Anda di halaman 1dari 7

A.

Identitas Modul
IDENTITAS MODUL

Perguruan Tinggi Politeknik Negeri Bengkalis Pertemuan Ke 12-13


Jurusan/Program Ketatalaksanaan Pelayaran Modul Ke 8
Studi Niaga
Kode Mata Kuliah KPN 110 Jumlah Halaman
Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan Mulai Berlaku 2016

B. Komponen Modul
1. Judul Modul
MODUL VIII
OTONOMI DAERAH
2. Kompetensi
Agar mahasiswa mengetahui dan memahami konsep otonomi
daerah
3. Pokok Bahasan dan Sub-Sub Pokok Bahasan
Otonomi Daerah
a. Pengertian
b. Sejarah perkembangan
4. Indikator Pencapaian
Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian dan sejarah
perkembangan otonomi daerah.
5. Referensi
a. Djohermansyah Djohan, Problematik Pemerintahan dan
Politik Lokal, Jakarta: Bumi Aksara, 1990.
b. Innajunaenah’s Blog, Pengakuan Dan Penghormatan
Konstitusional Terhadap Kesatuan-Kesatuan Masyarakat
Hukum Adat Beserta Hak-Hak Tradisionalnya, 2010.
c. Otonomi Daerah, (26 Maret 2010), innajunaenah.
wordpress.comAbdul Sabaruddin, 2010, Desentralisasi Dan
Otonomi Daerah: Arah Menuju Pemerintahan Yang Baik, (13
April 2010), abadiah.wordpress.com.

71
d. Tim Peneliti Fakultas Hukum Unsrat, 2009, Pelaksanaan
Otonomi Daerah, www.scribd.com
e. J. Kaloh, Mencari Bentuk Otonomi Daerah: Suatu Solusi
dalam Menjawab Kebutuhan Lokal dan Tantangan Global,
Jakarta: Rhineka Cipta, 2002.
f. Affan Gaffar, Politik Indonesia: Transisi Menuju Demokrasi,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999.
g. Http://muliadarmawan.blogspot.co.id/2012/03/perkembangan-
desentralisasi-dan-otonomi.html, Diakses pada tanggal 01
Desember 2015
h. Lili romli, Potret Otonomi Daerah dan Wakil Rakya ditingkat
Lokal, Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2007.
i. H.R.makagansa, Tantangan Pemekaran Daerah, Yogyakarta:
Fuspad, 2008), Cet I.
j. Basuki, Pengelolaan Keungan Daerah, Yogyakarta: Kreasi
Wacana, 2008), Cet II.
k. Sarman dan mohammad taufik makarao, Hukum Pemerintahan
Daerah di Indonesia, Jakrta: PT. Rineka cipta, 2012.

C. Materi Modul
OTONOMI DAERAH
1. Pengertian
Otonomi Daerah pada dasarnya adalah hak, wewenang dan
kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya
sendiri. Hak tersebut diperoleh melalui penyerahan urusan
pemerintah dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah sesuai
dengan keadaan dan kemampuan daerah yang bersangkutan.
Otonomi Daerah sebagai wujud dari dianutnya asas desentralisasi,
diharapkan akan dapat memberikan pelayanan yang terbaik kepada
masyarakat. Karena kewenangan yang diterima oleh Daerah
melalui adanya Otonomi Daerah, akan memberikan kebebasan

72
kepada Daerah. Dalam hal melakukan berbagai tindakan yang
diharapkan akan sesuai dengan kondisi serta aspirasi masyarakat di
wilayahnya. Anggapan tersebut disebabkan karena secara logis
Pemerintah Daerah lebih dekat kepada masyarakat, sehingga akan
lebih tahu apa yang menjadi tuntutan dan keinginan masyarakat.
Koesoemahatmadja berpendapat bahwa, menurut
perkembangan sejarah di Indonesia, otonomi selain mangandung
arti perundang-undangan (regeling) juga mengandung arti
pemerintahan (bestuur). Dalam literatur Belanda otonomi berarti
pemerintahan sendiri (zelfregering) yang oleh Van Vollenvohen
dibagi atas membuat undang-undang sendiri (zelfwetgeving),
melaksanakan sendiri (zelfuitvoering), mengadili sendiri
(zelfrechtspraak) dan menindaki sendiri (zelfpolitie).
Otonomi bukan sekedar pemencaran penyelenggaraan
pemerintahan untuk nmencapai efesiensi dan efektivitas
pemerintahan. Otonomi adalah sebuah tatanan kenegaraan
(staatsrechtelijk), bukan hanya tatanan administrasi negara
(administratiefrechtelijk). Sebagai tatanan ketatanegaraan otonomi
berkaitan dengan dasar-dasar bernegara dan susunan organisasi
negara. Istilah otonomi mempunyai makna atau kemandirian
(zelfstandigheid) tetapi bukan kemerdekaan (onafhankelijkheid).
Kebebasan yang terbatas atau kemandirian itu adalah wujud
pememberian kesempatan yang harus dipertanggung jawabkan.
Dalam pemberian tanggung jawab terkandung dua unsur yaitu :
a. Pemberian tugas dalam arti sejumlah pekerjaan yang
harus diselesaikan serta kewenangan untuk melaksanakannya.
b. Pemberian kepercayaan berupa kewenangan untuk
memikirkan dan menetapkan sendiri bagaimana
menyelesaikan tugas itu.
Pada bagian lain Bagir Manan menyatakan otonomi adalah,
"Kebebasan dan kemandirian (vrijheid dan zelfsatndigheid)

73
satuan pemerintahan lebih rendah untuk mengatur dan mengurus
sebagian urusan pemerintahan". Urusan pemerintahan yang boleh
diatur dan diurus secara bebas dan mandiri itu menjadi atau
merupakan urusan rumah tangga satuan pemerintahan yang
lebih rendah tersebut. Kebebasan dan kemandirian merupakan
hakikat isi otonomi.
Kebebasan dan kemandirian dalam otonomi bukan
kemerdekaan. Kebebasan dan kemandirian itu adalah kebebasan
dan kemandirian dalam ikatan kesatuan yang lebih besar.
Otonomi hanya sekedar subsistem dari sistem kesatuan yang lebih
besar.
Dari segi hukum tata negara khususnya teori bentuk
negara, otonomi adalah subsistem dari negara kesatuan. Otonomi
adalah fenomena negara kesatuan. Segala pengertian dan isi
otonomi adalah pengertian dan isi negara kesatuan. Negara
kesatuan merupakan landasan atas dari pengertian dan isi otonomi.
Sementara Bhenyamin Hoessein mengartikan otonomi
hampir paralel dengan pengertian demokrasi yaitu,
"Pemerintahan dari, oleh dan untuk rakyat dibagian wilayah
nasional suatu negara melalui lembaga-lembaga pemerintahan
yang secara formal berada diluar pemerintah pusat". Bahkan
otonomi dapat diberi arti luas atau dalam arti sempit. Dalam arti
luas otonomi mencakup pula tugas pembantuan, sebab baik
otonomi dan tugas pembantuan sama -sama mengandung
kebebasan dan kemandirian.
2. Sejarah Perkembangan
Otonomi daerah merupakan suatu isu menarik untuk diamati
perkembangannya khususnya di Indonesia, karena sejak para
pendiri negara menyusun format negara, isu menyangkut
pemerintahan lokal telah diakomodasikan dalam Pasal 18 UUD
1945 beserta penjelasannya. Jika diamati perkembangan Undang-

74
undang Pemerintahan Daerah maka dapat dilihat bahwa setiap
Undang-undang mempunyai ciri dan karakteristik tersendiri
termasuk pengaturan tentang seberapa besar pembagian bobot
kekuasaan antara pusat dan daerah. Sebelum era reformasi,
pemerintah pusat mempunyai kekuasaan yang sangat besar dan
dominan terhadap pemerintah daerah. Perubahan demi perubahan
yang terjadi disebabkan oleh kepentingan penguasa pada masa
berlakunya UU tersebut. Alasan lain adalah perjalanan panjang
pemerintahan sebelum proklamasi dan setelah proklamasi telah
menjadi masukan yang sangat berarti untuk melahirkan suatu
pemerintahan daerah yang tidak labil karena kepentingan politis,
atau karena konflik antara eksekutif dengan legislatif, atau karena
dominannya Pemerintah Pusat dari Pemerintah Daerah.
Zaman penjajahan dibentuk undang-undang ketatanegaraan
yang dikeluarkan oleh pemerintah Hindia Belanda yang dikenal
dengan sebutan reglement op het beleid der regering van
nederlandsch indie (stb 1885/2), undang-undang ini sebenarnya
bukan mengenai desentralisasi akan tetapi lebih kepada sistem
desentralisasi, tetapi dalam undang-undang ini berisi tentang
dekonsentrasi yang merupakan salah satu bentuk desentralisasi.
Setelah itu pada tahun 1922 pemerintah kolonial Belanda
mengeluarkan undang-undang baru yang bernama wet op de
bestuurhevormin (S.216/1922). Dengan ketentuan perundang-
undangan yang baru ini maka dibentuklah sejumlah provincie,
regentschap, stadsgemeente, dan groepmeneenschap yang
semuanya menggantikan locale resort. Pembentukan sejumlah
daerah.
Pada masa orde lama pemerintah Indonesia mengeluarkan
Undang-Undang Nomor 01 tahun 1957 tentang pokok-pokok
pemerintahan daerah. Undang-undang ini mengalami penyesuaian
dari undang-undang sebelumnya yaitu Undang-Undang Nomor 22

75
Tahun 1948), kemudian presiden menerbitkan dua peraturan yaitu
Penetapan Presiden Nomor 6 tahun 1959 dan penetapan Presiden
Nomor 5 tahun 1960 setelah itu penetapan presiden Nomor 6 tahun
1959 mengatur tugas dan fungsi kepala daerah serta Badan
Pemeriksa Harian (BPH).
Masa orde baru pemerintah mengeluarkan Undang-undang
Nomor 05 Tahun 1974, Undang-Undang ini juga meletakkan dasar-
dasar sistem hubungan pusat-daerah yang dirangkum dalam tiga
prinsip yaitu desentralisasi, penyerahan urusan pemerintah dari
Pemerintah atau Daerah tingkat atasnya kepada Daerah menjadi
urusan rumah tangganya, dekonsentrasi, pelimpahan wewenang
dari Pemerintah atau Kepala Wilayah atau Kepala Instansi Vertikal
tingkat atasnya kepada Pejabat-pejabat di daerah dan Tugas
Pembantuan (medebewind), tugas untuk turut serta dalam
melaksanakan urusan pemerintahan yang ditugaskan kepada
Pemerintah Daerah oleh Pemerintah oleh Pemerintah Daerah atau
Pemerintah Daerah tingkat atasnya dengan kewajiban
mempertanggungjawabkan kepada yang menugaskannya.
Pada era reformasi saat ini pemerintah telah mengeluarkan
dua kebijakan tentang otonomi daerah. Yaitu Undang-Undang
Nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintah daerah dan Undang-
Undnag Nomor 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan
antara pemerintah pusat dan daerah. Kemudian Undang-Undang
Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah dan Undang-
Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan
antara pemerintah pusat dan daerah.
D. Ringkasan
Otonomi daerah yaitu pemerintahan dari, oleh dan untuk rakyat
dibagian wilayah nasional suatu negara melalui lembaga-lembaga
pemerintahan yang secara formal berada diluar pemerintah pusat.

76
Sejarah perkembangan otonomi daerah dimulai pada masa
penjajahan dibuktikan dengan undang-undang ketatanegaraan yang
dikeluarkan oleh pemerintah Hindia Belanda yang dikenal dengan
sebutan reglement op het beleid der regering van nederlandsch indie
(stb 1885/2).
Pada masa orde lama pemerintah Indonesia mengeluarkan
Undang-Undang Nomor 01 tahun 1957 tentang pokok-pokok
pemerintahan daerah. Masa orde baru pemerintah mengeluarkan
Undang-undang Nomor 05 Tahun 1974. Pada era reformasi saat ini
pemerintah telah mengeluarkan dua kebijakan tentang otonomi daerah.
Yaitu Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintah
daerah dan Undang-Undnag Nomor 25 tahun 1999 tentang
perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah. Kemudian
Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah dan
Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan
antara pemerintah pusat dan daerah.

E. Evaluasi
Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan mahasiswa dalam
memahami isi modul, mahasiswa diminta untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan pada setiap modul:
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan otonomi daerah!
2. Ceritakan, sejarah perkembangan otonomi daerah pada masa
penjajahan sampai pada saat ini!.

77

Anda mungkin juga menyukai