tertulis. Padahal istilah constitution bagi banyak sarjana
ilmu politik merupakan sesuatu yang lebih luas, yaitu keseluruhan peraturan – peraturan
baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis yang mengatur secara mengikat cara-cara
bagimana suatu pemerintahan diselenggarakan dalam suatu masyarakat. Kebiasaan
menerjemahkan istilah constitution menjadi undang-undang dasar, hal ini sesuai dengan
kebiasaan orang Belanda dan Jerman, yang dalam percakapan sehari-hari memakai kata
“Grondwet” (Grond = dasar; wet = undang-undang) dan grundgesetz (Grund = dasar ;
gesetz = undang-undang )yang keduanya menunjukkan naskah tertulis (Miriam Budiardjo,
2007: 95).
Pengertian konstitusi dalam praktek ketatanegaraan umumnya dapat mempunyai dua
arti :
a)lebih luas daripada undang-undang dasar
b)sama dengan pengertian undang-undang dasar
Kata konstitusi dapat mempunyai arti lebih luas daripada pengertian undang-undang
dasar, karena pengertian undang-undang dasar hanya meliputi naskah tertulis saja dan
disamping itu masih terdapat konstitusi yang tidak tertulis, yang tidak tercakup dalam
undang-undang dasar (Kaelan, 2004:180). Para penyusun Undang-Undang Dasar 1945
menganut arti konstitusi lebih luas daripada undang-undang dasar, sebab dalam Penjelasan
Undang-Undang Dasar 1945 dikatakan :”Undang-Undang Dasar suatu Negara ialah hanya
sebagian dari hukumnya dasar negara itu. Undang-Undang Dasar adalah hukum yang
tertulis, sedang di sampingnya Undang-Undang Dasar berlaku juga Hukum Dasar yang
tidak tertulis, ialah aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan negara, meskipun tidak tertulis”. Namun dalam masa Republik Indonesia
Serikat 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950, penyusun Konstitusi RIS menerjemahkan
secara sempit istilah konstitusi sama dengan undang-undang dasar. Hal ini terbukti dengan
disebutnya istilah Konstitusi Republik Indonesia Serikat bagi Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia Serikat ( Totopandoyo, 1981: 25-26).
Menurut E.C.S Wade dalam bukunya “Constitutional Law” (Miriam Budiardjo,
2007, 96) undang-undang dasar adalah naskah yang memaparkan rangka dan tugastugas
pokok dari badan-badan pemerintahan suatu negara dan menentukan pokok-pokok cara
kerja badan-badan tersebut.
Ditinjau dari segi kekuasaan maka undang-undang dasar dapat dipandang sebagai
lembaga atau kumpulan asas-asas yang menetapkan bagaimana kekuasaan itu dibagi
antara beberapa lembaga kenegaraan. Mengacu konsep Trias politika kekuasaan dibagi
antara badan eksekutif, legislatif dan yudikatif. Undang-undang dasar menentukan
bagaimana pusat-pusat kekuasaan itu bekerjasama dan menyesuaikan diri satu sama lain;
undang-undang dasar merekam hubungan-hubungan kekuasaan dalam suatu Negara.
Dalam negara yang menganut asas demokrasi konstitusional undang-undang dasar
mempunyai fungsi yang khas yaitu membatasi kekuasaan pemerintahan sedemikian rupa
sehingga penyelenggara kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang. Sehingga hak-hak
warga negara diharapkan terlindungi . Pembatasan-pembatasan ini tercermin dalam
undang-undang dasar. Jadi dalam anggapan ini undang-undang dasar mempunyai fungsi
yang khusus dan merupakan perwujudan atau manifestasi dari hukum yang tertinggi yang
harus ditaati, bukan hanya oleh rakyat, tetapi oleh pemerintah serta penguasa sekalipun.
Setiap undang-undang dasar memuat ketentuan-ketentuan mengenai soal-soal sebagai
berikut: 1)Organisasi Negara, misalnya pembagian kekuasaan antara badan legislatif,
eksekutif dan yudikatif; dalam Negara federal pembagian kekuasaan antara pemerintah
federal dengan pemerintah Negara bagian; prosedur penyelesaian masalah pelanggaran
yurisdiksi oleh salah satu badan pemerintah dan sebagainya. 2)Hak-hak asasi manusia.
3)Prosedur mengubah undang-undang dasar 4)Adakalanya memuat larangan untuk
mengubah sifat tertentu dari undang-undang dasar. Hal ini untuk menghindari terulangnya
kembali hal-hal yang baru saja diatasi. 5)Memuat cita-cita rakyat dan asas asas ideologi
negara (Miriam Budiardjo, 2007: 101). Undang-Undang Dasar 1945 mengandung
semangat dan merupakan perwujudan dari pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, merupakan rangkaian kesatuan pasal-pasal yang
bulat dan terpadu. Di dalamnya menurut Noor MS Bakry (1994: 120) berisi materi yang
pada dasarnya dapat dibedakan antara empat hal, yaitu: 1)Pengaturan tentang fungsi sistem
pemerintahan negara. 2)Ketentuan fungsi dan kedudukan lembaga negara 3)Hubungan
antara negara dengan warga negaranya. 4)Ketentuan hal-hal lain sebagai pelengkap.
Kata warga negara berasal dari Bahasa inggris yaitu citizen, yang memiliki arti warga
negara. Pengertian warga negara secara umum merupakan bagian dari penduduk suatu
negara yang tinggal di wilayah hukum tertentu yang memiliki hak dan kewajiban penuh
sebagai bagaian warga negara di negara tersebut. Secara hukum menurut Undang-undang
1945 pasal 26 ayat 1, pengertian warga negara Indonesia dibedakan menjadi 2 golongan,
yakni :
1. Warga Negara Asli (pribumi) : penduduk asli suatu Negara
2. Warga negara Keturunan (vreemdeling) : penduduk negara keturunan yang bukan
asli Indonesia
Konstitusi adalah seperangkat aturan atau hukum yang berisi ketentuan tentang
bagaimana pemerintah diatur dan dijalankan.
1. Konstitusi berfungsi sebagai landasan kontitusionalisme. Landasan
konstitusionalisme adalah landasan berdasarkan konstitusi, baik konstitusi dalam arti luas
maupun konstitusi dalam arti sempit.
2. Konstitusi berfungsi untuk membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa,
sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang. Dengan harapan
segala hak-hak warga negara terlindungi.
3. Konstitusi berfungsi:
a) Membatasi atau mengendalikan kekuasaan penguasa agar dalam menjalankan
kekuasaannya tidak sewenang-wenang terhadap rakyatnya.
b) Memberi suatu rangka dasar hukum bagi perubahan masyarakat yang
dicitacitakan tahap berikutnya.
c) Dijadikan landasan penyelenggaraan negara menurut suatu sistem
ketatanegaraantertentu yang dijunjung tinggi oleh semua warga negaranya.
d) Menjamin hak-hak asasi warga negara.
Lembaga-lembaga Negara
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 sebagai konstitusi
Indonesia mengatur keberadaan lembaga-lembaga negara mulai tugas, fungsi, wewenang
sampai pada susunan dan kedudukannya. Aturan dalam konstitusi ini dijabarkan oleh
undang-undang, yaitu dalam UU Nomor 42 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD dan
DPRD, UU Nomor 3 Tahun 2009 tentang Mahkamah Agung, Undang-Undang Nomor 4
Tahun 2014 tentang Mahkamah Konstitusi, UU Nomor 18 Tahun 2011 tentang Komisi
Yudisial, dan UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang BPK.
Kekuatan Suprastruktur Politik dalam Lembaga Tinggi Negara Indonesia
1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
2. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
3. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
4. Presiden/Wakil Presiden
5. Mahkamah Agung
6. Mahkamah Konstitusi
7. Komisi Yudisial
8. Badan Pemeriksa Kekuangan
E. Rangkuman tentang Konstitusi dalam Kehidupan Berbagsa Negara Indonesia
Miriam Budiardjo. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta. Penerbit Gramedia Pustaka
Utama.
Sekretariat Jenderal MPR RI. 2003. Panduan dalam memasyarakatkan UUD 1945; Latar
Belakang, Proses dan Hasil Perubahan UUD 1945. Jakarta.